Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

23 April 2009

Biak : LIPI Lakukan Penelitian Keanekaragaman Biota Laut, Untuk Rencana Pengembangan Wisata Bahari

(www.cenderawasihpos.com, 22-04-2009)
SUPIORI-Wilayah Selatan Kabupaten Supiori yang kaya akan berbagai kekayaan alam laut nampaknya menarik perhatian serius dari para peneliti untuk melakukan survei, termasuk para peneliti dari luar Papua. Salah satunya adalah Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Pusat. Mulai, Rabu (22/4) hari ini, tim dari LIPI melakukan survey di perairan wilayah Selatan Kabupaten Supiori ini.

“Ada tim dari LIPI akan melakukan survei di wilayah bagian Selatan Kabupaten Supiori. Mereka mulai besok (hari ini) akan melakukan penelitian dan rencananya akan berlangsung selama dua hari berturut-turut,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Supiori Ir Robert Matulessy kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Menurutnya, selama melakukan penelitian tim yang berjumlah 12 orang itu akan melihat kondisi biota laut termasuk berbagai jenis terumbu karang serta kekayaan alam laut di wilayah perairan Kabupaten Supiori. Selain itu pula, juga akan melihat berbagai jenis ikan yang hidup di wilayah tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan itu akan dijadikan rekomendasi dalam membuat program perencanaan pembangunan, khususnya di wilayah Distrik Kepulauan Aruri dan Supiori Selatan. Salah satu program yang dimaksud adalah pengembangan wisata bahari ataupun upaya-upaya pelestarian Terumbu Karang.

“Dalam penelitian ini banyak hal yang akan dilihat, semua ekosistem laut akan menjadi catatan dalam survey selama dua hari. Hasil dari penelitian ini pula tentunya sangat bermanfaat dalam membuat program perencanaan pembangunan yang berkelanjutan,” tandasnya. Ditambahkan, bahwa dalam waktu dekat rencananya tim dari Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia juga akan melakukan survei di wilayah Kepulauan Miosmeupondi, Distrik Supiori. Belum diketahui seperti apa survey yang akan dilakukan nantinya, namun pada dasarnya terkait dengan kekayaan alam laut yang akan menjadi fokus dalam penelitian tersebut.(ito)

Nasional : 10.000 Pohon Ditanam di Hari Bumi di Aceh

(http://www.antara.co.id/, 22-04-2009)
Banda Aceh (ANTARA News) - Sebanyak 10.000 bibit pohon kayu ditanam dalam peringatan Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April di kawasan Bendungan Keuliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar.

"Di hulu bendungan kita menanam 10.000 bibit pohon kayu seperti Mahoni, Sentang, Trembesi, Cemara dan Ketapang yang sudah dilakukan beberapa hari lalu," Kata ketua panitia peringatan Hari Bumi 2009, Husaini Syamaun di Aceh Besar, Rabu.

Sementara di hilir bendungan yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Februari 2009 itu, saat ini sedang dilakukan penanaman 350 ribu bibit mangrove oleh siswa SMA disekitar wilayah penghijauan.Pada 2007, sebelum bendungan yang memiliki area seluas 38,20 Km2 dan mampu menampung air 18.359.078 meter kubik itu selesai, puluhan bibit pohon juga telah ditanam di kawasan itu.

Saat ini pohon kayu yang ditanam itu tumbuh dengan subur sehingga nantinya kawasan bendungan yang berjarak 3,5 km dari jalan Banda Aceh-Medan itu teduh dan hijau.Menurut Wakil Gubernur Muhammad Nazar, penanaman pohon merupakan salah satu program penting Aceh Green Vision yang ingin memperbaiki hutan Aceh.

Peringatan Hari Bumi kali ini, menurut Nazar merupakan salah satu momentum untuk memperbaiki kerusakan hutan dan lingkungan yang terjadi akibat kebijakan yang terdahulu yang menyebabkan banyak bencana alam saat ini.

