Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

29 June 2008

Sorong : Ilegal Fishing, Lanal Gelar Coffee Morning

(www.radarsorong.com, 28-06-2008)
SORONG- Bertempat di Aula Lanal Sorong kemarin pagi (28/5) digelar coffee morning dengan melibatkan semua instansi jasa maritim yang ada di Kota Sorong. instansi jasa maritim (Injasmar) yang diundang dari PT Pelni, Adpel, KP3 Laut, Satpolair, Kantor Perikanan dan Kelautan baik kota maupun kabupaten termasuk industri jasa maritim. Dalam coffee morning yang berlangsung dari pukul 10.00-12.00 WIT sekaligus perkenalan diri dari Danlanal Sorong, Letkol Laut (P) Yudo Margono sebaqai pejabat yang baru.

Usai coffee morning, Danlanal Sorong menjelaskan pertemuan dengan industri jasa maritim baik pemerintah maupun swasta untuk mempererat hubungan sebagai bagian dari satuan lingkup maritim. “Selain perkenalan saya secara pribadi sebagai komandan lanal yang baru. Sekaligus untuk mempererat hubungan dengan instansi lain di maritim dalam rangka melaksanakan tugas-tugas kedepan,”ujar Danlanal.

Dikatakan, kegiatan ini dipandang sangat penting dalam rangka saling tukar menukar informasi dan shearing mengenai penanganan kegiatan illegal dan yang lebih terutama adalah illegal fishing. Tukar menukar info membutuhkan kerjasama, sehingga kedepan tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Lebih lanjut Danlanal menjelaskan kegiatan ini akan berkelanjuntan terus menerus. Dimana instansi jasa maritim ini akan dapat difungsikan sebagai cadangan dari TNI-AL. “Kedepan kegiatan akan dilakukan terus menerus, kita lihat jadual masing- masing instansi,”kata Danlanal.(boy)

Sorong : Dari Kasus Dugaan Pelanggaran UU Kehutanan Tahun 2005 Lalu, Tak Ditempat, Upaya Eksekusi Terdakwa Terganjal

(www.radarsorong.com, 28-06-2008)
TERDAKWA Rommel Sitorus yang diduga terlibat kasus pelanggaran UU Kehutanan tahun 2005 lalu yang mana oleh majelis hakim yang mengadili perkaranya di PN Sorong dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana seperti didakwakan JPU. Namun dari informasi terpercaya yang diterima Radar Sorong kemarin ternyata upaya kasasi dari JPU ke Mahkamah Agung akhirnya membuahkan hasil yakni memvonis terdakwa selama 1 tahun penjara. Masih sesuai informasi yang berkembang jika putusan kasasi ini sebenarnya telah keluar sejak Juni 2007 lalu.

Panitera Sekretaris PN Sorong, M.T Pietersz S.Sos SH yang dikonfirmasi kemarin siang (28/5) membenarkan jika salinan putusan sudah diterima beberapa waktu lalu dan sudah disampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal ini ke kejaksaan maupun kepada kuasa hukum terdakwa. “Yang jelas sudah lama disampaikan,”ujar M.T Pietersz, S.Sos, SH kepada Radar Sorong kemarin. Namun mengenai kepastian waktu penyerahan tersebut, M.T Pietersz tidak bisa memastikan karena tidak ingat mengingat sudah lama penyerahan tersebut.

Sedangkan Ismail Nahumarury, SH yang tak lain JPU dalam perkara pidana ini saat ditanyai masalah ini mengakui untuk salinan putusan kasasi sudah diterima dari PN Sorong. Namun sejak terima salinan putusan tersebut, pihaknya sudah berupaya melakukan eksekusi namun sampai saat ini belum berhasil dan terganjal. Dikarenakan setiap kali mau dieksekusi yang bersangkutan tidak berada di tempat. Padahal pihaknya sudah berkali-kali mendatangi kediaman terdakwa. Namun demikian dirinya selaku JPU dalam perkara ini patut berbangga karena berhasil mengingat sekalipun di pengadilan, terdakwa dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan, ternyata MA justru menyatakan bersalah dan memvonis 1 tahun. “Kewajiban kita untuk lakukan eksekusi, apapun alasannya kita harus eksekusi. Upaya hukum lanjutan dengan pengajuan PK tidak menghalangi proses eksekusi,”ujar Ismail Nahumarury, SH.

Sementara itu saat ditanya untuk mempercepat proses eksekusi apa tidak meminta bantuan aparat keamanan, Ismail Nahumarury menyatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan aparat keamanan. Lalu untuk menemukan terdakwa secepatnya apakah bisa dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO), kembali Ismail Nahumarury menegaskan ya mudah-mudahan.

Mengenai kabar-kabar miring yang beredar jika terdakwa tidak bisa dieksekusi yang diduga terdakwa sudah menyerahkan sejumlah uang, Ismail Nahumarury, SH langsung membantah keras kabar miring tersebut. “Tidak ada, itu tidak benar, itu hanya opini dari yang mungkin tidak senang dengan kita. Rp 125 juta itu tidak ada sama sekali. Kalau dia kasih sementara sudah ada putusan kasasi kan bodok sekali. Jadi itu sama sekali tidak benar,”tegas Ismail.(ian)

28 June 2008

Nasional : Lima Harimau Sumatera Dipindahkan dari Aceh ke Lampung

(www.kompas.com, 27-06-2008)
BANDARLAMPUNG, JUMAT
- Departemen Kehutanan melalui Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan mentranslokasikan atau memindahkan lima ekor harimau sumatera atau P
anthera tigris sumatrae dan satu ekor buaya asal Nanggroe Aceh Darussalam ke Lampung. Keenam satwa itu dipindah ke wilayah Tampang Belimbing tepatnya di Kampung Pengekahan Desa Way Haru Kecamatan Tampang Belimbing, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan Tonny Soehartono pada acara pemindahan harimau dan buaya di area Kargo Bandar Udara Raden Intan, Branti, Lampung Selatan, Lampung, Jumat ( 27/6) mengatakan, kelima harimau tersebut merupakan hasil tangkapan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) enam bulan yang lalu.

Kelima harimau yang terdiri atas empat harimau jantan dan satu betina itu ditangkap akibat sering menimbulkan konflik dengan warga sekitar. Warga di sana sudah menolak harimau itu. KOnflik terjadi karena habitat si raja hutan di wilayah NAD sudah rusak dan tidak mampu menyediakan sumber makanan sehingga mereka turun ke permukiman, ujar Tonny.

Begitu ditangkap, kelima harimau itu dikurung dalam kandang ukuran 2x3 meter. Pengandangan selama enam bulan itu tidak memenuhi standar kebebasan dan keliaran harimau. Harimau itu juga menjadi tergantung kepada manusia, terutama dalam hal makanan.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kurnia Rauf pada kesempatan tersebut mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan menunjukkan hutan di wilayah Tampang Belimbing masih alami dan cocok sebagai habitat baru lima ekor harimau itu. Hal itu didukung dengan kondisi masih penuhnya Tampang Belimbing dengan kijang, rusa, ataupun babi hutan yang merupakan pakan raja hutan itu. Wilayah di ujung selatan TNBBS itu juga penuh dengan sumber air yang mendukung kehidupan liar harimau.

Pemindahan kelima ekor harimau dan satu ekor buaya itu memakan waktu hampir seharian . Dengan menggunakan pesawat sewaan jenis hercules, kelima harimau dan buaya itu menempuh waktu penerbangan selama 3,5 jam. Pesawat terbang dari NAD pukul 07.00 dan tiba di Bandar Udara Raden Intan Lampung pukul 10.30.

Selanjutnya, satwa-satwa itu langsung dipindahkan ke Tampang Belimbing dengan menggunakan pesawat hercules TNI yang berukuran lebih kecil. Satwa-satwa itu dipindahkan dalam tiga shift. Pemindahan itu disponsori Taman Safari Indonesia dan Artha Graha Peduli.

Dokter hewan Bongot, salah satu anggota tim dokter hewan yang memeriksa dan mengawal kesehatan kelima harimau itu mengatakan, saat masih dalam perawatan BKSDA NAD dan menjelang translokasi kelima harimua itu diberi inisial A1, A2, A3, A4, dan A5. Harimau A1 berbobot 105 kilogram berjenis kelamin jantan, A2 berbobot 62 kilogram dan berjenis kelamin jantan, A3 berbobot 106 kilogram berjenis kelamin jantan, A4 berbobot 105 kilogra m dan berjenis kelamin jantan, serta A5 berbobot 50 kilogram dan berjenis kelamin betina.

Kelima harimau itu berumur antara 49 tahun. Saat dipindahkan, kelimanya dalam kondisi sangat sehat.

Lebih lanjur Tonny mengatakan, begitu sampai di Tampang Belimbing, kelima ekor harimau itu tidak langsung dilepasliarkan di hutan tropis TNBBS. Kelima harimau itu akan ditempatkan dalam dua kandang luas untuk beradaptasi sambil diawasi oleh tim dokter ataupun pengelola TNBBS. Proses adaptasi bisa berlangsung beberapa bulan sampai kelimanya siap dilepasliarkan di hutan TNBBS.

Saat siap dilepasliarkan, sebelum dilepasliarkan pengelola TNBBS dan sponsor akan memasang GSM Collar ke setiap ekor harimau. Langkah itu ditempuh untuk memonitor keberadaan harimau-harimau tersebut.

Menurut Tonny, upaya tersebut seklaigus menjadi upaya pemantauan untuk pelestarian harimau sumatera. Selama puluhan tahun, harimau sumatera hidup dalam keterancaman kepunahan akibat aktivitas perburuan liar, perdagangan satwa, konflik satwa, ataupun mitos-mitos.

Menurut informasi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), harimau sumatera sudah masuk dalam appendix I atau peringkat dengan kekritisan tinggi. Populasi satwa itu di hutan tropis Sumatera diperkirakan tinggal 350-400 ekor saja.

27 June 2008

Nasional : Rakyat Kalimantan Kian Sulit Dapat Tumbuhan Obat

(www.kompas.com, 25-06-2008)
SAMARINDA, RABU
- Masyarakat Kalimantan kini kian sulit mendapatkan tumbuhan obat akibat banyak kawasan hutan yang rusak dan dikelola tak ramah oleh perusahaan atau berubah menjadi perkebunan.

Hutan yang kaya tumbuhan obat kini jauh dari permukiman sehingga warga enggan ke sana. Akibatnya, pengetahuan tentang berbagai tumbuhan obat berangsur-angsur sirna. Warga mulai bergantung pada obat buatan pabrik yang harus dibeli.

”Ironis, rakyat yang dulu amat paham meracik tumbuhan obat kini membeli obat-obatan,” kata Irawan Wijaya Kusuma dalam Diskusi Rimbawan Universitas Mulawarman di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (24/6).

Dalam makalahnya disebutkan, ada 28.000 jenis tumbuhan di Indonesia, 7.000 di antaranya tumbuhan obat. Sementara baru 1.000 jenis yang dipakai.

Dosen Jurusan Teknologi Hasil Hutan Unmul itu mendapati orang Ransa (Dayak) di Kalimantan Barat mengenal 250 jenis tumbuhan obat, orang Punan (Kalimantan Timur) 95 jenis, dan orang Kenyah 81 jenis tumbuhan yang bisa menjadi ramuan obat.

Menurut Hery Romadan, pemasar atau pengusaha obat tradisional, orang Tonyooi dan Benuaq di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, telah lama memanfaatkan pasak bumi (Eurycoma longifolia) sebagai obat penguat stamina. Orang Iban di Kalbar memakai kacip (rumput fatimah-Labisia pumila) untuk memperlancar persalinan.

