Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

21 January 2012

Di Merauke, Harga Beras ‘Mencekik Leher’

(www.papuapos.com, 20-01-2012)
MERAUKE [PAPOS] – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merauke, Beny Malik mengakui jika harga beras di pasar, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelum. Hal itu diakibatkan oleh panen masyarakat mengalami penurunan, sementara permintaan konsumen meningkat.
 
Kondisi demikian menjadi perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke.
Demikian disampaikan Beny saat ditemui Papua Pos di kantor bupati, Kamis (19/1). Menurutnya, sebagai tindaklanjut dari kenaikan harga beras itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Merauke, Drs. Daniel Pauta mengeluarkan surat instruksi yang ditujukan kepada Kantor Bulog yang tembusannya diterima instansi terkait, agar segera dilakukan operasi di pasar guna mengetahui secara pasti harga yang berlaku sekarang. “Memang kenaikan lumayan tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelum,” tandasnya. 


Harga beras yang berlaku sekarang, demikian Beny, adalah Rp 8.500. Sedangkan harga standard yang berlaku selama ini adalah Rp 5000-Rp 6000. Memang karena kondisi alam dan tidak ada unsur kesengajaan dari para petani. Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menanam, namun karena cuaca dan juga mungkin gangguan hama, sehingga panen yang dihasilkan, tidak sesuai tahun kemarin. “Ya, ini juga menjadi suatu perhatian serius dari pemerintah,” katanya. 


Ditanya apakah petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merauke akan melakukan operasi pasar, Beny mengungkapkan, pihaknya tidak bisa dengan serta merta mengambil keputusan. Perlunya koordinasi dengan Bagian Perekonomian Setda Merauke. Jika sudah ada kesepakatan bersama, otomatis operasi pasar tetap dilakukan. “Saya sudah sempat diskusi dengan orang Perekda dan dalam waktu dekat, akan dilakukan pertemuan bersama,” tandasnya. 


Menyangkut sanksi kepada mereka yang menjual beras dengan harga tinggi, Beny menambahkan, tidak serta merta diberikan tindakan. Harus dilihat terlebih dahulu. Artinya bahwa, jika telah ada subsidi dari pemerintah dan ada oknum yang menaikkan harga beras yang tidak sesuai, disitu otomatis diberikan sanksi. “Kalau sekarang, kita tidak bisa berikan sanksi. Karena kenaikan harga beras itu tidak disengajakan,” tuturnya. [frans]

20 January 2012

Biak : Wakil Rakyat Harus Mampu Buat Regulasi Penyelamatan Tanah

(www.bintangpapua.com, 19-01-2012)
Biak - Dewan Adat Byak (DAB) menilai sebagai wakil rakyat yang saat ini menjabat sebagai anggota dewan terhormat di DPRD Biak Numfor, belum memiliki kemampuan dalam menyusun sebuah regulasi tentang penyelamatan tanah rakyat. Padahal tanah sebagai bagian dari kosmologi dunia dan ekosistim yang harus diselamatkan sebagai bagian yang telah ada sebelum manusia dijadikan. Sebab dengan adanya regulasi, nantinya masalah tanah tidak meluas menjadi persoalan yang selama ini terjadi ditengah kehidupan masyarakat, bahkan masyarakatpun tidak seenaknya akan menjual dan merusak tanah.

Ketua DAB, Yan Piter Yarangga mengatakan, saat ini persoalan tanah sebagai sentral gejolak sosial dimana-dimana, sehingga sebagai orang yang menyandang predikat wakil rakyat, sudah selayaknya mereka bersama pemerintah daerah berupaya membuat suatu regulasi sebagai payung hukum untuk menyelesaikan berbagai persoalan tanah yang semakin marak terjadi di wilayah adat Biak.


“Salah satu syarat utama dengan menyandang predikat wakil rakyat, seharusnya dia sudah memiliki konsep untuk menyusun sebuah regulasi yang nantinya sebagai payung hukum dalam upaya memberikan perlindungan dan penyelamatan tanah, sehingga masyarakat yang selama ini mengklaim dirinya sebagai pemilik tanah ulayat, tidak asal main jual ataupun dirusaki oleh manusia,” kata Yan Piter Yarangga kepada Bintang Papua, Kamis (19/1).

Manokwari : Rawan Banjir Akibat Salah Peruntukan Lahan

(www.bintangpapua.com, 19-01-2012)
MANOKWARI - Beberapa tahun belakangan ini kota Manokwari selalu menjadi langganan banjir setiap musim penghujan. Yang terbaru, banjir yang terjadi di Kali Wosi, Selasa (17/1) malam lalu berakibat 5 unit rumah di kampung Tanimbar, Transito-Wosi hanyut. Di beberapa wilayah lain, puluhan rumah warga terendam. 

Apa penyebab ibukota Provinsi Papua Barat berjuluk kota Injil ini kini menjadi rawan banjir ? Selain faktor cuaca ekstrim berupa curah hujan yang cukup tinggi, menurut wakil bupati  Manokwari Roberth KR. Hamar, permasalahan pokoknya  adalah kesalahan peruntukan lahan. 


Karena itu menurutnya,  perlu dilakukan  peninjauan kembali terhadap  tata ruang kota Manokwari.  Kawasan penyangga terutama yang berada di dataran tinggi serta daerah resapan air yang kini telah beralih fungsi menjadi perumahan, sebaiknya dikembalikan sesuai peruntukkannya.
Demikian pula kawasan konservasi seperti hutan lindung  telah banyak diserobot untuk kepentingan yang bisnis dan lainnya.


“Harus dibatasi wilayah mana yang dibuka dan wilayah mana yang tidak, akibat pembukaan (kawasan) inilah yang berakibat banjir, “ kata Hammar kepada wartawan, usai menyerahkan bantuan bahan bangunan dan peralatan masak bagi warga korban banjir di kampung Tanimbar, Wosi, Kamis (19/1).


Selain tata ruang, lanjut Hammar, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terutama di sepanjang bantaran kali juga perlu ditinjau kembali. Pasalnya, seiring meningkatnya populasi penduduk kota Manokwari, bangunan rumah warga kini sudah memenuhi daerah sepanjang aliran kali.

Biak : Sampah Cemari Udara, Warga Samofa Palang Jalan

(www.bintangpapua.com, 19-01-2012)
Biak - Kesabaran Warga RT 02 RW 05 Kelurahan Samofa, akhirnya tak terbendung lagi.  Ini akibat tumpukan sampah yang sudah sepekan mencemari udara serta mengganggu aktivitas warga setempat, tepatnya yang berdomisili di kompleks TKBM memalang Jalan Raya Condronegoro. 