"Setiap tahun dalam setiap kesempatan Pemerintah Aceh memang menanam pohon. Kita juga mencoba menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menanam," kata Nazar.Selain menanam pohon, Wakil Gubernur juga menabur 5.000 benih ikan nila dan ikan mas ke dalam bendungan yang nantinya akan menjadi salah satu objek wisata di Aceh Besar.(*)

21 April 2009

Manca Negara : Amerika : Obama Jadi Nama Spesies Baru Lumut Kerak

J. C. Lendemer
Lunut kerak di Santa Rosa, California diberi nama Caloplaca obamae
untuk menghormati Presiden AS Barack Obama.

(www.kompas.com, 20-04-2009)
WASHINGTON, KOMPAS.com - Nama Presiden Amerika Serikat Barack Obama diabadikan menjadi nama spesies liken atau sering disebut lumut kerak yang baru ditemukan. Liken tersebut ditemukan tahun 2007 di Pulau Santa Rosa, California.


"Saya menamainya Caloplaca obamae untuk menunjukkan penghargaan atas dukungan terhadap sains dan pendidikan sains oleh Presiden," ujar penemunya, Kerry Knudsen, kurator liken dari Universitas California yang mempublikasikan temuannya itu dalam jurnal Opuscula Philolichenum edisi Maret.

Caloplaca obamae merupakan spesies pertama yang mengabadikan nama Obama. Liken pada dasarnya merupakan hasil simbiosis mutualisme antara jamur dan alga yang tumbuh bersama. Strukturnya seperti lumut namun bentuknya seperti daun kering sehingga disebut lumut kerak.Caloplaca obamae hidup di tanah, pertumbuhannya sangat lambat, dan siklus hidupnya sampai beberapa tahun.

Spesies tersebut sebelumnya terancam punah karena maraknya peternakan di pulau tersebut sehingga tak ada tanah kosong yang "perawan"."Namun, dengan dikuranginya ternak saat ini, ia mulai berkembang kembali," ujar Knudsen. Saat ini tinggal populasi rusa yang dikhawatirkan mengganggu karena berkembang iak sangat pesat.Saat ini ada sekitar 17.000 spesies liken yang telah ditemukan di seluruh dunia. Sekitar 1500 di antaranya ada di California. Lebih dari 300 spesies ada di Pulau Santa Rosa dan sebagain besar endemik hanya ditemukan di pulau tersebut.

"C. obamae memberi pelajaran kepada kita bahwa mungkin spesies liken dan tumbuh-tumbuhan unik di Pulau Santa Rosa bisa punah tanpa pengetahuan mengenainya, apalagi sejak peternakan masuk ek wilayah tersebut sejak tahun 1850-an," jelas Knudsen.
WAH Sumber : LIVESCIENCE

16 April 2009

Nasional : Bunga Raflesia Mekar di Taman Nasional Meru Betiri

(www.kompas.com, 15-05-2009)
JEMBER, KOMPAS.com — Bunga bangkai berukuran kecil, Rafflesia zollingeriana, yang merupakan salah satu bunga yang tumbuh dan hanya bisa ditemui di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), mekar. Namun, bunga tersebut terancam layu karena perubahan musim yang tidak stabil.
"Biasanya kuncup bunga raflesia mekar pada bulan April hingga Juli," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha TNMB, Sumarsono, Selasa.


Menurut dia, bunga raflesia memerlukan cahaya yang cukup sehingga musim hujan yang belum usai juga berganti ke musim panas mengancam perkembangannya.
"Turunnya hujan akan mengakibatkan kuncup akan rontok dan membusuk sehingga bunga raflesia akan layu sebelum mekar," katanya.

Ia mengemukakan, bunga Rafflesia zollingeriana hanya tumbuh endemik di kawasan TNMB. Ada tiga lokasi tumbuhnya bunga raflesia, yakni Blok Pantai Barat Sukamade, Pantai Rajegwesi di wilayah Seksi Pengolahan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sarongan (Banyuwangi), dan Blok Krecek (Jalur Andongrejo-Bandealit) pada SPTN Wilayah II Ambulu (Jember).


