Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

31 January 2009

Sorong : Mafia Ilegal Loging di Sorsel

(www.papuapos.com, 30-01-2008)
SORONG (PAPOS) -Tim penyidik Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Kasuari Provinsi Papua Barat terus menyelusuri kasus illegal loging yang terjadi di Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel) yang diduga melibatkan beberapa oknum Kejaksaan Negeri Sorong dan mantan Kajari Sorong. Dari hasil penyidikan Tim SPORC diperoleh keterangan saksi yang semakin memperkuat dugaan siapa dalang dibalik kasus illegal loging tersebut.

Kepala Tim Penyidik SPORC Brigade Kasuari Balai Besar Konservasi Daya Alam (BKSDA) Papua Barat T Danisworo kepada wartawan mengatakan, kasus ini mulai terkuak setelah penelusuran tim gabungan ke Kampung Malaswat yang menemukan sebanyak 200 batang (1000 meter kubik) dan di Baraga sebanyak 300 batang (1500 meter kubik) dalam tumpukan kayu log jenis merbau, kemudian dilanjutkan dengan hasil pemeriksaan dua orang saksi YL dan JS (mandor dan grader).

Dari keterangan dua orang saksi tersebut, kata dia, diketahui keterlibatan tersangka RB (koordinator lapangan) yang sekarang sudah ditahan tim penyidik dan dititipkan di Rutan.

Setelah RB ditangkap dan diperiksa tim penyidik semakin memperoleh titik terang dari mata rantai kasus ini, sejumlah namapun muncul. Selain DS mantan Kejari Sorong , IN dan RS oknum Kejaksaan Negeri Sorong. Masih ada dua nama lagi yang namanya masih dirahasiakan tim penyidik.

Sebagai langkah tindak lanjut penyidikan kasus illegal loging di Kabupaten Sorong Selatan ini, tim penyidik SPORC Brigade Kasuari Provinsi Papua Barat sudah melayangkan surat panggilan untuk IN (oknum Jaksa) sebagai saksi ke Kejari Sorong, Rabu (28/1), kemarin.

Sedangkan pemanggilan kepada DS (mantan Kajari Sorong) langsung dilayangkan ke Kejaksaan Agung karena berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan penyidik SPORC telah menetapkan DS sebagai tersangka terlibat dalam kasus illegal loging di Kabupaten Sorong Selatan.

Saat ini, kata Danisworo, tim penyidik SPORC Brigade Kasuari Provinsi Papua Barat sudah berhasil memeriksa enam orang saksi ditambah satu orang tersangka (RB-red).

Dari hasil pemeriksaan RB dan salah satu saksi BD (pemilik alat berat) secara kronfontir pada Rabu (28/1), karena keterangan antara RB dan BD terkait dengan kontrak alat berat yang tidak sinkron.

Selanjutnya, pada hari yang sama tim penyidik juga mengagendakan pemeriksaan lima orang saksi lainnya yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Sorong Selatan untuk dimintai keterangan.

Namun lima orang dari Dinas Kehutanan Kabupaten Sorong Selatan tersebut memberitahukan kepada tim penyidik tidak bisa hadir dalam pemeriksaan saksi karena ada kendala transportasi.
Dengan tertangkapnya RB ini, mata rantai kasus illegal loging di Kabupaten Sorong Selatan semakin terkuak siapa dalang dibalik kasus ini.

Berdasarkan bukti- bukti data dan dokumen yang dipelajari tim penyidik ternyata kasus illegal loging di Kabupaten Sorong Selatan juga menyimpan misteri kasus lainnya. Terkuaknya kasus illegal loging ini, juga menguak kasus adanya ketidakcocokan tandatangan atau adanya indikasi pemalsuan tandatangan dalam berkas pelelangan atas nama Kaspar di Komanggo dan Malaswat. (ist)

Mamberamo : Ide Pengembangan Dabra Sebagai Pusat Inisiatif Prakarsa Rakyat

(CII Program Mamberamo, 30-01-2009)
Suasana santai dan senda gurau terlihat saat percakapan diantara staf CII Program Mamberamo dan Kepala Distrik Mamberamo Hulu, Bpk Charles Wikari yang bertandang ke Kantor CII Program Mamberamo di Bhayangkara I Jayapura (14/01).


Pertemuan yang tak direncanakan ini melahirkan pengertian bersama antara Kepala Distrik Mamberamo Hulu dan CII Program Mamberamo mengenai rencana atau inisiatif dilahirkannya pusat pengembangan masyarakat di Ibu Kota Distrik Mamberamo Hulu, Dabra.

Bapak Charles Wikari, anak asli Dabra Mamberamo Hulu ini, mengutarakannya rencananya untuk menindaklanjuti hasil pelatihan CII Program Mamberamo, khususnya hasil pelatihan pembuatan dendeng buaya, ikan yang dipikirkan kualitas produksinya yang berlanjut, serta dipikirkan wadah untuk menampung hasil-hasil alam rakyat melalui wadah Koperasi. Ia menyatakan pendapat cara untuk mendapatkan dana talangan koperasi, yaitu dengan cara koperasi membeli produk rakyat dan dipasarkan. Soal manajemen, ia tegaskan, kalau pusat pengembangan masyarakat Dabra akan bisa direalisasikan, maka praktis pelatihan-pelatihan bagi anggota koperasi akan dilatih, guna peningkatan kapasitas.

Charles yang bertubuh jangkung, dan ramah ini mengatakan, ia akan mencoba memutuskan ketergantungan anggota masyarakat Dabra pada pedagang yang menyediakan barang konsumsi yang harganya melambung tinggi di Mamberamo Hulu. Ini sebuah fakta yang terjadi katanya, yang menyebabkan anggota masyarakat tidak memiliki simpanan dari usaha kelola sumberdaya alam. Ia juga tidak mengabaikan peran pedagang lain di Mamberamo. Inisiatif lain yang telah di lakukan Charles, yaitu melakukan pembicaraan dengan perusahaan penerbangan Merpati untuk kemungkinan Merpati dalam mendukung upaya pengadaan barang kebutuhan pokok yang akan diprakarsai pihak pemerintah distrik Dabra.

Sementara itu, Tommy Wakum dalam menjelaskan CII Program Mamberamo dalam menginisiatif berdirinya Pusat Pengembangan Masyarakat di Dabra ini juga terkait dengan program pemberdayaan kampung yang dicanangkan pemerintah provinsi Papua. Dijelaskan oleh Tommy, hasil-hasil pelatihan yang telah digagasi CII Program Mamberamo beberapa waktu lalu, dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan bagi anggota masyarakat di pusat pengembangan masyarakat di Dabra.

Staf CII Program Mamberamo yang menjamu kunjungan Kepala Distrik Mamberamo Hulu ini, antara lain Sdr Tommy Wakum, Jance Bemei, Theo Nari, dan Terry Buinei; akhir percakapan, Kepala Distrik yang ramah senyum ini berjanji akan membangun pengertian anggota masyarakat untuk secara bersama berpikir atas prakarsa CII program Mamberamo yang mengagasi berdirinya pusat pengembangan masyarakat di Dabra. (Jance Bemei)

29 January 2009

Pegunungan Bintang : Pemda Pegubin Siapkan Kebun Percontohan

(www.papuapos.com, 28-01-2009)
OKSIBIL (PAPOS)- Potensi pertanian di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang sangat menjanjikan, oleh karena itu pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang terus berupaya memperhatikan potensi pertanian masyarakat dengan berbagai program strategis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Pegunungan Bintang, diawal tahun ini telah menetapkan sejumlah lokasi untuk dijadikan sebagai kebun percontohan.

Lokasi yang bakal dijadikan sebagai kebun percontohan diantaranya, wilayah Yapimakot Distrik Oksibil, Dabolding distrik Oksibil dan Kampung Okpol Distrik Pepera.

“Tahun ini program kebun prcontohan sudah mulai berjalan, diantaranya wilayah Yapimakot dengan luas lokasi 2 Ha untuk sektor perkebunan buah-buahan dan juga peternakan, wilayah Dabolding seluas 2,5 Ha untuk sektor perkebunan dan wilayah Kampung Okpol Distrik Pepera seluas 2 Ha untuk perikanan,” ujar Kasubdin Penyuluhan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Pegunungan Bintang, Dany Tabuni, SP, MM kepada Papua Pos Selasa (27/1) kemarin.

Mengenai lokasi yang bakal dijadikan sebagai kebun percontohan tersebut, menurut Dany, akan dilakukan dengan menerapkan pola kompensasi atau biaya ganti rugi tanah kepada pihak pemilik tanah.

Ia menambahkan, adanya kebun percontohan yang ditentukan pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi contoh bagi petani, dimana dinas akan menghadirkan tenaga teknis dan bibit tanaman atau peternakan unggulan untuk disimpan dikebun percontohan itu.

Selain itu, kebun percontohan tersebut bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman kepada petani dari berbagai distrik dan kampong untuk datang ke Oksibil mempelajarinya sehingga dapat diterapkan di perkebunan masing-masing.(amros)

28 January 2009

Merauke : Jangan Biarkan Sejengkal Tanah Telantar

(www.cenderawasihpos.com, 27-01-2009)
MERAUKE-Guna memanfaatkan lahan yang tidur, Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke saat ini tengah menggarap lahan tanah bandara yang kosong dengan ditanami jagung. Pemanfaatan lahan tidur ini, dilakukan Dinas Tanaman Pangan bekerjasama dengan pihak Bandara Mopah Merauke, Napi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Merauke yang telah berstatus asimilasi, SMKN I Tanah Miring, PT Sigeynta dan Soso FM, Sabtu (24/1).

Lahan kering seluas 0,6 hektar itu ditanami jagung Sukma Jaya dan jagung manis. Kabid Pengembangan SDM Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke I Nenga Pastika yang juga sebagai penanggungjawab kegiatan tersebut saat ditemui disela-sela penanaman jagung berharap agar upaya yang dilakukan pihaknya ini bisa menjadi contoh bagi warga lainnya untuk menanami lahan yang kosong dengan tanaman produktif.