”Sayang negara lain mematenkan teknologi pemanfaatan kedua jenis tumbuhan itu,” kata Hery. Oleh Malaysia, pasak bumi dikemas jadi kapsul atau campuran kopi, begitu juga dengan rumput fatimah. Agar pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat tak sirna, menurut Emilda Kuspraningrum dari Fakultas Hukum Unmul, semua perlu dipatenkan dan sejumlah tumbuhan perlu dilindungi dengan peraturan khusus. (BRO/KOMPAS)

25 June 2008

Kaimana : Polisi Temukan 1.500 Bibit Pala

(www.radarsorong.com, 24-06-2008)
KAIMANA-Barang Bukti berupa 1.500 bibit pala siap tanam yang sempat hilang 4 hari belakangan ini, Minggu (22/6) lalu ditemukan polisi setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan. Ribuan bibit pala tersebut ditemukan polisi di kediaman Pimpinan CV Efata Nanang Suratna. Berita yang cukup santer beredar di masyarakat menyebutkan, diduga ada persekongkolan dalam pencurian tersebut.
Kapolres Kaimana melalui Kasat Reskrim Iptu Kristian Sawaki yang ditemui Kaimana Pos kemarin di ruang kerjanya mengaku pihaknya telah menemukan ribuan bibit pala siap tanam yang sempat hilang dari tempat persemaian Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

“Jadi besok (hari ini,red) kita akan periksa saksi kuncinya MS yang belum ditetapkan sebagai tersangka. Kita juga akan memanggil saudara Nanang Suratna untuk dimintai keterangan. Jika cukup bukti dan mengarah pada tindak pidana, kita akan tetapkan sebagai tersangka,” tegasnya.
Lanjut Kasat, jika memang terbukti dan menyakinkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, tersangka akan dikenakan pasal 363 KUHP tentang pencurian pada malam hari. Saat ini kita masih dalam proses penyelidikan dan penyidikan. “Kalau sudah kita periksa akan kita sampaikan,” tukasnya lebih lanjut.

Sementara itu pimpinan CV. Efata Nanang Suratna yang diduga penadah barang curian tersebut dan hendak dikonfirmasi wartawan tidak berada di tempat. “Beliau sedang ke Dinas PU dan Perhubungan. Nanti beliau datang saya sampaikan,” terang salah satu staf CV Efata Gunawan di kediamannya di kompleks Air Merah Kaimana.

Pantauan Kaimana Pos, sebanyak 1.500 bibit pala BB tindak pencurian tersebut hingga saat ini dipasang garis polisi. Terlihat sebanyak 1.500 bibit pala disusun rapi di tempat persemaian CV Efata dan dijaga beberapa penjaga yang bekerja pada perusahaan tersebut.(ani)

Biak : Bakal Ekspor Minyak Kelapa

PEMERINTAH Kabupaten Supiori melalui PKK ditawari PT Catalisindo Consultan Jogyakarta mengirim (mengekspor) minimal 1.000 liter minyak kelapa sekali kirim. Hanya saja, untuk sementara pihak TP PKK belum bisa akan memenuhi permintaan beberapa waktu kedepan ini.

"Kami telah ditawari PT Kotalisindo Konsultan untuk mengirim 1.000 liter minyak kelapa ke Jogyakarta namun kami belum mampu kalau untuk sekarang, namun kedepannya ini kami akan upayakan," kata Ketua TP PKK Kabupaten Supiori Ny. Ance Warikar kepada Cenderawasih Pos baru-baru ini.(ito)

23 June 2008

Sorong : BB KM Raja Tuna 25 Diserahkan

(www.radarsorong.com, 23-06-2008)
SORONG- Bertempat di Satpolair Polresta Sorong Sabtu lalu (21/6) dilakukan penandatangan penyerahan barang bukti KM Raja Tuna 25 dengan ukuran 14 GT yang terbuat dari kayu kepada pemilik kapal dengan status pinjam pakai. Penandatanganan penyerahan BB dilakukan oleh penyidik Satpolair dengan pemilik kapal dan disaksikan oleh JPU Ismail Nahumarury, SH dan Kasat Polair Polresta AKP Steven Rahaktoknam.

Seperti diketahui KM Raja Tuna II di tangkap Satpolair pada tanggal 6 April 2008 di Perairan Makbon Kabupaten Sorong dengan tersangka Noel Tamaris sebagai nahkoda kapal. Kapolresta Sorong, AKBP Janjte Jimmy Tuilan, SE didampingi Kasat Polair Polresta Sorong, AKP Steven Rahaktoknam menjelaskan bahwa kasus penangkapan kapal KM Raja Tuna 25 telah dilimpahkan dari Polresta kepada Kejaksaan Negeri Sorong. Saat ini kasus tersebut dalam tahapan persidangan dan tinggal menunggu putusan Pengadilan Negeri Sorong.

“Jadi dengan dasar penetapan tertanggal hari ini (Sabtu red) untuk dipinjam pakaikan barang bukti yang dititip dari Kejaksaan Negeri Sorong kepada kita. Yang jelas berdasarkan surat penetapan PN dengan Nomor 30/Pen.Pid/2008/PN Sorong, kita buat surat acara penyerahan barang bukti kepada pemilik,”ujarnya.

Kepada koran ini Kapolresta juga mengatakan barang bukti yang diserahkan masing- masing satu unit kapal motor KM Raja Tuna 25, 29 buah mata kail pancing. 21 buah katinting yang terbuat dari kayu, 1 bundel dokumen kapal, 1 lembad foto copy surat ijin penangkapan ikan (SIPI) Nomor.02.09.02.08 atas nama Ilham E Macpal dan 1 lembar surat ijin usaha perikanan Nomor 01.42.12.07 tanggal 3 Desember juga atas nama Ilham E Macpal. Ditegaskan Kapolresta juga dengan dasar penetapan, dimana polisi yang dititipkan barang bukti. Karena bukan kewenangan dari kepolisian lagi, sehingga kewenangan ada pada PN Sorong dalam hal ini majelis hakim.(boy)

Jayapura : Bersihkan Kota dari Sampah dan Pinang

(www.cenderawasihpos.com, 23-06-2008)
JAYAPURA-Dalam rangka mewujudkan kemitraan antara Polisi Republik Indonesia (Polri) dan masyarakat, Polresta Jayapura menggandeng Pemuda Gereja Emanuel Dok IX Jayapura melakukan kegiatan bersih kota.
Kegiatan yang melibatkan sekitar 500 pemuda gereja dan anggota Polresta Jayapura serta Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) mulai membersihkan sampah yang ada di sekitar Taman Imbi dan di depan Gereja Pengharapan Jayapura dan Jl Irian Jayapura, Minggu (22/6).

Dari pantauan Cenderawasih Pos, selain membersihkan sampah dan memotong bunga di Taman Imbi, juga bekas ludah pinang di trotoar sepanjang jalan Irian Jayapura dibersihkan dengan menggunakan sabun dan sikat serta sapu dan didukung 1 truk tanki air untuk menyemprot pinang tersebut.
Kapolresta Jayapura, AKBP Roberth Djoenso SH didampingi Kabag Binamitra Kompol FN Djari mengatakan, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan penghijauan di Skyland Otonom beberapa hari lalu. "Kegiatan ini untuk menyambut Hari Bhayangkara ke-62. Ini merupakan wujud perpolisian masyarakat bahwa Polri merupakan mitra masyarakat yang ditunjukan dengan kegiatan bhakti sosial, membersihkan kota dari sampah dan pinang,"ungkapnya.

Apalagi, kata Kapolresta, sesuai dengan motto Kota Jayapura yang Beriman, sehingga pihaknya bersama masyarakat dalam hal ini pemuda gereja berupaya mewujudkannya. "Ini perlu kesadaran kita bersama dalam membersihkan lingkungan. Jika bukan kita yang melakukan siapa lagi,"tandasnya. Sementara itu, Koordinator Pemuda Gereja Pantai Kosta di Indonesia Jemaat Emanuel Dok IX Atas, dr Idawati Waromi mengaku pihaknya telah melakukan kegiatan kerja bhakti ini, mulai dari tingkat RT, tingkat RW, tingkat kampung hingga ke kota. "Kami ingin suasana kota terjamin kebersihannya, sehingga kami berinisiatif melakukan ini bersama Polresta Jayapura," ujarnya seraya mengajak masyarakat untuk sadar membuang sampah dan bekas pinang ke tempatnya sehingga kota ini terjaga kebersihannya. (bat)

Jayapura : Kawasan Bambu Kuning Segera Dibenahi

(www.cenderawasihpos.com, 23-06-2008)
JAYAPURA-Musibah banjir yang sering melanda warga di Kawasan Bambu Kuning Polimak, tampaknya sudah menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Papua maupun Kota Jayapura. Walikota Jayapura Drs MR Kambu, Msi mengatakan, sesuai rapat dengan dinas instansi terkait, dalam minggu ini juga jalan di Kawasan Bambu Kuning akan dibenahi .

Menurutnya, untuk penanganan kawasan Bambu Kuning, untuk sementara ini jalur yang lewat di kawasan tersebut akan ditutup, sehingga lalu lintas kendaraan bisa lewat jalur yang lain. "Untuk kelancaran pembangunan, maka jalur yang melewati kawasan Bambu Kuning terpaksa ditutup,"ungkap Walikota Kambu saat ditemui usai menghadiri acara penggalangan dana jemaat GIDI di Kotaraja, Sabtu (21/6).

Lebih lanjut walikota menegaskan, terkait dengan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah di kawasan Bambu Kuning ini, tidak ada ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat. Sebab, kawasan ini sejak dari awal memang tidak diizinkan pemerintah untuk didirikan bangunan atau pemukiman warga, karena dulunya kawasan tersebut merupakan daerah rawa.

Begitu juga di kawasan perbukitan diatas Bambu Kuning juga merupakan daerah konservasi yang tidak boleh dijadikan tempat pemukiman, karena warga nekad membangun dan melakukan aktvfitas di kawasan yang dilarang tersebut, akhirnya berdampak terjadinya banjir di kawasan tersebut.
"Tidak ada ganti rugi atau komplain dari masyarakat, sebab pembangunan yang dilakukan pemerintah ini untuk kepentingan umum,"ujarnya yang mengharapakan kesadaran dan dukungan dari warga di kawasan Bambu Kuning ini.

Untuk menghindari banjir yang sering melanda kawasan tersebut, menurut Kambu, maka kawasan tersebut akan ditimbun dan saluran drainase juga akan diperbaiki untuk kelancaran aliran air. Hanya saja, jalur yang ditutup memang hanya tempat di lokasi Bambu Kuning, dimana lalu lintas masyarakat di sekitar masih bisa jalan, sedangkan untuk jalur Entrop-Jayapura memang harus lewat Argapura. (tri)

Nasional : Hidup "Si Penyanyi Hutan" Makin Tertekan

(www.kompas.com, 22-06-2008)
UHU… uhu… uhu… uhu….” Pekik nyaring ini langsung terdengar ketika speedboat yang kami tumpangi merapat di Pulau Hampapak, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (12/6). Jangan salah kira, itu bukan suara orangutan atau sejenis burung.
Suara mengalun berintonasi tinggi itu pekikan kawanan owa kalimantan yang ditampung oleh Yayasan Kalaweit—organisasi penyelamat owa—di pulau yang terletak di Sungai Rungai, anak Sungai Kahayan. Pulau seluas 25 hektar itu terletak sekitar 50 kilometer dari Kota Palangkaraya atau perlu satu jam untuk mencapainya dengan memakai speedboat. Owa bertabiat pendiam.