"Petugas TNMB menjaga dengan baik agar bunga bangkai itu tidak diambil orang karena merupakan bunga langka," katanya.
Ia menjelaskan, bunga raflesia yang mekar sempurna berdiameter 20 hingga 26 sentimeter dan berwarna merah kecoklatan dengan bintik putih.
"Masa mekarnya tidak terlalu lama, maksimal satu minggu. Jika musim hujan seperti saat ini paling lama hanya 4 hari saja," ujarnya.

Selama ini, kata dia, beberapa perambah hutan berusaha mencuri bunga raflesia karena dipercaya sebagai obat khusus kewanitaan dan dijual kepada peracik jamu.

"Jumlah bunga raflesia tiap tahun selalu berkurang sehingga semakin terancam punah," katanya.
Ia berharap, warga sekitar hutan ikut memelihara bunga langka yang ada di kawasan TNMB itu sehingga populasi bunga tersebut tetap terpelihara dan tidak punah.
WAH Sumber : Antara

14 April 2009

Nasional : Penyelundupan Kuda Laut ke Hong Kong Digagalkan

(www.kompas.com, 14-04-2009)
Tangerang (ANTARA News) - Penyelundupan satu koli kuda laut (Hippocampus Coronatus) yang sudah dikeringkan dari Jakarta menggunakan penerbangan menuju Hong Kong digagalkan petugas Bea dan Cukai (BC) Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten.

Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta, Eko Darmanto di Tangerang, Selasa, mengatakan penyelundupan itu terbongkar setelah petugas curiga dengan satu paket tujuan Hong Kong."Setelah diselidiki dan diperiksa, paket satu koli itu merupakan kuda laut yang dilindungi Undang-Undang serta dilarang diekspor," katanya.Menurut dia, kuda laut termasuk dalam kategori barang yang dilindungi sesuai UU No.5 Tahun 1992 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.Pelaku dapat diancam hukuman pidana penjara minimal satu tahun kurungan dan maksimal lima tahun serta denda Rp5 juta antara dan Rp100 juta.

Darmanto tidak bersedia menyebutkan nama pelaku penyelundupan tersebut dengan alasan masih dalam penyidikan petugas. Dia menyebutkan bahwa kuda laut itu berasal dari Batam, Kepulauan Riau dan akan dikirim ke Hong Kong melalui Bandara Soekarno-Hatta.Menurut dia, perkiraan nilai tukar kuda laut berdasarkan harga pasar di luar negeri dengan total mencapai 15.000 dolar AS.(*)

13 April 2009

Nasional : Konsep Taman Sari Internasional Jejaring Peneliti

(www.kompas.com, 12-04-2009)
Pengembangan dan inovasi teknologi adalah cara meningkatkan kemakmuran dan daya saing suatu negara seperti yang diperlihatkan negara berkembang, yakni China, India, dan Iran.
Meski begitu, Indonesia belum tertarik menjadikan inovasi teknologi sebagai faktor pendorong peningkatan produktivitas nasional. Inilah faktor mendasar yang menyebabkan kegiatan penelitian di Indonesia tidak menonjol.


Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengakui, persoalan itu seperti sirkuit kemelut ayam dan telur. Di satu sisi inovasi teknologi meningkatkan produktivitas ekonomi, di sisi lain ekonomi yang subur harusnya dapat menyisihkan dana untuk melakukan riset serta pengembangan dan inovasi teknologi.

Alokasi dana di lembaga riset milik pemerintah, menurut Kusmayanto, kini lebih banyak habis untuk membiayai kegiatan rutin, seperti gaji dan biaya lain yang harus dipenuhi. Industri dan perdagangan pun menggunakan teknologi baru sebagai alat bantu mengeksploitasi kekayaan alam, belum mengambil nilai tambahnya.

Padahal, sasaran pembangunan iptek nasional adalah menjadikan iptek penghela dan pendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi di sektor infrastruktur dan industri berbasis iptek dengan bahan baku sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Kusmayanto mencontohkan, industri batu bara seharusnya tidak hanya digali, dibakar, lalu diekspor. Batu bara akan bernilai tambah tinggi bila diolah menjadi produk seperti produk minyak dan gas, amonia, urea, metanol, sampai melamin.