Dua buah bak kontainer sampah yang dipenuhi sampah basah dan kering dan berada di pinggiran ruas jalan raya itu, dibongkar warga, sehingga sampah-sampah berceceran menghalang lalu-lintas. Kendaraan yang menuju arah barat maupun dari arah timur, tidak bisa melewati jalan tersebut, karena selain jalan raya ditutup sampah, warga juga menaruh balok pemalang. 


Meskipun pihak keamanan dan aparat pemerintah kelurahan setempat sudah melakukan negosiasi agar warga segera membuka jalan tersebut, namun warga tetap bersikeras menuntut adanya perhatian pemerintah daerah atau instansi terkait agar dapat turun langsung membersihkan sampah-sampah tersebut. 


“Karena sampah ini sudah satu minggu, dan warga sudah tidak tahan karena setiap hari bau sampah mengganggu warga terutama pada saat makan siang,” kata ketua RT 02/RW 5 Kelurahan Samofa, Eddi Meisiri saat ditemui Bintang Papua dilokasi pemalangan, Rabu (18/1). Lanjut kata Meisiri, warga tetap akan melakukan pemalangan hingga pihak kebersihan harus turun langsung mengangkut sampah-sampah tersebut. Begitupula warga secara tegas meminta instansi terkait tidak lagi menaruh bak kontener sampah di lokasi pinggiran ruas jalan itu. “Pemalangan sudah berlangsung dari jam 9 pagi dan ini akan terus dilakukan sampai Dinas Kebersihan datang angkut sampah beserta kedua bak kontener ini. Juga agar pemerintah daerah dapat turun dan membuka mata, jangan hanya duduk didalam kendaraan saja,” tegasnya.


Sementara itu, Kepala Seksi Lingkungan Jalan dan Pasar Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKP2) setempat, Marthen Wompere, S.Sos membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, permasalahan sampah sudah sangat memprihatinkan karena hampir dalam sepekan ini armada truk sampah yang beroperasi hanya satu unit saja. Sehingga ia juga meminta kepada warga untuk tetap bersabar, karena permasalahan sampah di daerah ini bukanlah hanya tanggung jawab pihak DKP2 tetapi peran serta masyarakat dan semua pihak yang berada di kota ini. “Kendalanya karena dari empat truk sampah yang dimiliki DKP2, kini yang beroperasi hanya 1 unit, sedangkan yang lainnya rusak sehingga terjadi penumpukan sampah dimana-mana,” katanya. 


Ia juga berharap, terkait permasalahan sampah di daerah ini, perlu secepatnya juga pemerintah daerah dan legislatif menyusun sebuah regulasi sebagai payung hukum dalam mengatasi permasalahan sampah. Meskipun demikian, ia pun menjamin dalam satu hingga dua hari kedepan pihaknya akan melakukan pembersihan sampah, bukan saja yang berada di jalan Condronegoro tetapi sampah yang kini mulai menumpuk di beberapa ruas jalan kota. (pin/don/lo2)

19 January 2012

Kepiting Karapas Coklat Ditemukan di Papua

 (www.kompas.com, 19-01-2012)
JAKARTA, KOMPAS.com — Satu lagi spesies baru dari Indonesia ditemukan. Spesies baru kali ini bernama Macrophthalmus fusculatus, sejenis kepiting yang punya karapas berwarna coklat.

Penemunya ialah dua staf Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dwi Listyo Rahayu dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Loka Bio Industri Laut di Mataram dan Dharma Arif Nugroho dari UPT Loka Konservasi Biota Laut Ambon. Keduanya bernaung di bawah Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Dwi Listyo Rahayu yang akrab disapa Yoyok, mengatakan bahwa jenis Macrophthalmus fusculatus memiliki beberapa ciri khas.

"Spesies ini bentuk karapasnya melebar di bagian posterior (bagian karapas yang terletak di antara kaki kelima), dan bentuk capitnya memanjang," ungkap Dwi lewat surat elektronik kepada Kompas.com, Rabu (18/1/2012).

"Secara sepintas jenis ini tampak kusam, berlumpur, dan kotor. Tetapi setelah dibersihkan dari lumpur, maka akan terlihat karapas yang berwarna coklat dengan beberapa kelompok tonjolan-tonjolan kecil (tubercles), dan capitnya yang halus. Menurut saya terlihat cantik dibawah mikroskop," tambah Yoyok.

Nama spesies ini sendiri diambil dari ciri khas karapas yang berwarna coklat. Secara harafiah, kata bahasa latin fuscus dalam bahasa Indonesia berarti coklat.

Macrophthalmus fusculatus memiliki ukuran kecil. Diameter karapasnya hanya 4-10 sentimeter. Sementara, habitatnya adalah pada substrat pasir berlumpur di hutan bakau.

"Sampai saat ini hanya ditemukan di hutan bakau di daerah Timika, Papua," kata Yoyok. Meski demikian, terbuka kemungkinan untuk menemukannya di perairan lain seperti Maluku dan Sulawesi.

Proses identifikasi spesies ini sebagai spesies baru memerlukan waktu cukup lama, 10 tahun.

"Macrophthalmus fusculatus pertama kali dikoleksi pada tahun 2001 ketika saya mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian di Timika, Papua. Pada saat itu biota tersebut diidentifikasi sebagai jenis (species) yang sudah dikenal," tutur Yoyok.

Namun, Yoyok dan rekannya terus mengumpulkan spesimen-spesimen organisme yang masuk genus Marcophthalmus dari Papua dan Lombok. Sejak tahun 2008, pengamatan secara lebih detail dimulai. Hasil pengamatan dan perbandingan dengan koleksi genus Macrophthalmus di Raffles Museum of Biodiversity Research di Singapura menunjukkan bahwa kepiting karapas coklat ini spesies baru. Macrophthalmus fusculatus positif dinyatakan sebagai spesies baru pada tahun 2011.

Bersama penemuan spesies Macrophthalmus fusculatus ini, Yoyok dan rekannya juga menemukan 14 spesies lain dari genus Macrophthalmus, di antaranya spesies Macrophthalmus abbreviatus dan Macrophthalmus sulcatus malaccensis yang eksistensinya di Indonesia baru diketahui kali ini.

Penemuan ini menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan jenis Macrophthalmus. Genus yang bercirikan tubuh pipih dan tangkai mata panjang ini diketahui hanya hidup di wilayah Indo-Pasifik Barat, mulai Laut Merah, Samudra Hindia, dan perairan Jepang. Penemuan organisme yang berhabitat di wilayah pesisir ini mempertegas bahwa hutan bakau dan wilayah pesisir perlu dijaga kelestariannya.

Penelitian Yoyok dan Dharma Arif Nugroho dipublikasikan di jurnal internasional taksonomi, Zootaxa, Kamis (12/1/2012).

Waropen : Sampah di Pesisir Pantai Waropen Memprihatinkan

(www.bintangpapua.com, 18-01-2012)
WAROPEN - Menyinggung tentang masalah sampah yang terus bertebaran di tepian pantai, sementara saat ini belum ada lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga menjadi kendala serta keresahan bagi masyarakat Kabupaten Waropen.

Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Waropen, Wem Y Nussy kepada Bintang Papua di Botawa menyampaikan, sebagai wakil rakyat dirinya menilai bahwa persoalan tersebut sangat tidak sesuai bagi masyarakat Waropen yang mendiami pesisir pantai.

“Dimana hampir seluruh masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, sementara dalam laut tersebut telah tersebar sampah plastik dan lain sebagainya. Untuk itu sebagai wakil rakyat saya merasa bahwa kurang adanya perhatian dari Pemerintah Daerah,” ungkapnya kepada Bintang papua, Selasa (17/1).

18 January 2012

Nasional : Jual-beli karbon itu bohong, kata pakar

(www.antaranews.com, 17-01-2012)
Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan karbon antara negara yang memiliki potensi menyerap karbon dengan negara penghasil emisi karbon seperti Amerika Serikat rekaan belaka, kata Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia, Mohammad Hasroel Thayib.

"Amerika membakar minyak dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) banyak. Bagaimana logikanya itu (karbondioksida) bisa melewati laut ribuan mil?" kata Hasroel kepada Antara News, Selasa.

Perdagang karbon adalah salah satu cara untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.

Hasroel menilai perdagangan karbon hanya skenario negara-negara penghasil emisi karbon untuk menghambat industri di Indonesia.

"Dalam ilmu kimia dasar disebutkan kalau karbondioksida itu lebih berat dibanding oksigen. Bagaimana karbondioksida yang dihasilkan itu bisa naik ke udara?" kata Hasroel.

Dia berpandangan, keberadaan karbondioksida di atmosfer terjadi karena sinar kosmik yang memecah nitrogen. bukan buangan dari bawah atmosfer.

"Sinar kosmik itu proton dan neutron. Begitu terkena nitrogen yang ringan, kena intinya, berubah dia (nitrogen)!" kata mantan peneliti Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) itu.

Karbondioksida di atmosfer besifat alami dan mendukung kehidupan Bumi dari suhu dingin (minus 18 derajat celcius). "Tidak usah takut dengan karbondioksida karena akan larut ketika hujan," kata Hasroel.

Hasroel menandaskan satu pernyataan ilmiah harus konsisten dengan pernyataan ilmiah sebelumnya.

"Pernyataan ilmiah sebelumnya (bilangan avogadro) mengatakan kalau CO2 itu berat, SO2 itu berat. Tidak mungkin dia penyebab efek rumah kaca," tegasnya Hasroel.

17 January 2012

Manca Negara : Denmark : Makhluk Setengah Hewan Setengah Tumbuhan

(www.kompas.com, 17-01-2012)
COPENHAGEN, KOMPAS.com — Penemuan spesies baru Mesodinium chamaeleon mengagetkan para ilmuwan. Spesies ini menarik perhatian karena karakteristiknya setengah hewan setengah tumbuhan. Ilmuwan yang semula menganggap bahwa tak mungkin ada makhluk di antara hewan dan tumbuhan pun harus berpikir ulang.

Mesodinium chamaeleon sebenarnya adalah organisme sel tunggal. Karakteristik yang membuatnya bisa dikatakan hewan adalah adanya cilia, organ sel yang digunakan untuk bergerak. Adanya organ memungkinkan spesies ini bergerak secara aktif mencari makan seperti layaknya hewan.
Sementara itu, karakteristik yang membuatnya dikatakan tumbuhan ialah adanya simbiosis dengan alga. Mesodinium chamaeleon "menelan" alga, membiarkannya tetap utuh dan berfotosintesis. Mesodinium chamaeleon juga membawa alga bergerak dan mengubah penampakan dirinya seperti warna alga, yakni merah atau hijau.

Ojvin Mooestrap, peneliti dari Universitas Copenhagen, Denmark, yang menemukan spesies itu seperti dikutip New Scientist, Jumat (13/1/2012), menyatakan, "Pembagian antara hewan dan tumbuhan benar-benar tidak ada." Mooestrap mengungkapkan, banyak organisme mungkin gabungan di antara keduanya.

Mesodinium chamaeleon ditemukan di Pantai Niva, Denmark. Spesimen lainnya juga ditemukan di lepas pantai Finlandia dan Rhode Island. Temuan organisme setengah tumbuhan cukup jarang. Selain Mesodinium chamaeleon, organisme yang punya ciri hampir sama ialah Mesodinium rubrum.

Bentuk simbiosis yang dilakukan Mesodinium chamaeleon dengan menelan alga disebut endosimbiosis. Bentuk simbiosis ini ialah yang terpenting dalam evolusi. Dua miliar tahun lalu, organisme sel tunggal menelan bakteri dan memperbudaknya sebagai pabrik energi. Akibat proses ini, terciptalah mitokondria yang pada organisme multisel dikenal sebagai pabrik energi.

Mesodinium chamaeleon mencerminkan bagaimana endosimbiosis berkembang. Penemuannya dipublikasikan di Journal of Eukaryotic Microbiology baru-baru ini.

Manokwari : Green Peace Siap Investigasi Kasus Kayu Log PT MAM

 (www.bintangpapua.com, 16-01-2012)
Manokwari - Lembaga pemerhati lingkungan  internasional Green Peace mensinyalir ada praktek mafia kehutanan di balik kasus kayu log milik PT Mambaramo Alas Mandiri yang beberapa waktu lalu di tahan Bea Cukai Manokwari.

Green Peace pun menilai ada hal yang aneh terkait keputusan membawa kembali kayu log dimaksud ke kabupaten Waropen, dengan alasan di Manokwari tidak ada tempat yang cukup luas untuk bisa dilakukan  penghitungan ulang kubikasi kayu tersebut.


Untuk itu, Green Peace akan datang ke Manokwari guna  melakukan investigasi lebih jauh terhadap kasus itu, termasuk menelusuri asal muasal kayu serta  proses hukum yang telah dilakukan aparat berwenang di Manokwari.


“Dalam waktu dekat kami akan turun ke lokasi (Manokwari), “ ungkap forest campaiger Green Peace and team leader Papua program, Richardten Charles Tawaru, dikonfirmasi via Ponsel, Jumat (13/1).
Charles mempertanyakan keputusan instansi terkait membawa kembali tumpukan kayu log yang sudah berstatus barang bukti itu ke Waropen hanya demi kepentingan pengukuran. 

16 January 2012

Video : Katak Bersuara Kucing

Keerom : Pemkab Susun Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(www.bintangpapua.com, 15-01-2012)
ARSO - Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Keerom, Ir. Frans Tanga, mengatakan, untuk saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom melalui pihaknya sedang menyusun kajian lingkungan hidup strategis.