Kalau wilayah teritorial keluarganya tidak diganggu, owa akan mencari makan buah-buahan, pucuk daun, dan serangga dengan tenang, tanpa menimbulkan suara.
”Tapi, sekali ada gangguan mendekat, hewan yang di alam liar umurnya bisa mencapai 30 tahun ini akan memekik-mekik nyaring,” kata Andre, paramedis Yayasan Kalaweit. Di Kalimantan ada dua jenis owa, yaitu Hylobates agilis albibarbis dan Hylobates mullery. Warna bulu owa jenis kedua lebih gelap daripada yang pertama. Di Kalimantan, primata ini punya banyak nama, di antaranya kalaweit (Dayak Ngaju) dan klampiau (Dayak di Kalbar). Sesekali kalau sedang tak digendong atau disusui induk betina, anak owa dapat bernyaman-nyaman dalam gendongan induk jantan. Sepanjang hidupnya, owa hanya berpasangan dengan satu ekor lawan jenisnya. Ketika pasangannya mati, owa akan depresi dan tak jarang segera menyusul mati. Alih-alih dari bertampang lucu menggemaskan seperti orangutan (Pongo pygmaeus), owa bermuka murung dan terkesan galak. Tetapi, owa memiliki pekikan yang mengalun sehingga banyak orang meminatinya sebagai piaraan, seperti halnya burung kicau. ”Owa tak ubahnya penyanyi andal di alam Kalimantan,” kata Hamdani, Manajer Program Yayasan Kalaweit untuk Wilayah Kalimantan.

Selain sebagai ”penyanyi hutan”, owa juga diburu karena kelincahannya dalam bergelantungan seperti pemain sirkus dari pohon ke pohon karena memiliki tangan yang panjang, bahkan hampir sama dengan tinggi tubuhnya. Dua hal itulah yang menyebabkan masyarakat ingin memilikinya. Perburuan dan perdagangan satwa yang dilindungi itu pun semakin marak. Di sisi lain, kehidupan owa pun semakin terancam dan tertekan. Bagaimana tidak terancam, kata Direktur Eksekutif Save Our Borneo, Nordin, di Palangkaraya, hutan di Kalimantan yang menjadi tempat hidupnya sampai akhir tahun 2007 tinggal sekitar 44,3 juta hektar. Dari luas itu, yang benar-benar masih terjaga berkisar 25 hingga 30 persen, yakni di kawasan pegunungan. Laju deforestasi atau kerusakan hutan sekitar 864.000 hektar per tahun. Yayasan Kalaweit, yang berdiri sejak 1999, saat ini menampung 141 owa di Pulau Hampapak. Hamdani menuturkan, problem besar dalam penyelamatan owa adalah sulitnya mencari tempat pelepasliaran di hutan alam karena sulitnya mencari hutan lestari. Jadi, pantas saja jika hidup ”si penyanyi hutan” ini makin tertekan.(CAS/FUL/AIK)

21 June 2008

Nasional : Badak Pejantan Torgamba di Way Kambas Sakit-sakitan

(www.kompas.com, 20-06-2008)
JAKARTA, JUMAT
- Badak bernama Torgamba di Suaka Rhino Sumatera (SRS), yang merupakan lokasi penangkaran badak Sumatera secara semi-alami di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung, kini mulai sakit-sakitan. Padahal, Torgamba adalah salah satu badak pejantan yang diharapkan menghasilkan keturunan.

Torgamba memang sudah menua. Badak tersebut telah berumur lebih dari 28 tahun sesuai data dalam International Studbook Keeper for Sumatran Rhino. Torgamba ditangkap tahun 1985 di Riau. Sebelum dipindahkan ke SRS pada tahun 1998 terlebih dahulu dipelihara di Port Lympne Zoo, Inggris.

Sejak tahun 2005 Torgamba mengalami beberapa kali gangguan kesehatan namun tidak dijumpai adanya infeksi ataupun penyakit yang menular. Gangguan kesehatan serius yang dialami Torgamba adalah terutama gangguan ginjal kronis dan anemia kronis berdasarkan hasil uji laboratorium.

Akibat gangguan tersebut, Torgamba mengalami gangguan metabolisme umum seperti kelelahan, tidak nafsu makan, dan gangguan keseimbangan calcium-phosphor. Pemeriksaan fungsi reproduksi terhadap Torgamba mengindikasikan adanya gangguan fungsi produksi spermatozoa yang disebut oligozoospermia yaitu menghasilkan konsentrasi spermatozoa yang sangat sedikit dan tingkat abnormalitasnya sangat tinggi sehingga kemungkinan tidak berpotensi sebagai pejantan untuk program pengembangbiakan.

Tanda fisik ketuaan juga sudah ditunjukkan dengan tanggal dan rusaknya beberapa gigi. Pada bulan Oktober tahun 2006, Torgamba mengalami dampak dari musim kering yang panjang, di mana ia mengalami kerusakan telapak kaki lebih parah bila dibandingkan dengan badak yang lain. Pada bulan Agustus 2007 Torgamba menderita sakit yang lebih parah dari sebelumnya, tubuhnya melemah dan mengalami kelelahan parah (lethargic), bahkan hampir semua fungsi organ tubuh mengalami penurunan (degenerasi) dan mengalami anemia akut.

Gangguan pada organ tubuh yang terberat dialami oleh saluran pencernaan dan ginjal namun tidak ditemukan adanya infeksi pada kedua organ tersebut. Ia juga menderita dehidrasi, sehingga memerlukan penanganan dengan pemberian cairan infus melalui pembuluh darah vena sebanyak 20 liter per hari selama 5 kali pemberian.

Walaupun saat ini kondisi Torgamba terlihat jauh lebih baik, namun status kesehatannya masih mengkhawatirkan seiring terjadinya perubahan pola makan di mana di dalam hutan Torgamba hampir tidak pernah lagi mencari makan sendiri. Saat ini ia diberi pakan tambahan 3 kali per hari di dalam kandang (pagi, sore, dan malam). Sementara itu pemeriksaan darah rutin yang dilakukan setiap 1-2 kali per bulan masih menunjukkan anemia yang kronis dan gangguan ginjal.

Torgamba, seperti halnya mamalia lain yang bertubuh besar, bila diamati secara sekilas masih memperlihatkan aktivitas yang normal. Ia seolah-olah "menyembunyikan" atau bahkan tidak menghiraukan rasa sakitnya. Ia kadang terlihat mampu berjalan jauh menjelajahi hutan, namun ternyata staminanya tidak cukup baik sehingga kondisinya melemah dan terlihat mengalami kelelahan.

Dengan adanya gangguan ginjal dan anemia kronis, Torgamba dikhawatirkan mudah jatuh sakit dan menjadi parah. Oleh karena itu, Torgamba kini ditempatkan di dalam tempat khusus yang lebih kecil (boma) dan hanya satu atau dua hari saja per bulan berada di lokasi yang lebih luas 10 Ha.

Pada masa betina berahi setiap 20 - 25 hari sekali, Torgamba masih mampu mengawini badak-badak betina di SRS. Namun dengan status reproduksinya yang tidak subur dan kondisi tubuhnya yang melemah, kecil sekali kemungkinan Torgamba memenuhi harapan dunia terutama para pemerhati badak untuk menciptakan sebuah kehidupan baru yaitu lahirnya anak-anak badak Sumatera.

Torgamba, ibarat sebuah "bom waktu", bisa sakit kapan saja dengan tiba-tiba tanpa dapat diprediksi dengan tepat. Kini, Torgamba dalam pengawasan 24 jam oleh perawat dan dokter hewan. Namun walaupun Torgamba beranjak tua, pengalaman SRS memelihara badak selama 10 tahun, diharapkan mampu memberi kesempatan Torgamba bertahan hidup lebih lama.

Sebagai catatan, rekor terlama badak Sumatera hidup di penangkaran terdata di London Zoo, yaitu hidup antara tahun 1868 - 1900 (32 tahun). Seyogyanyalah, Torgamba dan rekan-rekannya di SRS, menjadi perhatian kita semua bukan hanya Pemerintah Indonesia tapi juga dunia internasional khususnya para pemerhati badak, dan bersama-sama kita memikirkan dan mencari jalan terbaik untuk Torgamba khususnya dan konservasi badak Indonesia pada umumnya. Demikian kata Adi Susmianto, ketua Pembina Yayasan Badak Indonesia.

Selain Torgamba, SRS kini hanya mengandalkan seekor jantan muda Andalas (6), yang lahir di Amerika dan ditranslokasi ke SRS tahun lalu. Andalas menjadi pejantan bagi 4 badak Sumatera lain yang kondisinya masih sangat baik. Tiga betina, yaitu Bina (22), Rosa (6), dan Ratu (7). Badak-badak tersebut menunjukkan perilaku normal layaknya badak Sumatera liar di habitatnya. Demikian juga hasil-hasil pemeriksaan kesehatan secara rutin menunjukkan kondisi mereka normal. Namun sampai sekarang belum satu pun perkawinan yang menghasilkan keturunan.
WAH
Sumber : Antara

Nasional : Peneliti LIPI Temukan Flora Khas Danau Kelimutu

(www.kompas.com, 20-06-2008)
ENDE, JUMAT
- Para peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan spesies flora baru yang hanya terdapat di Taman Nasional (TN) Kelimutu, Flores. Flora tersebut diberi nama Begonia kelimutuensis karena layak menjadi flora khas Danau Kelimutu da tidak ditemukan di daerah lain di seluruh dunia.

Kepala Balai Taman Nasional (TN) Kelimutu, Ir. Gatot Soebiantoro, M.Sc, mengatakan hal itu kepada Pos Kupang, di ruang kerjanya, Jumat (20/6/2008) saat dikonfirmasi tentang hasil penelitian yang dilakukan LIPI terhadap keberadaan flora dan fauna di TN Kelimutu tahun lalu.

Gatot mengatakan, saat ini ada 78 spesies flora berhasil diidentifikasi di TN Kelimutu. Dua spesies merupakan endemik Taman Nasional Kelimutu, 5 spesies endemic Flores, dan sisanya merupakan tanaman eksotik. Dua spesies yang diidentifikasi endemik asli Kelimutu, yaitu Begonia kelimutuensis yang sudah dikenal masyarakat lokal sebagai tumbuhan Uta Onga dan Rhododendron reschinum, atau dalam bahasa daerah setempat dikenal dengan nama Turuwara.

Sedangkan untuk fauna, saat ini terdata 49 spesies yang telah diidentifikasi di Kelimutu. Beberapa di antaranya merupakan endemik Flores dan diharapkan kedepan penelitian tetap dilakukan untuk mengekspolirasi keanekaragaman hayati di TN Kelimutu.

Dikatakannya, kegiatan penelitian studi komunitas flora dan fauna di TN Kelimutu tahun 2007 lalu adalah upaya untuk mengemukan keanekaragaman flora dan fauna dan ekosistem yang ada dalam kawasan TN Kelimutu. Kegiatan ini merupakan hasil kerja intens antara TN Kelimutu dengan Pusat Penelitian Biologi-LIPI-Bogor yang mana mereka menurunka tim terdiri dari Ir. Albert Husein Wawo, MSi, Dr. Hary Wiriadinata, Ir. Sudayanti, Achmad Saim, BSc dan Wardi. Dijelaskannya, studi tahun 2007 lalu merupakan studi awal dari rangkaian studi komunitas flora dan fauna di TN Kelimutu yang direncanakan 3 tahap, dan diperkirakan akan berakhir tahun 2009.