''Bupati sudah menyampaikan seruan supaya tidak membiarkan sejengkal tanah di Bumi Anim-Ha telantar. Kebetulan lahan milik bandara ini kosong dan mereka keberatan jika kami tanami jagung,"katanya. Menurutnya, jika lahan kosong yang ada ditanami dengan tanaman produktif seperti jangung, maka pasti masyarakat akan merasakan manfaatnya.

''Mungkin lahan yang kosong itu ditanami sayur-sayuran, sehingga uang yang sebelumnya dibelanjakan membeli sayur dapat digunakan untuk keperluan lainnya atau bisa ditabung,''katanya memberi solusi. Apalagi tanah di Merauke sangat luas dan masih banyak yang menjadi lahan tidur. Selain menjadi contoh bagi masyarakat, jagung yang ditanam tersebut menjadi proyek percontohan untuk menggunaan pupuk organik dipadukan dengan pupuk kimia. (ulo)

Jayapura : Aktifitas Pertambangan Liar Harus Ditertibkan

(www.cenderawasihpos.com, 27-01-2009)
SENTANI – Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura Nehemia Karma, SH mengungkapkan bahwa sebagai pimpinan/dinas intansi yang baru dibentuk, pihaknya melihat banyak persoalan pertambangan di wilayah kabupaten Jayapura ini yang perlu ditertibkan. Selain aktifitas penambangan galian golongan C yang marak di wilayah Kabupaten Jayapura, pihaknya juga merencanakan untuk penertiban pemanfaatan air tanah, terutama untuk tujuan komersial.

“Selain penertiban galian golongan C yang sementara ini sedang berjalan, kami juga merencanakan untuk membuat Perda (peraturan daerah), untuk penertiban pemanfaatan air tanah,”ungkap Nehemia Karma saat ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya.

Selama ini untuk masalah perijinan pemanfaatan air tanah ini memang ditangani dari provinsi, namun seiring dengan adanya aturan baru PP 38 dan juga telah terbentuknya Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura, maka diharapkan penanangan lebih intensif. Dimana pengusaha yang bergerak dalam pemanfaatan air tanah seperti untuk air minum isi ulang maupun keperluang usaha lain, seperti untuk hotel dan restoran juga harus memiliki ijin dulu.

Penertiban aktifitas pertambangan, terutama dari galian golongan C ini memang perlu dilakukan, apalagi meski tanpa mengantongi ijin, namun banyak pengusaha berlindung dibalik masyarakat pemilik hak ulayat ini mengunakan alat berat. Padahal, nampaknya aktifitas mereka ini sangat besar terhadap kerusakan linkungan. “Kalau ijin penambangan saja tidak mereka miliki, apalagi kajian UKL dan UPL terhadap aktifitas mereka ini, sehingga tanggung jawab pasca produksinya seperti apa juga tidak jelas,”ujar Nehemia Karma yang mengaku pada akhirnya, bila ada dampak linkungan yang dirasakan masyarakat pemerintah juga yang akhirnya harus turun tangan.

Terkait dengan potensi bahan tambang yang ada di wilayah Kabupaten Jayapura ini, menurut Nehemia Karma, memang sudah ada data potensi bahan tambang yang tersebar di Jayapura ini. Bahkan, sejumlah investor tambang juga beberapa kali datang dan pergi terkait dengan rencana pemanfaatan bahan tambang. Bahkan, beberapa waktu lalu, sejumlah perusahaan tambang tersebut juga sudah mengantongi ijin KP (Kuasa Pertambangan).

“Hanya saja, kalau selama 6 bulan ternyata tidak melakukan aktifitas di lapangan, maka ijin KP yang mereka pegang ini bisa dicabut kembali,”ujar Nehemia Karma yang enggan menyebut nama-nama perusahaan investor tambang tersebut.
Sementara itu, terkait dengan keberadaan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura memang beberapa program sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2008 kemarin. Pada tahun 2009 ini, untuk bidang energi, Dinas Pertambangan dan Energi ini juga akan membangun jaringan listrik di wilayah Depapre, sekitar tablasupa, termasuk untuk mendukung kebutuhan listrik di Cold Storage yang dibangun di Depapre oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jayapura. (tri)

26 January 2009

Nasional : Kondisi Tujuh Kawasan Konservasi di Riau Mengkhawatirkan akibat Perambahan

(www.mediaindonesia.com, 25-01-2009)
Penulis : Bagus Himawan
PEKANBARU--MI: Perambahan di tujuh kawasan konservasi di Riau kian mengkhawatirkan. Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten harus tegas menindak pelaku perambahan dan mengembalikan kawasan tersebut agar lestari.

Ke tujuh kawasan konservasi yang terus dirambah yakni Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim, Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), hutan lindung Bukit Suligi, hutan lindung Mahato, hutan lindung Rimbang Baling dan taman suaka margasatwa Senepis.

Diperkirakan ada ribuan perambah yang kini menduduki dan menguasai lahan konservasi secara tidak sah.

Kekhawatiran kerusakan kawasan konservasi ini tergambar dari luasan tutupan hutan yang berkurang karena diduki oleh perambah. Lahan tersebut disulap menjadi perkebunan kelapa sawit, karet dan permukiman penduduk.

TNTN yang memiliki luas 38.576 hektare (ha), sekitar 7.600 ha di antaranya tengah dikuasi sekitar 700 keluarga.

Kondisi kritis juga dialami Tahura Sultan Syarif Hasyim. Di Tahura ini terdapat sekitar 400 keluarga yang mencaplok dan mengolah kawasan tersebut. Akibatnya dari total luas Tahura 6.150 ha, kini hanya sekitar 1.900 ha yang hutannya masih lestari.

Perambahan juga terjadi pada hutan Lindung Bukit Suligi. Dari total luasnya 32 ribu ha, hanya tersisa sekitar 3.000 ha yang memiliki tutupan hutan. Selebihnya luluh lantak oleh perambahan dan perkebunan warga.

Direktur Jendral (Dirjen) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan Darori seusai mengikuti rapat koordinasi persiapan perluasan TNTN bersama Gubernur Riau Rusli Zainal di kantor Gubernur, Kamis (15/1/), mengatakan pemerintah telah menyatakan sikap tegas menindak perambah yang merusak lahan konservasi tersebut.

"Kami telah mengidentifikasi para perambah yang mencaplok kawasan konservasi tersebut. Bila ada perusahaan yang terlibat, akan kami kenakan sanksi proses hukum. Sementara bagi masyarakat akan kami carikan jalan keluar. Bisa enclave atau mencari lahan pengganti bagi masyarakat," ujarnya.

Pemerintah, kata Darori, dalam waktu dekat berencana merehabilitasi sejumlah kawasan konservasi, di antaranya TNTN, Bukit Suligi, Mahato dan Tahura. Pemerintah juga tengah menertibakan kawasan hutan lindung Mahato yang diuasai oleh perusahan dan masyarakat.

"Yang berbatasan langsung dengan Sumatra Utara sudah kami ajukan ke meja hukum dan dijatuhi sanksi. Pemilik perusahaannya sudah dijatuhi hukuman delapan tahun (penjara) dan kebun seluas 47.000 hektare sudah disita untuk negara. Keputusannya sudah ingkrah di Mahkamah Agung," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Balai TNTN Hayani S mengatakan pihak terus berupaya mengeluarkan para perambah yang ada di kawasan pusat konservasi gajah Sumatra di Indonesia tersebut. "Memang kami akui proses pengusirannya tidak semudah yang dibayangkan. Tapi kami akan berupaya agar TNTN bersih dari perambahan," ujarnya. (BG/OL-01)

25 January 2009

Timika : Freeport Tertibkan Pendulang Tradisional

(www.papuapos.com, 24-01-2009)
TIMIKA ( PAPOS) -Sekitar 200 personil keamanan yang terdiri dari Satuan Tugas (Satgas) Amole V, Brimob, Satuan Pengendali Massa (Dalmas) Polres Mimika, satuan pengamanan PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak Rabu (21/1) lalu, melakukan penertiban para pendulang emas tradisional di sepanjang Kali Kabur (Sungai Aijkwa) mulai dari Mile 74 hingga Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika. Kapolres Mimika AKBP Godhelp C Mansnembra kepada wartawan di Timika, menjelaskan tindakan penertiban itu dilakukan dalam rangka meningkatkan pengamanan di sekitar areal pertambangan PTFI dan juga demi keselamatan para pendulang tradisional sendiri.

"Kegiatan ini merupakan program PT Freeport dalam rangka meningkatkan keamanan di sekitar areal tambang," jelas Mansnembra, Kamis (22/1) lalu.

Dikatakannya,lokasi pendulangan tradisional di sekitar areal tambang PT Freeport di Distrik Tembagapura rawan menimbulkan kecelakaan karena medan yang curam dan terjal serta rentan terjadi longsor.

Dalam kegiatan penertiban pada hari Rabu, petugas membongkar paksa belasan kamp-kamp pendulang tradisional yakni di sekitar lokasi pintu angin dan sekitar Camp David.

Aksi penertiban tersebut semula diprotes para pendulang tradisional yang sehari-hari menggantungkan hidup dari mengais butiran emas yang ikut terbawa air saat dilepas dari pabrik pengolahan PT Freeport di Mile 74.

Para pendulang tradisional yang jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan orang selanjutnya dipulangkan ke kota Timika. Mereka hanya diijinkan melakukan kegiatan pendulangan tradisional di wilayah dataran rendah mulai dari Mile 40 hingga Mile 20.

"Lokasi yang diijinkan untuk mendulang mulai dari Mile 40 ke bawah," kata Mansnembra sembari menambahkan kegiatan penertiban para pendulang tradisional di sepanjang Kali Kabur dipimpin langsung Komandan Satgas Amole V AKBP Muhammad Sagi.

