JAKARTA, SENIN - Dari hasil penggalian purbakala di Mesir selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengidentifikasi enam fosil kelelawar yang diperkirakan berasal dari spesies baru. Kelelawar-kelelawar tersebut hidup sebelum 35 juta tahun lalu.
Keenam spesies diidentifikasi para pakar biologi yang menganalisis 33 fosil gigi dan rahang dari beberapa periode penggalian sejak tahun 1960-an. Fosil-fosil tersebut ditemukan di wilayah El Faiyum, sebuah oasis berjarak 80 kilometer barat daya Kairo.
"Keragaman dalam temuan ini sangat mengejutkan; Kami tidak mengira akan menemukan jenis kelelawar sebanyak ini," ujar Gregg F Gunell, peleontolog dari Universitas Michigan, AS yang memimpin penelitian tersebut. Maaing-masing diperkirakan hidup di Epos Eocene antara 56-34 juta tahun lalu.
Evolusi
Meski primitif, kelelawar-kelelawar tersebut telah memiliki ciri mirip microbat, kelompok kelelawar modern berukuran kecil yang menggunakan radar suara (sonar) untuk navigasi dan berburu mangsa. Kemampuan yang membuat kelelawar lihai terbang di kegelapan ini disebut echolocation.
Di antara spesies baru, salah satunya memiliki ukuran tubuh sangat besar, bahkan, mungkin kelelawar microbat terbesar. Bentangan sayapnya diperkirakan mencapai 60 centimeter. Bandingkan dengan kelelawar megabat yang memiliki bentangan sayap sekitar semeter. Megabat atau kelelawar buah yang hanya ditemukan di kawasan tropis mengandalkan sensor bau untuk berburu mangsa daripada echolocation.
Hal tersebut menunjukan bahwa kelelawar modern juga berkembang dari kawasan Afrika. Sampai sekarang, banyak ilmuwan yang mengasumsikan bahwa kelelawar modern berkembang di belahan Bumi utara. Fosil kelelawar jarang ditemukan di Afrika dan hanya beberapa di Maroko, Tanzania, dan Mesir.
"Afrika mungkin memainkan peran penting sebagai inkubator evolusi hewan-hewan baru," ujar Gunnnel. Ia memperkirakan kelelawar mulai menyebar ke Afrika sekitar 50 juta tahun lalu sebelum akhirnya berevolusi menjadi kekelawar modern.(NG/WAH)