Hal ini tidak lain merupakan perintah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. “Sehingga disini sudah kewajiban setiap pemerintah daerah di dalam membuat kajian terhadap penyelamatan lingkungan di wilayahnya masing-masing-masing,” katanya.


Menurutnya, kajian itu sangat diperlukan sebagai patokan di dalam mengendalikan berbagai hal yang mengancam lingkungan alam beserta isinya, seperti penebangan liar, berbagai macam limba beracun, yang tentunya dampaknya merugikan makluk hidup dan manusia.


Sebagai contoh saja, apabila hutan ditebang sembarangan dan tidak ada reboisasi (penghijauan kembali) terhadap lahan kritis, maka itu berbuntut pada bahaya banjir dan bahaya pemanasan global semakin terbuka lebar. “Contoh lainnya, misalnya limba beracun tidak dikendalikan, efeknya kehidupan ekosistem makluk menjadi terancam,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Bupati,Jumat (13/1).


Ia menjelaskan, didalam upaya penyelamatan lingkungan, pemerintah hanya berfungsi melakukan pengendalian dan pengawasan saja, sementara yang lebih berperan utama adalah masyarakat sendiri.
Misalnya, masyarakat jangan melakukan penebangan pohon secara sembarangan, tidak membuang limbah hasil produksi rumah tangga dan produksi industri di sembarangan tempat, karena itu menimbulkan pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.


“Untuk tahun anggaran (TA) 2012 ini, kami melaksanakan program kegiatan yang sama, yakni, pengawasan dan pengendalian serta lingkungan hidup,” tandasnya.


Menyoal lahan-lahan kritis di wilayah Keerom, kata Frans Tanga, bahwa memang sejauh ini ada lahan-lahan kritis di wilayah Keerom, namun wilayah mana saja yang terjadi lahan kristis, saat ini pihaknya masih melakukan pendataan.


Khusus persoalan reboisasi lahan kritis, tentunya pihaknya memprogramkan kesana, tetapi apabila lahan kritis itu berada pada areal kawasan hutan, maka itu bukan tanggungjawab pihaknya melainkan tanggungjawab pihak kehutanan, karena pihaknya yang bertanggungjawab dalam lahan kritis yang berada pada wilayah yang bukan kategori hutan. (rhy/don/lo2)

15 January 2012

Bondol Jayawijaya

(sumber : www.kutilang.or.id, 14-01-2012)
Snow Mountain Munia  (Western Alpine Mannikin)
Lonchura montana
(Junge, 1939)

Deskripsi
Kecil (11 cm.). Mahkota dan muka hitam, dada bungalan dan kedua sisi tubuh berpalang.
Mirip dengan Bondol dada-coklat dan Bondol dada-hitam, ciri khas yang membedakan adalah warna bungalan pada bagian dada. Selain itu persebaran tempat hidup juga menjadi ciri pembeda ketiga jenis Bondol (pipit) yang sangat mirip ini.


Persebaran dan ras
Hanya diketahui hidup di Pegunungan Jayawijaya, di barat Ngarai Baliem, Pulau papua.


Tempat hidup dan Kebiasaan
Hidup dalam kawanan kecil di daerah padang rumput berlumut di dataran tinggi Pegunungan Jayawijaya pada rentang ketinggian antara 2100 – 4100 mdpl., meski lebih mudah dijumpai pada ketinggian di atas 3000 mdpl. Bersarang pada rerumputan di tepi daerah perairan dan memakan biji gulma di daerah padang rumput.


Status
Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan Internasional: –
Perlindungan:


Galeri
Internet Bird Collection

Keerom : Kakao di Keerom Mulai Diserang Hama, Juga Ditemukan Virus yang Belum Diketahui Namanya

(www.bintangpapua.com, 14-01-2012)
ARSO- Kepala Dinas Perkabunan dan Kehutanan Kabupaten Keerom, Ir.Joko Susilo mengatakan, Perkebunan Kakao  milik petani  mulai diserang Hama.

Seperti Kakao petani di Daerah Distrik Skanto dan Arso dan juga pihaknya telah menemukan semacam Virus yang menyerang mulai dari daun kakao, lalu menyerang  batang,  kemudian sampai ke akarnya.
“ Terkait dengan adanya kakao terserang hama, kami bekerja sama dengan para penyuluh melakukan pengecekan di lapangan dan setelah dilakukan pengecekan,  maka selanjuknya dilaporkan ke Bupati,” ungkapnya saat ditemui diruang kerjanya, Jumat (13/1). 


Ia mengatakan, Kakao juga sudah terkena semacam Virus, hanya saja  saat ini nama virusnya belum diketahui namanya yang pasti. Dengan adanya hama penyakit yang telah ditemukan,maka pihaknya akan melakukan kordinasi dengan Kabupaten Jayapura dan Kota  Jayapura sebagai penghasil kakao untuk melakukan penaganan hama dan penyakit secara bersama-sama lintas kabupaten,  karena hama penyakit bersifat penyerangannya cepat berkembang. Karena itu  apabila dalam suatu daerah memberantas hama dan daerah tetangga tidak melakukan,  maka hama tetap akan menyebar dimana-mana,  sehingga perlu  adanya kordinasi penanggulangan hama penyakit.

Pihaknya juga telah melaporkan ke Dinas Perkebunan Provinsi Papua tentang adanya gangguan hama penyakit di Kabupaten Keerom.  “Inilah upaya yang dilakukan dinas Perkebunan Kabupaten Keerom untuk mencegah hama penyakit di Kabupaten Keerom,”tandasnya. (rhy/don/lo2)

14 January 2012

Merauke : Keragaman Hayati TN Wasur

(http://www.btnwasur.blogspot.com)
Taman Nasional Wasur mempunyai keunikan dan peran yang sangat strategis. Keunikan kawasan ini adalah adanya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang cukup tinggi.

Tipe Ekosistem :Terdapat 6 (enam) tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Wasur yaitu :
a. Ekosistem Rawa Berair Payau Musiman, terdapat di daerah Rawa Taram, Rawa Kitar-kitar hingga daerah Waam dan Samleber.
b. Ekosistem Rawa Berair Tawar Permanen, terdapat di daerah Danau Rawa Biru, Ukra, Maar dan Kankania.
c. Ekosistem Pesisir Berair Tawar, terdapat di daerah Mbo, Okilur, Rawa Pilmul dan Rawa Badek.
d. Ekosistem Daratan Berair Tawar, terdapat di sepanjang jalan Trans Irian.
e. Ekosistem Pesisir Berair Payau - Asin, terdapat di daerah sekitar pemukiman sektor pantai kecuali Kampung Kondo.
f. Ekosistem Daratan Berair Payau, terdapat di Kampung Wasur, Rawa Ndalir dan Kampung Sota.