Sesuai data yang dihimpun Koran ini, hingga saat ini tercatat sudah puluhan pendulang tradisional yang menemui ajal saat melakukan pendulangan di sepanjang aliran Kali Kabur. Kebanyakan pendulang tradisional yang meninggal tersebut karena terbawa arus banjir saat hujan lebat di sekitar Tembagapura.(ant/nas)

Nasional : TNI AL Tangkap 36 Kapal Ilegal

(www.papuapos.com, 24-01-2008)
JAKARTA – (PAPOS) -TNI Angkatan Laut (AL) berhasil menangkap 36 kapal ikan ilegal di seluruh perairan Indonesia dalam kurun waktu sebulan terakhir, dengan potensi uang negara yang berhasil diselamatkan sekitar Rp3 miliar.

"Dari jumlah tersebut, 18 kapal telah memperoleh ketetapan hukum tetap dan para terdakwa menerima putusan pengadilan," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul di Jakarta, Jumat (23/1) kemarin.

Dikemukakannya, 18 kapal lainnya masih dalam proses hukum, termasuk lima kapal yang telah divonis masing-masing oleh pengadilan didenda 25 miliar rupiah, namun para terdakwa melalui kuasa hukumnya menyatakan banding.

"Penyelesaian kapal tangkapan baik yang diproses yustisial oleh TNI AL maupun yang dilimpahkan kepada instansi terkait, dipandang perlu ada peningkatan koordinasi tahapan penanganan atau proses perkara keamanan laut sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, tegasnya.(ant)

Nasional : Gunung Rinjani Terancam Gundul

(www.mediaindonesia.com, 24-01-2009)
MATARAM--MI Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), KH. M. Zainul Majdi mengatakan, Taman Nasional Gunung Rinjani kini terancam gundul, akibat penebangan liar yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab.

"Disamping itu, banyak kebutuhan kayu bakar baik untuk memasak maupun pembakaran open atau omprongan tembakau akibat hilangnya subsidi BBM bagi petani tembakau," katanya di Lombok Timur, Rabu.

Pada Launching Program Newtrees WWF Indonesia dia menjelaskan, kebutuhan kayu bakar bagi rumah tangga setiap tahun mencapai 120 ribu meter kubik sementara untuk omprongan tembakau 489 meter kubik per musim tanam. Asumsinya setiap hektarnya dibutuhkan 40 meter kubik untuk omprongan, sehingga jumlah seluruh yang dibutuhkan setiap tahun mencapai 600 meter kubik kayu bakar.

"Saat ini tercatat sekitar 40.000 hektare luas lahan hutan Gunung Rinjani mengalami kerusakan yang mengakibatkan penyusutan mata air, sementara kawasan tersebut merupakan sumber mata air," katanya.

Sebelumnya dilakukan pencanangan NTB Hijau sebagai upaya mempercepat pemulihan kondisi hutan yang rusak di daerah ini.

Luas hutan yang rusak lebih dari 500 hektare berada di dalam kawasan hutan dan di lura kawasan hutan dan jumlah tersebut cukup mengkhawatirkan, sehingga harus segera ditanggulangi. Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk menghijaukan hutan juga adalah program Hutan Tanamam Rakyat (HTM), dalam program ini masyarakat diperbolehkan menanam berbagai jenis kayu dan buah-buahan di dalam kawasan hutan.

Melestarikan sumber daya alam harus dilakukan dengan perbuatan nyata dengan menanam dan memelihara pohon disetiap jengkal tanah, jangan biarkan tanah menjadi, gersang dan tidak produktif. "Jenis kayu yang ditanam antara lain kemiri, nangka, sukun, jambu mete, sengon. Masyarakat diperbolehkan mengambil hasilnya, namun kayunya tetap milik pemerintah," katanya. (Ant/OL-03)

Manca Negara : Venezuela : Baru, Ikan Pemanjat Tebing dari Venezuela

(www.kompas.com, 24-01-2009)
VENEZUELA, JUMAT — Seekor ikan yang hidup di pedalaman hutan tropis Venezuela, Amerika Latin, tidak hanya baru bagi dunia sains. Ikan sapu-sapu yang diberi nama ilmiah Lithogenes wahari itu sangat unik dibandingkan ikan pada umumnya karena punya kemampuan memanjat tebing.

Ikan tersebut dapat merayap di lereng atau batuan yang tegak lurus sekalipun menggunakan sirip khas di badannya. gerakannya menjadi lebih mantap karena bagian luar kepala dan ekornya dilapisi kulit yang keras. Spesies tersebut memang mewarisi sifat-sifat dua kelompok sapu-sapu (catfish), yakni genus Loricariidae (lele bertubuh keras) dan Astroblepidae (lele pemanjat).

Seperti kedua genus sapu-sapu itu, spesies baru dari Venezuela ini juga memiliki mulut yang dapat mengisap yang berguna saat ia memanjat. Keberadaannya sebenarnya sudah diketahui sejak 20 tahun lalu, tapi baru diteliti lebih lanjut belakangan ini.

"Ikan tersebut sangat aneh dari sisi morfologi sehingga tidak cocok dengan kategori taksonomi yang sudah kami ketahui," ujar Scott Schaefer dari Museum Sejarah Nasional Amerika. Dia dan timnya memastikannya sebagai spesies baru setelah mengumpulkan 84 spesimen yang ditemukan saat menempel di batu di Rio Cuao yang merupakan anak Sungai Rio Orinoco.

WAH, Sumber : LIVESCIENCE

24 January 2009

Nasional : Penyu Hijau Bertelur di Pantai Air Hitam

(www.kompas.com, 23-01-2009)
BENGKULU, KAMIS - Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Kamis menemukan seekor penyu hijau yang sedang bertelur di pantai Air Hitam di Kecamatan Mukomuko Selatan, Kabupaten Mukomuko.

"Kami menemukan penyu ini sebelum bertelur sekitar pukul 05.00 WIB, dan kami beruntung bisa melihat penyu langka itu mulai ke darat hingga bertelur sebanyak 110 butir," kata staf BKSDA Bengkulu Ramon Dias, Kamis.

Ia mengatakan penyu hijau termasuk jenis penyu langka di antara berbagai jenis penyu lain yang sering mendarat di pantai Air Hitam untuk bertelur. Penyu jenis lainnya di antaranya penyu sisik dan penyu lekang.

Penyu hijau yang ditemukan tim BKSDA itu, kata dia panjangnya 135 cm dan lebar karapas 90 cm. Selain seekor penyu hijau, sepekan lalu menurut dia tim BKSDA menemukan seekor penyu sisik yang bertelur 105 butir di lokasi yang sama.

"Pantai Air Hitam ditetapkan sebagai cagar alam, salah satunya karena menjadi habitat penyu yang akan bertelur. Telur-telur penyu itu kami tetaskan menjadi tukik, dan kemudian kami lepas ke laut," katanya.

Ia mengatakan penangkaran ini dilakukan kelompok pemuda pecinta dan penggiat lingkungan hidup (KP3LH) Desa Air Hitam yang dibina BKSDA Bengkulu. Setahun terakhir kelompok yang anggotanya didominasi pemuda putus sekolah ini melakukan penangkaran telur penyu yang rawan dari pencurian masyarakat.

"Kelestarian penyu ini terancam dengan adanya pencurian serta perdagangan telur penyu oleh masyarakat, baik lokal dan dari daerah lain," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya sejak satu tahun terakhir aktif menangkarkan penyu hingga menetas menjadi tukik, kemudian dilepas ke laut.

ABI, Sumber : Ant

22 January 2009

Jayapura : Ekspose Buku Potensi Hasil Hutan Provinsi Papua

(BP2HP 17, www.bpphp17.web.id, 21-01-2009)
Bertempat di Hotel Relat, Jayapura, pada tanggal 21 Januari 2009 telah di lakukan Expose Buku Potensi Hasil Hutan Provinsi Papua yang disusun oleh Dinas Kehutanan Provinsi Papua.

Acara ini diadakan sehubungan dengan Penerbitan Buku Potensi Hasil Hutan Provinsi Papua dari Kegiatan Pengembangan Data dan Informasi Pembangunan Kehutanan Tahun 2008.

21 January 2009

Tips dan Trik : Terlalu Banyak Kopi Picu Halusinasi

(www.kompas.com, 20-01-2009)
LONDON, RABU - Coba perhatikan, kalau ada kawan atau saudara yang mengaku melihat hantu atau mendengar sesuatu yang berbau mistis tanyakan apakah ia pecandu kopi atau bukan. Menurut penelitian di Inggris, orang yang terlalu banyak minum kopi cenderung lebih mudah mengalami efek halusinasi.

Tim peneliti dari Universitas Dunham menyimpulkan orang yang minum lebih dari tujuh cangkir kopi instan sehari cenderung tiga kali lipat lebih mudah mengalami halusinasi daripada orang yang hanya minum satu cangkir kopi sehari. Kesimpulan tersebut diambil setelah mereka menyurvei 200 mahasiswa mengenai kebiasaan mengonsumsi kopi dan pengalamannya melihat hal-hal mistis.

"Ini merupakan langkah awal untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan halusinasi secara lebih luas," ujar Simon Jones, yang memimpin penleitian tersebut. Ia mengatakan pada penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa tekanan seperti trauma masa kecil berhubungan dengan halusinasi.

Menurut James hubungan antara kopi dan halusinasi mungkin terkait dengan hormon kortisol. Halusinasi sendiri timbul saat tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol. Hormon tersebut dihasilkan saat seseorang mengalami stres. Konsumsi kafein juga memicu produksi hormon tersebut.