Untuk mencapai sasaran itu, pemerintah memakai strategi kebijakan dan insentif dengan tiga unsur: akademisi, pemerintah, dan bisnis. Di sini tugas pemerintah menciptakan kebijakan mendorong sinergi antara akademisi dan bisnis, melalui insentif moneter, fiskal, dan pajak. Pemerintah juga mendorong lembaga penelitian swasta ikut berperan.

”Sebagai Menristek, saya juga bertanggung jawab atas koordinasi kegiatan penelitian dan rekayasa di lembaga di bawah koordinasi saya,” jelas Kusmayanto.

Subyek penelitian bisa saja sama, tetapi kegiatan penelitiannya sangat berbeda. Dia mencontohkan penelitian padi yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). ”Meskipun Batan dan LIPI telah menghasilkan jenis padi unggul, tetapi kegiatan penelitiannya tidak tumpang tindih yang menghabiskan uang rakyat,” tandas Kusmayanto.

Meski demikian, kenyataan memperlihatkan kebanyakan lembaga penelitian milik pemerintah kekurangan dana untuk fasilitas penelitian dan imbalan memadai bagi penelitinya. Tidak sedikit sumber daya terdidik dari Indonesia akhirnya memilih bekerja di luar negeri, antara lain di Malaysia.

”Dari dulu saya tidak percaya apalagi terancam dengan isu brain drain. Saya penganut aliran brain circulation dan brain gain,” jelas Kusmayanto.

Di dalam globalisasi, jejaring kerja di antara peneliti Indonesia yang bekerja di berbagai lembaga penelitian di berbagai negara dapat menjadi lebih bermakna daripada hanya melihat ke dalam.
Kusmayanto mengutip pidato Presiden Soekarno tahun 1960-an, yaitu kita semua mesti menjadikan orang Indonesia paham dan mempraktikkan konsep Taman Sari Internasional. (NMP)

12 April 2009

Manca Negara : Inggris : Sonar Bisa Membuat Tuli Mamalia Laut

(www.kompas.com, 11-04-2009)
PANCARAN berlebihan sonar di lautan mengganggu pendengaran mamalia laut, bahkan menyebabkan tuli sesaat yang mengancam keselamatan.

Banyaknya kasus paus dan lumba-lumba yang terdampar di pantai, yang banyak terjadi beberapa dekade lalu, mengarah pada aktivitas latihan kapal perang. Teorinya, pendengaran mamalia laut rusak akibat kuatnya pancaran sonar frekuensi menengah yang digunakan kapal selam maupun kapal laut.
Sonar yang menjadi navigasi pergerakan mamalia laut pada tingkat tertentu justru membuat disorientasi. Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Biology Letters yang terbit di Inggris, Rabu lalu, memperkuat dugaan itu meskipun masih dalam skala laboratorium.


Namun, penulisnya memberi penekanan, penelitian itu bukan untuk menyalahkan sonar yang dipancarkan kapal-kapal perang. Beberapa waktu lalu, penelitian berbeda menyebutkan, keriuhan aktivitas kapal di permukaan laut mengganggu produktivitas biota laut.

Para ahli biologi kelautan di bawah pimpinan Aran Mooney dari Universitas Hawaii menguji coba lumba-lumba yang lahir di penangkaran—lumba-lumba hidung botol dari Atlantik—dengan paparan sonar berfrekuensi menengah dari sebuah alat khusus. Eksperimen dilakukan di kandang lokasi laut terbuka di Institut Biologi Laut Hawaii yang dihadiri pelatih lumba-lumba.

Para peneliti memasang sejenis alat penyedot tanpa lengan di kepala lumba-lumba dengan menempelkan sensor pemantau gelombang otak. Hasilnya, ketika alat penimbul bunyi (ping) mencapai kekuatan 203 desibel dan terus diulang, data saraf menunjukkan mamalia uji tuli. Otak tak cukup merespons bunyi.


