Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

14 November 2010

Merauke : Masyarakat Demo Tolak MIFFE

(www.papuapos.com, 13-11-2010)
MERAUKE [PAPOS]- Kurang lebih 20-an orang warga asli Papua, melakukan aksi demonstrasi di sepanjang jalan. Aksi yang dilakukan semata-mata menolak kehadiran program MIFFE yang telah dicanangkan pemerintah pusat untuk dibuka lahan pertanian yang dijadikan sebagai program Lumbung Pangan Nasional.

Dari pantauan Papua Pos, Jumat (12/11), aksi demo dimulai di depan Tugu Pepera, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke. Selanjutnya, mereka bergerak menuju Jalan Raya Mandala hingga berakhir di Jalan Brawijaya. Mereka memilih untuk tidak menyampaikan aspirasi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun pemerintah setempat. Tetapi hanya berorasi di jalanan agar didengar oleh semua orang.

Koordinator demonstrasi, Staniuslaus Gebze mengungkapkan, meskipun yang turun di jalan hanya 20-an orang, namun tujuan yang dilakukan sangat jelas. Dimana mendesak kepada pemerintah pusat maupun kabupaten, agar tidak menjalankan program MIFFE. Pasalnya, jika sampai dijalankan, akan terjadi pembabatan hutan secara besar-besaran dan habitat yang dilindungi dan atau dijaga selama ini, akan punah. Juga bakal terjadi abrasi besar-besaran. Sehingga, masyarakat menolak dengan tegas program tersebut masuk di Kabupaten Merauke.

Selama ini, kata Stanislaus, masyarakat sendiri tidak mengetahui dan memahami secara baik apa itu MIFFE. Sehingga, alangkah baiknya tidak perlu beraktivitas di Merauke. “Kami punya tanah sendiri dan tidak menginginkan agar semua yang telah dijaga dan dirawat dari tahun ke tahun, dibabat habis hanya untuk kepentingan orang tertentu,’’ tegasnya.

Dia juga menambahkan, program MIFFE sama sekali tidak akan memberikan kontribusi bagi masyarakat pribumi. Justru kerugian besar yang akan diderita. Olehnya, sebelum ada aktivitas, lebih baik perusahan-perusahan mengurungkan niat datang melakukan aktivitas. Karena masyarakat menantang keras adanya kegiatan tersebut. “Kami tidak akan mengijinkan siapapun melakukan aktivitas di daerah ini,” tuturnya. [frans]

Timika : Kejari Limpahkan Berkas Tersangka "Illegal Logging"

(www.papuapos.com, 13-11-2010)
TIMIKA [PAPOS]- Kejaksaan Negeri Timika, melimpahkan berkas dua tersangka kasus dugaan pembalakan liar (illegal logging) ke pengadilan negeri setempat untuk disidangkan.

Kepala Kejaksaan Negeri Timika, Arie Pawarto Yustinus, kepada ANTARA, Jumat, mengatakan berkas kedua tersangka atas nama HEY dan MR telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Timika pada Selasa (9/11). Kedua tersangka yang menjabat direktur dan karyawan PT Dia Diani Timber itu diduga melakukan penyelundupan kayu tanpa izin di Jera, Distrik Mimika Barat Tengah, Kabupaten Mimika.

Kedua tersangka dijerat dengan UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan saat ini menjalani penahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Timika.

Pawarto menjelaskan, kasus yang melibatkan tersangka HEY dan MR ditangani oleh tim penyidik dari Mabes Polri."Berkas perkara kedua tersangka kami terima dari Mabes Polri," jelas Pawarto.

Menurut dia, dugaan kerugian negara yang dilakukan kedua tersangka diperkirakan mencapai miliaran rupiah."Kerugian negaranya besar. Uang hasil lelang barang bukti saja sejumlah Rp5 miliar. Bahkan masih ada ratusan meter kubik kayu yang belum dilelang tapi sudah disita oleh penyidik," kata Pawarto.