Meski demikian, James menekankan bahwa hubungan tersebut bukan sebab akibat. Kalaupun kafein memicu halusinasi, pengaruhnya mungkin tak sebesar faktor psikologis lainnya. Selain itu, tak hanya kopi yang berpengaruh melainkan teh, kopi, dan minuman yang mengandung kadar kafein tinggi. Penelitian langsung dan percobaan dibuuthkan untuk mengukur hubungan kafein dengan efek halusinasi.
WAH, Sumber : BBC

Jayapura : Pemaparan Hasil Pendampingan " MO MAKE UNAF "

Foto : Dok BP2HP 17 Jayapura

(BP2HP 17 Jayapura, www.bpphp17.web.id, 20-01-2009)

Pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2009 bertempat di Hotel Yasmin, WWF Indonesia Region Sahul Papua telah melakukan Pemaparan Hasil Pendampingan Kelompok Masyarakat Pengelola Hasil Hutan “Mo Make Unaf” di Kampung Kaliki, Kabupaten Merauke yang bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Papua cq Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Merauke. Hadir dalam acara Pemaparan ini Kepala Balai BP2HP Wil. XVII Jayapura Ir. Timbul Batubara, M.Si

Pemaparan Hasil Kegiatan ini bertujuan mendapatkan masukan teknis dari para pihak menyangkut legalitas pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat adat dan kesepakatan atas legalitas pengelolaan hutan alam produksi lestari berbasis masyarakat adat di Provinsi Papua.

Sekilas Mo Make Unaf
Kelompok masyarakat “Mo Make Unaf” merupakan unit managemen yang akan mengelola hasil hutan baik hasil hutan kayu maupun bukan kayu . Dalam menjalankan unit managemen akan dilakukan Pendampingan oleh WWF Indonesia Region Sahul Papua.

Pendampingan Kelompok Masyarakat Pengelola Hasil Hutan “Mo Make Unaf” dimulai dengan Tahap Pra Pendampingan pada tahun 2005, masyarakat yang di dampingi berasal dari Marga Balagaize, kampung Kaliki, kabupaten Merauke.

Hasil yang diharapkan dari Pendampingan Kelompok Masyarakat Pengelola Hasil Hutan “Mo Make Unaf” adalah adanya dokumentasi rencana pengelolaan hutan meliputi keseluruhan informasi yang sangat relevan dari rencana pengelolaan hutan berbasis masyarakat adat.

Tahap Pendampingan meliputi kegiatan-kegiatan yan gmemperhatikan aspek pengelolaan hutan lestari yang mencakup 3 bidang pengawasan kelestarian dan Program Capacity Building (Pemberdayaan Masyarakat) yaitu : Kelestarian Fungsi Produksi, Kelestarian Fungsi Ekologi, Kelestarian Fungsi Sosial.

Beberapa Kegiatan Pendampingan yang sudah dilakukan oleh WWF Indonesia Region Sahul Papua antara lain adalah:

1. Tahap Pra Pendampingan
a. Survey awal identifikasi kelompok masyarakat pengelola hasil hutan
b. Sosialisasi dan workshop community small scale certification sebagai pilot project pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat adat di kabupaten merauke

2. Tahap Pendampingan
a. Kelestarian Fungsi Produksi
· Kajian Status Kawasan
· Penataan areal Kerja
· Kajian Potensi Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu
· Pembuatan Sarana Persemaian dan Pembibitan
· Kajian Potensi pada Blok Tebangan 2008 – 2009

b. Kelestarian Fungsi Ekologi
· Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi tinggi pada areal konsesi kelompok masyarakat Mo Make Unaf

c. Kelestarian Fungsi Sosial
· Pemetaan batas hak ulayat dalam areal hutan produksi unit managemen kelompok masyarakat
· Penandatanganan kesepakatan batas-batas hak ulayat marga balagaize kampung kaliki dalam areal hutan produksi unit managemen kelompok masyarakat “mo make unaf”

d. Program Capacity Building
· Pelatihan pembibitan dan persemaian
· Lokakarya kesepakatan kerjasama multi stakeholder pengelolaan hutan alam produksi lestari berbasis kearifan lokal di kabupaten merauke
· Program peningkatan kapasitas kelompok
· Pengembangan kesepakatan kerjasama Formal Pilot Project Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat adat di Kabupaten Merauke

“Mo Make Unaf = Mari Kita Maju”

20 January 2009

Wamena : Bupati Jayawijaya Panen Buah Eden

(www.papuapos.com, 19-01-2009)
Wamena (PAPOS) –Dalam kunjungan kerjanya, usai melantik kepala Desa Siepkosi Distrik Walelagama, Bupati dan Wakil Bupati bersama unsur Muspida Kabupaten Jayawijaya berkesempatan melakukan panen perdana Buah Eden (Fruit Eden) atau biasa disebut Buah Naga. “Ini merupakan keberhasilan masyarakat mengembangkan ekonomi kerakyatan, hal seperti ini yang patut ditiru oleh masyarakat lain di Jayawijaya,” ujar Bupati Wempi dalam sambutannya, Sabtu (17/1) kemarin.

Karena siapa menyangka, buah yang dulunya hanya dikenal di Israel kini bisa didapati di Jayawijaya khususnya di tanah Papua. Atas keberhasilan ini, bupati menyatakan dukungannya kepada masyarakat Desa Siepkosi dan meminta pengembangan dari buah tersebut bisa dilakukan terus menerus untuk dijadikan pendapatan para petaninya.

Dukungan ini sebagai bentuk hubungan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakatnya dalam mengembangkan daerahnya masing-masing.

Selain itu, usaha yang berhasil dijalankan oleh masyarakat Siepkosi bisa ditiru masyarakat lain,” Hal seperti ini yang saya mau, berusaha dahulu baru meminta dukungan bukan berkumpul di kantor bupati dengan membawa map mengharapkan bantuan,” tegas Wempi.

Sementara itu, ketua kelompok pengembang Buah Eden, Isay Itlay dalam laporannya mengatakan, Eden Fruit yang bentuknya bersisik dengan rasa asam manis pertama kali dikembangkan di Jayawijaya Tahun 2007 dengan 10 bibit pohon.

“ Dari 10 bibit pohon, kini telah menjadi 500 pohon yang siap panen, sisanya 1500 bibit masih dalam pembibitan, koker,” ujar Isay Itlay.

Dimana pengembangan dari tanaman ini, mengunakan dana respek dan dan Bangdes yang diterima oleh masyarakat Desa Siepkosi.

Sebelum dilakukan panen perdana, buah ini pertama kali dikenalkan kepada penjabat Bupati Jayawijaya, Washinton Turnip pada Tahun 2007 saat mengunjungi Distrik Walelagama dalam rangka penyaluran dana pembangunan desa (Bangdes).(rico)

18 January 2009

Biak : Ketika Kapolda Papua Berada di Pabrik Pengolahan Kayu Di Biak

(www.papuapos.com, 17-01-2009)
Dalam kunjungan kerjanya sehari penuh di Kabupaten Biak ,menghadiri pelantikan Bupati baru di awal Januari lalu, Kapolda Papua Irjen Pol Drs Bagus Ekodanto tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. SELAIN mengunjungi Mapolres Biak untuk bertatap muka dengan para personil Polri di daerah ini, mantan Wakapolda Metro Jaya ini juga menyempatkan diri melihat keberadaan salah satu pabrik pengolahan kayu terbesar di Papua milik PT Wapoga Mutiara Industri yang ada di kawasan Sorido Biak.

Pada kunjungan silaturahmi yang dimaksudkan untuk melihat keberadaan pabrik dan seluruh karyawannya dalam rangka memelihara situasi Kamtibmas sehubungan krisis global yang melanda dunia, Jenderal berbintang dua itu didampingi Kapolres Biak AKBP Drs Kif Aminanto SH MH serta para Kepala Satuan yang ada dilingkup Polres Biak.

Sementara pihak PT Wapoga Mutiara Industri dalam menerima kunjungan Kapolda Papua dan stafnya itu dipimpin oleh Freddy Tang selalu Direktur Utama, Ny Susan Susanti dan Endrew Ong masing-masing selaku Direktur.

Ketika berkunjung di kawasan pabrik yang luasnya lebih dari 50 Ha dengan berjalan kaki, Kapolda yang murah senyum itu lebih banyak menemui para karyawan baik yang merupakan penduduk asli Papua maupun mereka yang berasal dari Jawa Sulawesi dan lainnya sambil berdialog singkat.

Didalam dialog itu, Kapolda selalu menanyakan akan keberadaan karyawan bekerja di pabrik dan lamanya mereka melaksanakan tugas di pabrik pengolahan kayu ini.

Para karyawan yang merupakan penduduk asli Papua pada umumnya menyatakan mereka bekerja di tempat ini sudah lebih dari tiga tahun. Bahkan ada yang menyebut mereka sudah lebih dari delapan tahun.

Mereka betah bekerja di tempat ini selain mendapatkan penghasilan yang cukup memadai bagi ukuran masyarakat Papua, mereka mendapat fasilitas perumahan untuk bertempat tinggal di kawasan pabrik, serta mendapat sarana angkutan antar jemput dari perusahaan bagi mereka yang tidak perumahan.

Mereka juga menyebutkan, kepedulian social perusahaan ini terhadap karyawan cukup memadai sehingga keberadaannya untuk tetap eksis memproduksi kayu olahan mereka usahakan dengan bekerja lebih keras lagi.

Sedangkan ketenangan bekerja berlangsung begitu baik. Kalaupun ada masalah antara karyawan dengan perushaan diselesaikan dengan jalan musyawarah dengan melibatkan unsure pemerintah dari Dinas Ketenagakerjaan.

Mendengar semua penjelasan itu, Kapolda mengharapkan para karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bekerja sesuai dengan ketentuan dan jika ada perselisihan dibicaraka dengan pimpinan perusahaan secara kekeluargaan.

Tidak perlu mengambil tindakan yang diluar ketentuan sehingga dapat menimbulkan gejolak yang bisa membawa kerugian dikedua belah pihak. Kapolda memuji para karyawan di pabrik ini yang sudah mengabdikan diri bekerja selama beberapa tahun sehingga pabrik dapat berjalan dengan lancar sampai sekarang walaupun dalam keadaan krisis global.

Dan kepada pimpinan perusahaan ini, Kapolda berharap agar pengelolaannya dilakukan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Kecurangan dalam berusaha seperti melakukan illegal logging yang dapat merugikan Negara hendaknya dihindari agar aparat penegak hokum tidak mengambil tindakan sesuai ketentuan terhadap perusahaan ini.