Flora : secara umum jenis vegetasi di dalam kawasan TN Wasur dikelompokkan dalam 10 (sepuluh) kelas hutan yaitu Hutan Dominan Melaleuca sp, Hutan Co-Dominan Melaleuca sp - Eucalyptus sp, Hutan Jarang, Hutan Pantai, Hutan Musim, Hutan Pinggir Sungai, Hutan Bakau, Sabana, Padang Rumput dan Padang Rumput Rawa. Adapun vegetasinya didominasi oleh Melaleuca sp, Asteromyrtus symphiocarpa, Eucalyptus sp, Acacia sp, Alstonia actinopilla, Dilenia alata, Baksia dentata, Graminae sp, Pandannus sp, Cycas sp, Amorphopalus sp, Anggrek dan lain-lain.

Fauna : Keanekaragaman jenis fauna di Kawasan TN Wasur terdiri dari :
a. Mamalia
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terdapat 34 spesies dari 80 spesies mamalia yang terdidentifikasi. Mamalia besar di kawasan TN Wasur adalah kangguru lapang (Macropus agilis), Kangguru hutan/biasa (Darcopsis veterum) dan Kangguru Tanah (Thylogale brunii). Disamping itu terdapat mamalia lain yaitu musang hutan (Dasyurus spartacus), Kuskus berbintik (Spilocuscus Petaurus breviceps) dikenal masyarakat setempat sebagai tupai dan lain-lain.

b. Aves (Burung)
TN Wasur memiliki keanekaragaman burung yang telah tercatat 403 species dengan 74 species diantaranya endemik Papua dan diperkirakan terdapat 114 species yang dilindungi. Jenis-jenis burung tersebut antara lain : Garuda Papua (Aquila gurneyei), Cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), Kakatua (Cacatua sp), Mambruk (Crown pigeons), Kasuari (Cassowary), Elang (Circus sp.), Alap-alap (Accipiter sp.) dan lain-lain. Disamping itu lahan basah yang dimiliki TN Wasur merupakan tempat yang sangat penting bagi burung migran dari Australia dan New Zealand seperti : Bagau abu-abu/Ndarau (Cranes Trans-fly), Pelikan, Ibis (Stra-necked, Glossy dan White), Boha (Magpie geese), Burung Pantai (Plovers, Australian Pratincole) dan Paruh sendok (Royal spoonbills).

c. Pisces (Ikan)
Kawasan TN Wasur merupakan lahan basah yang luas, dimana banyak kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman hayati dalam kawasan. Teradapat 39 jenis ikan dari 72 jenis yang ada, yang 32 jenis diantaranya terdapat di Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di Sungai Maro seperti Scleropages jardinii, Cochlefelis, Doiichthys, Nedystoma, Tetranesodon, Iriatherina dan Kiunga dan lain-lain.

d. Reptil dan Ampfibi
Hasil survey terdapat 26 jenis reptil yaitu 2 jenis buaya (Crocodylus porosus dan Crocodylus novaguineae), 3 jenis biawak (Varanus sp.), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp.), 8 jenis ular (Condoidae, Liasis, Pyton) dan 1 jenis bunglon (Calotus jutatas) dan 3 jenis katak; katak pohon (Hylla crueelea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata) dan katak hijau (Rona macrodon).

e. Insekta (Serangga)
Yang tercatat di TN Wasur terdapat 48 jenis, diantaranya : Rayap (Tumulitermis sp. dan Protocapritermis sp.), Kupu-kupu (Ornithoptera priamus), semut (Formicidae, Nytalidae, Pieridae) dan lain-lain. Selain jenis fauna asli, di dalam kawasan TN Wasur juga terdapat jenis-jenis fauna eksotik seperti : rusa (Cervus timorensis), Sapi (Bos sp.) serta bermacam-macam spesies ikan seperti :betik (Anabas testudineus), gabus (Crassis auratus), Mujair (Orechromis mossambica) dan Tawes (Cyprinus carpio).

Spesies : Kangguru Pohon, Dendrolagus Inustus Dan Dendrolagus Pulcherrimus

  
(Dendrolagus inustus, Foto : www.conservation.org)
(IKP, 13-01-2012)
Kanguru pohon merupakan salah satu hewan mamalia yang telah dikenal oleh masyarakat Papua. Hewan ini dilindungi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor 247/Kpts/ Um/4/1975. Ada empat jenis kanguru pohon yang tergolong endemik di Papua yaitu: Dendrolagus ursinus, Dendrolagus inustus, Dendrolagus dorianus dan Dendrolagus goodfelowi (Petocz, 1994). Menurut Menzies (1991) dan Flannery (1995) hanya dua jenis yang dapat ditemui di kawasan Kepala Burung (Daerah Vogelkop, Papua Barat) yaitu D. inustus dan D. ursinus. Menurut masyarakat setempat nama lokal kanguru pohon cenderawasih adalah “semai” atau “unijo” (bahasa Hattam).



Tambahan Redaksi IKP : empat jenis kanguru pohon yang tergolong endemik di Papua mendapat tambahan satu jenis lagi spesies langka yaitu Jenis Kangguru Dendrolagus pulcherrimus, Kangguru Emas Mantel Pohon yang merupakan spesies baru yang ditemukan di Pegunungan Foja, Mamberamo tahun 2005 silam oleh tim dari conservation International Indonesia.

(Dendrolagus pulcherrimus, Foto : www.conservation.org)

13 January 2012

Manca Negara : Papua Niugini : Katak "Ting-ting" Vertebrata Paling Mungil

(www.kompas.com, 12-01-2012)
PAPUA NIUGINI, KOMPAS.com — Christopher Austin dari Museum of Natural Science di Lousiana State University dan mahasiswanya, Eric Rittmeyer, menemukan katak kecil yang sekaligus dinobatkan sebagai vertebrata (hewan bertulang belakang) paling mungil. Katak itu kemudian disebut Paedophryne dekot—dekot berarti "amat kecil" dalam bahasa setempat, Daga.

Katak itu sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 2009 di hutan Papua Niugini, tetapi peneliti baru memublikasikannya tahun ini. Ukuran katak itu hanya 7,7 mm, mengalahkan vertebrata terkecil sebelumnya, ikan Paedocypris progenetica dari Indonesia.

Austin mendeteksi adanya satwa ini saat mendengarkan nyanyian unik di malam hari berbunyi "ting-ting". Saat dicari, ternyata nyanyian unik itu berasal dari katak yang ditemukan. Pengambilan katak cukup sulit. Austin harus mencoba lima kali sampai akhirnya berhasil.

Austin, dikutip Livescience, Rabu (11/1/2012), menuturkan, "Kami belum mengetahui apa yang mereka makan, kami juga hanya tahu sedikit tentang ekologinya. Mereka mungkin memakan invertebrata sangat kecil di daun kering, seperti tungau."