Ketua PN Timika, Sucipto SH, membenarkan telah menerima pelimpahan berkas kedua tersangka dari Kejari Timika dan telah menunjuk majelis hakim yang akan menyidangkan kasus tersebut.

Sesuai rencana, katanya, persidangan perdana kasus itu akan digelar pada Jumat (19/11) dengan majelis hakim terdiri dari terdiri dari Willem Marco Erari SH, M Purba SH dan Hatija A Paduwi SH. Meski menjadi salah satu kasus prioritas seperti halnya perkara korupsi, namun menurut Sucipto, persidangan kasus "illegal logging" tersebut nantinya berlangsung normal seperti perkara-perkara pidana lainnya.

PT Dia Diani Timber yang merupakan perusahaan tempat kerja kedua tersangka merupakan salah satu perusahaan HPH yang beroperasi di Jera, Distrik Mimika Barat Tengah. Perusahaan tersebut baru mendapat izin perpanjangan usahanya selama 35 tahun dari Pemprov Papua dengan produksi kayu gelondongan mencapai 65 ribu kubik dari target sebanyak 125 ribu kubik.[bel/ant]

Naional : Elang Bido Terakhir di Ngrangkah

(www.kompas.com, 13-11-2010)
KOMPAS.com
— Dua ekor elang bido di Dusun Ngrangkah, Umbulharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (24/10/2010)—dua hari sebelum letusan pertama Gunung Merapi—barang kali merupakan elang bido terakhir yang diamati Lim Wen Sin.

Letusan dahsyat Merapi itu dipastikan menghancurkan ribuan hektar hutan dan kebun rakyat, yang juga habitat burung-burung di lereng Merapi. Selain elang bido, vegetasi di sisi selatan Merapi juga rumah bagi burung langka—elang jawa— yang sebelum letusan berjumlah kurang dari 10 ekor.

Dusun Ngrangkah merupakan salah satu dusun dengan kerusakan terhebat. Beberapa warganya tewas pada letusan pertama. Dusun itu merupakan tetangga Dusun Kinahrejo, dusun tempat tinggal juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.

”Bukan hanya burung jenis raptor (pemangsa), burung-burung lain dipastikan juga tersebar ke berbagai lokasi lain, menjauh dari Merapi,” kata Lim, penggiat pengamatan burung pada Raptor Club Indonesia. Selain tersebar, bukan tak mungkin sebagian di antaranya mati, seperti laporan sesama pengamat burung yang melihat elang jawa sekarat di sekitar Kaliurang.

Burung seperti kepodang dan srigunting yang memangsa keluarga serangga diperkirakan sangat terdampak. Kalaupun banyak burung selamat, bisa dipastikan masa depan puluhan jenis burung di lereng Merapi terancam.

Letusan Merapi yang membumihanguskan vegetasi dan ekosistem lerengnya berdampak langsung pada ketersediaan aneka jenis pakan di alam. Kalaupun ada, selain terbatas, kualitas pakan burung, seperti serangga, ular, buah-buahan, atau tetumbuhan, dipastikan terkontaminasi abu vulkanik.

Sebenarnya, harapan banyak burung di lereng Merapi selamat masih ada. Sejumlah laporan menyebutkan adanya kelompok burung yang bermigrasi lokal beberapa hari sebelum Merapi meletus.

Bahkan, satu hari setelah letusan, sejumlah burung pemangsa lain teramati bergeser ke rerimbunan pohon di Dusun Kepuharjo, di sisi selatan dan timur Kinahrejo. Pasca-letusan kedua, Jumat (5/11/2010) dini hari, keberadaan burung-burung yang bermigrasi lokal itu tak terpantau lagi.

Kawasan lereng Merbabu dan Sindoro-Sumbing di Jawa Tengah diduga menjadi tujuan migrasi lokal berikutnya. ”Itu akan terjadi selama ada koridor penghubung berupa vegetasi,” kata Lim. Kalaupun berhasil tiba di tempat baru, kompetisi pakan menjadi persoalan lanjutan. Di alam, siapa kuat dia bertahan.