Sebab jika hal tersebut terjadi, aparat penegak hokum di Papua akan mengambil tindakan tegas tidak pandang bulu. Dan untuk itu pihaknya berharap agar perusahaan ini yang mempekerjakan lebih dari 1000 orang karyawan tidak berbuat pelanggaran hukum sebagaimana yang sampai saat ini dilaksanakan.

‘’ Kami berterima kasih kepada perusahaan ini karena tetap konsekwen untuk melaksanakan peraturan pemerintah dalam mengelola perkayuan di Papua’’ kata Kapolda.

Pihaknya yakin jika perusahaan ini melaksanakan tata pengelolaan kayu sesuai dengan ketentuan Pemerintah, usaha ini dapat berjalan lancer dan pada akhirnya dapat menciptakan suasana ketenangan dan keamanan yang kondusif di Papua khususnya Biak .

Sementara dari pihak Perusahaan yang diwakili Freddy Tang selain mengucapkan banyak terima kasih kepada Kapolda karena baru pertama kali seorang pimpinan Polda Papua berkunjung di pabrik ini juga disampaikan bahwa apa yang diinginkan oleh Jenderal berbintang dua lulusan Akpol 1975 ini akan diusahakan untuk dilaksanakan dengan baik.

Pihak perusahaan ini tidak akan berbuat pelanggaran aturan pemerintah ataupun aturan Pemerintah daerah Papua.Pihaknya juga akan berusaha untuk tidak melaksanakan Pemutusan hubungan kerja ( PHK ) terhadap para karyawan disaat perekonomian sedang mengalami krisis global. Semuanya akan diusahakan berjalan baik sebagaimana diharapkan oleh banyak pihak.(**)

Jayapura : Lokakarya "Training Need Assesment"

Foto : Dok BP2HP 17

(BP2HP 17, www.bpphp17.web.id, 17-01-2009)
Bertempat di Hotel Relat Indah Jayapura Papua, pada tanggal 14 Januari 2009 telah dilaksanakan Lokakarya Sehari Analisis Kebutuhan Pelatihan dalam rangka Peningkatan Kapasitas Untuk Mewujudkan Kebijakan Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua hasil kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XVII dan Tropical Forest Trust.

Tujuan lokakarya ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan pelatihan yang diperlukan dalam pengelolaan hutan di Provinsi Papua.

Rumusan Hasil selengkapnya bisa dilihat disini

Manca Negara : India : 150 Gajah Ngamuk di India, Tiga Tewas

(www.kompas.com, 17-01-2009)
GAUHATI, SABTU- Sekawanan gajah lapar yang terdiri dari 150-an ekor mengamuk di pedesaan kawasan timur laut India. Satu keluarga muda tewas terinjak-injak ketika sedang tidur di pondoknya.

Rimi Marak, penduduk Karbi Anglong, Negara Bagian Assam, Sabtu (17/1), menyatakan, kawanan satwa berbadan besar itu juga merusak empat rumah. "Kawanan (gajah) itu sangat banyak. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.

Ditambahkan Marak, korban tewas adalah seorang petani dan istrinya, serta seorang anak perempuan yang baru berusia lima tahun.

Kawanan gajah itu keluar dari hutan sekitar desa dua pekan lalu untuk mencari makanan. Demikian dikatakan petugas Kehutanan MK Dhar.

"Polisi hutan telah berusaha menggiring kembali kawanan gajah itu ke hutan dengan menggunakan petasan dan obor," tambah MK Dhar.

Menurut Dhar, kawasan hutan itu diperkirakan masih menampung 5.000-an gajah liar. Persoalannya, habitat untuk kawanan gajah itu makin terdesak oleh pembangunan. Akibatnya, kata para pelestari alam, dalam 17 tahun terakhir kawanan gajah berkali-kali mengamuk dan menewaskan 700 orang.

"Kami menetapkan area yang sangat luas untuk populasi gajah, tetapi pertambahan penduduk dan pembangunan telah meningkatkan konflik antara gajah dan manusia," kata mantan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Pradyut Bordoloi.

Data yang ada menyebutkan, antara tahun 1996-2000 telah terjadi perusakan hutan alam sebesar 280.000 hektar di Negara Bagian Assam saja.

Pada tahun 2001, penduduk Distrik Sonitpur meracuni hingga tewas 19 ekor gajah. Ini mereka lakukan setelah kawanan gajah yang lapar itu mencabuti tanaman dan memporakporandakan sejumlah rumah penduduk.
MSH, Sumber : AP

17 January 2009

Nasional : Harimau Sumatera Makin Terancam Punah

(www.kompas.com, 17-01-2009)
PADANG, SABTU — Harimau Sumatera diperkirakan kini hanya terdapat seekor lagi pada habitatnya seluas 300 hektar sehingga satwa langka tersebut makin terancam punah.

"Ancaman tersebut bisa terjadi antara lain akibat terjadinya konflik satwa langka itu dengan manusia terkait perburuan liar, salah jerat atau terperangkap jerat babi, serta pembukaan hutan sebagai lahan pertanian dan perkebunan," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Indra Arinal di Padang, Sabtu (17/1).

Indra Arinal mengatakan hal itu terkait evaluasi sepanjang 2008 di Sumbar tercatat seekor harimau Sumatera yang mati dan tiga orang warga meninggal akibat diterkam harimau tersebut.

Menurut dia, harimau melakukan perlawanan dengan manusia lebih karena habitatnya dimanfaatkan akibat aktivitas pertanian dan perkebunan sawit serta cokelat.

"Berkurangnya luas habitat mereka telah memicu terjadinya 'konflik' antara satwa langka tersebut dan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan itu," katanya.

Indra mengatakan, maraknya pembukaan kawasan juga akibat pemotongan jalan perkampungan bagi perkebunan sawit dan kakao, dan memberi dampak habitat harimau Sumatera itu makin sedikit .

Untuk tiga ekor harimau dengan luas hutan yang terpotong jelas sangat sempit bagi harimau itu untuk hidup sehingga dapat memicu "konflik" dengan penduduk.

"Sebanyak 40 petugas kehutanan terus disiagakan antara lain untuk melakukan patroli secara bergilir untuk mengawasi terjadinya aksi penangkapan liar satwa dilindungi itu," katanya.

Data BKSDA Sumbar mencatat sepanjang 2008, selain harimau Sumatera, satwa dilindungi lainnya yang juga terancam punah adalah beruang Sumatera, tapir Sumatera, dan penyu Sumatera yang memerlukan perhatian serius Pemprov Sumbar untuk melindunginya.
ABD

15 January 2009

Foto : Kegiatan CCA di Desa Papasena, Mamberamo - Papua

(CII Mamberamo Program, 14-01-2009)
Kegiatan lapangan oleh Tim CII Mamberamo Program dalam rangka pengesahan persetujuan masyarakat adat suku Batero kampung Papasena tentang wilayah adat dan keragaman hayati yang terkandung di dalamnya yang selanjutnya disebut “Aroki Arekapeake” oleh masyarakat adat Batero, Desa Papasena - Mamberamo dalam suatu dokumen Conservation Community Agreement (CCA),
(Foto : Amson Flassy, Mamberamo Field Officer)

14 January 2009

Jayapura : PDAM Jayapura Apresiasi CII Mamberamo Untuk Kampanye Penyelamatan Sumber Daya Air di Wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura

Lokasi sumber air PDAM di wilayah Entrop, Jayapura
yang sudah sangat menipis daya tampung airnya. (Foto : Irwan Chalid / CI)


(www.konservasipapua.blogspot.com, 13-01-2008)
Dalam audiensi Tim CII program Mamberamo ke Kantor
PDAM Jayapura, Senin (5/1) pagi, Direktur PDAM menyatakan apresiasinya kepada CII program Mamberamo yang memprakarsai rencana kampanye public terhadap penyelamatan sumber-sumber air bersih.

Direktur PDAM kepada tim CII memberitahukan bahwa sejak bulan September 2008 hingga awal Januari 2009 tahun ini, oleh keadaan musim kemarau yang pan
jang, menyebabkan kantong-kantong air tidak memproduksi air bersih yang cukup. Kata Ir Gading Butar-Butar bahwa sejak ia menjabat Direktur Utama PDAM 4 tahun, baru kali ini musim kemarau di Kota Jayapura cukup panjang dan berdampak pada minimnya ketersedian air bersih, sehingga PDAM kurang optimal dalam melayani masyarakat kota Jayapura.

Dikatakan oleh Gading dengan upaya kampanye publik yang digagasi CII program Mamberamo akan sangat membantu PDAM dalam gerakan penyadaran p
ublic untuk penyelamatn sumber-sumber air bersih. Dikatakan Gading, salah satu upaya yang dilakukan PDAM, yaitu ditertibkannya jalur pipa distribusi dan sistem meteran, tujuannya agar ada kepastian dalam pelayanan dan dapat dimengerti oleh publik bahwa tanpa pengaturan yang tertib, maka akan lahir ketidaktertiban yang menyebabkan kerugian bagi anggota masyarakat, termasuk sulitnya PDAM melakukan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

Dikatakannya lagi, inisiatif CII program Mamberamo dalam upaya kampanye publik dalam rangka membangun kedasaran penyelamatan sumber-su
mber air bersih, akan sangat membantu PDAM dalam upaya yang dilakukan selama ini, yaitu dalam membangun kesadaran publik guna memanfaatkan air bersih lebih bijaksana dan hemat. Hal lain yang tak kalah penting dikatakan oleh Gading bahwa kesadaran pelestarian hutan oleh anggota mayarakat yang bermukim di wilayah kantong-kantong air sangat mendukung ketersediaan air bersih.