Genus Paedophryne memang dikenal sebagai genus katak dengan anggota katak-katak mungil. Katak lain dalam genus ini adalah Paedophryne swiftorum yang ditemukan tahun lalu. Penemuannya juga dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Rabu kemarin.

Menurut Austin, katak mungil sebenarnya hal yang umum, menunjukkan bagaimana evolusi bekerja. "Ini bukan keanehan. Ini sebenarnya fenomena yang cukup umum yang kita jumpai pada golongan katak."

Katak-katak mini biasanya berukuran tak lebih dari 13 mm. Mereka mendiami habitat lembab dan tersembunyi di dasar hutan. Habitat itu memberi kelembaban yang dibutuhkan oleh umumnya jenis katak.

Sumber :LiveScience

Manca Negara : Riset Minum Red Wine Sehat Ternyata Palsu


(www.detiknews.com, 12-01-2012)
Connecticut - Peneliti University of Connecticut yang menarik perhatian dunia dengan temuannya bahwa meminum red wine (anggur merah) mempanjang usia, ternyata banyak memalsukan data dalam risetnya. Adalah University of Connecticut sendiri yang membongkar bahwa penelitian mengenai manfaat red wine itu palsu dan mengumumkannya di situsweb resminya.

"Sebuah investigasi atas penyelewengan riset ilmiah telah mendorong University of Connecticut Health Center untuk mengirim surat pemberitahuan kepada 11 jurnal ilmiah yang telah mempublikasikan hasil penelitian anggota fakultas Dipak Das K, Ph.D, seorang profesor pada Departemen Bedah dan Direktur Pusat Penelitian Kardiovaskular." Begitu bunyi pengumuman itu yang dipublikasikan pada Rabu waktu setempat atau Kamis (12/1/2012) WIB.

"Kami memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki catatan ilmiah dan menginformasikan rekan peneliti di seluruh negera," kata Philip Austin, Wakil Presiden sementara untuk urusan kesehatan.

Investigasi itu dipicu oleh tuduhan anonim mengenai penyelewengan penelitian pada tahun 2008. Laporan komprehensif, yang totalnya mencapai sekitar 60.000 halaman, menyimpulkan bahwa Das bersalah atas 145 jumlah fabrikasi dan pemalsuan data.

Sebagai hasil dari investigasi, University of Connecticut Health Center telah membekukan semua penelitian yang didanai eksternal di laboratorium Das dan menolak untuk menerima dana USD 890.000 dalam bentuk hibah federal yang diberikan kepadanya.

Proses pemecatan, sesuai dengan peraturan Universitas, saat ini sedang berlangsung. University of Connecticut Health Center bekerjasama intens dengan Kantor Integritas Riset (ORI) Amerika Serikat selama investigasi internal. Sesuai protokol, University of Connecticut Health Center telah mengirimkan laporan lengkap ke ORI, yang kini melakukan penyelidikan independen.

"Sementara kami sangat kecewa atas pelanggaran menyolok terhadap Kode Etik Universitas. Kami senang sistem pengawasan di tempat telah efektif dan bekerja sebagaimana dimaksud," kata Austin.

Menurut Austin, pihaknya bersyukur bahwa seseorang memilih untuk melakukan hal yang tepat dengan mengingatkan pihak berwenang. Temuan kami merupakan hasil dari investigasi mendalam bahwa, dengan sifatnya, diperlukan waktu yang cukup waktu untuk menyelesaikannya.

Lanjut Austin, penyalahgunaan dalam satu laboratorium tidak mencerminkan kinerja keseluruhan dari lembaga penelitian biomedis University of Connecticut Health Center, yang terus mengejar kemajuan dalam perawatan dan penyembuhan dengan integritas tertinggi.

"Kami menuntut kepatuhan penuh dengan semua standar penelitian dan kebijakan oleh fakultas dan staf kami," tegas Austin.

Das telah menyedot perhatian dalam beberapa tahun terakhir atas temuannya mengenai manfaat resveratol yang ditemukan dalam red wine. Dia telah dipekerjakan oleh University of Connecticut Health Center sejak 1984, dan dianugerahi kedudukan tetap pada 1993.
(es/vit)


Keerom : Senggi Miliki Prospek Pengembangan Ternak Yang Menjanjikan

(www.bintangpapua.com, 12-01-2012)
ARSO—Investor asing mulai melirik wilayah Keerom untuk menanamkan investasinya, baik itu pada bidang pertanian, perkebunan, kehuatan, dan peternakan. Dan pada Selasa (10/1), Bupati Keerom, Yusuf Wally,SE,MM, langsung mengantarkan investor dari Jerman yang merupakan kali keduanya ke Distrik Senggi untuk melihat langsung lokasi yang akan menjadi wilayah untuk menanamkan sahamnya, khususnya pada bidang pengembangan ternak sapi.

Bupati Keerom, Yusuf Wally,SE,MM, mengatakan, kedatangan investor asing itu untuk melihat kondisi alam dan geografis Senggi, apakah cocok untuk investasi pengembangan ternak sapi ataukah tidak, dan ternyata sangatlah cocok untuk ternak sapi.


“Kedatangan investor ini merupakan kali keduanya, dan kedua kalinya ini mengirim tenaga ahlinya, untuk melihat keadaan tanah atau topografi secara keseluruhan wilayah Senggi,” ungkapnya saat ditemui disela-sela pertemuan dengan mnasyarakat adat Senggi di Balai Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kampung Senggi, Selasa, (10/1). Bupati menjelaskan, kelak nantinya akan ada sekitar 20 ribu ternak Sapi yang dibudidayakan di wilayah Senggi dan pasti mengalami peningkatan, apalagi direncanakan didirikan pabrik daging di Senggi. Tentunya ini sebuah hal yang menjanjikan bagi masyarakat di wilayah itu, karena selain di rekrut dalam kegiatan investor itu (menjadi tenaga kerja), yang berdampak pada peningkatan ekonominya. Namun kedepan Keerom akan menjadi daerah yang mensuplai kebutuhan daging sapi baik secara skala nasional maupun internasional.


Kata Bupati,  soal infrastruktur jalan dan permasalahan keamanan, itu tanggungjawab pemerintah daerah untuk menyediakannya, sedangkan masalah keamanan, dijamin wilayah Keerom secara keseluruhan aman, sehingga segala investasi dipastikan tidak mengalami gangguan. Apalagi khusus masyarakat Senggi adalah masyarakat yang mencintai kedamaian,”ujarnya.


Pada dasarnya dalam setiap gerakan pembangunan, prinsipnya pemerintah itu sangat membutuhkan investor, karena kenyataannya anggaran pemerintah tidaklah cukup untuk membiayai segala kegiatan pembangunan, yang dalam hal ini persoalan yang dialami oleh masyarakat.