Menurut Mooney, tahapan uji itu tidak melukai lumba-lumba. Mamalia uji hanya tuli sesaat. Pendengarannya secara tipikal pulih dalam 20 menit dan hanya terjadi pada tingkatan tertentu, yang telah diatur. Pada tingkatan tertentu ketika sonar dinyalakan, sensor yang dipasang menunjukkan terjadinya peningkatan napas cepat secara signifikan. Ia menyatakan, pengulangan sonar berdampak pada perilaku dan psikis lumba-lumba. Namun, mereka belum tahu bila diekstrapolasikan di alam liar.
”Level suara yang kami gunakan setara dengan jika obyek berjarak 40 meter dari sumber sonar,” kata Mooney. Reaksi lumba-lumba dalam kondisi seperti selama dua menit tampak kebingungan dan kesulitan mencari jalan keluar.

Di laut lepas, bunyi yang mengganggu bisa jadi tak selemah ketika uji coba. Bunyi-bunyi itu kadang terjebak pada lapisan yang disebut termoklin, pada kedalaman lebih dari 100 meter atau sekitar itu.
Pada kondisi itu, diperkirakan akan menyulitkan mamalia laut mencari lokasi yang lebih tenang. Masih dibutuhkan penelitian lain dengan kondisi yang berbeda-beda. (AFP/GSA)
Sumber : Kompas Cetak

07 April 2009

Jayapura : Melihat Blog Penyediaan Mata Tempel (BPMT) Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura

(www.cenderawasihpos.com, 06-04-2009)
Potensi Besar Untuk Mendorong Peningkatan Produksi Buah-buahan

Di Wilayah Kabupaten Jayapura, sektor pertanian memang menjadi sektor unggulan. Untuk memacu hasil produksi ini berbagai upaya terus dilakukan, selain balai benih yang saat ini tengah dibangun di Toware, Distrik Waibu, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikutura juga memiliki Blog Penyediaan Mata Tempel (BPMT). Lantas sejauh mana peran dari BPMT ini?

Laporan : AGUNG TRI HANDONO

Sejak kantor Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan yang saat iniberubah menjadi Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Jayapura, ditukar untuk Kantor Bank Papua dan pindah ke Gunung Merah, maka, Blog Penyediaan Mata Tempel yang berada dibelakang kantor Bank Papua dan Kantor Pemadam Kebakaran ini,nampaknya menjadi kurang mendapat perhatian. Namun begitu,sejumlah aktifitas untuk penyediaan bibit berbagai jenis tanaman juga masih berlangsung.
Saat Cenderawasih Pos ke lokasi BPMT ini, memang suasana terlihat sepi. Pasalnya ditempat tersebut memang hanya ada satu petugas, yakni Efrat Watopa yang dipercaya sebagai pengelola BPMT tersebut. Dengan tenaga seorang diri, memang cukup kewalahan untuk memelihara dan mengelola bibit-bibit tanaman buah yang diletakkan di dalam bangunan screen house, apalagi membersihkan rumput diseitar lokasi.

Saat ditemui, Efrat Watopa tengah menyiapkan koker tanaman hias, untuk persiapan UPTD Pertamanan dan Kebersihan Kota yang baru dibentuk. Di lokasi tersebut, terdapat 4 buah screen house yang dibangun, satu unit saat ini ditempati bibit jeruk yang siap ditempel dengan mata tunas jeruk Pontianak, 1 screen house untuk persemaian yang masih kosong, 1 screen house untuk pohon induk, dan satu lagi untuk tanaman hias yang disediakan untuk kebutuhan kantor di lingkungan Pemkab Jayapura.

Sejak dibangun 2004 lalu, menurut Efrat Watopa, BPMT ini sudah menangani beberapa jenis tanaman buah. Seperti halnya untuk mendukung program Gerakan Menanam Jeruk Kabupaten Jayapura yang dicanangkan 2004 lalu, yang dilakukan sebagai upaya mengembalikan Kabupaten Jayapura yang pernah dikenal dengan buah jeruk, maka saat ini juga sejumlah bibit jeruk tengah disiapkan.

Menurut Efrat, awalnya bibit jeruk yang disiapkan untuk ditempel mata tuas ini ada sekitar 2000-an, namun saat ini tinggal sekitar 1500 bibit, karena banyak yang mati atau kena hama. Bibit-bibit tanaman jeruk tersebut, saat ini sudah siap untuk ditempeli mata tunas dari jenis jeruk unggul dari Pontianak, namun sampai saat ini belum ada petunjuk dari atasan untuk melakukan okulasi atau tempel tunas tersebut. "Untuk kerja menempel tunas ini memang harus cepat supaya bisa tumbuh,"ujar Efrat yang mengaku sampai saat ini dirinya hanya tinggal sendirian mengurus BPMT ini.