"Ini merupakan satu kebanggaan bagi kita semua karena selama ini Kelimutu terkenal hanya keunikan danau tiga warna. Namun dengan ditemukan flora baru tersebut setidaknya menambah khasanah dan keindahan Kelimutu, dan dengan begitu pengunjung yang hendak ke Kelimutu tidak hanya sekedar melihat Danau Kelimutu namun bisa menikmati keindahan lainya baik flora maupun fauna yang ada di taman nasional ini," kata Gatot.

Kaimana : Penambang Batu Diberi Waktu 22 Hari

(www.radarsorong.com, 20-06-2008)
KAIMANA-Puluhan penambang batu di kompleks Rumah Negara Selasa (18/6) lalu dihentikan kegiatannya oleh Satpol PP. Upaya tersebut dilakukan Satpol PP menindaklanjuti Peraturan Daerah tentang penambangan liar yang ada di wilayah tersebut.

Pantauan wartawan Koran ini di lokasi penambangan milik Pemda, para penambang batu dikumpulkan untuk mendapat arahan dari Kabag Satpol PP Rahmat Koharudin.
Koharudin meminta penambang meninggalkan lokasi pekerjaan dalam kurun waktu 1 X 24 atau paling lambat 22 hari. Pihaknya memberi kelonggaran bagi penambang sambil mencari tempat baru. Penambang yang sudah mengumpulkan batu agar batu-batu tersebut segera diambil. Jika dalam tempo 22 hari terhitung sejak disampaikan, maka pihaknya akan melakukannya dengan paksa.

Salah satu penambang batu Yustus Homer sangat menyesal atas tindakan petugas Satpol PP. Tindakan tersebut mematikan kehidupan ekonomi masyarakat yang sulit mendapatkan pekerjaan. Jika dihentikan pekerjaan ini, Pemda juga harus adil dan menghentikan pekerjaan penambang batu yang sama di sepanjang Jalan Bumsur-Hailai.

“Jika tidak akan mematikan kelangsungan kehidupan kami. Terus terang dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit dengan lapangan kerja yang kurang, terpaksa kami hanya mengandalkan pekerjaan ini. Jika ini ditutup kami tidak bisa menghidupi keluarga kami,” tuturnya.
Menurut Homer, pemerintah harus menyediakan sebuah lokasi baru dan segera mengeluarkan instruksi larangan pengambilan batu di wilayah yang rawan longsor, sehingga dengan demikian adil bagi pihaknya. (ani)

20 June 2008

Nasional : Habitat Badak Jawa Diperluas ke Gunung Honje

(www.kompas.com, 19-06-2008)
SERANG, KAMIS
- Populasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Banten diperkirakan tinggal mencapai 55 sampai 60 ekor. Salah satu faktor sulit berkembang biak karena daya jelajah yang terbatas.

"Jumlahnya memang mengalami penambahan sejak 1980, namun sulit perkembang biakannya kerena terbatasnya makanan dan masih perlu habitat baru," Kata Humas TNUK Enjat Sudrajat di Serang, Kamis (19/6). Menurutnya, kurangnya tanaman sebagai bahan makanan badak tersebut disebabkan faktor alam atau kekeringan. Kekeringan itu biasanya terjadi bulan Juli hingga Oktober setiap tahunnya, sehingga menyulitkan badak mencari makanan.

Oleh karena itu, kata Enjat, pihak TNUK akan menambah luas habitat badak ke Gunung Honje yang ada di bagian timur Ujung Kulon. Jika saat ini luas habitat badak sekitar 38.000 Ha, dengan Gunung Honje luasnya menjadi sekitar 68.000 Ha. Sebab, badak rentan mati jika kekurangan makanan.

Aktivitas badak jawa mencari makan lebih sering pada malam hari. Sumber air menjadi faktor yang sangat penting karena 1 sampai 2 kali sehari badak-badak tersebut beristirahat selama menempuh perjalanan penjelajahannya dalam satu hari sekitar 20 kilometer.

Perkembangbiakan badak tersebut sangat lambat. Lama hamil diperkirakan 16 bulan dan lama menyusui atau mengasuh anak satu sampai dua tahun dan jarak kelahiran empat hingga sembilan tahun sekali, dengan jumlah anak yang dilahirkan satu ekor.

Selain badak, kata Enjat, di areal TNUK seluas 79.000 ha tersebut, masih ada sekitar 600 ekor populasi macan, 8.000 ekor banteng, 7.000 ekor kera serta burung-burung, dan satwa lainnya.
WAH
Sumber : Antara

Kaimana : " Pasukan " Lintah Menyerang Polisi Saat Masuk Hutan di Kaimana (Bag. 1)

(www.papuapos.com, 19-06-2008)
Setelah menyusuri perairan Teluk Cenderawasih dengan perahu cepat selama empat jam dari Nabire, Papua, tim reserse dari Markas Besar Kepolisian RI (Polri) itu masuk hutan dengan jeep selama tiga jam. Tempat yang dituju ialah kawasan hutan yang terletak di tepi Sungai Goro, Distrik Yanmor, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Inilah perjalanan Tim Reserse Mabes Polri saat menembus hutan belantara kabupaten Kaimana, Papua.
Polri mensinyalir, telah terjadi pembalakan liar di kawasan itu. Ada sejumlah orang yang menebang hutan di tepi sungai dan menebangi pohon di hutan yang berada di luar batas wilayah konsesi. Di Kaimana, sebelumnya, Polri menetapkan enam orang sebagai tersangka kasus pembalakan liar tersebut dan menyita sekitar 12 ribu meter kubik kayu gelondongan.

Mereka yang kini ditahan di Mabes Polri adalah pimpinan PT Kaltim Hutama dan PT Centrico, keduanya perusahaan yang memiliki Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kaimana. Tugas para polisi itu lah, yang antara lain, membuktikan bahwa aktivitas penebangan tersebut berada di luar lokasi yang diijinkan.

Mereka ke sana untuk mengukur batas-batas hutan yang menjadi hak HPH. Hutan di tepi Sungai Goro adalah lokasi pertama yang akan diukur. Untuk mengukur batas hutan, Polri dibantu tiga ahli kehutanan dari Departemen Kehutanan.

Tim Mabes Polri menyewa tiga mobil "Strada" untuk membawa sekitar 25 polisi sehingga lebih banyak polisi yang bergelantungan di bak belakang yang terbuka daripada yang masuk ke dalam mobil.

Namun, perjalanan berkendara itu terhenti di tepi Sungai Goro yang menjadi akhir dari jalan raya yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Mobil tak lagi bisa digunakan, sedangkan di depan ada sungai membentang yang harus diseberangi tanpa perahu.

Tapi, bukan polisi namanya kalau menjadikan sungai sebagai halangan, dan mereka pun tanpa komando menerabas sungai tersebut. Ada yang menyeberang begitu saja tanpa mempedulikan pakaian mereka basa.

Ada pula yang menggunakan batang kayu yang melintang di badan sungai sebagai titian. Belum 50 meter masuk ke dalam hutan, tim Mabes Polri dikejutkan dengan teriakan dari orang yang berada di rombongan terdepan. Bukan…. Bukan serangan orang bersenjata atau hadangan hewan buas."Awas banyak lintah. Perhatikan tanah," kata seorang polisi yang ada di barisan terdepan.

Spontan, mereka pun menoleh ke bawah dan ternyata beberapa lintah kecil sudah menempel di sepatu, ujung celana maupun kaki hampir semua anggota tim.

Sebagian lintah dapat terlihat dengan jelas, namun banyak juga yang berukuran kecil, sehingga orang perlu menunduk untuk melihat ada atau tidaknya lintah di kaki dan sepatu. Banyak polisi yang disibukkan oleh lintah tersebut sambil terus memperhatikan kaki.

Sebagian sudah mengantisipasi serangan lintah dengan menyemprotkan cairan anti nyamuk ke kaki dan lengan mereka. "Lintah itu teman kita juga. Anggap saja ini ucapan selamat datang," kata perwira polisi AKP Aji Witarsa sambil berjalan cepat untuk mencegah lintah merambat ke kakinya.

Kendati lintah menghantui dari bawah, namun tim Mabes Polri tetap melaju masuk ke dalam hutan.Dua jam di tengah hutan, sebagian besar anggota tim lebih banyak yang sibuk mengurusi lintah di kaki dibandingkan konsentrasi mengukur batas hutan.

Ketika kembali ke lokasi semula, mereka memilih melewati jalan lain yang tidak banyak lintahnya. Mereka tidak tersesat karena membawa empat alat pemindai Global Positioning System (GPS). Dengan alat yang mirip pesawat telepon seluler itu pula, mereka dapat memastikan apakah pohon yang ditebang masih berada di dalam batas wilayah konsesi atau bukan.

Namun urusan lintah masih terus berlanjut karena mahluk kecil itu terbawa di sela-sela sepatu jatuh saat mereka sudah berada di dalam mobil. "Makanya cuci kaki di sungai yang bersih," kata seorang polisi kepada rekannya.

Bahkan, ketika mobil sudah berjalan 30 menit pun, urusan lintah masih belum selesai juga karena tiba-tiba seorang polisi melihat seekor lintah menggeliat di jok mobil depan. Mobil pun berhenti untuk mengeluarkan si "penumpang gelap" itu. (bersambung)

Jayapura : Karantina Musnahkan 100 Kg Daging Babi Ilegal, Juga 7 Ekor Ayam yang Tidak Dilengkapi Dokumen

(www.cenderawasihpos.com, 19-06-2008)
JAYAPURA-100 Kg daging babi serta 7 ekor ayam yang disita Petugas Balai Karantina Hewan Klas II Sentani Wilayah Kerja Pelabuhan Jayapura karena tidak miliki dokumen lengkap, dimusnahkan dengan cara dibakar di halaman Kantor Balai Karantina Hewan, Wilayah Pelabuhan Jayapura, Rabu (18/6).
Sekadar diketahui, daging babi tersebut yang dibungkus dalam karton disita saat KM Nggapulu sandar di Pelabuhan Jayapura, Selasa (10/6), sementara 7 ekor ayam disita dari salah seorang penumpang KM Sinabung saat sandar di pelabuhan, Senin (16/6). Kepala Balai Karantina Hewan Klas II Sentani drh Abdul Kadir Jaelani melalui Kasie Infodok Boaz Henry Lumbaa mengatakan, pihaknya akan terus mengintensifkan pemeriksaan dan pengawasan terhadap barang yang dibawa penumpang kapal di pelabuhan.

"Pemusnahan ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Papua No 158 Tahun 2004 tentang pemasukan unggas dan produknya ke Provinsi Papua dan PP No 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, ini yang menjadi acuan kami melakukan penahanan untuk dimusnahkan,"jelas Boaz kepada Cenderawasih Pos di sela-sela pemusnahan kemarin.

Diungkapkan, penahanan terhadap daging babi ilegal ini, karena ada larangan pemasukan babi dan produknya dalam upaya mencegah penyebaran virus hog cholera yang telah menyerang babi di seluruh Tanah Papua, termasuk menyita 7 ekor ayam guna mengantisipasi dan mencegah flu burung.
Ditegaskan, Balai Karantina Hewan Klas II Sentani tetap konsisten untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan dan mewaspadai semua komoditi, termasuk hewan yang masuk melalui Pelabuhan Jayapura maupun Bandara Sentani."Daging babi berasal Manado sedangkan 7 ekor ayam dari Bau Bau,"pungkasnya.(ind)

19 June 2008

Manca Negara : Spesies : Electrolux dan Michelin Warnai Daftar Teratas 10 Spesies Anyar

(www.kompas.com, 18-06-2008)
JAKARTA, RABU
- Ribuan spesies baru hewan maupun tumbuh-tumbuhan ditemukan sepanjang tahun 2007. Di antara spesies-spesies tersebut tentu ada yang paling menarik, paling unik, dan aneh.

"Kebanyakan orang tidak sadar betapa kecil pemahaman kita tentang spesies di Bumi atau sampai di mana batas taksonomi untuk mempelajari keragaman hayati," ujar Quentin Wheeler, direktur IISE (the Intenational Institute for Species Exploration) yang juga seorang entomolog atau pakar serangga.
Setiap tahun, para ilmuwan masih melaporkan temuan spesies-spesies anyar. Sepanjang tahun 2006, misalnya, telah ditemukan 16.969 spesies baru. Masih banyak spesies yang bleum terungkap sampai sekarang. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 10 juta spesies di muka Bumi. Namun yang tercatat dalam daftar sistem penamaan spesies sejak disusun abad ke-18 baru 1,8 juta spesies.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, IISE menyusun daftar 10 spesies yang berada para peringkat teratas sebagai cara meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Lembaga penelitian di Universitas Negeri Arizona, AS itu tidak hanya memasukkan hewan yang masih hidup namun juga yang telah punah.

Di antara sepuluh spesies terdapat hewan yang dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin. Misalnya ubur-ubur kotak (Malo kingi) yang namanya mengingatkan kepada Robert King, turis asal AS yang tewas beberapa saat setelah disengat spesies tersebut di pantai Queensland, Australia. Selain itu terdapat pula ular Taipan (Oxyuranus temporalis) yang saat ini merupakan ular paling berbisa di dunia.

Lipa naga juga masuk dalam daftar tersebut. Hewan yang unik dengan warna tubuh merah menyala kelihatannya cantik namun sebenarnya peringatan kepada hewan lainnya kalau ia beracun.

Spesies lainnya unik karena bentuknya yang ganjil seperti Michelin Man, jenis tumbuhan yang lezat dimakan dari Australia Barat. Bentuknya seperti seorang pria gendut yang menjadi lambang salah satu perusahaan ban.

Dalam daftar tersebut juga terdapat ikan pari pendiam yang tumbuhnya beronamen artistik. Namanya terinspirasi mesin penyedot debu merek Electrolux karena hewan tersebut memiliki kemampuan menyedot mangsa di sekitarnya.

Daftar 10 spesies teratas dalam daftar IISE adalah sebagai berikut:
1. Electrolux addisoni, jenis ikan pari dari Samudera India bagian barat.
2. Gryposaurus monumentensis, jenis dinosaurus atau reptil purba raksasa yang berparuh bebek.
3. Desmoxytes purpurosea, jenis kelabang berwarna merah menyala.
4. Philautus maia, jenis katak dari Sri Lanka yang telah punah.
5. Oxyuranus temporalis, jenis ular dari Australia yang memiiki racun paling mematikan di dunia.
6. Styloctenium mindorensis, jenis kelelawar buah dari Pulau Mindoro, Filipina yang khas dengan wajah belang putih.
7. Xerocomus silwoodensis, jenis jamur baru yang ditemukan di Kampus Silwood, Imperial College London, Inggris, salah satu institusi yang melakukan penelitian biologi paling intensif.
8. Malo kingi, ubur-ubur paling mematikan di Queensland, Australia.
9. Megaceras briansaltini, jenis kumbang badak yang memiliki moncong mirip tanduk tunggal.
10. Tecticornia bibenda, jenis tumbuhan yang bentuknya mirip karakter Michelin di Australia Barat.

WAH Sumber : LIVESCIENCE

Jayapura : Rumbino: Master Plan Drainase Kota Belum Ada

(www.cenderawasihpos.com, 18-06-2008)
JAYAPURA-Sistem drainase di Kota Jayapura yang belum tertata baik, sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan, nampaknya menjadi perhatian serius Pelaksanan Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura Rudolf Rumbino, ST, MT. Menurutnya, sampai saat ini Master Plan untuk pembangunan sistem drainase di Kota Jayapura ini memang belum ada, sehingga banyak persoalan muncul.

"Belum ada master plan untuk pembangunan sistem drainase Kota Jayapura yang representatif, tapi kami sedang berupaya untuk mengajukan master plan drainase lewat Cipta Karya Provinsi,"tutur Rudolf Rumbino saat ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Selasa (17/6).
Menurutnya, kondisi drainase di Kota Jayapura ini memang perlu dilakukan revitalisasi secara menyeluruh. Hanya saja, memang perlu master plan drainase yang lengkap dan detail, sehingga pembangunannya tidak sepenggal-sepenggal, dimana akibat tidak jelas ujung dan pangkalnya sering timbul genangan air. Selain itu juga harus dibedakan, mana drainase primer dan sekunder atau drainase tepi jalan dan drainase pemukiman dari bagian hulu hingga hilir.

Wilayah Kota di Jayapura yang terpisah-pisah, baik kawasan Jayapura, Entrop dan Abepura, sebenarnya penyusunan master plan drainase ini tidak rumit, karena tidak saling berhubungan. Hanya saja, memang harus mempertimbangkan beberapa faktor di masing-masing kawasan, sebab saat ini dengan padatnya pemukiman juga mengurangi daerah resapan air, yang berdampak debit air di drainase ini cenderung meningkat.

Masing-masing saluran drainase di tiga kawasan ini memang mempunyai permasalahan, tidak jelas mana saluran primer dan saluran sekunder, dimana ujung dan pangkalnya. Bahkan ada drainase tepi jalan yang fungsi utamanya untuk menyerap air agar tidak meluap, justru menjadi tempat aliran air dari berbagai tempat, sehingga sering meluap ke jalan dengan membawa sejumlah sampah, bahkan material tanah dan lumpur yang mengendap karena tidak jelas ujung dan pangkal saluran.
Untuk penanganan seluruh sistem drainase di Kota Jayapura ini memang membutuhkan biaya puluhan miliar. Dengan keterbatasan alokasi di Kota Jayapura, memang sangat diharapkan adanya dukungan dana baik melalui dana APBN dana Provinsi Papua maupun Kota Jayapura sendiri sebagai ibukota provinsi. (tri)

Jayapura : Nahkoda KM Cinta 88 Dituntut 200 Juta

(www.cenderawasihpos.com, 18-06-2008)
JAYAPURA-Terdakwa Nahkoda KM Cinta 88, Adam Bruza (32) yang merupakan warga Filipina dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Alfonsius G Loe Mau SH dengan denda 200 juta, subsidair 6 bulan kurungan dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jayapura, Selasa (17/6).

Dari fakta-fakta yang ada didapati bahwa terdakwa Adam Bruza sebagai Nakhoda KM Cinta 88 dengan berbendera Indonesia, Kamis (6/3) sekitar pukul 12.30 WIT di perairan Samudra Pasifik telah melakukan kegiatan pengolahan ikan dengan tidak mematuhi daerah jalur penangkapan ikan.
Dokumen SIPI yang dimiliki oleh Nakhoda Adam Bruza meliputi Laut Sulawesi dan Laut Maluku tidak termasuk Laut Samudra Pasifik, dimana saat ditemukan oleh patroli Lakahia 1-10,-01 diperairan Samudra Pasifik ternyata KM Cinta 88 merupakan kapal lampu, dan saat diperiksa terdapat alat monitor ikan Fish Founder sedang dioperasikan untuk memonitor keberadaan ikan.
Oleh karena melakukan monitor keberadaan ikan di wilayah yang berada di luar daerah yang tertera di SIPI Nakhoda KM Cinta 88 Adam Bruza beserta 2 orang anak buak kapal langsung digiring ke Dermaga Porasko Lantamal X Jayapura.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap pada persidangan unsur-unsur yang didakwakan kepada terdakwa Adam Bruza melanggar pasal 100 jo pasal 7 ayat (2) huruf C Undang-undang No 31 Tahun 2004 tentang perikanan dengan unsur-unsur setiap orang yang melakukan usaha pengolahan perikanan wajib mematuhi jalur, daerah, musim penangkapan ikan.
"Sebagai pertimbangan dalam pengajuan tuntutan terdapat hal-hal yang memberatkan yakni terdakwa tidak mematuhi peraturan penangkapan ikan di wilayah Republik Indonesia, serta hal-hal yang meringankan terdakwa mempunyai tanggungan istri dan anak, belum pernah dihukum dan mengakui perbuatannya,"kata JPU Alfons.

Usai pembacaan tuntutan oleh JPU, melalui penterjemah Bahasa Philipina bernama Wolter, terdakwa Adam Bruza menggunakan haknya untuk melakukan pembelaan terhadap tuntutan yang telah dibacakan tersebut. Persidangan yang dipimpin oleh Hakim Ketua H Simarmata SH akhirnya menunda persidangan dengan agenda pembelaan terdakwa yang akan digelar Selasa nanti. (lie)

18 June 2008

Nasional : Ditemukan Spesies Baru Ikan Air Tawar

(www.kompas.com, 17-06-2008)

JAKARTA, SELASA - Peneliti ikan dari Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Fadly Y Tantu dan Jusri Nilawati, menemukan beberapa spesies ikan air tawar yang berasal dari danau-danau dan sungai-sungai di bagian tengah Sulawesi.

Di kawasan Danau Malili saja, ujar Jusri, terdapat 32 jenis ikan endemis, di antaranya lima jenis ikan yang baru ditemukan spesiesnya. Jenis-jenis tersebut meliputi tiga famili Telmatherinidae, yaitu spesies Telmatherina whitelips, T bagangensis, dan T exilis, serta dua famili Gobiidae, yaitu spesies Glossogobius spilii dan Mugilogobius flavus.

Jenis-jenis ikan ini merupakan hasil koleksi dari penelitian yang dipimpin Prof Dr Bambang Soeroto, MSc. Spesies ikan-ikan tersebut dikoleksi setelah ia melakukan serangkaian penelitian sejak tahun 2000 hingga 2008 ini.

"Sampai saat ini penelitian masih berlanjut," kata Fadly, Minggu (15/6). Temuan itu telah dia sampaikan pada Seminar Ikan V yang diselenggarakan oleh Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII) di Institut Pertanian Bogor, awal Juni lalu.

Masih banyak
Berdasarkan survei yang dia lakukan sejak tahun 2000 di perairan air tawar di Sulawesi, Tantu meyakini masih ada peluang akan bertambahnya jenis-jenis baru yang belum dideskripsikan. Saat ini kedua peneliti tersebut sedang mengerjakan beberapa spesimen ikan yang diduga sebagai spesies yang belum pernah dideskripsikan.

Menurut Fadly, keberadaan ikan-ikan endemis perairan Sulawesi perlu dilestarikan, mengingat jenisnya beragam dan belum teridentifikasi. Namun kenyataannya, ia melihat kelestariannya mulai terancam oleh upaya introduksi jenis-jenis ikan dari luar wilayah.

"Ikan-ikan endemis di danau-danau Malili sedang mengalami ancaman invasi oleh ikan-ikan introduksi, seperti mujair, nila, ikan sapu-sapu, dan ikan louhan yang digemari masyarakat," ujarnya.

Dari survei yang dilakukan Fadly dan Jusri, ditemukan 20 jenis ikan introduksi di kawasan Danau Malili. ”Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena ikan- ikan itu akan menjadi ancaman serius bagi keberadaan ikan-ikan endemis,” kata Fadly menambahkan. (YUN/KOMPAS)

17 June 2008

Nasional : Pusat Penyelamatan Satwa Petungsewu Kolaps

(www.kompas.com, 16-06-2008)
MALANG, SENIN - Pusat Penyelamatan Satwa Petungsewu di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini tengah mengalami krisis finansial sehingga akan tutup beberapa bulan ke depan. Akibatnya, satu per satu satwa yang pernah dipelihara mulai dititipkan ke sejumlah lembaga konservasi, seperti taman safari dan taman rekreasi.


Krisis finansial itu terjadi karena tahun ini Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu tak lagi mendapat jatah anggaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah pusat.

"Tahun ini, katanya, ada kebijakan pengetatan anggaran di seluruh departemen, termasuk juga di Departemen Kehutanan. Itu sebabnya sementara tak ada anggaran untuk PPS," tutur Project Manager PPS Petungsewu Iwan Kurniawan, Sabtu (14/6).

Selain itu, PPS Petungsewu juga sudah semakin sulit mendapatkan donasi dari sejumlah donatur. Apalagi, sudah sejak dua tahun lalu, pemilik aset PPS Petungsewu, yaitu Gibbon Foundation (GF), telah menyatakan diri bangkrut.

Pembiayaan PPS Petungsewu selama ini berasal dari bantuan BKSDA (sekitar 45 persen), Yayasan Gibbon Indonesia (kepanjangan tangan GF), dan donatur salah satunya Profauna. Mulai beroperasi pada tahun 2007, PPS Petungsewu mengantongi dana sekitar Rp 35 juta per bulan.

Akibat krisis ini, sejumlah satwa sudah dilepasliarkan ke alam, antara lain merak, owa-owa, dan kakaktua. Adapun satwa yang belum bisa dilepas ke alam karena tak bisa hidup mandiri oleh PPS Petungsewu ditranslokasikan (dipindahkan) ke sejumlah lembaga-lembaga konservasi yang dirujuk BKSDA, antara lain Taman Safari Indonesia (TSI) II di Prigen (Pasuruan) sebanyak 33 satwa, Taman Rekreasi Kota Malang (13 satwa), Maharani Zoo Lamongan (13 satwa), dan Taman Rekreasi Sengkaling Malang (10 satwa). Satwa-satwa itu antara lain burung nuri, burung kakatua, buaya irian, siamang, owa-owa, buaya muara, paruh bengkok, burung bayang, dan kasuari.

Ketua Profauna Indonesia (salah satu NGO bidang pelestarian satwa, khususnya lutung jawa) yang juga membantu mencarikan donasi untuk PPS Petungsewu, Rosek Nursahid, mengatakan, dengan tutupnya PPS, pemerintah seharusnya yang menjalankan fungsi penyelamatan satwa yang selama ini dilakukan PPS. (DIA/KOMPAS)

16 June 2008

Kaimana : 1.500 Bibit Pala "Proyek" Dicuri

(www.radarsorong.com, 16-06-2008)
KAIMANA-Sebanyak 1.500 bibit pala yang hendak dikirim ke wilayah perkebunan di beberapa distrik dalam proyek tahun anggaran 2008 ini dicuri orang tak dikenal (OTD). Kejadian tersebut menyebabkan kerugian bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Kapolres Kaimana melalui Kasat Reskrim Iptu Kristian Sawaki kepada wartawan di ruang kerjanya Sabtu (14/6) lalu mengakui adanya laporan polisi terkait persoalan pencurian bibit pala tersebut.
Laporan polisinya sudah diterima. Pencurian tersebut dilakukan orang tak dikenal di tempat persemaian Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Memang dari laporan kejadian sekitar pukul 07.00 WIT Sabtu (14/6) lalu.

“Setelah kita dapat laporan tersebut kita cek dan ternyata benar. Untuk menindaklanjuti laporan polisi itu, saya telah tugaskan anak buah untuk turun ke TKP,” terang Sawaki yang baru pulang dari Nabire melakukan penyelidikan terkait kasus illegal logging yang ditangani Mabes Polri.
Untuk memastikan pelakuknya, terang Kasat, saat ini pihaknya masih lakukan penyelidikan dan penyidikan kasus ini. Pihaknya sudah olah TKP dan akan diselidiki. Apabila ada keterlibatan orang dalam maupun lainnya akan diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,” terang Kasat Sawaki.

Sementara dari data yang diperoleh wartawan Koran ini, persemaian bibit pala tersebut merupakan program penanaman sejuta pohon sesuai anjuran Menteri Kehutanan. Ini program Pemda yang diimplementasikan instansi teknis.

“Kalau seperti ini jelas kami merasa sangat dirugikan, jadi saya mohon kepolisian bisa mengungkap kasus ini,“ ujar salah satu Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan kepada wartawan saat meninjau lokasi pencurian. Hingga berita ini diturunkan kasus pencurian 1.500 bibit pohon pala masih dalam tahap penyelidikan dan penyidikan Reskrim Polres Kaimana.(ani)

Jayapura : Sayur Mentah Dapat Hilangkan Racun

Ketua Dharma Wanita Provinsi Ny. Merry Tokoro bersama anggotanya saat melakukan Panen Sayur di Lahan Terapung Kampung Yoboi, Distrik Sentani Kota, Kabupaten Jayapura, Sabtu (14/6) akhir pekan kemarin (Foto : Gamel/Cenderawasih Pos)

(www.cenderawasihpos.com, 16-06-2008)

Ketua Dharma Wanita Provinsi Panen Sayur di Lahan Terapung Kampung Yoboi SENTANI- Pola makan yang tidak dibarengi dengan kelengkapan sayur bisa dikatakan kurang bergizi karena selain protein yang hanya didapat dari lauk, gizi lainnya tentu harus diperoleh dari mengkonsumsi sayur mayur.

“ Dengan demikian kelengkapan gizi bisa terpenuhi. Lebih dari itu mengkonsumsi sayur mayor dengan mentah dikatakan mampu menghilangkan racun dalam tubuh,” ungkap Ketua Dharma Wanita Provinsi Papua, Ny Merry Tokoro saat melakukan panen raya sayur dilahan terapung kampung Yoboi Distrik Sentani Kota, Sabtu (14/6).

“Selama ini masyarakat kampung cenderung mengkonsumsi ikan tanpa dilengkapi dengan sayur, padahal sayur menyimpan banyak pelengkap gizi,” tuturnya.

Iistri Gubernur Barnabas Suebu ini juga mengaku salut melihat keinginan warga untuk membuka lahan terapung di halaman rumah meski medianya sangat terbatas.Yang digunakan warga untuk membuka kebun sayur, dapur hidup dan apotik hidup ini menggunakan pelepah sagu dan ampas pohon sagu sebagai pengganti media tanah.

Merry menjelaskan bahwa dari buku ilmu pengetahuan yang pernah dibacanya, ada seorang ahli mencoba bertahan hidup hanya dengan mengkonsumsi sayur yang dibuat jus. Beberapa tahun kemudian setelah dilakukan pemeriksaan medis, diketahui jika beberapa penyakit ditubuhnya berangsur-angsur berkurang.

Analisa yang dilakukan menyatakan bahwa mengkonsumsi sayur mentah dapat menghilangkan racun dalam tubuh.” Saya juga ingin mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengkonsumsi sayur mentah atau yang biasa dinamakan sebagau salad, juga jus dari sayur,” lanjutnya.

Ditambahkan, kebun terapung yang diprakarsai Dharma Wanita Kabupaten Jayapura dan Distrik Sentani Kota sejak tahun 2002 ini kedepannya akan diintensifkan dengan melibatkan tenaga pendamping (penyuluh) guna meningkatkan hasil dan memberikan wadah untuk memasarkan.

Dari lokasi perumahan penduduk, sepanjang 310 meter tampak ditanami berbagai sayur seperti kol, sawi, bayam merah, buncis, selada, kemangi, kangkung, dan kacang panjang. Sementara Ketua RW 01 Kampung Yoboi mengungkapkan yang menjadi kendala saat ini adalah media tanam dimana dalam 3 kali panen media tanam juga harus diganti begitu juga ketersediaan bibit.(ade)

Spesies : SEAZA: Selamatkan Katak dari Ancaman Kepunahan

(www.kompas.com, 16-06-2008)
BOGOR, SENIN
- Kepunahan katak akibat pemanasan global dapat menimbulkan kerugian pada manusia sebab satwa amfibi tersebut memegang peran penting dalam mata rantai kehidupan, di antaranya pemangsa serangga dan bahan obat-obatan.

"Menurunnya populasi katak di berbagai belahan dunia membuat satwa ini menjadi perhatian dunia sehingga ada upaya-upaya agar tidak punah," kata Drs Jansen Manansang, MSc, pegiat konservasi satwa yang juga Presiden South East Asian Zoos Association (SEAZA) dalam penjelasannya di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), Senin (16/6). Ia mengemukakan hal itu sehubungan dengan rangkaian kampanye 2008 Year Of The Frog.

Pada Konferensi SEAZA bulan September 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 2008 dicanangkan sebagai tahun katak (2008 Year of the Frog), dan kebun-kebun binatang di dunia mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mengampanyekan tahun katak tersebut. Sehubungan dengan agenda dunia itu, pada hari Sabtu (14/5) hingga Minggu (15/4) dini hari, di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, diadakan pelatihan mengenai satwa amfibi, khususnya katak, dengan mendatangkan pakar amfibi dari Perhimpunan Herpetologi Indonesia Dr Mirza D Kusrini.

Kegiatan bertema "Pendidikan Konservasi Katak" itu dilakukan atas kerja sama TSI, PHI, Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), dan SEAZA, diikuti perwakilan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TMII), perwakilan Kebun Binatang Ragunan, Sea World, sejumlah karyawan/karyawati TSI, dan Direktur Kebun Binatang Bandung Romli Bratakusuma.

Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pengamatan untuk identifikasi katak di sekitar areal TSI. Pengamatan katak ini dilakukan pada malam hari dengan melibatkan 30 orang, yang terbagi atas empat kelompok. Pencarian dilakukan di areal air terjun Curug Jaksa, Pasir Ipis, areal safari trek, dan areal tepian sungai Cisarua. Katak-katak yang ditemukan kemudian diidentifikasi, baik dari jenis, warna, bentuk tubuhnya. Terdapat lebih dari 11 jenis katak yang ada di areal TSI Cisarua. Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengenalkan katak lokal kepada masyarakat.

"Sehingga katak yang tadinya dianggap menjijikkan dan tidak mendapat perhatian masyarakat, saat ini menjadi salah satu jenis satwa yang menarik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dan bahkan menjadi perhatian dunia," katanya.

Jansen mengatakan, di dunia ini diperkirakan terdapat 4.000 spesies katak, beragam jenis, warna, maupun bentuknya. Sayangnya, tidak banyak yang mengetahui kalau ternyata satwa ini banyak manfaat dalam mata rantai siklus kehidupan, di antaranya predator bagi serangga, untuk konsumsi manusia, dan dijadikan obat-obatan.

Di Indonesia, lanjut dia, diperkirakan terdapat 400 jenis katak, di antaranya jenis Barborula kalimantanensis yang sangat langka di dunia karena dianggap sebagai satu-satunya katak yang tidak mempunyai paru-paru. Ia mengatakan, sejauh ini jumlah spesies katak yang ada di Indonesia belum diketahui secara pasti, karena belum banyak yang peduli ataupun melakukan penelitian, mengingat katak dianggap binatang yang menjijikkan dan tidak bermanfaat.

Dengan terus mengampanyekan pentingnya katak dalam mata rantai siklus kehidupan, ia berharap secara perlahan perhatian masyarakat pada katak dapat semakin baik sehingga ikut menjaga agar tidak punah.WAH Sumber : Antara

Sorong : Pemkab R4 Tanggapi Dingin Workshop Nikel

(www.radarsorong.com, 16-06-2008)
SORONG- Pelaksanaan workshop oleh MRP dengan menghadirkan Gubernur Papua Barat Abraham O Atururi serta perwakilan dari LMA yang ada di Kabupaten Raja Ampat selama 2 hari membahas mengenai dampak dari pemberian ijin kuasa pertambangan di Kabupaten Raja Ampat terhadap masyarakat. Dalam workshop di Hotel Mariat sempat dipertanyakan ketidakhadiran Pemkab Raja Ampat.

Bupati Raja Ampat, Drs Markus Wanma, M.Si menanggapi dingin pelaksanaan workshop tersebut yang langsung menyerahkan untuk menjawab pertanyaan kepada Kepala Bapedda Kabupaten Raja Ampat, Ir Rahman Wairoy. Ditegaskan, untuk masalah pertambangan yang diperdebatkan selama ini Pemkab Raja Ampat bekerja sesuai dengan aturan. Oleh karena tidak selamanya atau seharusnya mengenai pemberian ijin kuasa pertambangan, aturannya diambil dari Provinsi Papua Barat. Karena disesuaikan dengan aturan dan kewenangan yang dimiliki Pemkab Raja Ampat.

“Aturan yang kami pakai di kabupaten adalah aturan dari pemerintah pusat artinya bahwa wilayah tambang itu apabila berada didalam wilayah kabupaten maka itu kewenangan Bupati. Yah itu saja yang selama ini kami bekerja dan untuk implementasi pelaksanaannya,”ujarnya. Ditambahkan, semua sudah diikuti dengan tahapan-tahapan misalnya dalam menghargai hak-hak masyarakat adat. Perusahaan tambang yang mau beroperasi harus menemui masyarakat adat dan selama ini telah dilakukan. Contohnya uang bukan pintu dan sebagainya.

Ditegaskan, dengan pembayaran uang adat atau uang bukan pintu bukan berarti hak dari masyarakat adat sudah selesai. Setelah semuanya selesai dari rekomendasi dinaikkan kepada Bupati kemudian Bupati mengeluarkan ijin sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Dimana selama ini untuk masalah tambang di Raja Ampat disinyalir seolah-olah bahwa kegiatan penambangan yang dilakukan melupakan hak-hak masyarakat adat. “Ternyata tidak benar itu, di Kabupaten Raja Ampat kita mengenal adanya kesepakatan-kesepakatan. Nah didalam kesepakatan yang dibuat selama 2 tahun untuk tahap pertama, ada beberapa prinsip yang kami pakai disitu,”tegasnya.
Ketika ditanya koran ini prinsip apa saja yang dipakai oleh Pemkab. Kata Wairoy “Prinsip yang pertama adalah prinsip saling menghargai artinya investor apapun yang masuk di wilayah Kabupaten Raja Ampat. Dia (investor, red) harus menghargai hak-hak masyarakat Kabupaten Raja Ampat. Selain hak-hak dari perusahaan yang harus menyetor kepada negara,”jelasnya.

Diterangkan, prinsip yang kedua adalah saling menghormati antara investor dan masyarakat termasuk dengan pemda. Yang terakhir adalah prinsip saling mengutungkan artinya investor siapapun yang mau berinvestasi di kabupaten R4 harus memperoleh keutungan termasuk dengan pemda sendiri yang juga harus memperoleh keuntungan.(boy)

Sorong : Moswaren, Lumbung Beras Sorsel

(www.radarsorong.com, 16-06-2008)
SORONG- Ditengah susahnya masyarakat memenuhi kebutuhan pokok menyusul dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat distrik Moswaren Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel) patut bersyukur.
Pasalnya pemenuhan kebutuhan pokok berupa beras selalu tersedia. Hal ini lantaran Moswaren sendiri dikenal sebagai lumbung beras Kabupaten Sorsel.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sorsel Dance Nauw, SP MSi mengungkapkan, pada musim tanam tahun 2007 dan 2008 ini, produksi gabah kering giling di distrik Moswaren rata-rata mencapai 1500 ton. “Dengan total luas lahan tergarap 350 H, produktivitas sebesar 6 ton/Ha. Distrik Moswaren pada musim tanam tahun ini ditingkatkan lagi menjadi 500-800 Ha,”terang Dance Nauw kepada Radar Sorong. Dikatakan, program menjadikan Moswaren sebagai lumbung beras di Kabupaten Sorsel didasarkan pada kajian dan pertimbangan yang matang. Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit dan penelitian langsung di lapangan, sebut Dance Nauw, keadaan fisiografi distrik Moswaren cukup berfariasi.

“Luas lahan yang mempunyai topografi datar dengan kemiringan kurang dari 15 % cukup besar yaitu sekitar 48 % sehingga calon untuk mengembangkan lahan sawah cukup luas,”terang Dance Nauw.
Disisi lain, lanjutnya, sumber daya manusia dari petani transmigrasi dan transmigrasi lokal yang merupakan objek sasaran pengembang padi juga sangat mendukung.
Moswaren secara alami juga didukung kondisi hidrologi yang memadai dimana kaya sumber air yang terdiri dari beberapa sungai kecil. Air tersebut juga dimanfaatkan warga setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Sedangkan pendistribusian air dari sumber ke rumah-rumah penduduk sudah dilakukan dengan program pipanisasi,”ujar Dance yang alumni Faperta Uncen Manokwari (kini Universitas Papua-red).
Selain pengembangan padi, wilayah Moswaren kata Kadis Pertanian Sorsel Dance Nauw, juga potensi sebagai wilayah tanam bawang merah. Untuk itulah pengujian penanaman bawang merah di Moswaren sedang dilakukan secara intensif.
Namun demikian ujar Dance Nauw, bukan hanya Moswaren yang potensil sebagai wilayah penghasil bawang merah. Dari penelitian dan uji coba yang telah dilakukan, distrik Ayamaru pun cocok sebagai wilayah tanaman bawang merah.

Dikatakan, meski telah ditemukan beberapa wilayah yang sesuai dengan komoditas-komoditas tertentu, namun Pemda Sorsel melalui Dinas Pertanian tidak serta merta mendorong masyarakat untuk langsung melakukan penanaman secara massal.
Saat ini Dinas Pertanian Sorsel bekerja sama dengan pihak tertentu melakukan uji coba penanaman dalam bentuk demplot terlebih dahulu.
“Ini harus dilakukan untuk mengetahui faktor ekonominya, kapasita hasil berdasarkan luas lahan, penanganan pasca panen dan beberapa hal terkait lainnya. Jadi pengembangan masing-masing komoditas pertanian dilakukan secara bertahap dan akan dilakukan di semua distrik sesuai dengan kesesuaian yang ada,”tandasnya.

Menciptakan Moswaren sebagai lumbung beras di Kabupaten Sorsel pada masa mendatang, menurut Dance Nauw, sarana pengairan yang telah dibangun Pemda Sorsel sejak beberapa tahun lalu akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga program Moswaren sebagai lumbung beras senantiasa terwujud.
“Pada prinsipnya petani di kampung Bumi Ajo dan kampung Hasik Jaya siap menyukseskan program produksi padi/beras tersebut. Dukungan sistem pengairan sangat diperlukan. Sebab tanpa dukungan tersebut petani akan tetap bertanam ke padi ladang, sayur-sayuran dan buah-buahan,”pungkas Dance Nauw. (ros)

14 June 2008

Merauke : Menristek: Merauke Sangat Strategis di Bidang Pertanian

(www.papuaspos.com, 14-06-2008)
Merauke – Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D, menjelaskan, pembenahan infrastruktur dan pembagian lahan di kabupaten Merauke yang telah tertata dengan rapih, semua itu merupakan suatu potensi yang besar untuk daerah Merauke secara keseluruhan.
Hal itu disampaikan Menteri kepada sejumlah wartawan saat melakukan kunjungannya di daerah Serapuh Kabupaten Merauke, Jumat (13/6) kemarin.

Menurutnya, pembagian lahan dari pemerintah kepada masyarakat merupakan program pemerintah melalui beberapa sektor, seperti sektor perikanan, pertanian serta dibidang kehutanan. Untuk itu, melalui program Merauke Intergratet Food and Energi Estate, sebagai langkah yang tepat.

Kusmayanto menjelaskan, untuk bidang pertanian Kabupaten Merauke yang mempunyai potensi lahan yang luas serta komitmen menuju daerah penyediaan pangan, maka akan dilakukan sebuah evaluasi yang berupa persiapan penyediaan Pupuk.

”Dengan potensi lahan pertanian yang luas saat ini, pemerintah akan menyediakan pupuk dan beberapa jenis tanaman (Benih) seperti bibit Kedelai, Tebu dan Padi unggulan. Jika memang hal ini cocok untuk lahan di Merauke, saya akan siap mengirim bibit tersebut dan hal ini sudah dibicarakan dengan kepala dinas setempat,” ujarnya.

Sementara itu jika dilihat pada sektor teknologi pangan, dirinya menilai Kabupaten Merauke sudah sangat maksimal, hal ini tidak terlepas dari Program Revitalitalisasi kualitas pangan dan pertanian.

Diakui pula, setelah melihat kondisi infastruktur yang ada, Menteri merasa yakin hal itu dapat menunjang sektor pertanian di Kabupaten Merauke. ”Setelah saya melihat ternyata benar, pembenahan infrastuktur seperti jalan kualitasnya lebih bagus, hal ini sebagai penunjang utama pertanian, bahkan terlihat irigasi (saluran air persawahan) baik dikiri maupun kanan terlihat bagus, itu artinya dari bawahnya sudah benar, dan bagus, dengan demikian Petani sekarang bukan hanya sekedar kuli tetapi petani yang benar-benar,” imbuhnya.

Untuk diketahui, Menristek, Ir. Kusmayanto Kadiman.Ph.D, tiba di Bandara Udara Mopah Kabupaten Merauke, Jumat (13/6) sekitar pukul 08.00 WIT, bersama rombongan dan beberapa pengusaha dari Mitsubitshi Corporation. dalam kunjunganya kali ini, Menristek hanya meninjau sektor Pertanian.**

Jayapura : Hakim Cek BB Kayu Hasil Illegal Loging

(www.papuapos.com, 14-06-2008)
Jayapura – Majelis Hakim yang menangani 12 perkara Illegal Loging yang sementara bergulir di Pengadilan Negeri Jayapura, Jumat (13/6) kemarin mengecek keberadaan barang bukti perkara di Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara (Rupbasan). Pengecekan ini dimaksud untuk menentukan status barang bukti dalam putusan nanti.
Majelis Hakim antara lain Aman Barus, SH, sebagai Ketua dan anggota masing-masing Abdul Siboro, SH dan Hotnar Simarmata, SH. Dari hasil pengecekan yang diterima oleh staf Rupbasan tersebut, ternyata dari 9 truk barang bukti, didapati hanya ada 3 barang bukti truk yang masih terparkir di Rupbasan, sementara 6 truk sudah tidak ada.

“Enam truk sudah dikeluarkan tanpa adanya penetapan atau ijin dari pengadilan,” ujar Ketua Majelis Hakim, Aman Barus, SH. Sementara kayu olahan ratusan kubik yang termuat dalam truk, masih tersimpan dalam gudang. Sayangnya, Majelis Hakim hanya melihat keberadaan kayu dari luar saja, tidak dapat masuk ke gudang untuk melakukan pemeriksaan mendetil mengenai jumlah kayu karena gudang terkunci.

Tiga truk yang masih ada tersebut, masing-masing Nopolnya, W 8799 UN, DS 9315 AB dan DS 9602 JK. Untuk diketahui, perkara Illegal loging yang sementara diperiksa di PN Jayapura saat ini berjumlah 12 perkara, dimana 9 terdakwa adalah sopir yang barang bukti truk dan kayunya ditahan dan 3 perkara lainnya, terdakwanya adalah pemilik kayu. **

Sorong : Taman Wisata Alam Dibahas

(www.radarsorong.com, 13-06-2008)
SORONG- Pemprov Papua Barat melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) kemarin di Hotel Mariat menggelar lokakarya manajemen kolaborasi pengelolaan Taman Wisata Alam Sorong. Lokakarya melibatkan 40 peserta dari berbagai elemen terdiri dari pemerintahan, swasta, Ormas, dan LSM. Tujuannya guna membahas konservasi hutan alam yang kedepannya akan dimanfaatkan sebagai salah satu taman wisata alam sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.Kepala Balai Besar KSDA Provinsi Papua Barat, Drs Trisnu Danisworo, MS mengemukakan kawasan taman wisata alam Sorong (hutan lindung, red) dalam pengelolaannya dibawah pengawasan KSDA Papua Barat. Yang mana secara administrasi terletak di Distrik Sorong Timur merupakan hutan konservasi dengan luas 945,9 hektar yang didalamnya terdapat sedikitnya 53 jenis kayu yang tumbuh di kawasan terindah seperti kayu matoa, merbau, langsat, rambutan dan lainnya. Sementara jenis satwa yang terdapat di dalamnya adalah kakatua putih, kakaktua hitam, nuri dan jenis satwa lainya seperti kuskus dan rusa.

Dikatakan, tujuan utama pemanfaatan hutan lindung (hutan konservasi, red) adalah untuk taman wisata alam yang pada dasarnya digunakan untuk pariwisata. Taman wisata alam ini dapat dikelola secara kolaborasi berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku melalui kesepakatan bersama melalui MoU. Tentunya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang ada. Materi yang disajikan pada lokakarya adalah kebijakan pengelolaan sumber daya hutan, pemanfaatan potensi sumber daya hutan dan beberapa materi lainnya yang mempunyai keterkaitan langsung dengan pengelolaan hutan sebagai salah satu potensi sumber wisata alam.Sementara itu dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi lokakarya kemarin, Wakil Walikota Hj Baesara Wael, S.Sos, MH mengatakan selama ini semua bangga Kota Sorong sebagai kota wisata, apakah betul demikian karena selama ini yang banyak dikenal dan diketahui adalah Tanjung Kasuari sebagai taman wisata pantai. Padahal masih ada potensi lain yang dapat dikelola dengan baik yaitu hutan lindung.

Dijelaskan, selama ini yang menjadi sorotan dunia pada saat ini adalah masalah konservasi pengelolaan hutan yang tidak teratur hingga terjadi penebangan secara liar hingga menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem hutan yang berdampak pada pemanasan global. Untuk itulah langkah awal yang akan dibahas pada lokakarya ini semua stakeholder yang ada agar dapat meberikan kontribusi pemikiran yang konstruktif.“Pada awal ini kita bahas semaksimal mungkin langkah-langkah apa yang akan kita sepakati untuk menghidupkan kembali hutan kita ini sebagai hutan wisata alam. Jadi cukup representatif SKPD terkait untuk membicarakan hal ini,”ujar Wakil Walikota.(ris)

Jakarta : Polisi Tahan Direktur HPH

(www.radarsorong.com, 13-06-2008)
JAKARTA – Mabes Polri menetapkan Dirut PT Kaltim Hutama (KH) Samadun Willy sebagai tersangka kasus pembalakan liar di Kaimana, Papua. Willy telah ditangkap sekaligus ditahan sejak Sabtu (7/6) lalu. Tim penyidik menganggap Willy ikut bertanggung jawab atas kasus yang diduga merugikan negara miliaran rupiah tersebut.‘’Kami (sudah) tahan. Tapi nantilah kita beberkan,”kata Direktur V/Tipiter Brigjen Pol Sunaryono saat dihubungi kemarin malam.Jenderal bintang satu itu juga membenarkan, jika polisi masih mencari bos PT Centrico Ketut Suwardhana yang juga diduga terlibat dalam perambahan hutan dengan modus menggangsir kayu merbau itu. ”Nanti akan lengkap semua. Sabar saja,”imbuhnya.

Seperti diberitakan (Jawa Pos, 5-6/6), polisi melakukan operasi illegal logging di provinsi paling timur Indonesia itu. Ada dua HPH yang terlibat. PT KH dan PT Centrico. Sebelum menahan Willy, empat orang tersangka dari PT KH yakni Kepala Cabang Kaltim Hutama Nabire Budi Hartono Roesadi, Manajer Camp Suhardjono, seorang staf administrasi bernama Jainuddin Rajab, dan Kepala Bidang Perencanaan Hutan Nano Krishainano. Sedangkan dari PT Centrico yang telah ditahan adalah Kepala Basecamp Adien Suryana dan Kepala Cabang Centrico Nabire Eddy Triyono Hie. Para tersangka disangka melanggar serangkaian pasal. Misalnya pasal 50 ayat 3 huruf C UU 41/99 tentang Kehutanan tentang merambah hutan di wilayah terlarang. Sedangkan apakah kedua perusahaan tersebut melakukan perambahan hutan lindung di luar HPH dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) masih belum ditentukan.

Pelanggaran untuk PT KH bertambah berat karena HPH perusahaan tersebut telah berakhir 21 Maret 2008. Namun hingga berakhirnya HPH tersebut, mereka masih beraktivitas. Dari kedua perusahaan itu polisi telah menyita sekitar 13 ribu kubik kayu merbau yang tersebar di 26 titik. Kayu itu sedianya akan dikirim ke Surabaya untuk diekspor ke luar negeri. Di pasar internasional, harga kayu yang biasa digunakan untuk lantai itu mencapai Rp 18 juta per meter kubik.Pengacara PT. KH, Anang Alfiansyah, belum berkomentar saat dihubungi secara terpisah kemarin sore. ”Saya harus cek dulu. Saya belum dengar karena saya baru dari Lampung,”katanya. Anang sempat turun langsung ke tempat kejadian perkara di pedalaman Kaimana akhir Mei lalu. Saat itu Anang, yang berasal dari Law Firm Henry Yosodiningrat, mendampingi Suhardjono yang dikeler polisi ke lokasi kejadian.(naz/agm)

13 June 2008

Jayapura : Kasus Pembalakan Diharapkan Dilimpahkan Ke Polda Papua

(www.papuapos.com, 13-06-2008)
Jayapura - Kasus penebangan hutan yang melibatkan PT. Kaltim Utama dan PT.Centrico telah menetapkan 6 tersangka dan 20 saksi sudah diperiksa. Kendati kasus pembalakan secara resmi ditangani Mabes Polri, namun diharapkan kasus ini dilimpahkan ke Polda Papua.
Hal ini disampaikan Dir Reserse dan Kriminal Polda Papua, Kombes Pol, Paulus Waterpau disela-sela rapat koordinasi hutan di Swissbelt Hotel, Kamis (12/6)kemarin.“ SUdah ditetapkan 6 tersangka, sedangkan saksi yang telah diperiksa sudah 20 orang. Dan bilamana Mabes Polri mau melimpahkan kasus itu, kami siap menanganinya,” ujar Paulus kepada wartawan.

Dikatakannya, sampai sekarang memang belum ada pemberitahuan dari BAR Reskrim Mabes Polri akan melimpahkan kasus tersebut ke Polda Papua maupun diserahkan langsung ke tingkat jajaran Polres setempat. Namun, bila memang Mabes memberikan rekomendasi pelimpahan kasus, pada intinya Polda Papua menerima dan akan menindaklanjutinya.

“ Kami siap menenindaklajuti kasus ini bila BAR Reskrim Mabes Polri melimpahkan kasus ini ataupun langsung dilimpahkan ke tingkat jajaran Polres setempat,” harap Dir Reskrim.

Menyikapi kasus ini, tim Polda Papua akan diturunkan kembali ke Kaimana bersama Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat untuk mengkoordinir kayu-kayu yang berserakan. Tujuannya tidak lain yakni instansi terkait bisa mengaudit dimana pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan perusahan HPH tersebut yang masuk ke areal tepi sungai. Sebab ditemukan dilokasi kalau masih ada beberapa potongan kayu yang tersisa.

“Hasil penebangan kayu ditepi sungai itu akan dicari dan dikemanakan, juga termasuk kayu yang sudah diolah,” terang Paulus.

Kasus ini menurut Paulus masih di tangani Bar Reskrim Mabes Polri, termasuk memintai keterangan tersangka atau saksi-saksi. Sedangkan saksi tambahan yang dimintai keterangan oleh Mabes Polri yakni Kepala Dinas Kehutanan Kaimana dan Kepala Dinas Kehutanan Nabire.

Sementara ini informasi dari Mabes Polri, ujar Waterpau, tersangka dijerat dengan UU No.40 tentang Kehutanan tepatnya pada pasal 50 ayat 3 huruf C dan J.**

Jayapura : Bambu Kuning, Polimak Banjir Terus

(www.papuapos.com, 13-06-2008)
Jayapura – Lagi-lagi banjir melanda kota Jayapura, seperti di kawasan Laba-Laba, Bambu Kuning Polimak. Hujan yang mengguyur Kota Jayapura Rabu (12/6) subuh, membuat rumah-rumah yang berada di kawasan Bambu Kuning terendam air.

Bambu Kuning kini menjadi langganan banjir. Setiap kali turun hujan kawasan Bambu Kuning tidak pernah lepas dari Banjir. Kendati demikian, pemerintah selalu tinggal diam, tidak ada upaya cara mengatasinya. Namun demikian tidak bisa pemerintah selalu disalahkan. Masyarakat yang bermukim di kawasan Bambu Kuning selalu membuang sampah sembarangan. Alhasil, setiap kali turun hujan got tersumbat. Jalan dan rumah masyarakat yang menjadi sasaran dari banjir.

Ibu Mery salah satu warga yang sebagian halaman rumahnya terendam, mengaku setiap hujan turun deras, Bambu Kuning selalu menjadi langganan banjir. Untuk itu, dirinya berharap ada perhatian serius pemerintah setempat agar sesegera mungkin menangani hal tersebut sehingga tidak terjadi lagi banjir. “Kami harapkan ada penanganan masalah banjir di kawasan ini, karena saluran air disini sudah tertutup,” ujarnya pada Papua Pos, Kamis (12/6).

Banjir di Bambu Kuning, mengakibatkan jalur Jayapura– Polimak lumpuh karena air yang menggenangi kawasan tersebut mencapai hingga ketinggian 1 meter, otomatis roda dua dan empat tidak bisa melewati kawasan tersebut.

Akibat Bambu Kuning kerap banjir, membuat warga yang berada disekitar Bambu Kuning pusing dan selalu timbul rasa was-was.“Warga disini juga setiap hujan pasti was-was karena setiap kali hujan turun pasti Bambu Kuning banjir. Oleh karena itu, kami berharap hal ini dapat segera diatasi pemerintah,” ujar Mery.

Dari pantauan Papua Pos dilokasi banjir, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Jayapura mengirimkan dua unit mobil truk sampah untuk mengangkut sampah-sampah yang berserakan akibat banjir. Demikian juga warga sibuk membantu dinas kebersihan mememasukan sampah kedalam truck.

Dengan terpaksa pula kenderaan roda dua dan roda empat yang dari arah Entrop-Polimak- Jayapura memutar kenderaan dari jalan Argapura tujuan ke Jayapura. Alhasil, terjadi antrian yang cukup panjang sepanjang jalan lingkaran Polimak, Argapura sampai ke kota Jayapura. Sedangkan kenderaan yang dari Jayapura tujuan Polimak dialihkan melalui Argapura.**