Direktur dan Staf PDAM Jayapura bersama tim CII Mamberamo berada
di lokasi
sumber air PDAM di wilayah Entrop, Jayapura
(Foto : Irwan Chalid / CI)

Menindaklanjuti audiensi team CII program Mamberamo, maka hari Rabu (7/1) tim CII telah didampingi Direktur PDAM dalam melakukan pengambilan gambar video di sumber air PDAM di wilayah Entrop, dan pengambilan gambar video terhadap pipa transmisi air bersih PDAM di wilayah Kamp Wolker Waena. Pengambilan gambar viedo ini nantinya akan digarap tim CII guna menjadi materi kampanye dalam waktu dekat ini, yaitu berupa materi kampanye untuk spot iklan televisi lokal. (TAW)

Wamena : Menggali Institusi Asli Suku Dani

(WWF Region Sahul, Papua e-newsletter No. I/2008 Edisi Bahasa)
Pengelolaan Taman Nasional Lorentz akan berhasil apabila mendapat dukungan dari semua pihak termasuk penduduk asli yang mendiami kawasan taman nasional. Terdapat 9 suku yang berada di sekitar dan di dalam kawasan ini yang memiliki hak ulayat atas hutan dan tanah. Suku-suku tersebut adalah : Suku Dani, Nduga, Ngalik, Damal, Mee, Asmat, Sempan, Kamoro, dan Amungme.

Permasalahannya saat ini adalah institusi asli yang dimiliki suku-suku ini telah mendapat tekanan yang sangat besar karena modernisasi dan pergaulan dengan etnik lain. Tekanan yang paling besar adalah dari sektor ekonomi. Karena itu institusi asli ini tidak dapat mengawasi secara ketat nilai-nilai dan norma yang berkaitan dengan pemanfaatan hutan. Akibatnya hutan disekitar kawasan dirambah untuk keperluan bahan bangunan, kayu bakar, dan juga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bila tidak ada upaya menggali kembali nilai-nilai itu maka tekanan terhadap kawasan akan sangat besar dan akan merusak kawasan.

Suku-suku asli telah mendiami kawasan sejak dahulu dan telah mewariskan nilai-nilai pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional tetapi sangat memperhatikan aspek konservasi, dengan membagi zona-zona berdasarkan fungsi pemanfaatan hutan misalnya tempat berkebun, tempat berburu, tempat mencari buah pandan, tempat keramat, dan sebagainya. Zona-zona ini secara tradisional diawasi secara ketat oleh seluruh warga. Bila ada yang melanggar, maka akan diberikan sanksi yang tegas sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Karena itu saat ini kita dapat menikmati kawasan Lorentz yang sangat indah.

13 January 2009

Nasional : Tinggal Jejak Badak Sumatera di Gunung Leuser

(www.kompas.com, 12-01-2009)
MEDAN, SENIN - Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di wilayah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam hanya tinggal jejaknya saja. Peneliti hanya mampu memetakan enam kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser atau TNGL. Ancaman punahnya mamalia langka ini ada di depan mata.

"Kami masih terus memetakan habitat badak di Sumatera Utara dan Aceh. Sementara ini kami belum menemukan satupun badak di wilayah ini," kata Ketua Pengurus Yayasan Badak Indonesia (Yabi) Widodo Ramono, Senin (12/1) di Medan dalam lokakarnya Pemetaan Peran Pemerintah Daerah dan LSM dalam Konservasi Badak di Wilayah Sumbagut.

Widodo mengatakan belum ada data mutakhir tentang jumlah badak sumatera di Sumut dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Padahal sebelumnya di wilayah Sumut dan NAD tepatnya di TNGL jumlah badak sebanyak 60-120 ekor. "Peneliti hanya menemukan jejak berupa kubangan dan tapak kaki badak," katanya.

Data keberadaan badak sumatera terakhir di dunia ada 200 sampai 275 ekor saja. Konsentrasi badak itu ada di Indonesia sebanyak 135-185 ekor. Selebihnya tersebar di Malaysia dan Thailand. Yabi mencatat ada penurunan jumlah b adak sumatera secara tajam di Taman Nasional Kerinci Seblat yang masuk wilayah Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan.

"Bahkan data terakhir di tempat ini tidak ada lagi badak," katanya. Sebelumnya di TNKS pada 1983 terdapat 130-250 ekor badak sumatera. Pada 2001, jumlahnya menurun tajam menjadi lima sampai tujuh ekor saja. Dia mengkhawatirkan hewan ini akan punah dalam waktu dekat.

Andy Riza Hidayat

Nasional : Perusahaan Belgia Bangun Taman Margasatwa 10.000 Ha di Bengkulu

(www.kompas.com, 12-01-2009)
BENGKULU, SENIN — Sebuah perusahaan dari Belgia akan membangun taman margasatwa di Bengkulu. Departemen Kehutanan (Dephut) telah menyetujui proposal tersebut.

"Kami sudah melaporkan keinginan pembangunan Taman Margasatwa oleh pengusaha Belgia itu, dan Departemen Kehutanan telah menyetujuinya," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu Khairil Burhan di Bengkulu, Senin (12/1).

Ia mengatakan, proses pembangunannya terus berlanjut, dan kini tinggal menunggu pelaksanaan ekspos dari pihak investor di hadapan Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamuddin.

Pengusaha asal Belgia itu sudah siap untuk pemaparan. Namun, hal itu belum bisa dilaksanakan karena Gubernur Bengkulu saat itu sedang menunaikan ibadah haji, dan baru kembali pada akhir Desember 2008.

"Pak Gubernur minta agar ekspos dilakukan langsung di hadapannya. Oleh karena itu, ekspos kami tunda dulu, sampai beliau ada waktu," katanya.

Ia juga menjelaskan, seluruh biaya untuk pembangunan Taman Margasatwa tersebut ditanggung pengusaha asing itu. Pemerintah Provinsi Bengkulu hanya diminta menyediakan lahan seluas 10.000 hektar.

Untuk lahan akan disediakan dari kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan dua pilihan lokasi, yakni di Kabupaten Bengkulu Utara atau Mukomuko. "Areal HPT di Kabupaten Bengkulu Utara dan Mukomuko cukup luas. Jadi, tidak ada masalah karena mereka hanya minta 10 ribu hektar," katanya.

Pihak pengusaha Belgia awalnya menginginkan agar lokasi tidak terlalu jauh dari Kota Bengkulu. Namun, karena sulitnya mencari lahan 10 ribu hektar dalam satu hamparan, keinginan itu tidak bisa dipenuhi.

"Walaupun ada, harus keluar biaya cukup besar untuk pembebasan lahan karena lahan di Kota Bengkulu pada umumnya milik masyarakat," katanya.

Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya ditawarkan untuk menggunakan kawasan HPT. Selain mudah mencari lokasi dalam satu hamparan, juga tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembebasannya.

Pembangunan Taman Margasatwa itu menurut dia sangat positif, selain untuk kegiatan pariwisata, membuka lapangan kerja, juga menyelamatkan hewan langka dari kepunahan.

WAH, Sumber : Antara

12 January 2009

Foto : Kangguru di Taman Nasional Wasur, Merauke - Papua

Hewan Kangguru yang berada di tempat penangkaran TN Wasur berhasil ditangkarkan. Saat ini ( sampai dengan Desember 2008) sudah ada 30 ekor kangguru berhasil ditangkarkan (sumber : www.btnwasur.blogspot.com)

11 January 2009

Manca Negara : Kanada : Lobster 140 Tahun Dikembalikan ke Laut

(www.kompas.com,10-01-2009)
BEIJING,SABTU-Lobster yang diduga berusia sekitar 140 tahun akan dikembalikan ke samudra lepas setelah menjadi maskot bagi sebuah restoran di New York City.

Menurut laporan Xinhua, Sabtu (10/1) Lobster seberat 9 kilogram itu ditangkap di lepas pantai Newfoundland di Kanada sekitar satu setengah pekan lalu dan dikirim ke New York.

Lobster tersebut dibeli dengan harga 100 dollar oleh City Crab and Seafood untuk dijadikan maskotnya. "Kami membeli satu lobster besar, mulai mengambil gambar bersama anak-anak dan itu sungguh berhasil," kata manajer restoran Keith Valenti.

"Kami tak pernah bermaksud untuk menjual lobster raksasa, hanya bermaksud menarik perhatian ke restoran," kata manajer tersebut.

Lobster tersebut akan dikirim ke Maine dari restoran New York itu oleh pegiat hak asasi hewan dan memungkinkan hewan tersebut kembali ke samudra bebas di sekitar Kennebunkport, tempat penangkapan lobster dilarang.

"Usia lobster itu dapat diperkirakan dari berapa berat badannya, karena setiap pound berarti sama dengan 7 sampai 10 tahun," kata Valenti.
ONO, Sumber : Ant

10 January 2009

Nasional : Bank Inggris Beli Karbon Hutan Aceh

(www.kompas.com, 09-01-2009)
BANDA ACEH, JUMAT - Merrill Lynch International, salah satu bank di Inggris berkomitmen membeli karbon hutan Ulu Masen Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) senilai 10 juta dollar AS.

"Merrill Lynch akan membeli kredit karbon senilai 10 juta dolar AS dengan ketentuan jika sudah memiliki sertifikat kredit karbon," kata Tim Asistensi bidang sistem manajemen informasi Gubernur NAD, Wibisono yang dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (9/1).

Menurut Wibisono, keinginan Merrill Lynch tersebut baru sebatas tahap komitmen dan mereka mengusulkan untuk direalisasikan dengan kesepakatan. Mereka juga baru akan membayar jika kawasan hutan sudah memiliki sertifikat kredit.

Wibisono menambahkan, perdagangan karbon memiliki beberapa model antara lain mengikuti Protokol Kyoto yang mengatur pengurangan emisi aktifitas industri.

Saat ini yang baru dilakukan berupa pasar sukarela dimana siapa saja bisa membuat komitmen untuk membeli karbon hutan.

Sementara itu Comunication Officer Flora dan Fauna International (FFI) Aceh, Dewa Gumay mengatakan, FFI yang sejak awal menginisiasi kredit karbon hutan Aceh khususnya Ulu Masen memfasilitasi bantuan teknis misalnya menyediakan konsultasi untuk Pemerintah Aceh. Perdagangan karbon sendiri, menurut Dewa Gumay, hingga kini belum ada mekanisme jelas yang mengaturnya seperti bagaimana penyaluran dana oleh Merrill Lynch ke Aceh.

Dewa Gumay mengatakan, komitmen tersebut akan dimulai di wilayah Ulu Masen yang menjadi pilot proyek. Dipastikan tidak keseluruhan luas hutan Ulu Masen yang mencapai 740 ribu hektare menjadi kawasan perdagangan karbon.

"Kita belum tahu wilayah mana yang layak untuk perdagangan karbon karena assessment juga belum dilakukan," tambahnya.

Hutan Ulu Masen, sebagai kawasan ekosistem yang belum memiliki status baik melalui Peraturan Menteri maupun peraturan lainnya dipilih karena memiliki tantangan bagaimana melindungi wilayah hutan yang tidak berstatus hukum.

Berdasarkan proyeksi citra lansat Badan Planologi menunjukkan, dalam kurun waktu sembilan tahun, hutan Aceh mengalami pengurangan luas sebesar 500 ribu hektare atau setara 13,84 persen dari total luas 3.611.953 hektare.

Pengurangan luas ini terjadi sejak tahun 1994 hingga 2003, sementara Greenomics memperkirakan deforestasi dan degradasi di kawasan hutan Aceh selama 2002-2004 mencapai 200 ribu Ha, 60 persen terjadi di kawasan konservasi dan hutan lindung.

Penurunan luas kawasan hutan, sebagian besar disebabkan konversi hutan untuk kebutuhan pemukiman, lahan pertanian, perkebunan, dan industri. Penyebab lainnya adalah aktivitas illegal logging, dan kebakaran hutan.

Karena kawasan hutan Aceh masih dinilai salah satu yang terbesar di Indonesia maka diwacanakan perdagangan karbon terhadap hutan-hutan tersebut untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Pada dasarnya, perdagangan karbon berupa kesepakatan negara pemilik hutan dengan negara lain agar tetap menjaga hutannya sehingga menjadi paru-paru dunia.

WAH, Sumber : Antara

Nasional : Penyelundupan 89 Burung Digagalkan

(www.kompas.com, 09-01-2009)
JAKARTA, KAMIS — Upaya penyelundupan sebanyak 243 satwa, di antaranya jenis satwa dilindungi, yang coba diselundupkan ke Filipina dari Tobelo, Halmahera, Provinsi Maluku Utara, berhasil digagalkan akhir tahun lalu. Kini satwa-satwa tersebut berada di Kepolisian Resor Sangihe untuk dijadikan barang bukti.

Dari jumlah tersebut, 89 ekor di antaranya burung langka asal Maluku Utara, yakni jenis nuri bayan (Eclectus roratus), kasturi ternate (Lorius garrulus), kakatua putih (Cacatua alba), dan nuri kalung ungu (Eos squamata). Demikian siaran pers dari Burung Indonesia melalui Rachma Tri Widuri dari Komunikasi Burung Indonesia, Rabu (7/1) di Jakarta.

Nuri kalung ungu adalah satu dari tiga jenis burung paling terancam di Maluku Utara akibat perburuan dan perdagangan burung, sama dengan kasturi ternate.

Rata-rata setiap tahunnya sebanyak 4.345 ekor kasturi ternate diperdagangkan, sementara tingkat perdagangan kakatua putih adalah yang tertinggi sebesar 8.824 ekor per tahun.

Kasus terungkap setelah sebuah perahu tradisional Filipina terdampar di Pantai Kuma, Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Sangihe-Talaud, di pengujung 2008.

Penanganan cepat
Team Leader Burung Indonesia untuk Program Halmahera David Purmiasa mengatakan, ”Kami sangat menyayangkan hal ini dan berharap ada penanganan cepat karena setiap hari ada satu-dua ekor kakatua mati.”

Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku yang dilapori segera berkoordinasi dengan BKSDA Manado.

”Tindak lanjutnya, kemungkinan para satwa akan dikembalikan ke habitatnya,” kata Kepala KSDA Maluku Ir Yohana R Sahulata.

Menurut keterangan staf Burung Indonesia di Tahuna yang membantu mengidentifikasi burung selundupan, Donny J Tayang, semua satwa yang akan diselundupkan itu dibeli dari Tobelo. Harga jenis burung kakatua sekitar Rp 100.000 per ekor, sedangkan jenis lain Rp 50.000 per ekor.

Ada 15 nuri bayan akan diselundupkan, 8 di antaranya mati. Kasturi ternate ada 20 ekor, kakatua putih ada 49 ekor, sementara nuri kalung ungu 5 ekor, 2 ekornya mati. (isw)

09 January 2009

Wamena : Pengesahan Peta Pemanfaatan Lahan dan Wilayah Adat FAR Joerat

(WWF Region Sahul, Papua e-newsletter No. I/2008 Edisi Bahasa)
Pemetaan partisipatif (Participatory Mapping) yang dilakukan bersama masyarakat adat dalam Forum Adat Rumpun (FAR) Joerat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat telah memasuki tahapan akhir dari proses yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun (2006-2008). Bertempat di Agats (ibukota Kabupaten Asmat) dan Distrik Sawa Erma pada Tanggal 15-18 Juli 2008, dilakukan kegiatan Penandatangan dan Penyerahan Peta Pemanfaatan Lahan FAR Joerat Sekitar Kawasan Taman Nasional (TN). Lorentz di Kabupaten Asmat.

Suku Asmat yang termasuk dalam Forum Adat Rumpun Joerat dan Forum Adat Rumpun Emari Ducur meliputi 12 kampung dimana 8 dari 12 kampung tersebut masuk dalam kawasann TN. Lorentz. Peta dan berita acara penyerahan peta tersebut ditandatangani oleh perwakilan atau kepala kampung yang wilayahnya dipetakan yaitu Kampung Djakapis, Kapi, Ao, As, Atat, Eroko, Esmapan, Jeni, Jamas, Nakai, Jaun dan Jufri; Sebagai bentuk pengesahan dan pengakuan atas peta partisipatif yang telah dihasilkan bersama.

Peta Pemanfaatan Lahan FAR Joerat Sekitar Kawasan TN. Lorentz hasil pemetaan partisipatif ini akan menjadi milik masyarakat adat yang pemanfaatannya diatur oleh masyarakat adat sendiri. Selain sebagai informasi keruangan, peta ini dapat dipergunakan untuk menunjukkan wilayah-wilayah adat beserta peruntukannya secara adat setempat.

Pada penutupan kegiatan pengesahan dan penyerahan peta hasil pemetaan partisipatif di Distrik Sawa Erma, Bapak Benny Senpits (sebagai perwakilan distrik) menyampaikan terima kasih kepada WWF-Indonesia dan semua pihak yang terlibat karena telah membantu melalui pemetaan pemanfaatan lahan FAR Joerat yang masuk dalam wilayah TN. Lorentz pada distrik Sawa Erma dan wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan TN. Lorentz demi menjaga dan melestarikan kawasan ini sebagai situs warisan dunia yang ada di Distrik Sawa Erma
khususnya Rumpun Joerat.

Selama kegiatan pemetaan ini berlangsung di lapangan WWFIndonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Asmat (melalui Bapeda Kabupaten Asmat dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asmat), Pemerintah Distrik Sawa Erma, Balai Taman Nasional Lorentz, BPKH Wilayah X Papua, FAR Joerat, Lembaga Masyarakat Adat Asmat, Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agats dan Museum Kemajuan dan Perkembangan Asmat.

Nasional : Perburuan Liar Ancam Populasi Kakaktua Seram

(www.kompas.com, 08-01-2009)
Laporan wartawan Kompas Agung Setyahadi
MASOHI, MINGGU — Populasi burung kakaktua Seram (Cacatua moluccensis) di Taman Nasional Manusela terus menurun akibat perburuan liar. Satwa endemik di Pulau Seram, Provinsi Maluku itu diperkirakan tinggal 400 ekor dari 1.000 ekor pada akhir 1990-an. Kakaktua berbulu putih dengan jambul oranye ini dijual ke Ambon, Bali, dan Jakarta.

Perburuan liar juga mengancam satwa liar lainnya seperti nuri raja (Alisterus amboinensis), nuri kepala hitam (Lorius domicella), rusa ( Cervus timorensis moluccensis), dan kasuari (Casuarius casuarius).

Supriyanto, Kepala Balai Taman Nasional Manusela, menjelaskan, perburuan liar merupakan ancaman utama bagi kakaktua Seram. Para pemburu sebagian besar adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. Mereka menggunakan alat-alat berburu tradisional, seperti jerat dan jebakan burung. "Perburuan kakaktua masih banyak dilakukan di desa-desa terpencil. Para pemburu biasanya berjalan kaki 3 hingga 4 hari untuk berburu," ujar Supriyanto.

Berdasarkan penelusuran di Ambon, kakaktua Seram biasa dijual sekitar Rp 500.000 per ekor. Kakaktua dibawa ke Ambon dengan menumpang kapal-kapal pelayaran rakyat yang sandar di pelabuhan Slamet Riyadi. Pengawasan terhadap perdagangan satwa liar di Ambon oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam masih sangat longgar. Masyarakat leluasa membawa satwa dilindungi itu tanpa halangan petugas.

Perburuan liar, lanjut Supriyanto, terus menurunkan populasi burung endemik Pulau Seram itu. Saat ini, hanya ada sekitar 400 ekor kakaktua Seram yang tersebar di Sawai, Masihulan, dan Wahai. Populasi di sekitar lokasi ekowisata Teluk Sawai dan Masihulan diperkirakan sekitar 100 ekor.

Populasi kakaktua di lokasi itu relatif terjaga karena ada Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) yang melibatkan peran masyarakat lokal. Satwa liar yang berhasil diselamatkan, baik dari perburuan maupun perdagangan liar, direhabilitasi di PRS sebelum dilepas ke habitat aslinya.

PRS, lanjut Supriyanto, mempekerjakan para mantan pemburu satwa sebagai karyawan. Mereka kini menjadi pelindung hutan yang menjadi habitat satwa liar. Kegiatan itu mampu menekan perburuan satwa liar yang sempat marak di Sawai dan Masihulan. Masyarakat di sekitar Sawai dan Masihulan juga dibina untuk mengelola desa ekowisata.

Kegiatan andalan adalah pengamatan burung dari menara setinggi 25 meter, pendakian, penelusuran goa, dan menyelam. Di teluk Sawai yang jernih dengan terumbu karang yang indah juga ada penginapan terapung untuk para wisatawan.

"Kami berusaha mengembangkan ekowisata ini supaya masyarakat memperoleh penghasilan sehingga meninggalkan perburuan satwa liar. Saat ini, kunjungan wisata masih sedikit, sekitar 150 turis asing setiap tahun," ujar Supriyanto.

Taman Nasional Manusela ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 281/Kpts-IV/1997. Kawasan konservasi seluas 189.000 hektar ini merupakan gabungan Cagar Alam Wai Nua dan Cagar Alam Wai Mual. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati 241 jenis pohon, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis lumut, 96 jenis anggrek, 196 jenis aves, 24 mamalia, 200 jenis kumbang, 90 jenis kupu-kupu, 46 jenis reptil, 19 jenis ikan air tawar, dan 8 jenis amfibi.
Agung Setyahadi

Wamena : Tamu dari Belanda Kunjungi Danau Habema

(WWF Region Sahul, Papua e-newsletter No. I/2008 Edisi Bahasa)
Taman Nasional Lorentz mendapat kunjungan tamu dari Negeri Belanda yaitu Postcode Lotterij dan WNF (WWF- Nederland) berjumlah enam orang yang didampingi Direktur Konservasi WWF-Indonesia (Klaas Jan Teule) dan Direktur WWF-Indonesia Region Sahul (Benja Mambai).

Selama 3 hari (28-30 Nopember 2007) di Wamena mengunjungi berbagai objek wisata tarian perang dan wisata alam. Diawali dengan mengunjungi Distrik Kurulu untuk melihat objek wisata budaya masyarakat Kurulu berupa atraksi perang-perangan antar suku, atraksi bakar batu, melihat Mummi dan belanja cinderamata khas Kurulu.

Pada kesempatan ini tim juga mengunjungi kantor WWF di Wamena dan mendapatkan penjelasan singkat oleh staf WWF-Indonesia di Site Lorentz mengenai program konservasi WWF di TN. Lorentz.

Pada keesokan harinya tim mengunjungi Danau Habema. Turut mendampingi dalam kunjungan ini Kepala Balai Taman Nasional Lorentz dan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya. Danau Habema sendiri terletak di dalam kawasan Taman Nasional Lorentz pada ketinggian 3.500m dpl. Selama mengunjungi Danau Habema tim melakukan berbagai aktifitas pengamatan burung (bird watching) dan species tumbuhan endemik seperti jenis tumbuhan Myrmecodia brassii, Hydnophytum archboldianum , Trachymene flabellifolia, Potentilla habbemana dan berbagai jenis tumbuhan lainnya.

08 January 2009

Jayapura : Pasca Gelombang Pasang, Sejumlah Kawasan Pantai Akan Dibersihkan

(www.cenderawasihpos.com, 07-01-2008)
JAYAPURA-Rusaknya beberapa kawasan pantai di Kota Jayapura khususnya Pantai Hamadi yang diakibatkan gelombang pasang yang terjadi akhir tahun 2008, mendapat perhatian serius dari Bapedalda Kota Jayapura.

Rencananya untuk mengatasi kerusakan tersebut, Bapedalda Kota Jayapura akan melakukan kegiatan berupa gerakan bersih pantai. “Kami memang ada rencana untuk melakukan kegiatan pembersihan di sejumlah kawasan pantai, khususnya di Pantai Hamadi,”ujar Kepala Bapedalda Kota Jayapura Drs Jan Hendri Hamadi saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (5/1).

Dikatakan, rencana pembersihan kawasan pantai terutama akibat timbunan pasir ini masih dalam proses pembahasan lebih lanjut, terutama terkait tindakan yang akan dilakukan. Beberapa alternatif memang sudah dipersiapkan diantaranya mengeruk pasir kembali ke pantai atau mengangkutnya sebagai sumber galian golongan C atau upaya pembersihan lainnya. “Kami masih akan bahas lebih lanjut,”tandasnya.

Kegiatan bersih pantai ini menurutnya akan difokuskan di kawasan pantai Hamadi, yang dulunya merupakan bekas daerah pendaratan pasukan Sekutu di Jayapura. Disamping akan memberisihkan pasir-pasir yang terbawa saat gelombang pasang, juga akan dilakukan akan dilakukan pembersihan terhadap sisa-sisa peninggalan perang dunia II yang banyak terdapat di pinggir pantai.

Hendrik Hamadi mengakui bahwa pihaknya sendiri juga sudah melihat kondisi ini secara langsung, termasuk sejumlah sejumlah amunisi aktif yang kemungkinan masih banyak tersebar di kawasan pantai Hamadi.“Oleh karena itu, untuk penanganan kegiatan pembersihan pantai ini memang membutuhkan kerjasama dari pihak terkait,”ujar Hendrik Hamadi. (tri)

Sorong : Karantina Sorong Musnahkan 12 Ekor Unggas

(www.cenderawasihpos.com, 07-01-2008)
Sorong- Sebannyak 9 ekor ayam dan 3 ekor burung sore kemarin dimusnahkan oleh Karantina Pertanian Klas I Sorong. Hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan virus Flu Burung, di masyarakat.

Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kalas I Sorong, Amril kepada Radar Sorong (grup Cenderawasih Pos) mengatakan, unggas yang dimusnahkan tersebut adalah merupakan unggas yang dibawa oleh para penumpang KM Gunung Dempo dari Jawa dan Sulawesi." Tujuan kami adalah melakukan pencegahan hama dan penyakit yang dibawa dari luar masuk ke Sorong, prinsipnya kerja kami untuk masyarakat"katanya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinnya penularan di wilayah kerjanya yang mencakup,Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat, Kaimana dan Fak Fak, pihaknya selalu mengarahkan petugasnya untuk melakukan pemeriksaaan satiap kapal maupun pesawat yang masuk."Kami bekerja siang dan malam hanya untuk melindungi masyarakat Sorong dan sekitarnya, semua tempat- tempat penularan tetap kami akan jaga,"jelas Amril.

Diungkapkan, pada akhir Desember kemarin pihaknya telah melakukan pengambilan data untuk dilakukan pengujiannya di Balai Karantina Hewan Maros, masih menunggu hasil apakah Kota Sorong saat ini masih bebas dari virus itu atau sudah terjangkit.(ris)

07 January 2009

Jayapura : Seluruh Papua Berpotensi Gempa Tektonik, Gempa Susulan Masih Terjadi di Manokwari

(www.cenderawasihpos.com, 06-01-2009)
JAYAPURA-Kepala Bidang Data Dan Informasi BMG Wilayah V Jayapura, Ahmad Mujahidin mengungkapkan, tidak hanya Manokwari dan Sorong yang berpotensi gempa tektonik, tetapi seluruh Papua berpotensi.

Ia menyebutkan, selama ini menurut daerah pemetaan potensi gempa yang tertinggi terjadi di wilayah Utara dan Barat, serta Papua bagian Tengah dan terendah adalah Merauke. "Banyaknya gempa tektonik ini disebabkan karena Papua berdiri di atas dari pergerakan bumi tersebut, sehingga banyak terjadi gempa di wilayah Papua bagian Utara dan Papua bagian Tengah," ungkapnya.

Untuk itu, ia menegaskan kepada masyarakat agar membangun gedung atau bangunan yang tahan gempa ataupun bagunan yang tidak permanen. Ia juga menyebutkan bahwa bangunan yang dibangun di lereng bukit hendaknya mempunyai kekuatan konstruksi yang sesuai daaerah yang berpotensi gempa.

Sementara itu, masih terjadi beberapa gempa tektonik susulan yang terjadi di Manokwari dan Sorong. Tercatat hingga pukul 19.45 WIT, sudah terjadi sekitar 917 kali dan yang terasa oleh manusia, atau melebihi dari magnitude 5 SR adalah sebanyak 57 kali.

"Angka gempa susulan ini akan terus meningkat sepanjang peluruhan yang terjadi di patahan core Sorong terus terjadi," ungkapnya saat dikonfirmasi melalui telepon gemgamnya, Senin (5/1) kemarin.

Dikatakan, frekuensi gempa tiap 3 jamnya, akan semakin menurun dan diprediksikan frekuensi itu akan berhenti atau tidak terasa lagi ketika sudah 6-7 hari setelah gempa pertama terjadi. "Frekuensi tiap 3 jam itu pada hari pertama bisa melebihi 100 kali gempa susulan. Diharapkan dalam beberapa hari mendatang seperti data statistik biasanya akan berkurang," ujarnya.

Guna mempermudah dan mempercepat pengiriman data gempa tektonik yang terjadi di Manokwaari dan sorong, dua tim dari BMG Wilayah V Jayapura telah sampai di Manokwari kemudian dan memasang alat 'terpedo seismograaf'.

Sementara itu, mahasiswa Manokwari yang tinggal di Asrama Acemo, Padang Bulan. terkesan sepi. "Sebagian besar adalah masih ada di Manokwari karena adanya masa liburan Natal dan Tahun Baru, sehingga beberapa hari lagi mungkin semua mahasiswa akan datang," ungkap Astrik Rumbonde Ketua Asrama bersama dengan Allen Saiba.

Ditanya soal rencana kedepan yang akan dilakukan mahasiswa Manokwari di Jayapura, dikatakan masih akan menunggu kedatangan teman mereka dari Manokwari, akan tetapi mahasiswa Manokwari tidak menutup kemungkinan bila ada donatur bisa membantu, untuk selanjutnya diteruskan ke Manokwari.

Allen Saiba menambahkan bahwa dirinya dengan beberapa orang lain tidak akan pulang ke Manokwari karena perkuliahan ada yang sudah mulai.(ind)