Diakui bahwa dengan memaksimalkan peran BPMT ini sebenarnya bisa mendorong produksi buah-buahan di tengah masyarakat, tidak hanya sekedar tanaman kakao tapi juga berbagai jenis tanaman buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Beberapa jenis tanaman buah yang pernah ditangani di BPMT ini, diantaranya bibit mangga, bibit durian, bibit duku dan langsat.

Untuk bibit mangga ini, mata tunas pohon mangga unggul bisa didapat dari daerah Dormena atau Wambena yagn saat ini dikenal produksi buah mangganya. Untuk bibit durian, yang dilakukan dengan system susuan bibit, beberapa waktu memang hanya didatangkan dari luar dan perawatan sebelum didistribusikan keluar. Sementara untuk bibit pohon Duku dan langsat,sudah tersedia pohon induk yang berkwalitas di lokasi BPMT.

Untuk memacu peningkatan produksi buah-buahan di Kabupaten Jayapura, peran BPMT ini memang perlu ditingkatkan. Namun untuk peningkatan tersebut, menurut Efrat Watopa selain perlu dukungan fasilitas juga perlu tambahan tenaga untuk pengelolaan yang lebih maksimal. (tri)

Biak : Lagi, Karantina Pertanian Biak Dimusnakan 2 Ekor Ayam

(www.cenderawasihpos.com, 06-04-2009)
BIAK-Pengawasan terhadap masuknya jenis unggas di wilayah Biak Numfor nampaknya masih terus mendapat perhatian serius petugas Stasiun Karantina Pertanian Biak. Kalau sebelumnya berhasil mengagalkan penyelundupan dua ayam jago dan 1 ekor anjing di Pelabuhan Biak, maka Minggu (29/3) kemarin kembali menggagalkan penyelundupan dua anak ayam.


Anak ayam itu berhasil digagalkan dari salah satu penumpang KM Gunung Dempo setelah dicurigai oleh petugas karantina. Petugas yang melakukan pemeriksaan terhadap karton yang dibawa penumpang tersebut menemukan dua anak ayam. Selain karena tidak memiliki dokumen, wilayah Maluku telah terjangkit avian influenza (AI).

Kedua anak ayam itu dimusnakan di Kantor Stasiun Karantina Pertanian dengan menyuntikan cairan asam sulfat melalui pembuluh darahnya. Pemusnahan itu disaksikan langsung utusan instansi terkait yang diundang pihak karantina.

"Wilayah Biak Numfor hingga saat ini masih dinyatakan bebas AI dan rabies. Oleh karena itu pengawasan di pintu masuk dan keluar seperti di pelabuhan dan bandara diperketat. Nah dua anak ayam ini dibawa dari Ambon tapi tidak disertai dengan dokumen lengkap, lagi pula daerah itu sudah terinfeksi AI, makanya kami sita," kata Plh. Kepala Stasiun Karantina Pertanian Biak Muh. Albir, S.P kepada Cenderawasih Pos saat ditemui disela-sela pemusnahan dua ekor ayam tersebut di Kantor Stasiun Karantina Tumbuhan Biak, kemarin.

Dikatakan pengawasan di Pelabuhan Biak dan Bandar Udara Frans Kaiseipo terus ditingkatkan. Hal itu dilakukan sebagai betuk kewaspadaan terhadap penyebaran Avian Influensa (AI) dan rabies. Pasalnya sampai saat ini Kabupaten Biak Numfor masih dinyatakan bebas AI. Demikian halnya dengan penyakit rabies. Virus rabies sendiri ditularkan lewat binatang berupa anjing, kucing dan kera.