Di dalam rantai makanan, elang jawa dan burung pemangsa lain, seperti elang bido, merupakan predator puncak. Namun, baik predator maupun mangsa tak ada perbedaan di ”mata” Merapi. Dan, burung-burung pun dipaksa beterbangan entah ke mana. (GSA)

12 November 2010

Nasional : Kelelawar Langka Ditemukan di Sumatera

(www.kompas.com, 11-11-2010)
KOMPAS.com — Ahli-ahli konservasi asal Inggris menemukan kelelawar langka di hutan Sumatera. Kelelawar yang ditemukan dikenal dengan nama barong ridley (Hipposideros ridleyi), spesies yang tergolong terancam punah dalam daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Spesies kelelawar itu ditemukan di fragmen hutan yang luasnya hanya 300 hektar. Fragmen tersebut dikelilingi perkebunan kelapa sawit yang dibuka di area hutan dan diperluas sehingga merambah habitat yang penting bagi kelangsungan hidup hewan langka.

Peneliti mengatakan, penemuan itu menunjukkan bahwa fragmen hutan sekecil apa pun tetap berharga untuk dilestarikan. Para pengelola perkebunan kelapa sawit wajib mengidentifikasi wilayah yang membutuhkan pelestarian.

Fragmen hutan tempat penemuan kelelawar tersebut adalah bagian dari hutan yang dikelola oleh pemilik perkebunan kelapa sawit. Dalam rangka melestarikan kehidupan liar, peneliti meminta para pemilik perkebunan untuk mengidentifikasi wilayah yang membutuhkan pelestarian.

Lebih lanjut, peneliti mengatakan bahwa jaringan fragmen-fragmen hutan mungkin cocok untuk melestarikan spesies-spesies tertentu. "Komunitas ilmiah mesti membantu komunitas bisnis sehingga kehidupan liar yang terancam bisa tetap eksis di wilayah yang dikelola dalam jangka panjang," kata Matthew Struebig dari Queen Mary, University of London, salah satu anggota tim peneliti.

Pembahasan tentang isu konservasi dan keterkaitannya dengan perkebunan kelapa sawit dilakukan pada Selasa (8/11/2010) di Jakarta.

Sophie Persey dari Zoological Society of London sekaligus Manajer Proyek Perkebunan Kelapa Sawit mengatakan, "Perlindungan hutan selalu menjadi prioritas dalam konservasi. Namun, jika program perluasan perkebunan kelapa sawit tetap dilakukan, maka melindungi fragmen hutan dalam perkebunan kelapa sawit juga menjadi hal yang penting untuk mempertahankan keanekaragaman hayati Indonesia."

Manca Negara : Vietnam : Spesies Kadal Aneh Ditemukan di Restoran

(www.kompas.com, 11-11-2010)
KOMPAS.com
— Menemukan spesies unik di hutan rimba mungkin sudah biasa. Tapi, bagaimana kalau spesies itu ditemukan di rumah makan?

Pasangan ayah dan anak yang sama-sama peneliti reptil, Lee Grismer dan Jesse Grismer, berhasil mengidentifikasi spesies kadal baru yang ditemukan di sebuah rumah makan di Vietnam. Kadal itu berjenis kelamin perempuan dan mampu berkembang biak secara aseksual alias bisa beranak tanpa kawin.

Nama spesies kadal yang ditemukan adalah Leiolepis ngovantrii. Sebenarnya, ini bukan kali pertama spesies kadal tersebut dijumpai. "Orang-orang Vietnam telah menjadikannya makanan sehari-hari. Rumah makan juga telah menjadikannya salah satu menu masakan yang dijual," kata Lee yang menjadi ahli reptil di La Sierra University di Riverside, California.

Penelitian dimulai ketika rekan Lee, Ngo Van Tri, dari Vietnam Academy of Science and Technology, melihat spesies kadal tersebut di rumah makan. Ia merasa ada kejanggalan pada kadal tersebut karena semuanya memiliki warna yang sama. Ia kemudian memotretnya dan mengrimkan fotonya kepada Lee.

Lee kemudian datang ke Ho Chi Min City bersama Jesse. Setelah sempat kehabisan stok ketika mencarinya di sebuah rumah makan, ayah dan anak ini akhirnya berhasil mengumpulkan lebih kurang 70 kadal. Mereka mengidentifikasinya dan akhirnya menemukan fakta bahwa semua spesies kadal itu berjenis kelamin betina.

Spesies kadal yang seluruhnya betina ini bereproduksi secara partenogenesis. Dengan sistem reproduksi itu, kadal ini bisa melepaskan sel telurnya yang sudah matang dan "menggabungkannya" dengan sel telur lain yang dia produksi. Gabungan dari dua sel telur itulah yang membentuk individu baru.

Lee mengatakan, kadal yang dia temukan mungkin merupakan hibrida dari garis maternal dan paternal dari dua spesies berbeda yang saling terkait, sebuah fenomena yang biasa terjadi di zona transisi. "Jadi, spesies yang ada di suatu daerah dan daerah lain dalam waktu tertentu bertemu dan bereproduksi untuk membentuk hibrida," kata Lee.

Setelah melakukan tes DNA mitokondria kadal tersebut, Lee menemukan bahwa garis maternal dari kadal itu adalah spesies Leiolepis guttata. Sementara itu, garis paternalnya belum diketahui karena sulitnya mengidentifikasi garis paternal dengan DNA mitokondria. Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal Zootaxa tanggal 22 April 2010.

08 November 2010

Biak : Singa Laut Sepanjang 6 M, Ditemukan di Warsa

(www.papuapos.com, 07-11-2010)
BIAK [PAPOS] - Seekor Singa Laut dengan panjang 6 meter, lebar 4 meter serta memiliki taring sepanjang 2,6 meter ditemukan terdampar dan membusuk di pesisir pantai kampung Karui Berik distrik Warsa, Kamis [28/11]. Pantai tersebut berhadapan langsung dengan lautan Pasific dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Biak.

Timo Asyerem, seorang sekretaris kampung setempat yang mengaku pertama kali melihat hewan raksasa itu, dari kejauhan mengira adalah seekor ikan hiu yang tengah terdampar. Namun sehari berikutnya, ketika bangkai hewan tersebut semakin mendekat ke pinggir pantai, diketahui bahwa hewan itu merupakan Singa laut dengan ukuran yang lumayan besar, dan dalam keadaan membusuk.

Menurut penuturan warga setempat saat ditemui Papua Pos di kampung Karui Berik, [5/11] kemarin, setelah Tiga hari bangkai Singa laut itu terdampar di pinggir pantai, bau busuk semakin meruak hingga ke perkampungan warga. Oleh sebab itu kata mereka, warga kampung setempat berupaya untuk mendorong bangkai hewan tersebut ke tengah laut, dan ternyata berhasil dibawa arus laut sejak Minggu [31/10].

Sekretaris kampung Karui Berik, Timo Asyerem mengakui, jika penemuan bangkai Singa Laut tersebut, belum sempat ia sampaikan ke pihak terkait seperti dinas Perikanan dan kelautan.

Sehingga ia juga tidak mengetahui secara pasti penyebab dari kematian hewan yang biasanya hidup secara berkelompok itu.

Masih menurut penuturan Timo, sebelum warga mendorong bangkai Singa Laut tersebut ke tengah laut, mereka pun melihat taring sepanjang 2,6 meter itu telah patah, dan Timo pun akhirnya membawanya pulang ke kediamannya di kampung tersebut. [gia]

06 November 2010

Timika : DPR Minta Freeport Taati Ketentuan UU Minerba

(www.papuapos.com, 5-11-2010)
Timika [PAPOS]- Ketua Komisi VII DPR, Effendi MS Simbolon meminta PT Freeport Indonesia menaati semua ketentuan yang diatur dalam UU No 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba).

"Kontrak generasi ke lima soal Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) kepada PT Freeport belum disetujui sehingga dia harus tunduk kepada UU No 4 tahun 2009 tentang Minerba," kata Effendi Simbolon kepada wartawan di Timika, Rabu.

Ia bersama sembilan anggota Komisi VII DPR lainnya pada Rabu pagi tiba di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika dalam rangka kunjungan kerja selama tiga hari.

Menurut wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan itu, kunjungan kerja ke Mimika dalam rangka menyerap, menggali dan melakukan kros cek dengan Pemkab setempat, Pemprov Papua dan manajemen PT Freeport Indonesia mengenai masalah izin pertambangan, pengelolaan lahan eksplorasi, persoalan lingkungan, masalah kelistrikan, masalah bahan bakar dan lainnya.

Setiba di Timika, Komisi VII DPR bersama rombongan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), BP Migas, Pertamina dan PLN Wilayah Sulmapa menggelar pertemuan dengan Bupati Mimika, Klemen Tinal.

Pada Kamis (4/11), rombongan Komisi VII DPR akan meninjau lokasi pertambangan emas, tembaga dan perak Freeport di Grassberg Tembagapura dan selanjutnya akan meninjau areal pengendapan pasir sisa tambang (sirsat) di Maurupauw MP 21.

Effendi dan rekan-rekannya juga menjadwalkan pertemuan dengan jajaran direksi PT Freeport Indonesia.

"Pertemuan dengan Direktur Utama dan jajaran Direksi Freeport sangat penting sekaligus untuk memberikan klarifikasi atas data yang kami miliki," tuturnya.

Ia mengharapkan PT Freeport dapat memenuhi semua ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan baik menyangkut pengelolaan lingkungan, termasuk besaran royalti dan iuran tetap tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yakni 3,75 persen dari ketentuan semula sebesar satu persen sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 45 tahun 2003.

Dengan menaati berbagai aturan tersebut, kata Effendi, kegiatan operasional PT Freeport tidak akan mengalami gangguan hingga selesainya masa kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia yang dijadwalkan berakhir sekitar tahun 2040.

PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing pertama yang berinvestasi di Indonesia sejak ditandatangani kontrak karya pertama tanggal 7 April 1967. Kontrak karya Freeport dengan Pemerintah Indonesia diperbaharui (kontrak karya tahap II) pada tahun 1991 yang ditandatangani oleh mendiang Presiden Soeharto.[ant/agi]

Manca Negara : Amerika : Ular Ini Beranak Tanpa Kawin

(www.kompas.com, 5-11-2010)
KOMPAS.com - Reproduksi aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa disertai pembuahan sel telur oleh sperma, adalah hal yang umum terjadi pada hewan tak bertulang belakang. Tapi, reproduksi cara tersebut bisa sangat mengejutkan bila terjadi di kelompok hewan bertulang belakang atau yang sering disebut vertebrata, walaupun bukan berarti tidak ada.

Baru-baru ini peneliti dikejutkan dengan adanya spesies ular yang mampu bereproduksi secara aseksual lewat proses yang disebut partenogenesis. Spesies tersebut adalah Boa constrictor, atau biasa disebut boa, golongan ular tak berbisa yang memiliki badan relatif besar dan biasa ditemukan di Karibia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Temuan itu dimulai ketika Warren Booth, ahli Genetika Populasi dan Evolusi dari Virginia State University, menemukan seekor boa yang melahirkan 22 anakan. Boa yang ditemukan di Boa Store Tennesee ini melahirkan anakan yang seluruhnya betina dan karakteristiknya sama dengan induknya, berwarna karamel.

Setelah melakukan tes DNA pada boa betina yang ditemukan dan pejantan yang ada di tempat tersebut, Booth sangat yakin bahwa boa yang ditemukannya bereproduksi secara partenogenesis. Pasalnya, tak mungkin anakan yang dihasilkan memiliki karakter yang jarang itu jika tidak menuruni gen dari kedua induknya.

Booth menemukan sesuatu yang unik pada partenogenesis boa ini. "Partenogenesis ini dilakukan saat ada pejantan di tempat itu," ujar Booth. Hal tersebut, menurut Booth, berbeda dengan partenogenesis pada umumnya yang dilakukan ketika tak menemukan pasangan kawin. Hingga kini, Booth belum menemukan alasan partenogenesis pada ular tersebut.

Keunikan yang lain adalah materi genetik yang terdapat pada anakan. Pada ular, anakan jantan biasanya akan memiliki kromoson ZZ dan anakan betina memiliki kromosom ZW. Namun, anakan boa ini berbeda sebab kromosom anakannya adalah WW dan berjenis kelamin jantan. "Ini mengejutkan. Selama ini, ilmuwan berpandangan bahwa anakan dengan kromosom WW tidak akan berkembang," jelas Booth.

Booth mengatakan, kemampuan boa dalam melakukan partenogenesis ini bisa berdampak negatif. "Mereka kehilangan jumlah keanekaragaman genetik. Boa itu akan cenderung secara fisik dan fisiologi yang berpengaruh pada kemampuannya untuk survive dan bereproduksi," terang Booth. Perhatian pada cara bereproduksi ini, menurut Booth, sangat penting dalam mengupayakan konservasi ular.

Hasil penelitian Booth dipublikasikan di jurnal online Biology Letters pada tanggal 3 November 2010.

05 November 2010

Nasional : Kakatua Terancam Punah

(www.kompas.com, 3-11-2010)

BOGOR, KOMPAS.com — Burung kakatua di Indonesia yang tersebar di kawasan Wallacea terancam punah pada berbagai tingkatan. Tiga dari tujuh jenis kakatua yang endemik (hanya ada di Indonesia) adalah kakatua maluku (Cacatua moluccensis), kakatua putih (Cacatua alba), dan kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana). Sementara itu, kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea), yang juga terdapat di Timor Leste, memiliki status keterancaman tertinggi, yaitu kritis.

Demikian siaran pers yang dikeluarkan Burung Indonesia, yang ditandatangani Fahrul P Amama, Communication and Media Relations Burung Indonesia, Senin (1/11/2010). Burung Indonesia atau Perhimpunan Pelestari Burung Liar Indonesia adalah organisasi nirlaba yang bekerja sama dengan Bird Life Internasional (berkedudukan di Inggris) yang memfokuskan pekerjaan pada pelestarian jenis-jenis burung yang terancam punah.

Dalam siaran pers itu dipaparkan, Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati yang tinggi bertengger di peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah jenis burung terancam punah dan paling banyak akibat eksploitasi berlebih. Berbagai jenis burung paruh bengkok tersebut diekspor ke luar wilayah Indonesia untuk memenuhi kesenangan manusia. Catatan paling awal pada abad ke-15, terjadi pengangkutan kakatua pertama ke Eropa lewat perairan Nusantara yang kala itu disebut East Indies.

Selain penangkapan dan perdagangan internasional yang tidak memerhatikan keberlangsungan populasi untuk pulih, jenis-jenis kakatua dan paruh bengkok lainnya di Indonesia masih harus menghadapi ancaman berupa bukaan hutan untuk fungsi lain. Setiap tahunnya, pada periode 2006 hingga 2009, laju deforestasi hutan mencapai 31 juta hektar per tahun.

Ketiga jenis kakatua tersebut memang dapat pula dijumpai di hutan sekunder atau hutan yang telah mengalami proses pembalakan. Bahkan, kakatua putih dianggap cukup toleran dengan hutan modifikasi. Walau demikian, ketiganya sangat membutuhkan tutupan hutan alam dengan tutupan tajuk rapat, terutama ketersediaan pohon besar sebagai sarang.

227 DPB

Bird Life International selaku otoritas ilmiah Badan Konservasi Dunia (IUCN) untuk semua jenis burung di dunia menilai, tiga dari tujuh jenis kakatua di Indonesia menghadapi ancaman kepunahan. Ketiga jenis kakatua tersebut menghadapai berbagai tekanan yang dapat melenyapkan populasi mereka di alam bebas.

Untuk itu, sebagai organisasi konservasi dengan jaringan kemitraan terbesar, Bird Life International mengembangkan program konservasi berbasis standar dan kriteria yang diterima dan dapat diaplikasikan secara global. Program konservasi ini tidak hanya mengenali, mendokumentasikan, dan melindungi jaringan kawasan-kawasan penting bagi burung, tetapi juga terhadap kekayaan hayati lainnya. Program ini dikenal sebagai Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung (DPB).

Dengan 227 kawasan penting bagi burung (di luar Pulau Papua), Indonesia memiliki DPB/IBA terbanyak di Asia Tenggara, disusul Filippina (117 IBA) dan Vietnam (63 IBA). Daerah penting bagi burung di Indonesia tersebar di Jawa dan Bali (53 DPB), Nusa Tenggara (43 DPB), Sumatera (40 DPB), Maluku (36 DPB), Sulawesi (32 DPB), dan Kalimantan (23 DPB).

Secara umum, paruh bengkok di Asia dan Amerika Latin saat ini juga menghadapi ancaman serupa. Sejak pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-19, terhitung sembilan belas jenis paruh bengkok telah menghilang. Perburuan sebagai pakan dan hewan peliharaan ditengarai sebagai penyebab utamanya. Faktor lain penyebab kepunahan paruh bengkok adalah introduksi mamalia dan hilangnya tutupan hutan alam.

Kakatua adalah kelompok burung yang mudah dikenali dari ciri fisiknya: paruh atas yang lebih membengkok dan kuat serta tipe jari kaki zygodactyl (dua jari ke depan dan dua mengarah ke belakang). Berbeda dengan paruh bengkok lain, kelompok kakatua memiliki jambul dan warna bulu dominan yang kurang beragam, seperti putih, hitam, abu, dan kombinasinya.

Secara ilmiah, mereka dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Cacatuinae (kakatua), Calyptorhynchinae (kakatua hitam), dan Nymphicinae (Cockatiel).

Pusat keragaman kakatua berada di kawasan tropis Australasia (Australia, Papua, dan Wallacea). Dari 21 jenis kakatua di dunia, Indonesia memiliki 7 jenis. Tiga jenis di antaranya hanya terdapat di Indonesia.

03 November 2010

Manca Negara : Afrika : Nyamuk Pembawa Malaria Berevolusi

(www.kompas.com, 2-11-2010)
KOMPAS.com
— Dua galur nyamuk penyebar penyakit malaria di Afrika berevolusi secara genetik hingga menjadi spesies baru yang berbeda dengan sebelumnya. Hal itu diketahui dari penelitian internasional yang dipimpin ilmuwan dari Imperial College London (ICL) tentang galur M dan galur S pada nyamuk Anopheles gambiae yang ada di Sub-Sahara Afrika.

Secara fisik, galur M dan S itu identik. Namun, secara genetik, keduanya berbeda sehingga jenis nyamuknya pun seharusnya dibedakan. Perbedaan genetik itu membuat upaya mengontrol populasi nyamuk Anopheles gambiae dipastikan hanya efektif untuk satu galur dan tidak efektif untuk galur yang lain. Karena itu, jika akan dibuat insektisida untuk membasmi nyamuk tersebut, insektisidanya harus efektif untuk kedua jenis galur.

Pemimpin peneliti, George Christophides dari Divisi Sel dan Biologi Molekuler pada ICL, seperti dikutip ScienceDaily, Kamis (21/10/2010), menyebutkan, malaria adalah penyakit mematikan. Satu dari lima kematian yang terjadi di Afrika disebabkan oleh malaria. ”Cara yang tepat untuk membasmi malaria adalah dengan mengontrol nyamuknya sebagai pembawa penyakit,” katanya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 200 juta orang terserang malaria di seluruh dunia, sebagian besar ada di Afrika. Malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.

Peneliti lain dari ICL, Mara Lawniczak, mengatakan, studi menunjukkan, evolusi nyamuk penyebar malaria jauh lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Untuk itu, pemantauan genetik tersembunyi pada nyamuk perlu dilakukan jika ingin sukses dalam mengatasi malaria karena strategi menghadapi satu galur nyamuk berbeda dengan strategi untuk menghadapi galur yang lain. (SCIENCEDAILY/MZW)