Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

30 July 2008

Foto : Penyuku Malang........Penyuku Sayang

Lokasi : Pasar Hamadi, Jayapura - Papua
Foto : Pieter Wamea, Member IKP

Tip's & Trik's : Makanan untuk Kulit

(www.ikanmania.wordpress.com)
Ingin memiliki kulit yang sehat dan indah namun tak rela menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk membeli kosmetik? Maka Anda harus memenuhi keranjang belanjaan dengan buah dan sayuran berikut ini:
Jeruk, Lemon, dan Limau
Sering-seringlah
mengonsumsi buah-buahan tersebut karena tinggi kandungan vitamin C nya. Asal tahu saja vitamin C adalah sumber antioksidan yang akan melindungi struktur kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu vitamin C memiliki peranan yang besar untuk menjaga kolagen sehingga kulit tak mudah keriput.

Ikan Laut
Mengonsumsi ikan yang berasal dari laut dalam, seperti salmon, tuna, makarel, dan ikan trout, akan memberikan manfaat ganda bagi kulit; kandungan asam lemak omega 3 yang baik untuk mencegah penuaan dini, serta kandungan proteinnya yang tinggi untuk memperbaiki kerusakan sel kulit dan meningkatkan enzim serta hormon sehingga kulit terlihat bercahaya.

Merauke : Melihat Dari Dekat Tampat Penangkaran Kangguru di Kawasan Taman Nasional Wasur (Bag 1)

(www.papuapos.com, 29-07-2008)
Semua orang tahu kalau binatang yang melompat dengan dua kaki disebut kangguru. Hanya terdapat dua negara yang memiliki Kangguru yakni Indonesia dan Australia.

Diwilayah timur Indonesia, Kangguru hanya didapati di kabupaten Merauke, masyarakat setempat menyebutnya, Saham. Sayangnya, Saham sering diburu penduduk untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar.

Menghindari kepunahan satwa langkah maka pemerintah daerah melalui badan pengelolaan Taman Nasional Wasur membangun salah satu penangkaran di dalam kawasan Taman Wasur dengan luas area sekitar satu hektar.

Hewan ini diungsikan ke tempat penangakaran untuk menjaga populasi dari ancaman pemburu liar. Walaupun hampir punah, sampai saat ini belum ada satu pun peraturan daerah (Perda) mengatur tentang hak hidup hewan jenis Kangguru ini.

Untuk mengunjungi penangkaran kangguru tersebut dibutuhkan waktu selama 40 menit dari kota Merauke menuju ke tempat penangkaran dengan jarak 9 KM.

Di penangkaran terdapat 28 ekor Kangguru diantaranya, 5 ekor jantan, 23 betina serta selebihnya masih kecil. Penangkaran dijaga siang maupun malam oleh petugas Taman Wasur, sedangka satu orang bertugas pemberi makan.

Hewan ini dala sehari, dua kali makan yakni pagi dan sore. Jenis makanan Kangguru berupa Kangkung rawa, daun Singkong serta tunas daun. Tidak hanya itu, hewan ini juga mengkonsumsi buah-buahan seperti Pepaya, Semangka, Apel dan buah lainya.

" Begini sudah mas, mereka selalu manja sama saya, mungkin selama ini mereka tahu kalau saya yang memberikan makan. Jujur mas, saya kenal dengan mereka sejak mereka didatangkan dari Pulau Jawa tahun 2007 lalu," ujar petugas BTNW, Ronny Wandiko, Sabtu (26/7) kemarin kepada Papua Pos ketika berkunjung ke tempat penangkaran.

Menurut Ronny, kangguru-kangguru ini awalnya ditemukan para pencinta satwa di beberapa kota di pulau Jawa yang di bawa secara seludupan. (Bersambung)

Merauke : Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia, Muspida Merauke Tanam Pohon

(www.cenderawasihpos.com, 29-07-2008)
MERAUKE- Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia tahun 2008 di Merauke diwarnai dengan penanaman pohon berlangsung di dalam Taman Nasional Wasur Merauke. Peringatan Hari Lahan Basah sedunia 2008 ini dihadiri langsung Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Ir Nurhidayah.
Penanaman pohon diawali Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Ir Nurhidayah, Wakil Bupati Merauke Drs Waryoto, M.Si, dan sejumlah muspida yang hadir.

Acara penanaman pohon itu juga diwarnai peresmian Gedung Boma Sai yang merupakan pusat data dan informasi Taman Nasional Wasur oleh PHKA Ir Nurhidayah. Selain itu, juga digelar lomba mewarnai gambar yang diikuti pelajar SD dan lomba menggambar oleh siswa tingkat SMP. Selain itu juga dilakkukan dialog dengan Direktur PHKA Ir Nurhidayah berkaitan dengan sejumlah dilemah yang dialami masyarakat adat yang ada dalam TNW tersebut.

Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2008 yang dipusatkan di Taman Nasional Wasur itu tak lain karena Taman Nasional Wasur hampir seluruhnya merupakan lahan basah. Bahkan, air minum PDAM bagi masyarakat Kota Merauke bersumber dari Rawa Biru yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Wasur.

Di Indonesia sendiri, ungkap Wabup Waryoto, memiliki lahan basah sekitar 38 juta ha dan merupakan lahan basah terluas untuk kawasan Asia. Dengan luas kawasan basah yang luas itu, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi .

Taman Nasional Wasur memiliki luas 413.800 ha yang dominan lahannya basah dan merupakan habitat burung-burung yang endemic Papua maupun burung imigran dari daerah sekitarnya seperti Australia.
''Selain itu Taman Nasional Wasur memiliki peran penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,'' jelas Wabup Waryoto. Peranan penting TNW itu dapat dilihat di sepanjang pesisir pantai. Sebab, jika TNW terganggu maka resapan air laut bisa masuk ke lahan sehingga merusak habitat yang ada di dalamnya. (ulo)

29 July 2008

Nasional : Adopsi Pohon Melalui Radio

(www.conservation.or.id)
GO GREEEN
menjadi semacam trend dalam merespon perubahan iklim dan pemanasan global. Tidak tanggung, Radio Utan Kayu yang telah paten pada tayang di 89,2 FM, meresmikan namanya menjadi Green Radio, dan tetap bercokol di frekwensi yang sama. Sebagai bentuk nyata komitmen sebuah ‘radio hijau’ yang pro lingkungan, Green Radio menjalin program dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Conservation International-Indonesia.

Hasilnya, adopsi pohon pun dicetuskan. “ Langkah ini kami tangkap sebagai hal positif untuk menyelamatkan Jakarta,” kata Nita Roshita, Program Manager Green Radio. Sebagai warga Jakarta, Green Radio menyadari pula bahwa menyelamatkan Jakarta tak bisa hanya dilakukan parsial ditengah kota atau di hilir seperti yang dilakukan selama ini, “Green Radio pun menjadikan program adopsi pohon sebagai program utama kami, “ kata Nita bersemangat.

Program ini mengajak pendengar radio yang disebutnya sebagai “Sahabat Green” untuk mengadopsi pohon hanya dengan dana 108.000 rupiah untuk 1 pohon selama 3 tahun. Pohon tersebut akan diberinama sesuai pengadopsi. Program ini bersambut positif, sebanyak 549 pohon sudah diadopsi secara perorangan ataupun atas nama lembaga. Jumlah ini setiap hari akan terus bertambah.

Green Radio mempunyai target minimal menghijaukan kembali 10 hektar Taman Nasional Gede Pangrango yang sudah gundul. “Area ini pun kami beri nama “Hutan sahabat green,” kata Nita. Program kerjasama ini pun telah ditanda tangani di Departemen Kehutanan pada 22 Mei lalu, kesepakatan antara Green Radio dan Taman Nasional Gede Pangrango serta Conservation International. Langkah awal penanaman di lapangan telah dilaksanakan 8 Juli yang lalu, “Mudah-mudahan kerjasama ini berbuah hasil yang positif untuk menyelamatkan Jakarta,” kata Nita berharap. (lihat berita penanaman disini >>>)

ADOPSI POHON MELALUI GREEN RADIO

Untuk bergabung dalam program adopsi pohon, Sahabat Green bisa mengirimkan dana adopsi pohon Anda ke Rekening BCA no.rekening 5800091090 atas nama PT Media Lintas Inti Nusantara. Bukti transfer bisa di Fax ke 021 8516107. Setiap hari jumlah dana adopsi yang terkumpul di umumkan diacara Green talk pukul 15.06 dan dimuat di www.greenradio.fm

Jayapura : DPK Kota Tanam 1.200 Bibit Mangrove

(www.cenderawasihpos.com, 28-07-2008)
JAYAPURA-Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Kota Jayapura, Ir Jan Piet Nerokouw, MP mengatakan, keberadaan pohon mangrove di pinggir pantai dapat mencegah abrasi sekaligus menjadi tempat berlindungnya biota laut. "Penanaman mangrove ini merupakan kegiatan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua dan kami merupakan pelaksananya,"katanya kepada wartawan di sela-sela penanaman mangrove di Pesisir Pantai Kayu Batu, Distrik Jayapura Utara, Sabtu (26/7).

Menurutnya, pohon mangrove mempunyai banyak kegunaan sehingga harus dilestarikan di mana keberadaan pohon mangrovenya di daerah pantai sudah tidak memadai lagi sehingga harus dilakukan penanaman kembali. Diungkapkannya, ada 3 daerah pesisir pantai yang menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura sebagai titik lokasi penanaman mangrove yaitu pesisir pantai Kayu Batu, Pantai Enggros Tobati dan Nafri. "Di Kota Jayapura, kami menetapkan 3 titik untuk pohon mangrove ini,"jelasnya.

Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan program rehabilitasi mangrove di daerah-daerah yang menjadi titik lokasi, maka peran serta masyarakat setempat sangat besar. "Dukungan masyarakat terlebih yang mendiami pesisir pantai penting untuk menjaga daerahnya sendiri,"terangnya.
Sementara itu, Kasubdin Sumber Daya Kelautan Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Papua, Aldas Palilu mengatakan, pihaknya menanam 1200 pohon Mangrove yaitu Kayu Batu 600 pohon dan Nafri 600 pohon.

Lanjut Aldas Palilu, penanaman pohon mangrove ini melibatkan konsorsium mitra bahari regional center Papua, Lembaga Konservasi Laut Papua, Mahasiswa Uniyap Jayapura, Kelompok Pelestarian Mangrove Kampung Nafri, Tobati dan Enggros serta masyarakat Kampung Kayu Batu.
Di tempat terpisah, Kepala Kampung Kayu Batu, Yohanes Van Hazel Puy menyambut baik kegiatan penanaman pohon mangrove ini. "Kami akan ikut menjaga kelestarian pohon mangrove yang baru ditanam bersama tadi,"paparnya.(api)

26 July 2008

Keerom : Investor Korea Lirik Keerom, Bergerak di Bidang Pertanian dan Pertambangan Umum

(www.cenderawasihpos.com, 25-02-2008)
KEEROM-Setelah PT Rajawali Group menginvestasikan modalnya di bidang perkebunan kelapa sawit, kembali dua calon investor melirik Kabupaten Keerom untuk menanamkan modalnya.

Dua investor yang berencana menanamkan modalnya di Keerom menurut Kepala Bappeda Kabupaten Keerom, Ir.Rizal Aman, M.MT, berasal dari Korea. Bahkan investoir tersebut telah memaparkan profil perusahaan, bidang yang akan diusahakan serta dan maksud dan tujuannya berinvestasi di Keerom, dihadapan Bupati Keerom, Drs. Celsius Watae, dan para pimpinan satuan kerja terkait belum lama ini.
"Dua investor itu antara lain PT. Agro Jaya Indonesia yang bergerak pada bidang pertanian, salah satunya komoditi tanaman jagung. Sementara satu lagi PT Sumber Indah Persada. yang rencananya bergerak dibidang pertambangan umum,"ungkap Rizal saat ditemui Cenderawasih Pos di runga kerjanya baru-baru ini.

Dikatakan, selain investor asal Korea, masih ada dua lagi investor yang rencananya akan masuk ek Kabupaten Keerom. Kedua investor tersebut menurut Rizal, sebenarnya sudah mau bertemu dengan Pemkab Keerom. Namun karena ada kesalahan non teknis, maka investor tersebut meminta penjadwalan ulang pertemuannya dengan Pemkab Keerom. Dua investor asal Korea yang akan berinvestasi di Keerom kata Rizal telah melalui mekanisme yang tepat sebelum melaksanakan kegiatannya yaitu dengan memaparkan kegiatanb yang akan dilakukan serta keuntungan yang akan diperoleh masyarakat.

Dengan adanya pemaparan tersebut, selanjutnya Pemkab Keerom dalam hal ini bupati akan mengeluarkan surat ijin survei kepada perusahaan bersangakutan. Hasil survey menurut Rizal nantinya disampaikan kepada bupati dan instansi terkait, untuk mengetahui kegiatan yang akan mereka lakukan tidak bertentangan dengan lingkungan. "Jika tidak, maka Gubernur Provinsi Papua akan mengeluarkan ijin usaha perkebunan dengan merujuk pada surat bupati. Kemudian hal itu akan disosialisasikan kepada masyarakat dan membahas kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah," tandasnya.
Meskipun telah melakukan pertemuan dan memaparkan profile perusahaannya, realisasi investasi yang akan dilakukan oleh kedua investor tersebut secara nyata belum ada. Namun Bupati Keerom ujar Rizal sangat menyambut baik niat kedua investor itu, dan telah menginstruksikan instansi teknis untuk menanganinya.

Ditambahkan, pihak investor khususnya yang akan melakukan pengembangan tanaman jagung membutuhkan lahan sekitar 30 ribu sampai 40 ribu hektar. Namun, menurutnya, dalam pemanfaatan areal, tidak sertamerta luas areal itu dilakukan dalam suatu hamparan atau lokasi. Melainkan diarahkan untuk memanfaatkan lahan tidur yang ada dan lokasinya terpisah."Ini dilakukan agar kedepannya lingkungan maupun hutan di Keerom ini tidak mengalami kerusakan.(nls)

Keerom : Budidaya Jagung Hibrida Dikembangkan

(www.cenderawasihpos.com, 25-07-2008)
KEEROM-Setelah merealisasikan program budidaya padi pada lahan seluas 100 hhektar, tahun ini Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Keerom mengembangkan budidaya tanaman jagung hibrida.

Program budaya jagung hibrida menurut Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Keerom, Ir. Robert Purwoko, M.Si, untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Keerom. Program budidaya jagung hibrida ini mendapat dukuang dari pemerintah pusat yang mengalokasikan benih jagung hibrida sekitar 3 ton lebih untuk ditanam pada lahan seluas 200 hektar.

"Ini merupakan bantuan dari pusat dalam rangka program ketahanan pangan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Keerom,"ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, di ruang kerjanya belum lama ini.
Untuk merealisasikan program budidaya jagung hibrida tersebut, Robert Purwoko mengatakan telah melakukan persiapan khususnya menyangkut lahan selurus 200 hektar termasuk petani yang akan membudidayakannya. Apabila melihat potensi lahan dan para petani yang akan mengembangkannya, maka budidaya jagung hibrida itu akan dikembangakan di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik Skanto dan Distrik Senggi.

"Nantinya benih jagung hibrida tersebut tidak langsung disalurkan semuanya kepada petani, tetapi sisanya akan dikelola oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Keerom untuk membuat semacam demonstrasi plot atau percotohan lahan jagung hibrida di setiap kampung,"terangnya.

Dikatakan, lahan percontohan yang akan dibuat oleh pertanian diharapkan menjadi contoh bagi para petani untuk melihat secara langsung cara merawat tanaman hingga menghasilkan jagung hibrida yang bermutu dan berkualitas." Sebab jagung hibrida membutuhkan perlakuan khusus. Jadi kalau salah memperlakukannya maka jelas tanaman jagung hibrida itu tidak akan pernah berbuah,"tandasnya. (nls)

Jayapura : Puluhan Peneliti Ikut Konferensi Biologi New Guinea, Termasuk 13 Utusan Luar Negeri

(www.cenderawasihpos.com, 25-07-2008)
JAYAPURA-Puluhan peneliti dari dalam dan luar negeri saat ini mengikuti kegiatan konferensi New Guinea ke-9 yang digelar Universitas Cenderawasih, Unipa, dan Universitas Papua New Gunia, serta lebaga-lembaga non reguler lainnya yang bergerak di bidang konservasi biologi, di Aula Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih, Kamis (24/7).

Utusan luar negeri yang menghadiri kegiatan tersebut antara lain 2 utusan Conservation Internasional (CI) Athertown Australia, 2 utusan Charles Darwin University, 4 utusan Universitas Papua New Guniea, 3 utusan dari Forestry Insitut Lea, 1 utusan Entomologis Madang dan 1 utusan Goroka. Selain peneliti dari luar negeri, sejumlah utusan dari beberapa kampus reguler di Indonesia, serta pemerintah Provinsi Papua juga hadir dalam pertemuan yang dibuka Rektor Uncen Prof. Dr. Bert Kambuaya, M.BA.
Prof.Bert Kambuaya saat ditemui Cenderawasih Pos mengatakan bahwa tujuan dilakukan kegiatan ini, untuk mencari formulasi serta rekomendasi yang berkaitan dengan proteksi ekosistem. Sebab hampir 40 persen produk market di dunia ini berasal dari proses biologi.

Disampingi itu, menurutnya hampir 90 persen penduduk New Guinea menggantungkan hidupnya pada ekosistem alam(natural materials). Untuk itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat mengevaluasi program kerja bersama yang dilakukan selama ini, terkait aktivitas konservasi biologi.
Ditempat terpisah Ketua Panitia Penyelenggara Dra. Rosye H Tanjung, M.Sc PhD, mengatakan, selain untuk mengevaluasi program kerja kegiatan ini juga untuk melakukan tukar informasi data penelitian terbaru menyangkut konservasi biologi, di pulau New Guniea antar utusan yang menghadiri konferensi tersebut.

Konferensi 2 tahunan ini menurut Rosye, rencananya akan berlangsung selama 3 hari. Saat disinggung mengenai skala penelitian terbaru yang dimiliki Uncen saat ini, Rosye mengatakan penelitian terbaru yang dilakukan saat ini yaitu bagaimana masyarakat pribumi diarahkan agar tidak saja melakukan eksploitasi tetapi juga melakukan pengelolaan hutan sebagai keseimbangan ekosistem.(jim)

Merauke : Bulog Merauke Beli 10.100 Ton Beras Petani

(www.cenderawasihpos.com, 25-07-2008)
MERAUKE-Kekuatiran pihak Bulog Sub Devisi Merauke tidak bisa memenuhi target pembelian beras dari petani sebanyak 15.000 ton pada musim panen 2008 tampaknya mulai terkikis. Ini karena hingga Kamis (23/7) kemarin, Bulog Merauke telah berhasil membeli beras dari petani sebanyak 10.100 ton.
"Sampai hari ini, total pembelian kami yang masuk ke Gudang Dolog sebanyak 10.100 ton," kata Kepala Bulog Sub Devisi Merauke Drs. H. Yurianto, ditemui Cenderawasih Pos, di Bandara Mopah Merauke, kemarin.

Dengan pembelian yang telah mencapai 10.100 ton itu, Yurianto optimis bisa mengumpulkan (membeli) 15.000 ton beras dari petani sesuai dengan target. "Kami masih berharap pada panen gadu. Sehingga kekurangan 5000 ton dari target itu dapat dipenuhi dari hasil panen gadu yang diperkirakan sampai November mendatang,'' harapnya.

Diakui Yurianto, beras sebanyak 10.100 ton yang sudah berhasil dibeli, setelah Bulog menerapkan system sapu bersih dalam melakukan pembelian dan memberi kelonggaran dari ketentuan-ketentuan yang ada. Meskipun demikian kelonggaran yang diberikan masih dalam batas standar ketentuan Dolog. "Ini kami lakukan selain untuk membantu petani dalam menyerap hasil panen, juga untuk dapat memenuhi kuota yang ditargetkan,"tandasnya.

Kekhawatiran pihak Bulog Merauke untuk dapat memenuhi target pembelian 15.000 ton beberapa waktu lalu, disebabkan penurunan hasil panen petani akibat beberapa kawasan produksi padi diserang hama baik Tungro maupun hama penggerek batang. Meskipun target 15.000 ton tersebut telah diturunkan dari target semula yang mencapai 25.000 ton pada panen tahun 2008, namun penurunan hasil panen membuat Bulog Merauke sedikit pesimis.(ulo)

25 July 2008

Sentani : Emisi Karbon Ancam Kelestarian Cagar Alam Cycloop

(www.cenderawasihpos.com, 24-07-2008)
SENTANI-Direktur WWF (World Wild Found) Region Papua, Benja Mambay mengungkapkan saat ini emisi karbon menjadi ancaman bagi kelestarian hutan di Ppaua tak terkecuali Cagar Alam Cyclop dengan luas 15.066,02 Ha di Kabupaten Jayapura.

Dikatakan bahwa emisi karbon muncul dari gas buang mesin mobil maupun pabrik, pembakaran hutan baik lahan maupun semak-semak dan dampak rumah kaca yang dilepas ke udara. "Jika terus dibiarkan maka akan terjadi nyata pada iklim global dan terjadi penurunan kualitas hutan,"ungkap Benja Mambay dalam pertemuan kesiapan REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forets Degradation) antara WWF dengan Pemkab Jayapura di Aula Lantai II Kantor Bupati, Rabu (23/7)
REDD menurut Mambay menjadi skema baru pasca Protocol Kyoto di Bali terutama berkaitan dengan kesediaan negara maju untuk peduli dan memiliki komitmen untuk melestarikan hutan dengan melakukan upaya menekan laju kerusakan untuk mengurangi emisi karbon."Dengan REDD kami meminta komitmen dari Pemkab untuk ikut terlibat dalam upaya penanggulangan kerusakan dan degradasi hutan"REDD sebagai solusi untuk mepertahankan keutuhan hutan di Papua dan tetap mendatangkan pendapatan untuk pembangunan tanpa harus merubah deforestasi dan degradasi hutan maupun memperbaiki lahan kritis yang ada di Papua," papar Benja Mambay.

Ditambahkan, saat ini di Kabupaten Jayapura terdapat 236.459 Ha lahan krisis dari luas hutan 1.995.456,00 Ha. Jika tidak disikapi maka beberapa tahun kedepan angka ini akan semakin besar mengingat dampak pembangunan tidak bisa ditahan begitu saja.
Sementara itu Asisten I Setda Kabupaten Jayapura Dr Jack Ayami Seba mengungkapkan bahwa untuk menangani maraknya pemukiman disekitar lokasi cagar alam Cyclop harus dilakukan tindakan proaktif oleh dinas terkait untuk memberikan pemahaman mengenai dampak pembukaan pemukiman apalagi pembukaan lahan.

"Jika terus dibiarkan tentu akan memberikan ancaman terutama soal ekosisem alam dan dampaknya bisa dilihat pada tahun 2006 lalu terjadi bencana alam," ujar Jack meminta Dinas Kehutanan dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil membuat langkah konkrit untuk penanganannya.
Dikatakan, sesuai data Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura terdapat sekitar 5000 warga yang bermukim di sekitar lokasi cagar alam Cyclop. Dari jumlah tersebut jika 1 Kepala Keluarga membuka lahan perkebunan maka diyakini beberapa tahun kedepan sumber air maupun maupun daerah resapan akan rusak dan semakin sulit dibendung.(ade).

24 July 2008

Nasional : 300 Hektar Hutan Lindung Mangrove Dikonversi Jadi Tambak

(www.kompas.com, 23-07-2008)

KUBU RAYA, RABU - Sekitar 300 hektar dari 34.884 hektar hutan lindung mangrove di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, telah dikonversi menjadi tambak tanpa ada proses pelepasan kawasan hutan terlebih dahulu dari Menteri Kehutanan RI. Hutan lindung mangrove yang dikonversi itu meliputi kawasan mangrove kelompok Pulau Seruat-Pulau Tiga seluas 250 hektar di Desa Dabung, Kecamatan Kubu, serta kawasan mangrove kelompok Simpang Cabau seluas 50 hektar di Desa Sepade, Kecamatan Kubu.

Kepala Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Pertambangan Kabupaten Kubu Raya Mohammad Sadik Azis, Rabu (23/7), menyatakan, proses konversi hutan lindung mangrove itu dipastikan tidak melalui prosedur yang benar sesuai Undang-undang No 41/1999 tentang Kehutanan, karena tidak ada pelepasan kawasan hutan dari Menhut. Sesuai Surat Keputusan Menhut No 259/kpts-II/2000, kawasan tersebut masuk dalam kawasan hutan lindung.

"Kalau usaha tambak itu ada ijinnya, itu berarti ada pelanggaran pidana yang dilakukan pejabat pemberi ijin dan pemilik tambak. Kalau tidak ada ijinnya, itu berarti terjadi perambahan di kawasan hutan lindung dan pelaku perambahan bisa dikenai sanksi pidana. Dalam hal perambahan, pejabat yang melakukan pembiaran juga bisa dikenai sanksi pidana," kata Sadik.

Pihaknya hingga kini masih menelusuri ada tidaknya ijin usaha tambak di hutan lindung mangrove itu ke Pemerintah Kabupaten Pontianak. Hal ini mengingat proses konversi berlangsung sejak wilayah Kubu Raya masih berada di bawah Kabupaten Pontianak. Sementara Kabupaten Kubu Raya belum ada setahun resmi dimekarkan dari Kabupaten Pontianak. WHY
Sumber : Kompas

Manca Negara : Brasil Siapkan Satelit Pemantau Kerusakan Hutan

(www.kompas.com, 23-07-2008)

JAKARTA, RABU - Pada tahun 2011 Brasil akan meluncurkan sebuah satelit luar angkasa untuk memantau penggundulan hutan dan ekspansi perkotaan di seluruh dunia. Satelit yang dinamai Amaz'nia-1 ini rencananya akan membawa kamera beresolusi tinggi buatan Inggris.

Amaz'nia-1 adalah satelit luar angkasa yang hasil pantauannya bisa langsung dilihat dari stasiun Bumi, yang 100 persen buatan Brasil. Peluncuran satelit ini akan menjadi gebrakan besar Brasil dalam hal ilmu pengetahuan luar angkasa. Satelit dibuat oleh Institut Penelitian Luar Angkasa Nasional Brasil dan dibiayai sepenuhnya oleh perusahaan-perusahaan milik Pemerintah Brasil.

Satelit tersebut akan mengorbit dan mengelilingi Bumi 14 kali dalam sehari dengan jarak 400 mil (sekitar 640 kilometer) dari permukaan Bumi, dan mengumpulkan berbagai citra dari negara-negara di dunia. Kamera yang dipakai oleh satelit berjumlah total tiga unit, dua buatan Brasil dan satu dibuat oleh Inggris. Kamera Inggris disebut-sebut berkemampuan menangkap citra hingga kerapatan 10 meter.

Kegunaan dari pencitraan oleh satelit terkait dengan pemetaan kawasan terpencil, pemantauan kawasan pesisir, dan lokasi bencana. Citra yang dihasilkan oleh satelit Amaz'nia-1 bakal sangat membantu observasi lingkungan hidup dan menjadi masukan buat para pengelola sumber daya alam di seluruh dunia. Hasil potret satelit juga akan memudahkan upaya pemantauan kegiatan pembalakan liar di hutan-hutan, terutama sekali untuk kawasan Amazon dan Kongo, hutan hujan tropis terbesar kedua yang masih tersisa di Bumi.

"Beberapa pekan setelah diluncurkan, satelit akan mulai mengirimkan informasi," kata Thyrson Villela, direktur satelit dan aplikasi di Badan Luar Angkasa Brasil. Data kemudian akan disediakan secara gratis bagi pusat penelitian Brasil dan semua negara di dunia. Akses ini sangat penting dalam kaitannya membantu pencegahan kerusakan lebih buruk akibat praktik pembalakan liar di kawasan hutan tropis.

Kerja sama ini merupakan lanjutan dari kerangka kerja sama sains dan inovasi yang telah digalang Brasil dan Inggris sejak awal tahun 2007 selaras dengan tahun Kerja Sama Sains dan Teknologi Brasil-Inggris. Menurut DFID, lembaga bantuan internasional Pemerintah Kerajaan Inggris, proyek satelit Amaz'nia-1 ini sangat penting manfaatnya bagi upaya menahan laju kerusakan lingkungan hidup Bumi. DFID menyatakan, pihaknya sangat bersemangat untuk membina kerja sama dengan negara-negara lain dalam ikhtiar mengembangkan kapasitas pemantauan satelit. WAH Sumber : Antara

Manca Negara : Ekuador : Penyu Langka Akhirnya Mau Kawin

(www.mediaindonesia.com, 23-11-2008)
Seekor penyu raksasa Kepulauan Galapagos telah menyelamatkan spesiesnya dari kepunahan setelah mengawini seekor penyu betina. Penyu raksasa yang oleh penjaganya diberi nama George itu mengawini salah satu dari dua penyu betina dari spesies yang sama yang telah menemaninya selama bertahun-tahun.

Para penjaga George mengaku keheranan karena semenjak hewan langka itu ditangkap 36 tahun lalu, ia tidak pernah menunjukkan ketertarikannya dngan lawan jenis. Setelah melakukan segala cara untuk membuat George dengan lawan jenis, para penjaganya hampir putus asa. Namun, beberapa waktu lalu, para penjaga penangkar penyu terkejut sekaligus senang bukan kepalang setelah menemukan sarang dengan beberapa telur di kandang milik George. Menurut penjaga, dibutuhkan waktu setidaknya empat bulan untuk mengetahui apakah telur-telur itu berisi anak-anak George.(*/AFP/1-2)

23 July 2008

Jayapura : HPH dan Industri Kayu Pasca Larangan Kayu Log Keluar Papua (Bag 2/Habis), Perlu Kelonggaran dari Pemda dan Adanya Payung Hukum

(www.cenderawasihpos.com, 22-07-2008)
Perlu Kelonggaran dari Pemda dan Adanya Payung Hukum
(Pengusaha HPH dan Industri Lokal Terkadang Dipojokkan)
Pengusaha Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan industri kayu mengalami dilematis alias mati suri lantaran tidak bisa menjual kayu lognya, baik keluar Papua maupun ke industri kayu lokal, demikian juga kesulitan industri kayu lokal dalam memperoleh bahan baku, sehingga hal ini tentu akan mengganggu investasi di bidang kehutanan di Papua. Lalu bagaimana solusinya dan harapan mereka untuk bangkit kembali?

Laporan Rambat S Handoyo, Jayapura
HPH dan industri kayu lokal ini, sebenarnya merupakan satu mata rantai dalam investasi di bidang kehutanan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apalagi, Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH meminta agar HPH memiliki industri kayu lokal di Papua setelah melarang keluarnya kayu log dari Bumi Cenderawasih.

Hanya saja, komitmen Gubernur Papua dalam menumbuhkan industri kayu lokal ini, sejauh ini belum seperti yang diharapkan pelaku usaha, baik HPH maupun industri kayu yang telah ada.
Ketua ISWA Papua, Daniel Gerden mengatakan komitmen Gubernur Papua untuk menumbuhkan industri kayu lokal ini, harus didukung oleh semua pihak. Meski demikian, untuk menarik investasi dari luar Papua ini, tidak segampang membalik telapak tangan, namun harus dilihat beberapa faktor dalam merangsang atau menarik investasi tersebut, agar dapat menanamkan modalnya di Papua, termasuk adanya dukungan pemerintah daerah.

"Memang perlu dukungan dan perhatian serius dari pemerintah daerah, apalagi pengusaha hanya ingin memperoleh kepastian berusaha, karena tanpa ini niat para investor untuk berinivestasi di Papua tentu akan berpikir seribu kali," kata Daniel.
Apalagi, pihaknya sudah sering bertemu dengan investor dari luar yang menanyakan kondisi investasi di Papua. "Kami sudah keliling keluar, hampir dikatakan mustahil menanamkan investasinya di Papua jika bukan pelaku investor yang telah ada di Papua. Kalau ada yang bilang mau datang mau datang itu hanya retorika saja," jelasnya.

Apalagi, HPH dan industri kayu yang ada ini sudah bertahun-tahun menggelutui bisnis ini di Papua, sehingga investor yang ada ini perlu diperlakukan yang baik oleh pemerintah daerah, apalagi jika investor yang ada disia-siakan tentu saja investor lain yang tentu mencari masukan tentang kondisi investasi di Papua ini akan mengurungkan niatnya dan semakin sulit investor baru yang akan menanamkan modalnya di bidang kehutanan ini.

Daniel mengatakan, soal tata niaga kayu ini, baik pengiriman keluar maupun ke industri hampir sama, baik untuk kayu harganya mahal maupun murah. Padahal, tidak ada kayu yang tidak bisa dijual, apalagi di daerah industri di Jawa semua produk hutan mulai dari kayu log, hingga sisa gergajian dapat diolah. Namun, di Papua diakui mengalami kesulitan, karena di Papua masih banyak industri dari sisi infrastruktur masih sangat terbatas, sehingga memerlukan biaya tinggi, belum lagi fasilitas dan antara satu industri dengan industri lain berjauhan sehingga tidak saling link antara satu dengan yang lain menyebabkan costnya tinggi dan membuat tidak bisa kerja.

Harapan pelaku industri dan HPH, dengan adanya kebijakan Gubernur Papua tersebut, kata Daniel, industri yang ada dan pembangunan investasi yang sementara berjalan didukung baik dari segi kemudahan maupun ada kebijakan-kebijakan khusus dari pemerintah daerah sehingga bisa berjalan.
"Jika HPH-nya tidak bisa jual kayu, pasti industrinya tidak bisa dia bangun. Contohnya HPH Memberamo Alas Mandiri yang punya industri PT Sinar Wijaya, namun HPH Memberamo Alas Mandiri tidak bisa menjual kayu untuk membangun industrinya, sehingga tidak jalan. Mestinya, HPH Memberamo Alas Mandiri ini sudah ada niat membangun industri perlu diberi kelonggaran dulu untuk bisa menjual kayu log, maka kalau tidak bisa mati termasuk industrinya. Perlu diberi tenggang waktu sedikit, supaya produksi HPH bisa dijual untuk mensupplay industrinya," paparnya yang diiyakan oleh Ketua Komda HPHI Papua, Sudirman.

Untuk mengatasi permasalahan ini, lanjut Daniel, perlu diatur tata niaga dan mekanismenya, secara tersendiri, sehingga jika dikhawatirkan penjualannya ke mana-mana termasuk keluar Papua, maka perlu tim khusus pemda untuk melakukan pengawasan sehingga HPH dan pelaku industri bisa berjalan.
"Tanpa itu, maka tidak akan mungkin bicara investasi di bidang kehutanan di Papua, jika tidak ada kemudahan-kemudahan dan kebijakan, atau paling tidak investor lama diperkuat, karena dagang kayu ini semua sudah tahu baik yang baru datang maupun yang lama bahwa kayu yang dijual harganya sama, sehingga tidak mungkin bersaing dengan kita, jika bersaing dari permodalan boleh kita kalah, namun soal pekerjaan di lapangan belum tentu," ujarnya.

Diakui Daniel, pengusaha HPH dan industri kayu lokal ini, terkadang dipojokkan, padahal disisi lain kehadiran HPH dan industri kayu di Papua ini memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dan pemerintah daerah, terutama dalam penyerapan tenaga kerja termasuk tenaga kerja dari putra asli Papua yang sangat besar dan pembukaan kawasan baru.
Kontribusi HPH terhadap pemekaran di Papua sangat besar, karena selama ini HPH berperan dalam pembukaan kawasan dan pembangunan jalan hingga ratusan kilometer di Papua, misalnya jalan dari Jayapura - Sarmi, dari Demta ke Lereh yang buka HPH, di Mappi, Bouven Digoel dan Keerom serta lainnya.

"Kabupaten Keerom ini, ada karena dulu ada HPH yakni Hanurata. Jadi, dimana ada pemekaran daerah disitu dulu pasti ada HPH, yang membuka jalan dan membuka keteresolasian serta membuka pemukiman baru," ujarnya.
Dari segi penyerapan tenaga kerja, ungkapnya, di sektor industri kayu ini sangat besar, bisa mencapai ribuan orang, misalnya PT Sinar Wijaya dengan kapasitas terpasang lebih dari 6000 meter kubik kayu jika mampu bangkit maka akan menyerap tenaga kerja sekitar 2500 orang karyawan. Namun, karena saat ini masih masih perbaikan tentu mereka membutuhkan fresh money lagi, sedangkan dari kredit perbankan sulit.

Untuk industri kapasitas terpasang dibawah 6000 meter kubik rata-rata bisa menyerap tenaga kerja langsung mencapai 40 orang atau bisa mencapai 100 orang jika industri tersebut bisa berjalan 24 jam, belum termasuk penyerapan tenaga kerja tidak langsung.
Sudirman menambahkan dengan kehadiran HPH dan industri ini dapat menumbuhkan perekonomian rakyat di Papua dan mendorong perputaran uang yang cepat di daerah.

Untuk itu, kata Sudirman, bagi HPH meminta waktu untuk membangun industri seperti keinginan Gubernur Papua. "Selain perlu waktu membangun industri ini, kami minta agar diberi kelonggaran dimana harapan kami bisa menjual keluar kayu log sementara waktu yang dapat dijadikan modal kerja, karena jika tidak bisa menjual tentu akan mengalami kesulitan cash flow, padahal untuk membangun industri ini membutuhkan fresh money," jelasnya.

Soal di Papua Barat dimana pelaku usaha yang tidak berteriak soal ini, Diakui Daniel, karena di Papua Barat ada kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah, sedangkan di Papua tutup total tidak bisa mengirimkan kayu log keluar Papua.
Baik Daniel Gerden maupun Sudirman mengatakan untuk mengatasi ini perlu solusi dimana pemda harus memberikan kelonggaran, terutama bagi perusahaan baik HPH maupun Industri kayu yang sudah betul berinvestasi, termasuk saat ini sedang mempersiapkan investasi dalam industri perkayuan di Papua.
Soal pertemuan dengan Gubernur Papua dengan para pengusaha HPH dan industri kayu di Gedung Negara beberapa bulan lalu, dinilai masih belum cukup. "Itu baru kulitnya, namun belum sampai hitung-hitungannya," katanya.

Selain keberpihakan dan dukungan dari pemda, juga perlu adanya payung hukum terhadap investor khususnya yang bergerak di bidang kehutanan ini untuk dapat mendukung terciptanya iklim yang kondusif dalam investasi.
"Kami mengharapkan adanya perdasus kehutanan agar segera dituntaskan dan disyahkan DPRP, karena sudah 4 tahun namun sampai detik ini belum ada kabar. Yang jelas harus ada payung hukum bagi kami, " imbuh Daniel yang diiyakan Sudirman. *

Manca Negara : Argentina : 20 Penguin Diselamatkan

(www.mediaindonesia.com, 22-07-2008)
KELOMPOK pecinta lingkungan menyelamatkan sekitar 20 ekor penguin yang tubuhnya dipenuhi minyak mentah di lepas pantai Atlantik, Argentina. Patagonia Natural Foundation (FPN), kemarin, mengatakan dari 20 ekor penguin itu, dua mati dan empat lainnya berada dalam kondisi kritis.
FPN dalam sebuah pernyataan mengatakan penguin-penguin yang berjenis Magallanes itu ditemukan jauh dari habitat asli mereka, dan mengalami kekurangan makanan serta dehidrasi. Namun, FPN tidak menjelaskan bagaimana tubuh penguin-penguin tersebut bisa terkena minyak mentah.

Koordinator FPN Carla Poleschi mengatakan yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah membersihkan tubuh penguin-penguin itu dari minyak dan memberi mereka makan. "Jika berhasil bertahan hidup, mereka akan dilepas kembali dalam 40 hari mendatang, sehingga bisa melanjutkan hidup di Samudra Atlantik," kata Poleschi. FPN menemukan penguin-penguin itu di lepas pantai Semenanjung Valdes, cagar alam seluas 36 ribu hektare yang termasuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. (*/AFP/I-2)

Jayapura : KNPI-PCA Hirosi Lakukan Penanaman di Lahan Kritis, Menyambut HUT KNPI ke 35

(www.cenderawasihpos.com, 22-07-2008)
SENTANI-Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan terutama daerah cagar alam dan lahan kritis, maka dalam menyambut HUT-nya yang ke 35, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Jayapura bekerjasama dengan Club Pecinta Alam (PCA) Hirosi, melakukan penanaman lahan kritis di lembah hijau seluas 1,5 Ha di belakang kantor Bupati Jayapura.

"Selain untuk penghijauan, gerakan penanaman ini juga untuk menggalakkan program Gerakan Menanam Untuk Kesejahteraan (Gemuk)," jelas Ketua KNPI Kabupaten Jayapura, Theopilus Tegai S.Sos,MM usai kegiatan penanaman, Senin (21/7).

Penanaman Bibit Sagu, Matoa dan Merbau ini kedepannya akan dikelola oleh KNPI bekerjasama dengan pihak adat agar apa yang ditanam bisa dituai suatu saat nanti.
"Kami tidak ingin menanam begitu saja melainkan ikut merawat usai penanaman dengan melibatkan seluruh personil KNPI dan pihak adat tentunya," lanjut Theopilus seraya mengatakan langkah serupa akan dilanjutkan ditingkat distrik.

Sementara Ketua CPA Hirosi, Marcel Suebu S.Sos bahwa data Dinas Kehutanan Provinsi Papua terdapat sekitar 6000 warga yang bermukim disekitar kawasan penyangga cagar alam cyclop dan dari jumah tersebut kebanyakan memiliki mata pencaharian berkebun atau membuka lahan. Disinyalir dari pembukaan lahan yang tidak terkontrol ini menimbulkan banyak ekses salah satunya hilangnya daerah resapan karena pembabatan hutan. Menurut Marcel, jika tidak segera disikapi dengan serius maka tidak menutup kemungkinan dampak kerusakan alam akan semakin besar.

Dari kegiatan penanaman ini juga disisipkan penandatanganan sebagai pernyataan komitmen bersama menjaga cagar alam cyclop yang dilakukan asisten II Setda Kabupaten Jayapura, Alfons Sesa, Wakil Ketua KNPI Papua, Bahar dan sejumlah pengurus lainnya.(ade)

22 July 2008

Bintuni : Surga Di Teluk Cenderawasih

(www.infopapua.com, 21-07-2008)
Bintuni
, Sejuta Potensi Mengendap Di Perut Teluk Bintuni. Kekayaan Yang Kelak Akan Jadi Modal Kabupaten Ini Untuk Mengejar Ketertinggalan Dengan Daerah Lain Di Negeri Ini.

Teluk Bintuni, banyak yang mungkin tidak akrab dengan nama itu. Ya, Teluk Bintuni adalah nama kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten manokwari, papua, empat tahun lalu. Meski belum dikenal luas, namun kabupaten yang terletak di Teluk Cendrawasih ini, ternyata menyimpan sejuta potensi.

Wilayah dengan luas sekitar 18.658 km persegi tersebut memiliki tanah yang subur, sehingga cocok bagi beragam komoditi pertanian dan perkebunan. ”Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Teluk bintuni, Ir Widianingsih Sri Utami, dari seluruh luas kabupaten tersebut, 620.760 hektar diantaranya adalah lahan potensial pertanian. Hingga saat ini baru 11.133 hektar lahan potensial pertanian yang dimanfaatkan,” ujarnya.

Widianingsih menjelaskan, komoditi pertanian seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, pisang hingga jeruk manis, rambutan, dan durian dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik di Kabupaten tersebut. ”Telah cukup banyak petani disini yang berhasil memanen komoditi–komoditi tersebut,” ujarnya. Fakta ini mendorong Pemerintah Kabupaten menetapkan sektor Pertanian sebagai salah satu Prioritas Pembangunan.

Salah satu target Pemerintah kabupaten Teluk bintuni adalah swasembadah beras pada 2010. Langkah menuju target itu dilakukan dengan perluasan lahan sawah dan ladang untuk padi. Saat ini, luas lahan untuk padi 545 hektar terdiri dari 460 hektar sawah dan 85 hektar ladang. ” Untuk mencapai swasembadah pada tahun 2010, kami membutuhkan sekitar seribu hingga dua ribu hektar lahan ” Kata Widianingsih, menjelaskan.

Tanah teluk bintuni yang subur pun cocok dengan komoditi perkebunan seprti kelapa sawit dan kakao. ” Saat ini kami tengah mengembangkan perkebunan kelapa sawit seluas 7.500 hektar, ” Kata Badan perencanaan pembangunan Daerah ( Bappeda ) Teluk bintuni, Drs Ajum’at Fimbay, MBA.

Kabupaten yang dipimpin Drg Alfons manibui, DESS dan Wakil Bupati Drs h. Akuba Kaitam tersebut juga kaya akan hasil hutan. Kayu dari Teluk Bintuni telah menarik perhatian para pemegang HPH. Saat ini telah sembilan pemegang HPH yang beroperasi di Teluk bintuni.

Meski demikian, Alfons tidak berharap banyak dari hasil pengolahan hutan. Menurutnya setelah sekian lama kayu dari hutan Bintuni diambil, manfaat yang dirasakan masyarakt tidak tidak signifikan. ” Untuk setiap meter kubik kayu yang diambil, masyarakat hanya mendapatkan sekitar Rp.80 ribu hingga Rp.100 ribu sebagai kompensasi hak ulayat, ” ujar Alfons, prihatin.

Kekayaan teluk Bintuni tidak hanya dipermukaan tanah. Perut bumi Kabupaten berpenduduk 50 ribu jiwa inipun kaya dengan berbagai potensi pertambangan. Cerita kekayaan alam Teluk Bintuni ini telah dimulai sejak zaman Belanda. Beberapa ladang minyak pernah dioperasikan oleh Pemerintah kolonial. ” Kami berencana menghidupkan kembali ladang-ladang minyak yang ditinggalkan Belanda, ” ujar Bupati Alfons.

Selain minyak bumi teluk Bintuni pun memiliki kandungan batubara dan emas. Meskipun kaya akan potensi pertambangan, Pemkab Teluk bintuni tidak ingin silau dengan semua itu dan terburu-buru mengeksploitasinya. ” Kami tetap menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas, karena inilah yang dimiliki oleh rakyat, ” kata Alfons. Kesuburan lahan untuk pengembangan inilah yang akan membawa seluruh rakyat Teluk bintuni menatap masa depan baru yang lebih baik. (sumber: bintuni online)

Jayapura : HPH dan Industri Kayu Pasca Larangan Kayu Log Keluar Papua (Bag. 1) , Alami Mati Suri, Industri Kesulitan Kayu HPH Tidak Bisa Jual

(www.cenderawasihpos.com, 21-07-2008)
Pemprov Papua melarang penjualan semua jenis kayu gelondongan atau kayu log yang berasal dari dalam hutan Papua untuk dibawa keluar. Kebijakan Pemprov Papua ini, mendapatkan dukungan semua pihak, apalagi Pemprov berupaya menumbuhkan industri kayu lokal di Papua dan menata kembali HPH yang ada. Bagaimana kondisi industri kayu local dan HPH saat ini?

Laporan Rambat SH, Jayapura
Hampir 1 tahun ini, Pemerintah Provinsi Papua memberlakukan larangan kayu log keluar dari dalam hutan Bumi Cenderawasih baik untuk diperdagangkan antar pulau maupun di ekspor ke negara lain.
Bahkan, larangan ini diperkuat dengan Surat Keputusan Bersama Gubernur Papua dan Gubernur Papua Barat Nomor 163 Tahun 2007 dan Nomor 16 Tahun 2007 tanggal 18 September 2007 lalu, yang mulai berlaku efektif 2 Januari 2008 lalu.

Sebelumnya, wacana larangan keluarnya kayu log dari Papua ini, dilontarkan Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH saat konferensi PBB tentang Perubahan Iklim yang berlangsung di Bali.
Terobosan yang dibuat Pemprov Papua di bidang kehutanan ini, berdasarkan atas pertimbangan bahwa penjualan kayu log keluar Papua selama ini belum memberikan nilai tambah kepada daerah dan kebijakan ini merupakan komitmen Gubernur Papua, Barnabas Suebu dalam menyikapi pembangunan bidang kehutanan dan masyarakat lokal diharapkan dapat menikmati hasil dari pengolahan kayu, berupa penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya industri lokal.
Namun, sejauh ini larangan penjualan kayu log dan upaya untuk menumbuhkan industri local ini, belum bisa terwujud sepenuhnya, meski sebelumnya pelaku industri kayu lokal optimis terhadap kebijakan Pemprov Papua untuk menumbuhkan industri kayu lokal ini.
Bahkan, industri sempat bernafas lega karena mudah mendapatkan pasokan bahan baku dari HPH, tetapi kini kembali mengalami problema dilematis baik pengusaha HPH dan industri kayu hingga memasuki Juli 2008 ini.
Disisi lain, industri yang ada saat ini justru tidak bisa mendapatkan bahan baku kayu dari HPH, sedangkan disisi lain, HPH sendiri tidak bisa menjual kayu log ke industri, karena masih rumitnya tata niaga kayu di Papua. Baik HPH maupun industri ini, merupakan satu mata rantai investasi di bidang kehutanan yang tidak dapat dipisahkan.
Ketua ISWA (Indonesian Swammil Wood Working Association) atau Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia Papua, Ir. Daniel Gerden mengakui kesulitan yang dialami para pelaku industri perkayuan tersebut.

"Memang kami saat ini mengalami posisi yang dilematis soal perkayuan ini, apalagi kami sebagai pelaku industri kayu lokal di Papua, justru kesulitan mendapatkan bahan baku kayu, jika ada kayu harganya tidak cocok untuk industri," ujarnya Daniel Gerden didampingi Ketua Komda HPHI (Himpunan Pengusaha Hutan Indonesia) Papua, Sudirman kepada Cenderawasih Pos di Prima Garden, Abepura, Sabtu (19/7) akhir pekan kemarin.

Menurutnya, HPH sudah melakukan aktivitasnya di hutan, namun tidak bisa menjualnya. Jika sebelumnya, HPH ini menjual kayu log ke luar Papua karena dari sisi efisiensi, harga yang bersaing dan daya beli industri di Jawa cukup menjanjikan, termasuk ke luar negeri.

Daniel mengungkapkan industri terpasang di Papua khusus mengerjakan atau mendapatkan pasokan kayu log sebagai bahan baku, namun saat ini mengalami kesulitan.
Berdasarkan data ISWA Papua, tercatat ada 28 industri kayu yang ada di Papua, dimana hampir sebagian besar membutuhkan bahan baku kayu log khususnya jenis merbau.
Sementara ini, kayu log yang menjadi primadona adalah jenis merbau, sedangkan baik jenis meranti-merantian dan kayu campuran kesulitan dijual, kecuali sekarang kayu log campuran (mix) diperuntukkan industri plywood, tetapi hanya ada 2 perusahaan di Papua yakni PT Wapoga di Biak dan PT Korindo di Merauke.

Di Papua Barat hanya ada 1 industri kayu saja di Sorong yang menampung kayu log dari seluruh HPH yang ada di Papua Barat, sedangkan dari Papua dibawa ke Papua Barat tentu tidak mungkin.
Akibatnya kesulitan yang dialami ini, ungkap Daniel, saat ini dari 28 industri yang ada di Papua, tinggal 8 industri saja yang masih aktif, namun kini kesulitan mendapatkan bahan baku.
"Industri kayu di Papua saat ini, ibarat jalan hidup segan mati tak mau, atau tahun ini jalan belum tentu tahun depan jalan lagi. Yang jelas, tahun ini industri kayu yang ada di Papua semua tiarap. Kenapa? Karena memang kekurangan bahan baku," jelasnya.

Disisi lain, lanjut Daniel, bahan baku kayu log yang ada di HPH saat ini justru cukup banyak, namun untuk membeli dari HPH, pelaku industri kayu tidak bisa menjangkau dimana dari sisi harga jual tidak terjangkau oleh industri oleh industri, sebab karena industri harus mengeluarkan biaya operasional yang tinggi akibat dari infrastruktur yang belum memadai di Papua, apalagi harga BBM yang naik cukup memberatkan.
Ia mencontohkan, untuk memindahkan kayu log dari satu tempat HPH ke industri, membutuhkan biaya yang cukup besar, apalagi kebanyakan HPH ini berjauhan dengan industri, dimana hampir semua industri di Papua, berada di Kabupaten dan Kota Jayapura, 1 di Nabire dan 1 di Merauke.
Daniel mengungkapkan saat ini, ada sekitar 70 ribuan meter kubik kayu log khususnya jenis merbau yang ready stok ada di HPH, namun tidak bisa dijual ke pasar baik ke luar Papua. "Hanya dijual untuk industri kayu," ujar Sudirman membenarkan pernyataan Daniel.

Jadi, ujar Daniel, kapasitas industri yang mengerjakan kayu log merbau masih sangat minim, sehingga daya serap dari HPH juga, boleh dikatakan sampai saat ini belum terealisasi, karena segi kecocokan harga, infrastruktur dan yang paling utama dari sisi tata usaha kayu yang masih belum nyambung.
"Kira-kira jika kita angkut pakai dokumen apa, karena itu sudah pakai jalan darat atau jalan pemerintah, kalau lewat logging nanti disalahkan lagi, termasuk dari pelabuhan ke industri tidak boleh, padahal di Surabaya tidak apa-apa. Ini hal-hal yang perlu dibicarakan," uijarnya.
Disisi, pemerintah daerah menghendaki ada investasi baru masuk di Papua, namun sampai semester I 2008 ini, kelihatannya belum ada satupun investor baru tersebut melakukan investasi di Papua, kecuali ada satu investor yang sementara melakukan perbaikan mesinnya yakni PT Sinar Wijaya Plywood Industri di Serui, eks Kodeko.

Ketua Komda HPHI Papua, Sudirman mengatakan para pengusaha HPH pada prinsipnya mendukung kebijakan Gubernur Papua yang melarang keluarnya log dari Papua.
Ketua Komda HPHI (Himpunan Pengusaha Hutan Indonesia) Papua, Sudirman menambahkan pada prinsipnya pihaknya sangat mendukung kebijakan Gubernur Papua yang melarang kayu log keluar Papua dan akan menumbuhkan industri di Papua. "Hanya waktu untuk membangun industri ini butuh waktu," ujarnya.
Hanya saja, saat ini para pengusaha HPH juga mengalami dilematis, karena tidak dapat menjual kayu lognya keluar dan hanya untuk industri kayu. Namun, sampai saat ini, industri yang ada di Papua belum maksimal dapat menyerap kayu di HPH tersebut, bahkan kini nyaris tidak ada sehingga saat ini banyak kayu log yang ada di HPH.

"Kita ada stok kayu, dari HPH misalnya di Selatan Papua yang produknya non merbau di perusahaan kami ada stok 15 ribu. Siapa yang mau membeli kayu kami disana? Sampai sekarang 1 batang kayupun belum terjual selama 2 tahun ini," jelasnya.
Kejadian ini, kata Sudirman, tentu membuat pengusaha HPH tidak mau mengalami kerugian. Untuk itu, para pengusaha HPH berusaha membangun industri di Papua, hanya saja ini tidak membutuhkan waktu hanya 2 - 3 bulan saja.

Ia mencontohkan industri PT Sinar Wijaya yang melakukan rehap saja terhadap industrinya, membutuhkan waktu yang lama, dimana 8 bulan lebih, apalagi bagi industri baru yang akan dibangun. Bagaimana solusi dan harapan mereka mengatasi ini, ikuti edisi berikutnya. (bersambung)

Nasional : Nasib Bulus Bengawan Dilacak

(www.mediaindonesia.com, 21-07-2008)
BOJONEGORO--MI:
Tim petugas Kantor Seksi Konservasi Wilayah II Bojonegoro, Jawa Timur yang diketuai Rapinggi dengan tiga petugas lainnya, Senin (21/7) siang melacak nasib bulus (sejenis kura-kura) bengawan solo yang ditemukan Yusuf (47) warga Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk. "Pelacakan yang kami lakukan untuk memastikan nasib bulus itu, termasuk jenisnya," kata staf bagian Penndataan dan Konservasi, Rapinggi. Namun di rumah Yusuf, mereka mendapat penjelasan bulus bengawan itu, sudah disembelih dan dimakan beramai-ramai warga setempat setelah bulus bengawan itu, berhasil diangkat dari perairan setempat dengan dipancing. "Saya dapat uang Rp200 ribu dan pembelinya Raji. Oleh warga disini disembelih dan dimakan ramai-ramai, " kata Yusuf.

Sebenarnya, lanjut Rapinggi, pihaknya belum tahu pasti yang ditemukan itu bulus atau penyu, sehingga dibutuhkan identifikasi. Kalau memang sudah disembelih , maka bagian tubuh atau cangkangnya bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi.
"Kalau ternyata kami tidak mampu mengidentifikasi karena keterbatasan referensi, identifikasi bisa dilakukan dengan meminta bantuan LIPI, " katanya menjelaskan. Menurut Yusuf, ketika disembelih cangkangnya dirusak, sehingga tercabik-cabik, ketika warga mengambil dagingnya. Sedangkan daging bulus itu, lanjutnya, kepalanya bisa masuk ke dalam cangkangnya. Yusuf mengaku, tahun lalu dirinya juga memperoleh kedawang begitu sebutan di masyarakat sebanyak dua ekor bulus dengan ukuran yang hampir ditemukan sekarang ini dengan diameter berkisar 80 cm, berat sekitar 50 kg. Di lokasi ditemukan binatang itu, lanjutnya, sedikitnya masih ada satu ekor dengan ukuran yang sama.

"Perkiraan kami sementara ini, bukan penyu tetapi mirip labi-labi, atau bulus besar (
chitra-chitra), karena tipologi kura-kura kepalanya bisa disembunyikan, " kata Kukuh, petugas lainnya. Dengan begitu, menurut dia, kalau masuk klasifikasi kura-kura berarti yang ditemukan itu, termasuk binatang yang dilindungi sesuai UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Eko Sistim. "Yang jelas tunggu identifikasi kami, untuk memperjelas penyu atau bulus, " katanya. (Ant/OL-2)

Jayapura : 39 Kapal Asing, Diproses, Terlibat Illegal Fishing di Perairan Papua

(www.cenderawasihpos.com, 21-07-2008)
(KRI Dewaruci dan KRI Dewantara Dipadati Pengunjung)
JAYAPURA-Aktivitas illegal fishing di wilayah perairan Papua ternyata masih cukup tinggi. Tak heran jika sekarang ini Lantamal X tengah memproses 39 kapal asing yang diduga terlibat aktivitas illegal fishing.

"Aktivitas Illegal fishing masih cukup banyak terjadi di Papua," jelas Komandan Lantamal X Brigjend TNI (Mar) Giyarto ketika menjawab Cenderawasih Pos usai upacara penyambutan KRI Dewaruci dan KRI Ki Hajar Dewantara di pelabuhan Porasco kemarin.

Adapun modus aktivitas ilegal fishing ini kata dia, pada umumnya merupakan pelanggaran penangkapan ikan. "Jadi fishing ground-nya yang dilanggar," imbuhnya.
Kedua yang dilanggar pada umumnya adalah dokumen - dokumen kapal penangkapan itu sendiri. Para pelaku illegal fishing ini umumnya adalah negara tetangga Indonesai juga mereka diantaranya dari Philipina, Thailand, China dan negara tetangga lainnya, tragisnya lagi bahkan ada yang kerja sama dengan pengusaha di Indonesia.

Hanya saja, Danlanatamal tidak menyebutkan berapa kerugian negara akibat illegal fishing itu, namun ia memastikan bahwa cukup besar kerugian yang dialami akibat dari aktifitas tersebut. "Secara finansial saya tidak bisa hitung berapa kita dirugikan, tetapi sebenarnya cukup besar," ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa yang dibawah penanganan TNI AL saja khususnya Lanlatamal X ada 39 kapal yang sedang diproses saat ini, mereka umumnya dari Philipina, Thailand, China serta ada juga dari pengusaha Indonesai sendiri yang kerjasama dengan asing kapal - kapal asing itu.

Meski begitu, Jenderal Bintang Satu ini mengatakan bahwa khusus ilega mining dan ilegal loging belakangan ini kasusunya lumayan berkurang. Bahkan sudah sangat sedikit, hal ini tentu dikarenakan komitmen semua pihak yang terlibat dalam memberantas illegal logging dan mining itu. "Bukan hanya TNI AL yang membarantas itu termasuk rekan kita polisi, pemerintah dan sebagainya," kilahnya.
Lebih jauh, Danlantamal juga mengatakan, bahwsanya dalam melaksanakan tugasnya, Lantamal X masih kerap terbentur kendala, yakni minimnya sarana dan prasarana penunjang operasional.
"Kendala yang kita hadapi untuk mengantisipasi ilegal fishing, yakni alustista kita masih sangat terbatas, sehingga kita melaksanakan operasi dengan prioritas sasaran dengan bantuan intelijen yang kuat kita baru melakukan prioritas yang dilaksanakan operasi. Tetapi memang kendala kita yang utama adalah alutista yang sangat terbatas untuk melaksanakan operasi di perairan Timur ini," terangnya.
Diakuinya, Lantamal X memang memiliki kapal patroli di setiap pangkalan, tetapi Lantamal X sendiri hanya memiliki 4 kapal yang sekarang disebar di perairan Indonesia Timur yang sekarang dikendalikan gugus keamanan laut.

"Tapi setiap pangkalan, selain Lantamal minimal punya satu Kal-nya yang untuk beroperasi sepanjang wilayah Timur," ujarnya.
Kendati begitu, ia juga mengakui bahwa sejauh ini masih berjalan dengan baik, bahkan ia berani mengatakan bahwa berjalan dengan baik, lancar dan aman karena beberapa pelanggaran juga sudah bisa diatasi.

Seperti diketahui, setelah berlayar selama kurang lebih 17 hari mengarungi lautan, akhirnya KRI Dewaruci dan KRI Kihajar Dewantara sampai juga di Jayapura. Pagi itu (Sabtu,19/7) kapal latih yang membawa 157 Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat II itu disambut oleh Komandan Lantamal X Brigjend TNI (Mar) Giyarto di Pelabuhan Porasco Jayapura bersama sejumlah pejabat militer dan sipil. Mereka diantaranya Dandim 1701 Jayapura Letkol Inf Napoleon, Ketua DPRD Kota Jayapura Drs Theopillus Bonay, Sekda Kota Jayapura Drs Yesaya Udam serta beberapa pejabat lainnya.
Kapal latih yang pelayarannya kerap disebut pelayaran astronomi karena hanya dilengkapi peralatan sederhana dan manual itu, benar - benar antik karena disamping bentuknya yang unik seperti perahu dengan tiang - tiang layar yang banyak kapal ini, juga tidak memiliki peralatan canggih. Menurut Danlantamal kapal tersebut dalam menentukan arah pelayaran hanya mengandalkan bintang di langit.
"Tidak ada alat navigasi yang canggih seperti kapal lainnya, jadi Dewaruci benar-benar untuk kapal latih dengan peralatan yang sangat sederhana," tukasnya kepada Cenderawasih Pos.

Berbeda dengan KRI Dewaruci, KRI Ki Hajar Dewantara justru sebaliknya. Lebih canggih karena dilengkapi pelaratan serta alat navigasi yang canggih, sehingga memudahkan bagi para awaknya.
Ketika KRI Dewaruci mendekati pelabuhan, terlihat para awaknya membentuk formasi, mereka berdiri di tiang - tiang layar dengan sikap sempurna, semua siaga di dek kapal. Sementara KRI Dewantara sandar di pelabuhan Umum Yos Sudarso. Selanjutnya, Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Akmal, turun didampingi salah seorang Kadet AAL asal Papua Stevey I Hamadi, mereka dikalungi bunga oleh regu penari.
Tak ada kata - kata sambutan dari Danlantamal, satu persatu bersama undangan lainnya ia menyambut dan menyalami para Kadet. "Saya lupa dengan anak sendiri," ujarnya guyon di sela-sela ia menyalami para kadet yang salah seorang diantaranya adalah memang putranya bernama Jordan.
Tentang kunjungan Kadet AAL itu, Danlantamal yang pernah menjadi mentor Kadet AAL di Akmil ini mengatakan bahwa kehadiran Kadet AAL tersebut sesungguhnya memiliki 2 tujuan khusus. "Pertama untuk membekali Kadet itu sendiri tentunya untuk memasuki salah satu wilayah NKRI di bagian Timur, sehingga akan memberikan bekal bagi mereka. Kedua, kami berharap masyarakat Papua khususnya masyarakat Indonesia Timur, bisa lebih mengerti dan bisa lebih mendalami bagaimana TNI AL itu, sehingga diharapkan ada yang punya cita - cita menjadi TNI AL untuk mengawal perairan nusantara yang begitu luas ini," paparnya panjang lebar.

Usai sarapan, para Kadet AAL itu berkumpul di Aula, disana mereka diwarning tentang situasi Kota Jayapura oleh Assintel Lantamnal X Kol (Mar) Rusi Haryono. Mereka diingatkan agar berhati - hati di jalan raya jika hendak berjalan - jalan. Rusi juga menerangkan bahwa di Kota Jayapura ada Mall yang letaknya di Abepura dan sejumlah gerai lainnya termasuk tempat reakreasi. "Kalian bisa jalan - jalan ke sana tetapi, tetap jaga nama baik korps," katanya.
Kepada para Kadet itu, juga diberitahu tentang kondisi orang ber-Lalulintas di Kota Jayapura yang acapkali kurang disiplin, sehingga kerap terjadi kecelakaan, seringnya orang mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk dan sebagainya. Untuk itu, mereka diminta berhati hati di jalan raya dan dimanapun berada. Kemarin siang, usai upacara penyambutan, para kadet AAL itu berkunjung ke SMA Buper Waena, disana mereka mensosialisasikan tentang pendidikan AAL.

Sementara itu, KRI Dewaruci dan KRI Dewantara sampai siang kemarin terus dipadati pengunjung, mereka umumnya adalah pelajar dari siswa TK sampai SMA. Mereka begitu antusias ingin melihat - lihat kapal itu dari dekat, karena KRI Dewaruci ukurannya tidak terlalu besar, maka mereka harus antre.(ta)

Manca Negara : Brazil : Konferensi Lahan Basah

(www.mediaindonesia.com, 21-07-2008)
SEKITAR 700 pakar lingkungan dari seluruh dunia telah tiba di ibu kota Brasil untuk membahas langkah-langkah pelestarian lahan basah dalam konferensi empat hari yang akan dimulai hari ini.
Dalam pernyataannya kemarin, para peneliti tersebut mengatakan lahan basah seperti rawa-rawa, mangrove, dan sungai yang membentuk 6% dari permukaan bumi semakin terancam oleh pemanasan global dan penghancuran oleh manusia. Padahal lahan basah mampu menyimpan sekitar 20% dari karbon yang berasal dari pembusukan materi-materi organik.

Menurut para ahli tersebut, lahan basah diperkirakan menyimpan 771 miliar ton gas rumah kaca--karbon dioksida dan metana. Jumlah ini sama banyaknya dengan jumlah karbon yang saat ini telah berada di atmosfer.
Dengan deposit karbon sangat besar yang dikandungnya, mereka memperingatkan, penghancuran lahan basah bakal melepaskan karbon secara besar-besaran ke atmosfer sehingga semakin meningkatkan efek gas rumah kaca.

"Dulu, lahan basah dianggap sebagai masalah. Padahal, lahan basah sangat penting bagi kesehatan planet," ujar Asisten Sekjen PBB Konrad Osterwalder, yang juga merupakan Rektor Universitas PBB. (Hde/AFP/I-2)

21 July 2008

Spesies : Kupu-kupu, Keunikan Tiada Tara

(www.kompas.com, 21-07-2008)
TIDAKLAH
berlebihan bila kupu-kupu dikatakan sebagai primadona di antara satwa avertebrata lainnya. Sayapnya yang indah dan menarik mampu memikat hati banyak orang. Susunan sisik serupa atap genteng pada sayap kupu-kupu memberi corak serta pola warna, dan ini merupakan dasar pemberian nama pada kelompok serangga ini, yaitu Lepidoptera.

Indonesia dianugerahi keragaman kupu-kupu yang berlimpah. Dari perkiraan 17.500 jenis kupu-kupu di dunia, tak kurang dari 1.600 jenis di antaranya tersebar di Indonesia. Kekayaan jumlah jenis ini hanya tertandingi oleh negara-negara tropis di Amerika Selatan, seperti Peru dan Brasil yang mempunyai sekitar 3.000 jenis.

Gambaran tentang keragaman dan kekayaan jenis kupu-kupu Indonesia dapat terlihat di sini. Spesimen kupu-kupu tersimpan dengan baik di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Museum Zoologi Bogor, dan Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Geografis mendukung
Keadaan geografis Indonesia sangat mendukung kekayaan khazanah flora dan fauna Nusantara, dengan pengaruh elemen Asia di kawasan barat, elemen Australia di kawasan timur, dan pengaruh kedua elemen di kawasan Wallacea.

Dari sekitar 1.600 jenis kupu-kupu ini, sebagian tersebar di seluruh Indonesia, sementara sebagian lainnya hanya dapat dijumpai di beberapa pulau tertentu.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keunikan dalam hal sebaran fauna, yang dikenal sebagai endemisitas. Tingkat endemisitas yang tinggi terlihat jelas sekali pada kupu-kupu Indonesia, yang mencapai lebih dari 35 persen dari total jumlah jenis yang menduduki peringkat pertama di dunia.

Peru, Brasil, dan negara-negara lain di Amerika Selatan hanya memiliki tingkat endemisitas kupu-kupu kurang dari 10 persen dari total jumlah jenisnya. Artinya, keunikan kupu-kupu Indonesia jauh melebihi negara-negara mana pun di dunia.

Sulawesi adalah pulau yang memiliki keunikan kupu-kupu tertinggi di Indonesia. Dari 557 jenis yang ada di sana, sebanyak 239 jenis (lebih dari 40 persen) merupakan jenis yang hanya dapat dijumpai di kawasan itu, contohnya Papilio blumei.

Kupu-kupu juga dijadikan simbol metamorfosis yang menakjubkan. Dalam perubahan fase kehidupan (telur-ulat-kepompong-kupu-kupu dewasa), sesungguhnya banyak satwa yang juga mengalami proses metamorfosis serupa, misalnya nyamuk, tawon, dan kumbang. Namun, karena keindahan wujud dewasanya yang sangat kontras dengan bentuk pradewasa, kupu-kupulah yang sering disorot. Dengan demikian, kupu-kupu sering menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi banyak orang.

Ancaman dan perlindungan
Seperti satwa lainnya, kupu-kupu juga menghadapi ancaman kelangkaan dan kepunahan, terutama disebabkan alih fungsi lahan dan habitatnya. Kebanyakan jenis kupu-kupu sangat bergantung pada satu atau dua jenis tumbuhan, yang umum disebut sebagai tanaman inang, sehingga ancaman terhadap jenis tumbuhan tersebut sama saja dengan mengancam keberadaan kupu-kupu.

Jika jenis kupu-kupu itu berperan sebagai penyerbuk tanaman buah atau tanaman potensial lainnya, hilangnya kupu-kupu akan berdampak negatif terhadap produksi tanaman tersebut. Keterkaitan kupu-kupu yang sangat erat dengan tanaman inangnya membuat usaha pelestarian habitat semakin diperlukan.

Dari sekian banyak jenis kupu-kupu di Indonesia, ada 19 jenis yang telah dimasukkan ke dalam daftar jenis satwa yang dilindungi di Indonesia, yaitu Cethosia myrina yang dikenal sebagai kupu-kupu sayap renda dan hanya dijumpai di Sulawesi, Trogonoptera brookiana yang dikenal sebagai kupu-kupu raja Brooke yang dijumpai di Sumatera dan Kalimantan.

Enam jenis kupu-kupu dari marga Ornithoptera yang dikenal sebagai kupu-kupu sayap burung dijumpai di Maluku dan Papua. Adapun 11 jenis kupu-kupu dari marga Troides yang dikenal sebagai kupu-kupu raja (contohnya Troides hypolitus), kebanyakan dijumpai di Indonesia bagian barat dan Sulawesi, serta beberapa jenis berada di Maluku dan Papua.

Masih banyak lagi jenis kupu-kupu yang layak mendapatkan status perlindungan karena berbagai ancaman yang dihadapi. Sebagai contoh, kupu-kupu sayap burung Ornithoptera aesacus yang hanya ditemukan di Pulau Obi dan kupu-kupu sayap burung Ornithoptera croesus yang hanya ditemukan di pulau-pulau di Maluku Utara, perlu segera mendapat perhatian dan perlindungan.

Temuan jenis baru
Kupu-kupu telah menarik perhatian banyak orang sejak lama sehingga kegiatan eksplorasi pengumpulan berbagai jenis kupu-kupu juga telah dilakukan di berbagai belahan Bumi, termasuk di kawasan Nusantara. Saat ini tidak terlalu banyak ditemukan kupu-kupu jenis baru, tetapi tidak tertutup kemungkinan ditemukannya jenis-jenis baru dari pelosok Nusantara.

Selain temuan jenis baru sebagai rekaman sejarah, penggalian potensi kupu-kupu juga harus terus dilakukan. Kontribusi kupu-kupu terhadap kemajuan ilmu medis terbilang cukup signifikan. Demikian besar potensi dan pesona kupu-kupu Indonesia sehingga kita selayaknya memberi ruang bagi kelangsungan hidup mereka.

Penulis: Djunijanti Peggie MSc, PhD, Peneliti kupu-kupu di Bidang Zoologi (Museum Zoologi Bogor), Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Nasional : Presiden Akan Canangkan Gerakan Bulan Menanam Indonesia

(www.mediaindonesia.com, 20-07-2008)
LEBAK--MI:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mencanangkan Gerakan Bulan Menanam Indonesia (BMI) di Kabupaten Lebak, Banten. Demikian dikatakan Kepala Bidang Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Lebak, Asep Mauladi, Minggu (20/7).
Menurut dia, Gerakan Bulan Menanam Indonesia yang akan dicanangkan bulan November mendatang merupakan salah satu upaya untuk mendorong masyarakat lebih peduli terhadap pelestarian hutan dan alam. Kerusakan hutan yang terjadi saat ini akibat kurangnya kesadaran, sehingga terjadi penggundulan hutan di Tanah Air.

Apalagi, maraknya penebangan liar atau pembalakan liar yang bisa menimbulkan bencana alam. "Jangan sampai hutan kita gundul dan perlu adanya kesadaran dari berbagai komponen masyarakat," katanya.

Gerakan BMI, menurut Asep, juga bisa mencegah pemanasan global yang saat ini menjadi sorotan dunia. Oleh karena itu, dengan adanya gerakan BMI pihaknya sangat mendukung untuk penghijauan reboisasi hutan dan alam.

Dia mengatakan Gerakan Bulan Menanam Indonesia rencana dibuka Presiden SBY di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, pada November 2008 mendatang. "Kami beserta masyarakat mendukung gerakan itu guna menyelamatkan pelestarian lingkungan alam," ujar Asep Mauladi. (Ant/OL-06)

20 July 2008

Merauke : Berburu Rusa ke PNG, 7 Warga Kondo Diamankan, Oleh Lanal Merauke

(www.cenderawasihpos.com, 19-07-2008)
MERAUKE- Tujuh warga Kampung Kondo Distrik Nokenjerai berhasil diamankan TNI Angkatan Laut (Lanal Merauke Pos Muara Torasi,red) di Muara Torasi, Kamis (17/7) dinihari, sekitar pukul 01.00 WIT. Ketujuh warga Merauke yang diamankan ini karena telah melakukan perburuan rusa ke PNG tanpa dokumen.
''Mereka kami amankan karena melakukan perburuan ke negara tetangga tanpa dilengkapi dokumen,'' terang Danlanal Merauke Letkol Laut (P) Dwi Sulaksono, ditemui di ruangannya, Jumat (18/7), kemarin.

Menurut Danlanal, ketujuh warga Merauke itu berhasil diamankan anak buahnya yang berada di Pos Torasi saat ketujuh warga itu sedang keluar dari perbatasan PNG. ''Saat itu mereka keluar dari PNG menggunakan 2 sloop yang berhasil dilihat oleh anggota kami. Lalu mereka mengejar. Satu dari sloop itu kandas dan bocor sehingga berhasil kita amankan,'' jelasnya.

Menurut Danlanal, kendati selama ini secara tradisi warga Indonesia yang ada di perbatasan dan sebaliknya bebas masuk keluar perbatasan namun perlu terus disadarkan. ''Apalagi mereka ke sana berburu tanpa dokumen. Kalau tertangkap oleh Pemerintah PNG, pasti harus melalui diplomasi lagi. Apalagi beberapa waktu lalu, beberapa warga Merauke sepeda motornya terpaksa di tahan Pemerintah PNG karena masuk berdagang tanpa dokumen. Ini harus menjadi pelajaran bagi warga kita,'' katanya.
Disamping itu, sambung Danlanal, apabila perburuan liar tersebut secara terus menerus dilakukan oleh warga kita di PNG, maka bisa mengganggu hubungan kedua Negara.

Dari keterangan yang diperoleh dari ke-7 warga yang diamankan itu, ungkap Danlanal, pendapatan yang diperoleh dari hasil berburu rusa itu rata-rata sekitar Rp 200 ribu untuk waktu 2 minggu berada di PNG. ''Ini kan tidak sebanding jika mereka tertangkap oleh Pemerintah PNG,'' jelasnya. Kendati sempat diamankan, namun ke-7 warga tersebut telah dilepas dan barang bukti dari mereka dikembalikan. ''Tujuh warga kita itu hanya kita amankan untuk beri penyadaran sehingga nantinya tidak mengulangi lagi,'' tandasnya. (ulo)

Timika : Menhub Tanam Pohon Bintangur di Areal Tailing

(www.cenderawasihpos.com, 19-07-2008)
TIMIKA - Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal bersama Presiden Direktur CEO PT Freeport Indonesia Armando Mahler dan Bupati Mimika, A Allo Rafra, SH, anggota Komisi V DPR RI Bu Etha Bulo dan beberapa pejabat lainnya melakukan penanaman pohon Bintangur di lokasi pusat reklamari PTFI Mile Pos (MP) 21.

Usai melakukan penanaman pohon bintangur, mentri dan rombongan dipandu oleh Penanggungjawab Pusat Reklamasi PTFI Herman Dasril meninjau seluruh areal di pusat reklamasi tersebut.

Pusat reklamasi ini merupakan kawasan dulunya merupakan daerah endapan pasir sisa tambang (Sirsat) atau tailing, namun kini menjadi daerah reklamasi. Luas seluruhnya mencapai 125 Ha, namun yang dilelolah khusus ( direklamasi) seluas 23 Ha.

Di kawasan reklamasi itu sudah bisa ditanami berbagai jenis tanaman, seperti kelapa, pinang, sagu, dan berbagai jenis pohon lainnya, termasuk tanaman semusim seperi sayur mayur. Ada juga penangkaran kupu-kupu dan kolam ikan air tawar.

Dibagian lain, ada juga kawasan suksesi alam, yakni kawasan endapan tailing yang kini sudah ditumbuhi berbagai jenis tanaman. (luc)

Nasional : RI Tangkap Sembilan Kapal Asing, Curi Ikan Senilai Rp 21,5 Miliar

(www.cenderawasihpos.com, 19-07-2008)
JAKARTA - Pelaku illegal fishing di Indonesia tidak juga jera. Meski berkali-kali dipergoki aparat keamanan Indonesia, kapal-kapal asing tanpa izin itu tetap nekat mencuri ikan di laut RI. Kapal pengawas Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap dua kapal Vietnam dan tujuh kapal Thailand tanpa dokumen di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) perairan Laut China Selatan.
"Dengan beroperasinya kesembilan kapal asing yang mencuri ikan itu, negara diperkirakan rugi Rp 21,5 miliar,'' kata Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) Aji Sularso kepada wartawan di Jakarta kemarin (18/07).

Kini awak kapal kesembilan kapal asing itu disidangkan di peradilan ad hock perikanan di Pelabuhan Sabang Mawang, Ranai, Kepulauan Riau, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ''Prosesnya akan dipercepat supaya kerugian negara segera kembali. Misalnya, kalau lama, ikan akan membusuk,'' katanya.

Menurut Aji, ada beberapa modus operandi yang dilakukan para pelaku illegal fishing . Misalnya, memalsukan dokumen izin, menggunakan alat tangkap di luar peraturan yang ditetapkan, dan melanggar batas fishing area yang diperbolehkan.

Awak kapal asing itu juga memanipulasi persyaratan (DC, bill of sale), berpidah dari kapal ke kapal lain (transshipment) di tengah laut, tidak pernah melapor ke pelabuhan perikanan setempat, dan menggunakan dua bendera (double flagging). ''Kalau tim patroli datang, mereka segera mengganti bendera dengan Merah Putih, seakan-akan itu kapal kita,'' kata mantan kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) DKP itu.

Ada beberapa perairan favorit yang selama ini dijadikan tempat illegal fishing nelayan asing. Misalnya, kawasan zona ekonomi eksklusif (ZEE), laut teritorial, Laut Natuna, Laut Arafura, dan utara Sulawesi Utara. Illegal fishing di Laut Natuna umumnya dilakukan kapal-kapal Taiwan, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Di utara Sulawesi Utara oleh kapal-kapal Philipina. Sedangkan di Laut Arafura oleh kapal Thailand, RRC, dan Taiwan.

''Mereka melakukan illegal fishing agar industri pengolahan di negara yang bersangkutan dapat bertahan. Wilayah tangkapan mereka juga makin habis. Di sisi lain, ada faktor terbukanya laut Indonesia, pengawasan yang lemah, dan terjadinya perbedaan harga ikan memotivasi pelanggaran,'' papar Aji.

Pria berkacamata itu memaparkan, berdasarkan estimasi perhitungan organisasi pangan dan pertanian (FAO), negara dirugikan sekitar Rp 30 triliun per tahun. Selain itu, terjadi over fishing dan overcapacity, rusaknya kelestarian sumber daya ikan, stok ikan menurun, dan melemahnya daya saing perusahaan Indonesia. ''Nelayan Indonesia juga semakin termarginalkan. Tangkapan per unit usaha nelayan dan perusahaan nasional juga menurun. Bahkan, usaha perikanan Indonesia menjadi sangat tidak kondusif," katanya.

Hingga pertengahan Juli 2008, sejak dilakukan operasi sapu bersih awal Desember 2007, kini DKP berhasil menangkap 167 kapal yang melakukan illegal fishing. Itu berarti hampir mendekati jumlah tangkapan pada 2007 yang mencapai 184 kapal. ''Total potensi kerugian negara yang terselamatkan Rp 398,829 miliar,'' jelasnya.(rdl/iro)

18 July 2008

Keerom : Penyaluran Bantuan Benih Ikan Akan Dituntaskan

(www.cenderawasihpos.com, 18-07-2008)
KEEROM-Penyaluran benih ikan air tawar bantuan dari Pemprov.Papua yang disalurkan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Keerom sebanyak 170 ribu ekor belum terserap 100 persen.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Keerom Mince Kadang mengatakan sejak didistribusikan bulan lalu, baru 34 ribu ekor benih yang didistribusikan."Yang belum tersaluarkan sebanyak 135 ribu ekor dan target kami bulan Agustus penyalurannya sudah tuntas dan akan kami bagikan untuk kelompok yang ada di Distrik Skamto sesuai dengan permintaan peemrintah provinsi,"terangntyaa saat dihubungi Cenderawasih Pos, Kamis (17/7).

Penyaluran benih ikan air tawar kepada kelompok penerima menurut Mince Kadang terkendala penyiapan lokasi. Kendala lain yang dihadapi yaitu adanya kekosongan stok benih dan benih yang tersedia juga masih kecil sehingga belum siap untuk disalurkan.

"Saat ini telah masuk musim hujan. Jadi setelah semua lokasi di Distrik Skamto telah siap maka ditargetkan pada Agustus mendatang sisa benih sebanyak 135 ribu tersebut akan langsung disalurkan kepada para petani ikan,"lanjutnya.

Disinggung mengenai penyaluran 34 ribu benih ikan, Mince Kadang mengatakan benih tersebut telah disalurkan kepada petani ikan yang berada di wilayah Arso 8 sebanyak 3 kelompok dan Arso 3 distrik Skamto."Diharapkan bantuan benih ikan air tawar ini, bisa membantu petani ikan dalam meningkatak perekonomian ekonomi keluarga dan akan kami pantau perkembangannya,"tambahnya. (lie)

Keerom : Penyaluran Bantuan Benih Ikan Akan Dituntaskan

(www.cenderawasihpos.com, 18-07-2008)
KEEROM-Tanggapan miring dari masyarakat yang mengatakan bahwa lahan percetakan padi yang telah dikerjakan petani di Arso 5, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom akan dialihkan ke lokasi lain di Kabupaten Keerom, dibantah Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Keerom, Roberth Purwoko.

"Hal itu tidak benar, tetapi pemerintah justru mencari areal baru. Sebab tahun 2007 melalui APBN, pemerintah pusat meluncurkan program untuk percetakan sawah seluas 100 hektar. Tahun ini, pemerintah pusat kembali menambah program percetakan sawah di Keerom, dengan luasan 100 Ha. Untuk itu kami harus mencari lahan baru dan telah menemukan di Pir 4, Kampung Wonorejo, Distrik Arso,"jelasnya saat ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Jumat (18/7).

Dikatakan, lahan yang ada di Pir 4 sangatlah efesien untuk persawahan. Sebab, selain hamparan lahan melebih permintaan dari pusat, lokasi tersebut juga tidak mengalami kendala dalam hal pengairan. "Di lokasi tersebut terdapat sungai yang bisa digunakan untuk mengairi sawah yang akan dibuat, baik pada musim hujan maupun musim kemarau,"ungkapnya.

Mengenai masalah pengairan, Purwoko mengatakan telah berkordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Keerom, dan Bappeda Kabupaten Keerom untuk pembangunan irigasi yang direncanakan tahun 2009. "Nantinya dalam proses penanaman padi, setiap hektar sawah akan ditanam 40 kg benih padi. Lahan itu nantinya dikelola oleh 4 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 25 kepala keluarga,"tambahnya.(nls)

16 July 2008

Manca Negara : Tasmania : Setan Tasmania Lawan Kanker dengan Seks

(www.kompas.com, 15-08-2008)

TASMANIA, SELASA - Selama beberapa tahun kelangsungan hidup setan Tasmania (tasmanian devil) terancam serangan penyakit kanker yang mematikan. Penyebabnya tidak diketahui dan para peneliti terus berupaya mencegah dari kepunahan.

Seperti satwa khas Australia lainnya, hewan yang memiliki nama spesies Sarcophilus harrisii juga jenis marsupial. Hewan betina memiliki kantung di perutnya untuk menjaga dan menyusui anaknya yag baru lahir. Saat ini setan Tasmania hanya hidup di Tasmania, namun bukti fosil menunjukkan bahwa hewan tersebut pernah hidup di daratan Australia.

Selain kantung, setan Tasmania juga memiliki ciri khas rambut hitam yang lebat sekujur tubuhnya. Perilakunya juga khas dengan mengeluarkan gas berbau tajam untuk melawan musuhnya, suara yang melengking, dan geretan gigi yang menakutkan saat melumat mangsanya.

Sejak 1800-an, para pendatang memburu hewan tersebut karena menyerang ternak. Saat ini bukan manusia yang menjadi ancaman utama, melainkan tumor muka yang ganas. Penyakit tersebut menular melalui gigitan. Biasanya menyerang hewan berusia 2 tahun dan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan bulan.

Sebelum penyakit tersebut mewabah, usia rata-rata dalam populasi di atas 3 tahun. Namun, saat ini hewan yang matang secara seksual di bawah setahun naik menjadi 13-83 persen. Hal tersebut merupakan hasil pengukuran yang dilakukan Menna Jones dan para peneliti lainnya dari Universitas Tasmania di empat titik populasi.

Para peneliti menduga perubahan penyebaran populasi dan penurunan kompetisi untuk mendapat makanan mendorong hewan-hewan yang masih muda untuk bereproduksi sebelum waktunya. Perkembangbiakan yang lebih awal mungkin solusi yang dikembangkan populasi setan Tasmania untuk beradaptasi terhadap serangan kanker. Mamalia khas Pulau Tasmania itu melawannya dengan mengubah strategi seksualnya untuk menghadapi situasi tersebut.

Kanker yang menyerang mulut, muka, dan leher pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di salah satu pusat populasi setan Tasmania. Pada 2007, penyakit tersebut menyebar ke lebih dari setengah sebaran populasinya. Akibat penyakit tersebut, populasinya menurun hampir 89 persen.WAH
Sumber : LIVESCIENCE

15 July 2008

Nasional : Negara Berkembang di Khatulistiwa Rawan Terkena Dampak Perubahan Iklim

(www.mediaindonesia.com, 14-07-2008)
DEPOK--MI:
Ketua Dewan Pembina Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), Ismid Hadad mengatakan, rakyat miskin negara-negara berkembang yang terletak di Khatulistiwa paling rawan terkena dampak perubahan iklim.

"Dampak perubahan iklim tersebut sering berakibat pada migrasi massal dan potensi konflik sosial antardaerah dan antarbangsa," katanya dalam seminar bertema "Tantangan dan Peluang Global Warming Bagi Lingkungan dan Pembangunan Indonesia", di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (FEUI), di Depok, Senin.

Ia mengatakan, kenaikan suhu bumi karena panas udara terkurung konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) dari 220 ppm CO2 sebelum zaman revolusi industri (1880-an) menjadi 430 ppm CO2 equivalen pada tahun 2000, dan menuju ke 550 ppm pada 2035 bahkan bisa menjadi 750 ppm CO2, jika pola pembangunan tetap business as usual tanpa upaya mitigasi perubahan iklim.

Kenaikan konsentrasi GRK, kata dia, harus bisa dihentikan pada tingkat 450-550 ppm CO2, karena jika tidak akan berdampak pada terjadinya banjir dan kekeringan silih berganti, gagal panen, kebakaran hutan, degradasi ekosistem, species punah, berjangkitnya penyakit malaria, malnutrisi dan berbagai penyakit lainnya.

"Kita harus mulai dari sekarang mengantsipasi kejadian itu, karena jika tidak bumi akan seperti neraka yang tidak nyaman untuk dihuni," katanya.

Menurut dia, dalam 50 tahun mendatang suhu iklim global rata-rata naik 2-3 derajat celsius yang akan berdampak pada mencairnya "glaciers" dan lapisan salju, naiknya permukaan air laut, curah hujan berubah, pola iklim regional bergeser, berkurangnya pasokan air, berubahnya pola pertanian, tenggelamnya pantai dataran rendah dan pulau-pulau kecil, dan sebagainya.

Lebih lanjut Ismid Hadad mengatakan, pengurangan CO2 harus dicapai dalam suatu kerangka waktu yang memungkinkan ekosistem beradaptasi secara alamiah dengan perubahan iklim, yang memberi kepastian bahwa produksi pangan tidak terganggu, dan yang memungkinkan pembangunan ekonomi berlangsung secara berkelanjutan.

Dikatakannya bahwa prinsip "Common but Differentiated Responsibilities" antara negara maju dan negar berkembang dalam memikul beban dan dampak perubahan iklim dibedakan kewajiban negara maju (Annex I Parties), dan negara berkembang (Non-Annex).

"Negara Annex I harus mengurangi emisi GRK kembali ke tingkat emisi 1990, sedangkan negara non-annex tidak dibebani kewajiban tersebut," katanya.

Selain itu, kata dia, diperlukan prinsip "right to development" agar tiap bangsa dan tiap generasi mempunyai hak untuk mewarisi lingkungan yang bersih dan membangun serta meningkatkan kesejahteraan masing-masing.(Ant/OL-01)

12 July 2008

Yapen : Pemkab Yapen dan Deptan Kembangkan Kopi dan Cacao

(www.cenderawasihpos.com, 11-07-2008)
JAYAPURA- Kendati tidak memiliki potensi tambang seperti daerah lainnya di Papua, Kabupaten Kepulauan Yapen (dulunya Serui) bukan berarti daerah ini miskin akan potensi alam. Di bidang pertanian, daerah ini ternyata memiliki potensi yang luar biasa, sehingga Departemen Pertanian (Deptan) akan menjadikan daerah ini sebagai proyek percontohan untuk budidaya Kopi dan Cacao.
"Kepulauan Yapen sekarang ini sedang mengembangkan komoditas kopi dan cacao," ungkap Bupati Kepaualaun Yapen Soleman D. Betawi kepada Cenderawasih Pos kemarin. Ia mengatakan bahwa atas saran menteri pertanian, ia melakukan studi ke Vietnam untuk mempelajari tentang Kopi dan Cacao. "Saya baru pulang dari Vietnam bersama beberapa orang dari delegasi Indonesia, pak Menteri suruh saya ke sana untuk studi kopi dan cacao," ungkapnya.

Ia melakukan hal itu karena kedepannya potensi pertanian khususnya kopi dan cacaio di Yepan sangat besar tak heran pula jika kemudian Departemen Pertanian menjadikan Yapen sebagai proyek percontohan untuk komoditas kopi dan cacao. "Mereka memilih kita karena melihat perencanaan kita cukup bagus, dan kita hanya menanam bibit yang ada sertivikasi dari Departemen pertanian," katanya.
Terkait dengan pelaksanaan pilot proyek itu, Pemkab Yapen telah melakukan kerjasama dengan dengan sejumlah lembaga antara lain UNIPA Manokwari, IPB Bogor, serta lembaga riset lainnya. "Ini semua kita lakukan supaya program ini semuanya berjalan bagus," ujarnya.

Sehingga apa yang kerap ditakutkan oleh petani kopi dan cacao yakni hama penggerek batang (PBK) tidak akan masuk ke Yapen tentunya melalui penggunaan bibit yang baik dan disertivikasi. "Kami konsern di komoditas ini karena peluang kopi dan kakao ini sangat besar tinggal bagaimana kita kerja saja," katanya.(ta)