Sekedar diketahui bahwa larangan membawa anjing, kera, kucing dan unggas ke suatu daerah lainnya diatur dalam UU No 18 tahun 1992, PP No 82 Tahun 2000, Perda Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2004, Keputusan Provinsi Irian Jaya Barat No 80 Tahun 2004, Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 158 Tahun 2004.
"Pelanggaran yang segaja diancaman hukuman penjara 3 tahun dan denda Rp 150.000.000. Sedangkan Pelanggaran dengan kelailaian diancam pidana paling lama 1 tahun dan denda Rp 50.0000.000," jelas Albir.

"Jadi apapun alasannya tidak diperbolehkan membawa unggas, kera, anjing dan kucing ke wilayah Biak Numfor. Ini karena wilayah Biak Numfor masih dinyatakan bebas AI dan rabies," sambungnya.(ito)

02 April 2009

Jayapura : Workshop Strategi Pengelolaan Hutan Produksi Mendukung Kebijakan Baru Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

(www.bpphp17.web.id, 01-04-2009)
Dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua dan meningkatkan manfaat kegiatan pengelolaan hutan bagi masyarakat adat yang berada di dalam dan di sekitar hutan, maka diiperlukan upaya-upaya untuk menggalang kesepakatan dan komitmen para pihak dalam mendukung Kebijakan Baru Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua.

Oleh karena itu, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah XVII Jayapura dan Dinas Kehutanan Provinsi Papua bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Indonesian Sawtimber Wood Association (ISWA) menyelenggarakan Workshop dengan tema ”Strategi Pengelolaan Hutan Produksi Mendukung Kebijakan Baru Pengelolaan Hutan Berkelanjutan”pada tanggal 24 Maret 2009 di Gedung Sasana Karya Kantor Gubernur Dok II, Jayapura.

Workshop yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi Papua (Barnabas Suebu, SH) dimaksudkan sebagai media untuk penyampaian fakta dan informasi progress pengelolaan hutan produksi berkelanjutan di Provinsi Papua, sehingga diperolehnya suatu rekomendasi strategi pengelolaan hutan produksi berkelanjutan di Provinsi Papua.

Peserta workshop di hadiri oleh jajaran Muspida Provinsi Paua, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Kepala Dinas Kehutanan Kab/Kota se Provinsi Papua, Kepala UPT Dephut Provinsi Papua, Pimpinan IUPHHK/IUIPHHK/IPK, LSM/NGO’s, APHI, ISWA, TFT, Perguruan Tinggi, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

Selanjutnya acara Workshop dilanjutkan di Swiss-bell Hotel dengan pemaparan makalah oleh beberapa narasumber yaitu: E. G. Togu Manurung, Ph.D dengan judul makalah ”Revitalisasi Industri Kehutanan Era Pengelolaan Hutan Berkelanjutan”, Ir. F.A. Wospakrik, M.Sc dengan judul makalah ”Peran Serta Masyrakat Adat dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua”.

Dari seluruh rangkaian kegiatan workshop dan sosialisasi menghasilkan butir rumusan yang merupakan komitmen dan agenda strategis dalam pengelolaan hutan produksi berkelanjutan di Provinsi Papua.

Hasil workshop menghasilkan rumusan sebagai berikut:
1. Bagi Pemegang HPH/IUPHHK yang tidak aktif selama tiga tahun berturut-turut atau lebih dan tidak melaksanakan kegiatan nyata di lapangan diusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk DICABUT sesuai dengan prosedur dan mekanisme hukum (Daftar Sementara ada 12 HPH/ IUPHHK sebagaimana terlampir).

2. Perubahan tarif kompensasi disepakati dengan dua alternatif pendekatan:
a). Tidak menaikkan tarif kompensasi Hak Ulayat yang berlaku sekarang tetapi dengan menaikkan produksi sesuai kemampuan daya serap dan sebatas dalam kriteria PHPL dan dengan investasi pemberdayaan masyarakat melalui lembaga usaha masyarakat yang difasilitasi pendamping guna merumuskan kesepakatan-kesepakatan usaha mandiri melalui pendekatan Kampung Model. Pelaksanaannya didukung oleh perusahaan sebagai bagian dari program “Corporate Social Responsibility” (tanggung jawab sosial dan lingkungan) dengan persetujuan Gubernur Provinsi Papua cq. Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua selambat-lambatnya tanggal 31 Mei 2009.
b). Menaikan tarif kompensasi dengan mendapatkan imbalan stimulus dari Pemerintah Daerah. Perubahan nilai kompensasi dilakukan setelah adanya pengkajian oleh tim khusus yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua.