Oleh kerana itu, dirinya telah mengeluarkan kebijakan bahwa, apabila investor mau menanamkan modalnya di Keerom, sebaiknya investor bertemu dengan pemerintah distrik dan instansi teknis yang kaitannya dengan bidang usahanya itu, untuk dilihat wilayah mana yang cocok untuk melaksanakan kegiatan usahanya itu, yang tidak bertentangan dengan tata ruang wilayah yang ada, karena semua tata ruang wajib digunakan sesuai dengan fungsi dan ketentuan yang sudah diatur.   


Selanjutnya, sebelum dirinya menandatangani persetujuan untuk menanamkan investasi itu, hendaknya antara investor dan masyarakat adat pemilik hak ulayat menyelesaikan apa yang menjadi hak masyarakat, seperti pemberian kompensasi dan keterlibatan masyarakat didalam perusahaan itu seperti apa, apakah berupa pemegang modal berupa tanah dan sebagainya, supaya tidak menimbulkan persoalan di kemudian harinya. Jika semua proses selesai, barulah bertemu dengan bupati,”jelasnya.


Menurutnya, dengan cara seperti itu, jelas masyarakat yang punya lahan itu tahu bahwa ini ada keinginan investor untuk masuk di lahan ini untuk berinvestasi. Dan sudah pasti suku-suku yang memiliki dapat diketahui dengan jelas, karena hal ini seringkali menyebabkan masalah didalam pemberian kompensasi bagi pemilik tanah adat.


“Dalam penanam modal investasi, tanah adat tidak boleh dibeli, melainkan menggunakan sistem kontrak. Misalnya, kontrak 30 tahun, maka apa yang bisa dibayarkan pengusaha sebagai rekonsisi/kompensasi atas pengusahaan lahan itu, tapi selebihinya masyarakat adat dilibatkan sebagai pemilik modal meski berupa lahan itu,” jelasnya.


Apabila masa kontrak sudah berakhir (30 tahun), lahan itu dikembalikan lagi kepada rakyat, namun jika investor mau memperpanjang usaha dan kontraknya, maka silakan berembuk lagi dengan masyarakat pemilik tanah adat tersebut.


“Kondisi ini, selama ini masyarakat tidak mengerti, sehingga masyarakat selalu dirugikan. Kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Investor harus menghitung bahwa aset masyarakat adat adalah sumber daya alam (SDA),” pungkasnya. (rhy/roy/lo2)

Keerom : Banjir di Keerom Jadi Perhatian Serius

(www.bintangpapua.com, 12-01-2012)
ARSO—Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Keerom pada Desember 2011 lalu, nampaknya menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom. Bahkan, demi menindaklanjuti instruksi Bupati Keerom, Yusuf Wally,SE,MM, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Keerom, Farel Simamora menindaklanjuti instruksi Bupati dengan mengambil berbagai langkah.

Salah satunya mengusulkan program ke Pemerintah Pusat, agar dapat membantu Pemerintah Kabupaten Keerom di dalam penanggulangan bencana banjir di Keerom, dengan program pembuatan waduk pada tiga sumber sungai utama yang selalu terjadi luapan banjir, seperti Sungai Ubiyau, Sungai Jaifuri dan Sungai Tami.
Dengan dibuatkan waduk buatan, setidaknya disaat terjadi hujan deras, waduk-waduk itu dapat menampung luapan air hujan pada ketiga sungai itu. Yang diharapkan, tidak lagi terjadi banjir di rumah warga dan merusak lahan pertanian warga. “Ya kami tetap melakukan upaya-upaya untuk mengatasi persoalan banjir di Keerom, supaya lahan pertanian dan rumah warga tidak tergenang banjir lagi,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Bupati Keerom,senin Kemarin (9/1).


Ia mengharapkan, adanya perhatian Pemerintah Pusat dalam membantu Pemkab Keerom, demi menyelamtkan kehidupan masyarakat Keerom. Sebab jika banjir terjadi, jelas membuat aktivitas masyarakat terganggu, dan juga menghambat kegiatan pembangunan yang dilaksanakan demi memberdayakan dan memandirikan kehidupan masyarakat di segala aspek kehidupan,”ungkapnya.


Terkait dengan itu, dirinya juga mengharapkan grand desain penanggulangan bencana alam secepatnya diselesaikan, guna dapat diketahui wilayah mana saja yang perlu dilakukan penanganan serius, karena menjadi areal yang rawan terhadap banjir, namun untuk sementara diketahui, wilayah yang rawan banjir adalah Distrik Arso, Distrik Arso Timur dan Distrik Skanto. Tapi disini, di Arso 7, Distrik Arso Timur yang paling parah banjirnya, karena setiap kali hujan deras, pasti terjadi banjir.


“Penyebab banjir adalah selain disebabkan wilayah Keerom curah hujan yang cukup tinggi, tapi juga persoalan lainnya, seperti wilayah Keerom umumnya merupakan daerah rawah, tapi juga daratan wilayah Keerom sangat rendah dari permukaan air laut,” jelas Farel.


Ia mengatakan,  Kondisi ini menyebabkan ketika turun hujan, air hujan tidak optimal terbuang ke air laut melalui sungai-sungai yang ada,melainkan air (baik air laut dan air tawar) terbawa kembali ke daratan, dan ditambah dengan keadaan Keerom yang tanah berawah, akhirnya menyebabkan luapan air hujan selain dari sungai, tapi juga dari dalam tanah yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir tersebut, termasuk luapan air dari dalam saluran-saluran air yang ada.


“Saya mengharapkan peran aktif masyarakat untuk turut menanggulangi bahaya banjir itu, minimal tidak membuka lahan pertanian atau perkebunan dan penebangan pohon di sembarangan tempat, terutama di daerah-daerah yang di larang dan di lindungi,” tegasnya. (rhy/roy/lo2)

11 January 2012

Nasional : Swasta Harus Ikut Serta Selamatkan Orangutan

 (www.kompas.com, 11-01-2011)
JAKARTA, KOMPAS.com — Sektor swasta seperti industri harus terlibat dalam upaya penyelamatan orangutan. Tantangan penyelamatan orangutan tinggi berkaitan dengan minimnya hutan dan besarnya biaya rehabilitasi.

Demikian diungkapkan Profesor Dr Ir Bungaran Saragih, Chairman Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), dalam Indonesia Endangered Species Forum yang diselenggarakan pada Selasa (10/1/2012) di Jakarta.

"Kita harus mengakui bahwa banyak kerusakan hutan terjadi akibat aktivitas bisnis. Jadi, kalangan bisnis juga harus ikut bertanggung jawab," kata Bungaran.

Pelestarian orangutan tergantung pada bagaimana manusia menjaga dan merehabilitasi hutan. Degradasi dan fragmentasi hutan seperti yang terjadi saat ini sangat berpengaruh pada survival orangutan.

Program rehabilitasi orangutan terus berlangsung hingga saat ini. Pemerintah memiliki target untuk melepaskan orangutan yang telah direhabilitasi ke habitat aslinya pada tahun 2015. Namun, target tersebut menyisakan masalah.

"Tidak ada hutan yang cukup memenuhi standar untuk melepaskan orangutan," cetus Bungaran.
Sementara itu, jumlah orangutan yang perlu direhabilitasi yang makin bertambah juga menjadi masalah tersendiri. Tak sedikit biaya yang dibutuhkan.

"Butuh 3.500 dollar AS per orangutan per tahun untuk merehabilitasi," ungkap Bungaran.
Corporate social responsibilty (CSR) menjadi salah satu pilar pertanggungjawaban pihak swasta. Namun, perlu ditegaskan bahwa CSR harus benar-benar bertujuan penyelamatan, bukan sekadar pencitraan.

10 January 2012

Bulog Merauke Targetkan Pembelian Sampai 35.000 Ton

(www.cenderawasihpos.com ,10-12-2012)
MERAUKE- Bulog Sub Devri Merauke akan melakukan pembelian secara besar-besaran dari petani untuk musim panen rendangan 2011/2012 yang diperkirakan panenan tersebut akan berlangsung mulai April mendatang dan masa panen gadu 2012 mendatang. Tentang rencana itu diungkapkan Kepala Bulog Su Devri Merauke, Mansur Siri kepada wartawan di temui di ruang kerjanya, Senin (9/1).

Rencana pembelian beras yang cukup besar dari petani tersebut, lanjut Mansur Siri, karena diprediksi hasil panenan petani akan meningkat berkaitan dengan luas tanam pada musim tanam tahun ini jauh lebih banyak dibanding tahun lalu.   

Diungkapkan Mansur Siri, dengan target pengadaan pembelian  sampai 35.000 ton tersebut, pihaknya bisa memberikan konstribusi ke Bulog Sub Devri lainnya di Papua melalui pengiriman beras dari Merauke. Karena  tahun 2012 ini, beras Bulog Merauke tersebut selain memenuhi kebutuhan di Merauke, juga untuk 3 kabupaten pemekaran di Selatan Papua, yakni Boven Digoel, Mappi dan Asmat termasuk Kabupaten Yahukimo  dilayani dari Merauke. 


‘’Pengadaan yang kita lakukan setiap tahunnya selain untuk memenuhi kebutuhan PNS dan TNI-Polri, juga untuk penyaluran Raskin,’’ katanya.  Pembelian beras di musim rendangan dan gadu 2012 tersebut jauh lebih tinggi dibanding target pembelian 2011 lalu dimana target pembelian hanya 15.000 dengan realisasi 15.700 ton. Mansur Siri mengaku bangga karena pembelian beras oleh Bulog di Merauke sama dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia  yang produksi berasnya lebih tinggi. (ulo/nan)

07 January 2012

Nasional : Kebun Kelapa Sawit Ekspansi ke Hutan Konservasi

 (www.kompas.com, 06-01-2012)
PONTIANAK, KOMPAS.com - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, mencurigai salah satu perusahaan perkebunan sawit melakukan perluasan perkebunan sawit di kawasan hutan Taman Wisata Gunung Melintang atau hutan konservasi di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas.

"Penemuan masuknya perluasan sawit oleh pihak perkebunan swasta berinisial X, secara tidak sengaja kami lakukan ketika melakukan pemantauan titik api di tahun 2011," kata Kepala BKSDA Kalbar Djohan Utama Perbatasari di Pontianak, Kamis (5/1/2012).


Ia menjelaskan, pada saat pihaknya melakukan pemantauan titik api menggunakan helikopter sehingga terlihatlah perluasan perkebunan sawit oleh perkebunan X itu masuk di kawasan hutan konservasi.


"Kalau dilihat dalam peta sudah jelas perluasan perkebunan sawit itu masuk di kawasan hutan Taman Wisata Gunung Melintang di Sajingan Besar, tetapi dalam beberapa hari lagi kami akan turun ke lapangan guna memastikan kebenarannya," kata Djohan.


Menurut Kepala BKSDA Kalbar, perkebunan sawit X itu memiliki izin perluasan sawit sekitar 7.000 hektare dan sudah masuk ke kawasan hutan lindung tersebut sekitar 100 hekatre.


Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigadir Jenderal (Pol) Unggung Cahyono perintahkan setiap kepolisian resor memetakan masalah dan kerawanan dampak perluasan perkebunan sawit di propinsi itu.


"Saya sudah instruksikan pada para kepala Polres untuk melakukan pemetaan masalah terkait banyaknya polemik yang muncul antara pihak perkebunan sawit dengan masyarakat setempat," katanya.


Data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar, mencatat sejak tahun 2008 hingga 2011 tercatat sekitar 280 konflik antara masyarakat yang berusaha mempertahankan tanahnya agar tidak digarap oleh pihak investor dibidang pengembangan perkebunan sawit di propinsi itu. Sementara, sepanjang 2011 saja sudah terjadi 60 konflik antara masyarakat dan pihak perkebunan sawit di Kalbar.


Kepala Divisi Riset dan Kampanye Walhi Kalbar Hendrikus Adam menyatakan, pengembang perkebunan sawit di Kalbar sudah jelas termasuk pelanggar hak asasi manusia (HAM) berat karena dengan segala upaya termasuk menggunakan kekerasan terhadap masyarakat yang berusaha mempertahankan haknya, berupa tanah agar tidak dirampas.

06 January 2012

Manca Negara : Skotlandia : Ikan tanpa wajah dan otak ditemukan

(www.antaranews.com, 05-01-2012)
Jakarta (ANTARA News) - Sebuah penelitian terbaru mengatakan bahwa  ada seekor ikan tanpa wajah dan otak ditemukan untuk pertama kalinya di Skotlandia.

Spesies ini dapat dianggap sebagai  perwakilan modern dari binatang pertama yang mengalami evolusi  tulang belakang.

Pemerintah Skotlandia memuji temuan itu. WWF Skotlandia mengatakan temuan itu memberi arti pentingnya  perlindungan yang lebih baik atas lingkungan laut.

Organisasi yang melakukan penelusuran itu antara lain  Scottish Natural Heritage dan Edinburgh's Heriot-Watt University,melakukan pengambilan gambar dan video bawah laut dan menggunakan akustik dan gambar 3D untuk penelitian itu.

Di sekitar pantai barat, kerang kipas ditemukan. yang tumbuh hingga 48 cm panjangnya, kerang itu merupakan kerang laut terbesar yang ada di Skotlandia.

Di Tankerness wilayah Orkney, pemerintah mengatakan bahwa seekor ikan amphioxus prasejarah tanpa wajah dan otak ditemukan.

Dengan jaringan syaraf berada di belakang punggungnya, ikan itu tampak tidak memiliki wajah dan otak.
.(yud)