3. Perlu mengatur bentuk dan pemanfaatan dana kompensasi Hak Ulayat dalam rangka pemberdayaan ekonomi dan perimbangan pembagian kompensasi mulai dari areal tebangan (Blok RKT) sampai dengan Logpond.

4. Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelesaian sengketa antara masyarakat adat dengan perusahaan pemegang HPH/ IUPHHK.

5. Perlu disusun Dokumen Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Papua.

6. Perlu dibentuk POKJA (Multi Stakeholder) yang dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur dalam rangka Pembuatan Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Papua.

7. Perlu dibangun database mengenai hutan dan kehutanan, industri perkayuan dan HHBK kapasitas pasokan bahan baku dan analisis kecenderungan pasar internasional.

8. Mengusulkan kepada Departemen Kehutanan dan Departemen Keuangan untuk menetapkan tarif Dana Reboisasi dalam mata uang Rupiah, mengkaji kembali mekanisme dan tariff PBB pada Hutan Adat terkait dengan kewajiban pembayaran Kompensasi Hak Ulayat.

9. Pemerintah Daerah Papua dimohon membebaskan BBNKB alat berat eksploitasi hutan.

10. Perlu adanya intervensi pemerintah untuk lebih mengoptimalkan sinergi kerjasama pasokan bahan baku antara manajemen IUPHHK dengan Pelaku industri lokal yang saling menguntungkan.

11. Perlu membangun industri kayu skala kecil dan menengah yang memproduksi kayu olahan bernilai tambah tinggi, didukung penyediaan infrastruktur, pengembangan kapasitas para pelaku industri skala kecil dan menengah, menyediakan informasi dan akses pasar serta modal.

12. Segera dilakukan sosialisasi Perdasus Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua dan peraturan pelaksanaannya.

Video : Workshop Strategi Pengelolaan Hutan Produksi

01 April 2009

Nasional : Indonesia-Korsel Kerjasama Kelola Hutan

(www.kompas.com, 01-04-2009)
Laporan wartawan KOMPAS Mukhamad Kurniawan
KARAWANG, KOMPAS.com - Perum Perhutani dan National Forestry Cooperatives Federation atau NFCF, masing-masing mewakili instansi kehutanan Indonesia dan Korea Selatan, bekerjasama membangun, mengembangkan, dan mengelola hutan tanaman. Kerjasama ditandai dengan penanaman perdana bibit pohon di kawasan hutan Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (1/4).

Pelaksana Tugas Direktur Utama Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin, mengatakan, kerjasama akan difokuskan untuk meningkatkan manfaat hutan, baik secara lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Penanaman pohon di awali pada lahan sekitar 3.000 hektar (ha) di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Purwakarta dan selanjutnya diperluas hingga 10.000 ha. Secara keseluruhan kawasan hutan yang dikerjasamakan mencapai 500.000 ha.

Menurut Upik, NFCF memiliki pengalaman memperbaiki hutan yang rusak di Korea Selatan. NFCF dinilai berhasil mengembalikan fungsi hutan dalam waktu singkat dengan me libatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Warga terlibat dalam aktivitas ekonomi melalui koperasi hutan.

Presiden NFCF, Sin Dong Myun mengatakan, kegiatan tersebut merupakan langkah awal kerjasama pengelolaan hutan antara Indonesia dan Korea Selatan. Ia berharap kesuksesan NFCF merehabilitasi hutan rusak bisa terulang di Indonesia.
"Kami akan berusaha seoptimal mungkin agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui koperasi kehutanan," ujar Sin Dong Myun.

Menteri Kehutanan, Malam Sambat Kaban menambahkan, meski kerjasama antara Perum Perhutani dan NFCF itu bersifat saling menguntungkan, kedua pihak harus memerhatikan aspek sosial. Manfaat kerjasama itu harus bisa dirasakan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan.