Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

27 February 2008

Biak : Dinas Peternakan Gagalkan Penjualan 300 Anak Ayam

(www.cenderawasihpos.com, 26-02-2008)

Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor berhasil menggagalkan 300 Day Old Chick (DOC) yang tidak memiliki dokumen saat sedang dipasarkan di Bosnik, Distrik Biak Timur. Hanya sayangnya, DOC atau anak ayam dibawah umur 14 hari itu rupanya sudah terjual 1.200 ekor. “ Saya juga tidak tahu kenapa bisa sampai lolos di bandara, padahal seharusnua instansi terkait tidak memboleh DOC ini dibawa ke Biak karena tidak memiliki dokumen lengka. Memang dokumennya ada sebagian, tapi tidak lengkap,” kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor, Abasalon Rumkorem, S.Pi, saat ditemui dikantornya, kemarin.

Dikatakan, dokumennya tidak lengkap karena tidak ada rekomendasi hasil laboratorium daerah asal, demikian juga tidak ada rekomendasi dari Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor lalu dipasarkan di masyarakat.

DOC itu sendiri didatangkan dari kabupaten Maros. Seekor DOC itu dijual dengan harga Rp. 10.000,- Setelah ditangkap di Pasar Bosnik, DOC yang sempat ditahan di Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Biak itu langsung dikembalikan ke daerah asal.

Jayapura : Pemkab Setuju Pemindahan Warga Cycloop, Tapi Aspirasi Mereka Harus Diperhatikan

(www.cenderawasihpos.com, 26-02-2008)
SENTANI-Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) untuk memindahkan warga yang berada di kawasan cagar alam Gunung Cycloop seperti yang diungkapkan Gubernur Barnabas Suebu, SH baru-baru ini mengingat kerusakan cagar alam tersebut berdampak pada kualitas air serta fungsi penyerapan hutan itu sendiri, mendapat respon positif dari Pemerintah Kabupaten Jayapura.
"Pantas jika provinsi merencanakan perpindahan mereka karena ini masyarakat imigran, cuma perlu koordinasi antara provinsi dengan kabupaten," kata Wakil Bupati Jayapura, Zadrak Wamebu, SH MM kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Dikatakan, selama rencana tersebut dilakukan untuk menjaga dampak buruk dari tangan manusia maka pihaknya siap mendorong pelaksanaannya. "Ini penting agar tidak timbul permasalahasan baru yang akhirnya Kabupaten Jayapura yang harus menyelesaikannya,"tandasnya.
Meski wilayah itu sudah menjadi tanggung jawab Pemkab , namun efek terkait mata pencaharian maupun kelangsungan hidup secara umum juga harus menjadi perhatian semua pihak.
Ditambahkan, dari data terakhir sekitar 5000 warga lebih yang berada di kawasan cagar alam Cycloop khusus wilayah Kabupaten Jayapura, untuk itu perlu koordinasi dengan pimpinan kelompok dalam hal ini kepala suku."Rencana pemerintah memang baik, namun belum tentu mendapat respon positif dari warga yang bersangkutan, karena itu apa yang disampaikan mereka juga perlu mendapat perhatian.(ade)

Jayapura : Pemilik Lokasi Tambang, Minta PT SIP Tetap Beroperasi

(www.cenderawasihpos.com, 26-02-2008)
JAYAPURA-Ketua Dewan Adat Kampung Tablasupa, Yosias Sorontouw sekaligus sebagai wakil pemilik hak ulayat secara tegas mengatakan, aktivitas PT Sinar Indah Persada (SIP) harus tetap berjalan."Saya sebagai wakil keluarga pemilik hak ulayat lokasi tambang di Tablasupa ini, minta agar PT SIP tetap melakukan aktivitasnya di Tablasupa, selain sudah memegang KP dari provinsi, PT SIP ini juga sudah melakukan pendekatan yang baik kepada warga pemilik hak ulayat,"ungkapnya kepada Cenderawasih Pos di Jayapura, Senin (25/2).
Terkait aksi demo yang berbuntut pengrusakan terhadap rumah ondoafi Tablasupa Obaja Apaseray yang diduga melibatkan sejumlah oknum PNS Gunung Merah dan oknum anggota Babinsa Depapre, dirinya berharap agar ada perhatian dari aparat terkait untuk menindaklanjutinya. Menurut, Yos Sorontouw, selain aksi demo dan pengrusakan, juga ada pihak yang memaksakan penolakan kehadiran PT SIP di Tablasupa kepada warga untuk melakukan tanda tangan penolakan.

"Pernyataan dukungan dari keluaga pemilik hak ulayat kami tertanggal 31 Juli 2007 tidak dipaksakan tapi benar-benar dari hati ke hati ini tetap diberlakukan. Sedangkan tanda tangan untuk penolakan PT SIP ini dilakukan dengan pemaksaan,"tutur Yosias yang mengaku kegiatan demo ini dilakukan bukan dari pemilik hak ulayat. Yosias juga menyayangkan sikap Bupati Jayapura Habel M Suwae, S Sos, MM yang terkesan memaksakan kebijakanya untuk aktivitas pertambangan di Tablasupa dikerjakan PT TNM yang sama sekali belum melakukan pendekatan pada masyarakat, sementara dari warga pemilik hak ulayat sendiri sudah menerima PT SIP. "Bupati terlalu menuntut rekomendasinya untuk diikuti, tapi sebenarnya rekomendasi bupati sama KP yang dikeluarkan provinsi ini lebih tinggi mana?"ujarnya.

Sementara itu, Wakila Ketua II Asosiasi Mahasiswa Mamberamo-Tami (Asmamta), Haris Kreuta mengatakan, agar konflik yang terjadi di Tablasupa antara pemilik hak ulayat lokasi penambangan dengan PT SIP sebagai perusahaan yang akan melakukan eksploitasi di Kampung Tablasupa, Distrik Depapre segera dicarikan solusinya.

"Harus duduk bersama, bukan saling melempar konsep, sikap dan pernyataan dari masing-masing pihak, sebab ini dapat membuka cela bagi pihak-pihak ketiga sebagai provokator untuk menciptakan situasi yang lebih parah lagi,"paparnya.
Dirinya juga sangat menyayangkan sikap Pemperintah Provinsi Papua yang tidak tegas dalam menyelesaikan masalah penambangan di Tablasupa. Hal senada juga dikatakan Wakil Ketua IV Asmamta, Obet Krominsian. Ia berharap agar pihak PT SIP, pemerintah baik provinsi maupun kabupaten, beserta pemilik hak ulayat duduk secara bersama-sama serta melepaskan semua kepentingan pribadi dan mencari solusi terbaik, agar masyarakat tidak menjadi korban.(tri/jim)

26 February 2008

Merauke : 30 Pelajar SMP YKP Merauke Direkrut Jadi Kader Konservasi SDA

MERAUKE - Sebanyak 30 pelajar dari SMP YPK Merauke direkrut menjadi kader Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah Merauke. Perekrutan kader ini dilakukan oleh Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah Merauke. Ketua Tim Konservasi Ayun Notanubun, S.Sos, saat memberikan pengarahan sekaligus memperkenalkan keberadaan KSDA Wilayah Merauke mengungkapkan, relawan yang direkrut tersebut bertujuan untuk mencintai, keberagaman sumber daya alam yang dilindungi sekaligus untuk menyerbaluaskan informasi tentang KSDA yang ada di wilayah Merauke.

Disamping itu, mereka diharapkan turut serta terlibat dalam perlindungan dan pelestarian sumber daya alam tersebut. ‘’Karena mereka ini juga nantinya akan berkeluarga. Jadi selain dengan keluarga
dan lingkungan yang ada sekarang ini, diharapkan setelah berkeluarga informasi ini dapat diteruskan kepada anak dan cucunya nanti pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam ,’’ jelasnya.
Menurut Ayub Notanubun, dengan adanya perubahan struktur KSDA Merauke berdasarkan SK Menteri Kehutanan, maka KSDA Merauke saat ini telah membawahi 10 Kabupaten yakni Merauke, Boven Digoel, Mappi, Asmat, Mimika, Yahukimo, Pengunungan Bintang, Tolikara dan Jayawijaya.

Dengan wilayah yang sangat luas itu tidak sebanding dengan tenaga yang dimiliki yakni 23 orang, sehingga peran serta dari seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian alam ini sangat diharapkan.
“ Salah satunya yang kita mulai ini dengan merekrut kader yang nantinya bisa memberikan advokasi kepada siapa saja yang ditemuinya tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam kita ini,’’ jelasnya.

Di 10 Kabupaten yang menjadi wilayah kerjanya itu, ungkap Ayub, ada beberapa tempat yang masuk daerah konservasi seperti Taman Nasional Wasur di Wasur, Suaka Margasatwa (SM) di Kimaam, Taman Nasional Lorens di Jayawijaya, Suaka Margasatwa di Pulau Pompo, CA Bupul dan sejumlah tempat lainnya. Selain memperkenalkan Suaka Margasatwa Satwa yang masuk dalam perlindungan di sejumlah daerah konservasi wilayah Merauke itu kepada para siswa ini, nantinya para siswa tersebut akan dibawa untuk melihat secara langsung di lapangan. (ulo)

24 February 2008

Blue Auction : Lelang Ikan Gaya Monaco

(www.conservation.or.id)
Setelah berbulan-bulan menyelam di laut Raja Ampat dan kawasan Teluk Cendrawasih dan menemukan berbagai spesies jenis baru pada awal Mei 2006 (lihat TROPIKA, Oktober-Desember 2006), para ilmuwan Conservation International (CI) dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ternyata masih punya pekerjaan lain: mereka menggalang dana dengan cara melelang hak pemberian nama pada ikan dan karang yang mereka temukan. Cara unik ini merupakan strategi yang dilakukan oleh CI dalam rangka menarik perhatian publik dan menambah kecintaan penduduk dunia akan arti penting konservasi dan kelestarian lingkungan.

Lelang ini dilakukan di Museum Oseanografi, Monaco, atas dukungan Monaco Society dan Balai Lelang Christie’s, sebuah lembaga lelang terkenal di dunia. Acara ini dihadiri langsung oleh putra mahkota Kerajaan Monaco Pangeran Albert II.
Hasil dari pelelangan nama spesies baru sepuluh ikan karang itu, 20 September 2007 lalu, didapat dana segar sekitar 1,5 juta dollar AS. Pendanaan itu akan digunakan untuk pengembangan disiplin ilmu taksonomi yang akan dilakukan oleh LIPI dan kegiatan pendidikan dan konservasi alam Raja Ampat.

Sepuluh jenis ikan karang temuan Mark Erdmann dan Gerry Allen ini sesungguhnya merupakan sebuah sumbangan besar bagi dunia konservasi, mereka berdua memberikan hak penamaan di belakang nama genus ikan—yang secara tradisi menjadi hak mereka—dengan cara dilelang. Pemenang berhak mencantumkan namanya menggantikan nama kedua penemu itu. Harga tertinggi lelang 500.000 dollar AS, untuk genus Hemiscyllium yang menyerupai hiu bertotol yang disebut penduduk setempat dengan kalabia. Jenis ikan ini memang unik dan dapat bergerak dengan menggunakan siripnya dipermukaan tanah atau karang, sehingga terlihat berjalan. Jenis ini hanya ditemui di Teluk Cenderawasih.

Harga terendah 50.000 dollar AS (sekitar Rp 450 juta) untuk ikan dari genus Pseudanthias yang hanya ditemukan di karang dalam di Teluk Cenderawasih. Pseudanthias ini awalnya tumbuh sebagai betina dan beranjak dewasa sebagai jantan. Satu pejantan hidup dengan 20 betina.

Direktur Program Kelautan CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan, pelelangan pertama kali itu sukses besar. Selain hasil 1,5 juta dollar AS, lelang juga sukses menjual program kunjungan langsung ke kawasan Raja Ampat dan Kaimana senilai 350.000 dollar AS. Pemenangnya Pangeran Albert II.

Peserta lelang juga membeli rencana program patroli dan penegakan hukum 100.000 dollar AS. Nama pemenang lelang akan menjadi nama kapal patroli. “Kesepakatan awal, semua hasil lelang dari spesies ikan akan digunakan untuk program kelautan di kawasan kepala burung Papua. Tidak untuk program lain,” kata Ketut. //

Jayapura : Freeport Pertahankan Tambang Hingga 2015

(www.cenderawasihpos.com, 23-02-08)
JAYAPURA-General Superintendent Mine Surface Engineering PT Freeport Indonesia (PTFI), Dani Hamdani, mengatakan, pertambangan ditentukan sejauh mana informasi yang didapatkan dari alam itu sendiri, sehingga dalam menemukan sesuatu hal pada 2 tahun lalu, pihaknya telah merencanakan bahwa operasi Grasberg akan selesai tahun 2013 mendatang. Hanya saja dalam perkembangannya, dari grup geologi dan geotek telah menemukan suatu informasi baru bahwa akhirnya umur dari tambang berubah menjadi 2015.

Dikatakan, pihaknya mempunyai komitmen cukup tinggi terhadap keselamatan pekerja tambang, sebab jika dipaksakan menggunakan planing yang telah ditetapkan, maka akan berhenti pada 2013, dan hal itu akan membahayakan. Oleh karena itu, pihaknya telah mengambil suatu keputusan untuk merubah perencanaannya dan nantinya akan berhenti pada 2015 agar tambang Grasberg benar-benar aman.
"Kami telah menemukan informasi bahwa ada suatu perencanaan yang bisa menyelamatkan umur dari tambang hingga 2015 mendatang,"ujarnya kepada Cenderawasih Pos usai memberikan materi pada acara Seminar dan Kuliah Umum di USTJ, Jumat (22/2).

Di bidang tenaga operasi tambang lanjutnya, pihaknya telah dinyatakan mampu, baik dalam perencanaan tambang maupun sampai kepada operasi penambangan sehari-hari. Saat ditanya terkait potensi-potensi yang ada, dikatakan, sejauh yang selama ini dilakukan pemboran-pemboran, hanya saja pemboran yang ada bukan di areal yang ada, tapi di areal yang ada sekarang ini, baik di Grasberg sendiri maupun di Underground, karena pada dasarnya pihaknya ingin membuktikan kemana penyebaran badan biji yang ada di Grasberg.

Hal ini sangat penting untuk perencanaan tambang kalau ada informasi yang menunjukkan adanya material yang bisa menyebabkan longsor, maka pihaknya dari mainplaner akan menyesuaikan dari temuan-temuan itu. Dalam arti bahwa ilmu perencanaan tambang itu tidak berhenti, tapi terus mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Tentunya untuk mengarah ke situ, butuh investasi.
"Perlu disampaikan bahwa tenaga perempuan asal Papua sudah mendominasi untuk tenaga operator, sehingga tidak ada lagi diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada isu gender,"tegasnya.
Ditambahkan, perempuan tersebut telah bekerja selama 3 kloter membawa truk-truk besar dan sistem pendidikan, serta pelatihan yang ada sudah mampu menghasilkan operator-operator perempuan, sehingga tantangan berikutnya yang dihadapi adalah planing tersebut tidak akan berhenti tapi akan terus diperbaiki untuk menuju sesuatu yang lebih baik.

"Dengan demikian bahwa bangsa kita sendiri sudah mampu melakukan itu,"katanya.
Terkait kegiatan itu, General Superintendent Environmental Support, Krisnan Isomartana, mengungkapkan materi yang disampaikan merupakan kelanjutan dari dampak lingkungan dan dampak limbah yang telah dihasilkan dari pertambangan itu sendiri, baik itu limbah tambang maupun limbah bukan limbah tambang.
Untuk limbah tambang ada yang besar dan kecil. Untuk yang besar yaitu batuan penutup yang telah digali itu besar jumlahnya dan hasil pengerukan dari pengolahan biji, dimana biji yang berguna diambil dan digunakan sebaliknya biji yang tidak berguna akan dihancurkan, sehingga telah berbentuk pasir kemudian inilah limbah tambang besar.
Dampak lainnya adalah sampah rumah tangga, ban bekas, oli bekas dan sebagainya. Kemudian itu dikelola dan pengelolahan itu jika sudah diatur, maka ada sistemnya dan telah diakui oleh auditor, maka pantas mendapatkan sertifikat ISO dari hasil pengelolahan sistem dan dampak lingkungan itu diminimalisir.
Pencemaran udara juga berdampak pada lingkungan, sehingga pihaknya telah melakukan suatu monitoring, pencemaran laut, air dan biologi yang mana uga selalu melakukan tes tentang kadar air, ikan, makluk hidup dan tumbuhan. Ditanya tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan pengelolahan dampak lingkungan dari tambang, Ia mengatakan, sejauh ini yang masih ditemukan adalah perbedaan persepsi atau pendapat antara pemerintah pusat tentang standar-standar penerapan baku mutu yang terkadang menurut pemerintah selalu di samaratakan untuk seluruh pertambangan.

"Dampak limbah dari pertambangan dapat diolah dan bisa dimanfaatkan sesuai kadar dan fungsinya, sehingga bisa digunakan untuk berbagai macam olahan,"imbuhnya.
Menurutnya, harusnya dalam penerapan standar tersebut dapat melihat kondisi geografi dan kondisi lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, pihaknya bertugas dan mempunyai tanggung jawab terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari proses pertambangan kepada masyarakat sekitar tambang. Untuk itu, pihaknya berusaha agar dampak tersebut tidak besar kepada masyarakat dengan cara menampung sisa-sisa dari hasil tambang, sampah-sampah ditampung yang akan dikelola sehingga menjadi kompos, menghasilkan pupuk dan sebagian yang tidak berguna akan dikirim ke badan pengelolahan limbah yang diakui pemerintah.
Senada dengan itu, Manajer Maintenance Grasberg, Pieter Sibarani, mengatakan, materi yang akan disampaikan adalah kelanjutan dari pembahasan sebelumnya tentang perawatan peralatan operasional. Sedangkan untuk materi sekarang akan lebih fokuskan arah proses perawatan itu sendiri dan ada satu bagian dari proses perawatan itu yakni program perencanaan, karena jika kita mengetahui bahwa semua peralatan (mesin) sangat mahal harganya. Sehingga apabila peralatan tersebut mengalami kerusakan, maka PTFI akan rugi besar. Karena itu, sebelum peralatan (mesin) tersebut mengalami kerusakan, maka perlu dilakukan penjadwalan untuk perawatan. Dalam arti bahwa jumlah peralatan yang ada sangat banyak yakni ratusan peralatan yang akan di rawat atau diperbaiki sehingga sangat penting sekali dilakukan penjadwalan.

Apabila tidak dilakukan penjadwalan, maka semua sistem yang telah diatur akan bisa berantakan. Untuk itu diharapkan perlu dilakukan perawatan agar selalu dalam kondisi baik untuk dioperasikan.
Pihaknya juga mempunyai program proses penjadwalan penggantian komponen peralatan. Dikatakan, perawatan ini sangat penting karena apabila peralatan mengalami kerusakan, maka akan mengalami kerugian besar bagi PTFI, dalam arti kerusakan sehingga tidak bisa beroperasi sesuai fungsinya. "Kami telah membentuk tim, baik didatangkan dari luar negeri maupun dari dalam negeri, sehingga bisa saling tukar informasi dan belajar agar perawatan peralatan dapat berjalan baik. Oleh karena itu, apabila peralatan mengalami kerusakan, maka sangat merugikan PTFI,"tandasnya. (nal)

21 February 2008

Timika : Ikut Mengelola Keanekaragaman Hayati Papua Secara Efektif

(www.cenderawasihpos.com, 20-02-2008)
Pengelolaan lingkungan adalah salah satu program kerja yang dilakukan PT Freeport Indonesia ( PTFI). Pengelolaan tailing atau pasir sisa tambang dan reklamasi telah dilakukan dengan baik di wilayah kerja perusahaan. Namun ternyata, PTFI juga peduli dengan apa yang terjadi di luar wilayah kerjanya.
Pelestarian satwa asli Papua misalnya. PTFI telah berhasil mengembalikan Labi-labi Moncong Babi ( Carretochelys insculpta) dan Kangguru Tanah ( Thylogale brunii) ke habitatnya di Tanah Papua.
Satwa-satwa endemik Papua itu semula diselundupkan ke luar Papua. Bahkan Labi-labi Moncong Babi yang hidungnya mirip hidung Babi, akan diselundupkan ke Taiwan dan China sebagai bahan makanan di negara-negara tersebut.

Setelah bekerjasama denngan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSD) Papua dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi, Jawa Barat, PT Freeport Indonesia pada Agustus 2006 telah memulangkan 2.930 ekor Labi-labi Moncong Babi yang telah dilepasliarkan di perairan Mimika. Sementara untuk Kangguru Tanah, telah dipulangkan ke Papua dan dilepasliarkan di taman nasional Wasur, Merauke sebanyak 21 ekor.
Selain labi-labi moncong babi, PT Freeport Indonesia juga memfasilitasi pengembalian 21 ekor kanguru tanah ke habitat aslinya di Taman Nasional Wasur, Merauke, Papua.

Hewan- hewan asal Merauke itu, semula ditemukan di Bogor, Bandung dan Jakarta dalam razia yang dilakukan Departemen Kehutanan dengan bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Lima ekor kangguru yang saat itu tertangkap, dipelihara sementara di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), Sukabumi, Jawa Barat dan berkembang biak menjadi 22 Ekor. Dengan bantuan Departemen Lingkungan PTFI, ke 22 ekor Kanguru tersebut berhasil dikembalikan ke Papua.
Setelah mengalami masa rehabilitasi beberapa bulan di Kampung Nayaro, Timika, kangguru-kangguru tersebut diberangkatkan dengan pesawat Garuda dari Timika ke Jayapura. Kemudian dengan pesawat Merpati diterbangkan dari Jayapura ke Merauke pada 11 Desember 2007 lalu. Kedatangan kawanan hewan marsupial itu disambut secara resmi oleh Pemda Merauke yang dipimpin langsung Bupati Drs. John Guba Gebze, termasuk puluhan warga suku Marid, pemilik ulayat daerah tersebut dengan tari-tarian adat.

Di samping itu, PTFI juga telah melakukan sejumlah besar kajian ekologi dan keaneragaman hayati di dalam wilayah proyek PTFI dalam rangka kemudahan pengelolaan keanekaragaman hayati secara efektif.
Kajian itu dilakukan bersama para pakar dari Indonesia maupun luar negeri, yang mencakup juga survei terhadap tumbuh-tumbuhan, etno-botani, tanaman obat-obatan, mamalia, burung, hewan amfibi, reptilia, ikan, fauna tanah, dan serangga air maupun darat. Sebagian besar karya tersebut dapat langsung diterapkan dan tersedia bagi peneliti yang ditugaskan untuk mengembangkan rencana pengelolaan Taman Nasional Lorenz.
Program keanekaragaman hayati PTFI telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan alam Papua di Papua melalui penemuan spesies baru, koleksi bahan acuan, serta penerbitan karya tulis, buku dan poster ilmiah.

PTFI melalui program tersebut juga telah mendukung sejumlah besar penelitian tentang keanekaragaman hayati di Papua, dengan koordinasi bersama beberapa LSM dan Pemerintah Indonesia. Hal ini termasuk ekspedisi yang terkenal, yaitu ekspedisi Conservation Internasional ke wilayah Pegunungan Foja, Papua pada tahun 2006 lalu. Ekspedisi ini menghasilkan penemuan sejumlah besar spesies baru tanaman, burung, katak, serangga dan mamalia. (Lucky Ireeuw)

20 February 2008

Manca Negara : Australia : Monster-monster Laut Tertangkap dari Perairan Antartika

(www.kompas.com, 19-02-2008)
SYDNEY, SELASA - Dari perairan dingin Antartika, para ilmuwan berhasil merekam dan menangkap makhluk-makhluk laut raksasa. Salah satu monster laut itu berbentuk mirip laba-laba laut namun berukuran sebesar piring makan. Seekor ubur-ubur yang memiliki tentakel hingga 6 meter juga ikut ditangkap.

"Gigantisme sangat biasa di perairan Antartika, kami telah mengumpulkan cacing raksasa, udang raksasa, dan laba-laba laut yang sebesar piring ini," ujar Martin Riddle, ilmuwan Australia, Selasa (19/2). Banyak di antaranya ikan-ikan yang hidup di kegelapan dan bermata besar sehingga terlihat menakutkan.

Makhluk-makhluk laut yang misterius itu adalah sebagian dari koleksi yang dikumpulkan para peneliti dari Laut Selatan selama ekspedisi CEAMARC (Collaborative East Antarctic Marine Sensus). Sekitar 25 persen sampel yang dikoleksi diperkirakan baru dalam dunia sains hewan. Masing-masing seberat rata-rata 30 kilogram dan sebagain diambil dari kedalaman antara 200-1400 meter.

Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai sensus kehidupan laut di dekat Kutub Selatan. Para peneliti gabungan dari Jepang, Australia, dan Prancis melakukan ekspedisi dengan tiga kapal ilmiah, masing-masing Aurora Australia, L'Astrolabe milik Prancis, dan Umitaka Maru milik Jepang.

"Spesimen-spesimen yang dikumpulkan akan dikirim ke universitas-universitas dan museum-museum di sleuruh dunia untuk diidentifikasi, diperiksa jaringannya, dan dikodekan DNA-nya," ujar Graham Hosie, ketua proyek sensus dari kapal Umitaka Maru. Para ilmuwan menggunakan data-data pengukuran ini untuk menilai perubahan ekosistem laut dalam akibat pemanasan global.

CEAMARC adalah bagian dari sensus kehidupan laut Antartika yang dikoordinasikan Australian Antarctic Division. Sepanjang Tahun Kutub Internasional (2007-2009) telah dijadwalkan pengiriman 16 kapal ilmiah untuk melakukan penelitian.(REUTERS/WAH)

Manca Negara : Madagaskar : 'Katak Setan' Ditemukan di Madagaskar

(www.kompas.com, Selasa, 19 Februari 2008)

WASHINGTON, SENIN - Spesies katak yang hidup di zaman dinosaurus ini disebut 'katak setan'. Bukan karena katak tersebut sudah punah lalu bergentayangan lho. Para ilmuwan yang menemukan fosilnya menyebutnya demikian karena ukuran tubuhnya yang besar dan bentuknya yang aneh.

Mereka memberinya nama Beelzebufo ampinga, diambil dari Beelzebub, yang berarti setan dalam bahasa Yunani dan bufo, berarti katak dalam bahasa Latin. Ampinga berarti perisai untuk menunjukkan ciri khas tubuhnya yang sekilas menyerupai baju baja.

Dengan panjang tubuh 40 centimeter dan berat 4,5 kilogram, ia paling besar di antara spesies katak yang pernah hidup di Bumi. Katak Goliath yang masih hidup di Afrika Barat hanya seberat 3,5 kilogram.

Namun, ia tidak berkerabat dekat dengan katak Goliath, melainkan dengan katak di Amerika Selatan yang disebut Ceratophyrs atau katak Pac Man karena mulutnya yang besar. Keduanya sama-sama memiliki semacam tanduk di kepalanya.

Mulutnya memang sangat lebar dengan rahang yang kuat. Ia mungkin mengunyah mangsanya dengan sengit. Bahkan, katak setan mungkin juga memangsa bayi dinosaurus.

"Tidak dipungkiri bahwa Beelzebufo mungkin memangsa kadal, mamalia, dan katak-katak lebih kecil bahkan dinosaurus yang baru menetas," ujar David Krause dari Universitas Stony Brook, New York, AS.
Krause menemukan fosil tersebut di bagian barat laut Madagaskar sejak tahun 1993 namun deskripsi makalahnya baru dimuat dalam jurnal Proceedings of the national Academy of Sciences edisi Senin (18/2). Katak tersebut diperkirakan hidup di Periode Cretaceous antara 65-70 juta tahun lalu.

Temuan ini tidak hanya mengejutkan namun memberi petunjuk baru mengenai sejarah Madagaskar. Pulau di Samudera Hindia tersebut mungkin pernha bersatu dengan merika Selatan atau katak bermigrasi melalui Antartika yang saat itu masih hangat.(AP/WAH)

19 February 2008

Tikus Raksasa dari Mamberamo, Ditemukan lagi dua spesies baru mamalia

(www.conservation.or.id)
Barangkali inilah keberuntungan untuk tahun tikus 2008. Gunung Foja di Mamberamo Papua, kembali membawa kejutan. Seekor possum (hewan berkantung) kerdil dan seekor tikus raksasa, diduga merupakan jenis baru yang belum dikenal di dunia ilmu pengetahuan, kembali ditemukan.
“Sungguh sangat menyenangkan bahwa ada satu tempat di muka bumi ini yang sangat terpencil dan sangat asli dan alami,” kata Bruce Beehler, Vice President CI yang mengepalai ekspedisi tersebut. “Kami bersyukur, masih ada tempat, bak potongan sorga masih tersisa, tidak terganggu oleh manusia, sama seperti ketika kami datang pertama kali kesini,” katanya.

Para ilmuwan Conservation International (CI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), turun ke lapangan dalam sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh kru film CBS, bulan Juni 2007, mengumumkan tentang penemuan tersebut. Selain itu, kunjungan ke Gunung Foja ini juga mengundang fotographer National Geographic. Sebelumnya para ilmuwan CI and LIPI juga menemukan puluhan tumbuhan dan satwa jenis baru di kawasan ini dalam sebuah ekspedisi sains akhir tahun 2005. ekspedisi kembali dilakukan pada tahun 2007, untuk ditayangkan pada program televisi AS, CBS yang bertajuk, “60 Minutes” pada bulan Desember 2007.
Kawasan rimba Foja merupakan bagian dari Lembah Mamberamo, tempat terluas di Asia Pasifik yang belum tersentuh oleh tangan manusia. Sekarang ini penduduk global sedang mencari solusi dalam menghadapi perubahan iklim, maka kawasan hutan seperti Foja inilah yang diharapkan nantinya sangat bernilai dalam daya serapnya sebagai regulator iklim atau pengikat karbon (carbon sinks).

Merauke : Bupati Gebze Canangkan Ternak Bangkit dan Konteks Ternak

(www.cenderawasihpos.com, 18-02-2008)
MERAUKE- Setelah mencaangkan tahun 2008 sebagai tahun peningkatan kesejahteraan masyarakat menyongsong Provinsi Papua Selatan, Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze kembali mencanangkan tahun 2008 sebagai Ternak Bangkit (Terbang,red) dan Konteks Ternak.
Pencanangan tersebut dilakukan Bupati Gebze ditandai pelepasan balon ke udara pada peresmian gedung baru Dinas Peternakan seluas 2.200 meter persegi, Sabtu (16/2) pekan kemarin.
Ternak bangkit dan Konteks Ternak tersebut merupakan program khusus Dinas Peternakan Kabupaten Merauike dalam rangka menjadikan Merauke sebagai produsen daging baik sapi, kerbau, babi, ayam kampung dan beberapa ternak andalan Merauke ke sejumlah daerah di Papua bahkan luar Papua. Untuk memotivasi masyarakat khususnya bagi setiap peternak, maka nantinya akan dilakukan konteks ternak.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Merauke, Ir Bambang Dwiatmoko, M.Si mengungkapkan, peternakan di Kabupaten Merauke khususnya dan Papua Selatan pada umumnya sudah dikembangkan sejak Pemerintah Hindia Belanda kalah itu. Dan dewasa ini peternakan mempunyai peranan strategis dalam pembangunan nasional. Pertama menyiapkan bangsa, mencerdaskan bangsa kemudian menciptakan lapangan pekerjaan serta berperan menumbuhkan perekonomian pedesaan.
Peranan strategis tersebut bila dikaitkan dengan kondisi obyektif Kabupaten Merauke, maka pembangunan sub sector peternakan akan memberikan dampak positif pada pembangunan sumber daya manusia.

Ternak bangkit yang dicanangkan itu, lanjut Bambang, sebagai kebangkitan seluruh stakeholder peternakan dengan pola pikir peternak dari peternak sambilan menjadi peternak pilar ekonomi petani
peternak. ‘’Kami akan melaksanakan konteks ternak untuk Sapi Beo, Sapi Bali dan Babi sebagai upaya untuk memberikan motivasi bagi peternak,’’ jelas Bambang.

Sementara itu, Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze mengatakan dengan pencanangan tersebut nantinya tidak ada orang tanpa sapi, tidak ada kampung tanpa sapi dan tidak ada distrik tanpa sapi dan tidak ada Kabupaten tanpa sapi. Menurut Bupati Gebze, peternakan merupakan pekerjaan riil yang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kepada Dinas Peternakan, Bupati Gebze mengingatkan agar kerjanya di lapangan lebih ditingkatkan lagi dibanding lebih banyak di belakang meja. “Karena ini pekerjaan riil sehingga persenelingnya ditambah. Kalau perlu doubel gardan,’’ katanya. (ulo)

Yapen : Yapen Kembangkan Rumput Laut di Kampung-Kampung

(www.cenderawasihpos.com, 18-02-2008)
JAYAPURA-Salah satu upaya pengembangan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Kabupaten Yapen adalah dengan membudidayakan rumput laut, namun sementara ini masih mengalami beberapa kendala, seperti halnya belum adanya gudang untuk menampung hasil produksi rumput laut itu.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Bupati Yapen, Daud S. Betawi saat ditanya wartawan di sela-sela mengikuti acara Rakerda di Kantor Gubernur Papua, Sabtu (16/2).

Bupati menuturkan, pada tahap pertama baru uji coba, sebab rumput laut ini membutuhkan adaptasi terhadap laut, sehingga untuk kedepan belum bisa dihitung berapa peningkatan produksinya. "Pada saat panen raya oleh menteri kelautan pada tiga bulan lalu, kita baru panen sebanyak 100 ton, namun untuk sekarang ini kita berharap bisa panen hingga 500 ton," tuturnya.
Dikatakan, proyek pengembangan rumput laut ini baru dilaksanakan di beberapa kampung, antara lain di Kampung Sarwandori Distrik Kosiwo, kemudian Kampung Ansus yang diproyeksikan hasilnya akan lebih bagus lagi.

"Untuk bibit rumput laut itu kita ambil dari Sulawesi Selatan dan sudah bisa hidup (beradaptasi) di Yapen, sehingga untuk pengembangan, rumput ini sudah bisa hidup di kabupaten yang lain," katanya.
Yang menjadi kendala dalam pengembangan rumput laut ini adalah ketika rumput laut itu hendak dibeli secara massal, pemerintah daerah tidak menyediakan gudang. "Kita terbatas sekali terkait dana untuk membangun gudang di sentra-sentra produksi. Kita berharap ada perhatian dari Provinsi baik melalui dana Otsus maupun lainnya," lanjut bupati.

Dijelaskan, jika produksi rumput laut di Yapen ini sudah bagus, maka bibitnnya dapat distribusikan ke kabupaten yang lain, terutama Kabupaten Nabire, Teluk Wondama, Manokwari, Biak Numfor dan Supiori. "Sebab jika kita mau ekspor ke luar negeri, produksi yang kita siapkan harus dalam jumlah yang besar. Oleh karenanya, beberapa kabupaten harus bergabung dalam produksi ini," imbuhnya.
Sekedar diketahui, dalam pameran Rencana Strategi Pembangunan Kampung (RESPEK) di Kantor Gubernur Papua, salah satu yang ditampilkan pemeran produk makanan hasil rumput laut yang dioleh oleh ibu-ibu Bhayangkari dari Polres Yapen. Sebab sebelumnya ibu-ibu bhayangkari ini telah ikut kejuruan pengelolaan rumput laut di National Health Institute (NHI) Bandung. Hasil ini nantinya juga akan disosialisaikan lebih lanjut ke masyarakat Papua, khususnya di Serui (Kab. Yapen).(fud)

Sarmi : Bupati Tegur Keras HPH yang Abaikan Perbergub, Tentang Peredaran Hasil Hutan di Wilayah Sarmi

(www.cenderawasihpos.com, 18-02-2008)
SARMI-Tanpa mengesampingkan peranan HPH dalam membuka keterisolasian dan membangun prasarana jalan di Kabupaten Sarmi, HPH diminta untuk tunduk dan mengikuti Peraturan Bersama Gubernur (Perbergub) Papua dan Gubernur Provinsi Papua Barat Nomor 163 dan Nomor 16 Tentang Peredaran Hasil Hutan dalam wilayah Kabupaten Sarmi.

Harapan tersebut disampaikan Bupati Sarmi Drs. Eduard Fonataba, MM ketika membuka kegiatan Penjelasan Perbergub Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Nomor 163 dan Nomor 16 di Aula Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdik) Bumi Petam di Kota Baru Petam Rabu (14/2) lalu.
"Ketidakhadiran para pengelola HPH dalam kegiatan ini, menunjukkan ketidakpedulian atau malas tahu HPH yang beroperasi di Sarmi terhadap Perbergub, saya minta Kadinas Kehutanan menggelar pertemuan ulang dan memanggil mereka semuanya", tegas Bupati.

Kelima HPH yang saat ini beroperasi di wilayah Kabupaten Sarmi, adalah PT. Wapoga Mutiara Timber, PT. Salaki Mandiri Sejahtera, PT. Mondialindo S. Pratama, PT. Bina Kenip Jaya, PT. Bina Balantak Utama, dan PT. Mamberamo Alas Mandiri.

Mereka sebelumnya telah mendapat undangan untuk menghadiri kegiatan dimaksud karena berhubungan dengan aktivitas mereka di Sarmi, akan tetapi hanya perwakilan PT, Bina Balantak Utama yang hadir ketika kegiatan sudah separuh berjalan.
Mencermati kondisi tersebut Bupati meminta kepada Polres Sarmi untuk memanggil perwakilan dari perusahaan HPH dimaksud, untuk duduk bersama dengan instansi terkait agar apa yang menjadi keputusan Pemerintah Provinsi dapat dilaksanakan. "Ini hal penting, dan seharusnya mereka hadir karena ini menyangkut aktivitas mereka, atau karena yang undang kabupaten jadi HPH cuek kah,"ujar Bupati sedikit kesal sembari membeberkan beberapa data yang di minta kepada HPH sampai hari ini juga belum di serahkan.

Sesuai dengan Perbergub yang dikeluarkan 18 September 2007 seperti diatur dalam Bab III Pasal 3 dikatakan bahwa setiap hasil hutan yang diproduksi di wilayah Papua wajib diolah seluruhnya di wilayah Papua.
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 1-3 ditegaskan bahwa peredaran kayu bulat / logs hanya
Diperkenankan untuk kebutuhan dalam Papua, sedangkan antar provinsi hanya boleh bagi hasil hutan olahan dan untuk ekspor, harus hasil hutan olahan yang telah melalui pengolahan tahap akhir atau dalam bentuk produk jadi.

Bupati Sarmi dalam kesempatan tersebut mengatakan selama ini Kabupaten Sarmi bertindak hati - hati dalam menyikapi persoalan hasil hutan, ini karena begitu banyaknya peraturan yang tumpang tindih sehingga dibutuhkan ketelitian bila daerah ingin mengeluarkan izin.
Acara penjelasan Perbergub tersebut selain dihadiri masyarakat adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat, dan staff dari beberapa dinas terkait, terlihat Dandim 1712 PWY Letkol Arh. F. Sitinjak dan Kapolres Sarmi Kompol Robert Djari. Kadinas Kehutanan Kabupaten Sarmi Ir. C.H. Sorondanya ketika di konfirmasi menjelaskan kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat dan pengelola HPH tentang beberapa kebijakan Pemerintah Provinsi. "Dari laporan yang kami terima, pimpinan masing - masing perusahaan yang sudah kami undang sedang tidak berada di tempat, tapi kita akan panggil kembali semuanya dan menjelaskan hal ini", ujar Kadinas lagi.(ist)

17 February 2008

Merauke : Dinas Pertanian Merauke Targetkan Penanaman Padi Seluas 23.744 Ha, Untuk Musim Tanam 2008

(www.cenderawasihpos.com, 16-02-2008)
MERAUKE- Dinas Tanaman Pangan (Pertanian,red) Kabupaten Merauke terus meningkatkan luas tanam dari tahun ke tahun dalam rangka mewujudkan Kabupaten Merauke sebagai agropolitan sekaligus sebagai lumbung pangan nasional.
Pada musim tanam 2008 ini, Dinas Tanaman Pangan menargetkan penanaman padi seluas 23.744 ha. ‘’ Musim tanam tahun ini kita targetkan penanaman padi seluas 23.744 ha,’’ ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke Drs Omah Laduani Ladamay, M.Si, ditemui di ruangan kerjanya, Jumat kemarin.

Peningkatan luas areal pada musim tanam tahun ini, yakni dengan adanya penambahan lahan baru seluas 700 ha seluas yang diperoleh dari anggaran tahun 2007. Penambahan lahan Baru tersebut difokuskan untuk masyarakat yang ada kampung-kampung lokal. ‘’Pemerintah punya komitmen bahwa pada tahun 2010 seluruh kampung-kampung terutama penduduk lokal Marind ini harus punya lumbung pangan, sehingga kampung-kampung lokal ini tidak lagi membeli beras dari luar tapi seluruh kebutuhan beras dipenuhi dengan cara menanam padi sendiri,’’ jelasnya.

Bila sebelumnya penduduk lokal khususnya masyarakat Marind merupakan masyarakat peramu yang hanya mengandalkan ketersediaan alam, saat ini telah terjadi suatu perubahan secara besar-besaran. ‘’Kalau dulu dibilang orang Marind tidak bisa tanam padi, sekarang sudah bisa. Bahkan saya lihat di beberapa kampung mereka dengan inisiatif sendiri menanam padi tanpa dorongan pemerintah,’’ terangnya.

Dengan melihat adanya kemauan dari penduduk lokal yang sangat luar biasa itu, pada tahun anggaran 2008, Pemerintah Daerah melalui Dinas Tanaman Pangan mencoba mendorong dan membantu. ‘’Meski memang ada beberapa tahapan kita harus subsidi,mulai dari buka lahan, olah lahan bahkan sampai menanam. Tapi dengan mulai adanya kemauan itu saja merupakan suatu perubahan yang sangat luar biasa,’’ jelasnya.

Selain itu, jelas Mantan Kepala Bappeda Mimika ini, dorongan lainnya dengan memberikan pendampingan bagi warga. ‘’Kita juga memberikan bantuan alat-alat pertanian dengna sistem pinjaman dan melatih mereka cara menggunakan dan memelihara sehingga suatu saat mereka sendiri yang menggunakan alat dan bisa merawat mesin pertanian yang diberikan itu,’’ terangnya.
Dengan luas tanam tersebut, Laduani menargetkan nantinya mampu menghasilkan beras giling sebanyak 80.00 ton dengan asumsi bahwa setiap ha akan menghasilkan rata-rata 4 ton gabah kering. Optimisme itu karena mulai musim tanam pula varitas bibit telah diperbaiki dengan memberikan bibit unggul secara gratis kepada para petani.

Dijelaskan, untuk musim tanam tahun ini bibit unggul yang disiapkan dan mulai dibagikan secara gratis kepada petani sebanyak 44.444 kg atau 44 ton lebih dengna rincian 18.056 kg dari DAU, 8.888 kg dari dana Otsus dan 17.000 kg dari APBN. (ulo)

15 February 2008

Jayapura : Menyoal Daerah Bambu Kuning Polimak yang Menjadi Langganan Banjir

(www.cenderawasihpos.com, 14-02-08)
Ada Lubang Resapan Air, Tapi Sudah Tertutup Bangunan Rumah Warga

Banjir yang melanda sejumlah rumah warga Bambu Kuning Polimak 15 Januari lalu, nampaknya mulai membuat cemas warga di daerah itu. Meski air sudah surut, namun sewaktu-waktu banjir bisa datang lagi. Apa harapan warga agar daerah tersebut bebas banjir?

Laporan: AGUNG TRI HANDONO
Jika dilihat dari letaknya pada permukaan air laut, sebenarnya kawasan Bambu Kuning Polimak, cukup tinggi, namun daerah ini ternyata menjadi langgan banjir. Seiring dengan meningkatnya pemukiman dan aktivitas warga, nampaknya memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan di daerah ini.
Jika selama ini, air yang mengalir di daerah tersebut bisa terserap dan tidak sampai meluap, maka saat ini jika hujan deras maka pasti terjadi luapan dan banjir di daerah ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa daerah ini sebenarnya ada lubang atau saluran peresapan air secara alami, namun karena saluran tersebut tertutup, membuat daerah Bambu Kuning tidak bisa lagi kering.
Adanya saluran lubang peresapan air ini juga dibenarkan Hendrik Wameya, yang mengaku sejak 1976 sudah menempati daerah di sekitar Bambu Kuning ini. Pada saat dirinya mulai tinggal di daerah ini, tak ada bayangan bahwa suatu saat daerah tersebut menjadi daerah langganan banjir. “Pemukiman warga dulu tidak seperti saat ini, hanya ada sekitar 3 sampai 5 rumah saja,”ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Meski hujan deras, namun air yang mengalir ke Bambu Kuning bisa langsung kering dan tidak tergenang seperti saat ini. Dikatakan, ada beberapa saluran pembuangan alami yang ada di daerah ini, salah satunya muncul di Mesran dekat pelabuhan, dan satunya lewat saluran di dekat Kalam Kudus. “Saluran peresapan air ini, sudah ditutup oleh beberapa bangunan yang ada,”tutur Hendrik
Hal senada juga diungkapkan Mince Mansai, salah seorang penjual pinang di daerah itu, yang juga sudah lama tinggal di daerah ini. Menurutnya, daerah ini dulunya kering, bahkan sering dijadikan tempat bermain sepak bola dan bola voli oleh masyaraklat. Meski hujan dan tergenang air, namun tak lama genangan air ini bisa surut dan kering. “Sejak 1976 kami tinggal di sini, baru hujan kemarin yang menyebabkan banjir dan merendam kawasan ini,”ungkapnya.

Tanda-tanda terjadinya perubahan lingkungan, terutama saluran peresapan air ini, menurut Mince Mansai disebabkan pemukiman warga semakin padat. Tidak hanya itu, saja, pengaruh sedimentasi pengendapan lumpur atau sampah-sampah juga mempengaruhi resapan di daerah ini. Oleh karena itu, bila daerah ini tidak lagi rawan banjir, seharusnya perlu mengembalikan fungsi saluran pembuangan air di kawasan ini. “Bangunan maupun sampah dan lumpur yang menutup saluran ini perlu dibersihkan, saluran pembuangan berfungsi lagi, “tandas Mince.

Perubahan lingkungan di daerah ini memang terjadi cukup signifikan, hal ini bisa terlihat dari pantauan Cenderawasih Pos, dimana sejumlah bangunan rumah yang lama ini, kini lantai dasarnya justru lebih rendah dari badan jalan. Padahal menurut salah seorang warga, bangunan beberapa rumah di pinggir kiri dan kanan jalan ini dibangun 1 meter lebih tinggi dari badan jalan. Praktis saat banjir kemarin, meski jalan sudah kering beberapa rumah warga masih terendam air. Dengan kondisi tersebut, sejumlah warga memang mengantisipasi dengan membangun rumah bertingkat.

Bangunan rumah di kawasan ini tampaknya tidak hanya yang telihat di pinggir sepanjang jalan. Bila melonggok ke belakang, ternyata juga padat dengan pemukiman warga. Bahkan di atas genangan air tersebut juga berdiri sejumlah rumah panggung, yang dikontrakkan. “Dulu kering, kelihatan tanah dasar dan rumput-rumput yang tumbuh, tapi sejak 2006 dan 2007 ini sering tergenang air, “ujar Dalih yang mengaku meski saat ini terjadi genangan seperti kolam air yang besar dan dipenuhi sampah, dirinya tidak terganggu oleh nyamuk. “Tidak ada nyamuk, saya juga heran,”ujarnya.
Sampah sampah yang kini terlihat menumpuk di atas permukaan kolam besar ini, menurut Dalih bukan dari warga yang tinggal di daerah tersebut, tapi sampah-sampah ini muncul dan terbawa banjir dari daerah lain yang lebih tinggi. “Kami sering membersihkan dan membuangnya ke tempat sampah, tapi jika habis hujan maka sampah muncul lagi,”terang Dalih yang mengaku banyak orang yang menjadikan tempat ini untuk memancing.
Dengan kondisi yang ada ini, warga yang ditemui Cenderawasih Pos berharap agar pemerintah mengambil tindakan untuk pembersihan dan penanganan saluran pembuangan air di daerah ini, supaya daerah ini tak lagi terkena banjir.(*)

Jayapura : Polimak Rawan Pohon Tumbang

(www.cenderawasihpos.com 14/02/2008)
JAYAPURA - Kondisi wilayah Kota Jayapura yang berbukit-bukit memang perlu penghijauan untuk menahan banjir maupun tanah longsor. Namun kondisi pepohonan yang cukup besar dan sudah berumur di daerah Polimak, tepatnya sebelum daerah Bambu Kuning dari arah Entrop, kini rawan tumbang. Bahkan Rabu (13/2) dini hari kemarin, dua batang pohon besar patah dan menutup jalan tersebut.
Salah seorang warga, Hendrik Wameya mengatakan, dua pohon besar yang patah dan roboh di tengah jalan itu akibat hujan yang mengguyur Kota Jayapura Rabu pagi kemarin,. Beruntung saat kejadian, tidak ada kendaraan atau warga yang melintas.

Dikatakan, pepohonan sangat dibutuhkan untuk menahan lereng bukit yang sangat terjal di samping kiri jalan itu, namun disisi lain, pepohonan yang begitu dekat dengan badan jalan ini juga rawan tumbang, khususnya bila terjadi hujan dan angin kencang. Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah memberikan tanda peringatan kepada warga untuk berhati-hati melintas di jalan ini, khususnya pada saat hujan dan angin.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, kemarin, dua batang pohon yang patah itu sudah dipotong dan disingkirkan dari tengah jalan, namun masih menumpuk di pinggir jalan. Jika dilihat di lereng bukit di dekat daerah Bambu Kuning ini, memang pohon yang ada cukup lebat, seperti pohon beringin yang mempunyai akar kuat, namun juga ada pohon yang rawan tumbang. Apalagi beberapa titik ada saluran air yang terbentuk secara alami akibat air hujan, dikhawatirkan bila hujan deras dan aliran air yang kuat maka pohon-pohon ini tidak mampu menahan air. (tri)

Jayapura : Linmas Tingkatkan Pelatihan Masalah Lingkungan

(www.cenderawasihpos.com, 14-02-2008)
JAYAPURA-Kepala Badan Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Papua, Drs Izaak S Karubaba mengatakan, pihaknya akan meningkatkan pelatihan yang secara langsung berhubungan dengan masalah lingkungan, sehingga dengan melalui pelatihan, tercipta situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif.

Selain melakukan pelatihan, pihaknya juga memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang berhubungan dengan tugas Linmas, diantaranya pemadam kebakaran, memberikan alat-alat pendeteksi bencana, di mana alat tersebut sudah digunakan di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Sekertaris Satkorlak Provinsi Papua ini mengungkapkan, wilayah Papua yang rawan terhadap bencana alam yaitu Kabupaten Nabire, selain itu daerah yang mempunyai potensi gelombang tsunami yaitu Manokwari, Teluk Bintuni dan Biak, sedangkan gelombang pasang di Serui.

Selain itu, daerah lainnya seperti Wamena yang rawan kelangkaan pangan serta Merauke yang sering mengalami kemarau panjang dan jika musim hujan sering terjadi banjir, masalah ini harus diatasi, untuk itu dalam menanganinya perlu dukungan dan partisipasi dari semua pihak.
Dijelaskannya, peran serta semua pihak sangat penting, apabila terjadi bencana, maka korban membutuhkan bantuan berupa bahan makanan, tempat tinggal dan pembangunan sarana dan prasarana lainnya.

Dikatakannya, selama ini banyak kendala yang dihadapi untuk mengatasi masalah bencana, diantaranya letak geografis Papua yang terdiri dari pegunungan dan pesisir pantai, selain itu yang menjadi faktor lainnya yaitu karena alokasi dana yang akan digunakan sangat terbatas.
“Untuk itu sekali saya mengharapkan kepada semua pihak terutama instansi terkait untuk bersama-sama menangani masalah bencana ini,”tandasnya. Ditambahkannya, terkait curah hujan yang tinggi sesuai dengan himbauan gubernur untuk selalu waspada terhadap bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung dan dipingiran kali.(lmn)

14 February 2008

Keerom : Ruas Jalan ke Pabrik Sawit Dikeluhkan

(www.cenderawasihpos.com, 13-02-2008)
Ruas jalan yang melintasi Arso 1 sampai pada areal Pabrik PT. Perkebunan Nusantara II (PT.PN II) di Distrik Skanto, dikeluhkan masyarakat. Khususnya para petani dan sopir truck yang menggunakan ruas jalan tersebut untuk mengangkut kelapa sawitnya ke pabrik bersangkutan.
Dari pantauan Cenderawasih Pos, di lapangan, kondisi jalan sangat memprihatinkan, dimana jalan yang tidak teraspal yang hanya ditimbun dengan karang putih tersebut, terdapat lubang disana sini, sehingga menyebabkan kendaraan truck yang mengangkut kelapa sawit milik petani tersebut begitu sulit melewatinya.

Kondisi tersebut, menurut bereapa sopir truck dan para petani kelapa sawit, perlu kehati-hatian agar buah kelapa sawit yang diangkut bisa jatuh ke jalan, dan bisa saja truck tersebut terbalik. "Jalan menuju pabrik kelapa sawit ini makin rusak, kami tidak tahu siapa yang berwewang untuk memperbaikinya," ungkap seorang warga Selasa, (12/2).
Wakil Bupati Keerom, Drs. Wahfir Kosasih, SH, menyatakan, ruas jalan menuju ke pabrik memang jalannya Pemda Keerom. Namun menurutnya, pembuatan ruas jalan tersebut dilakukan dikarenakan adanya pabrik.U ntuk itulah seharusnya dan sudah sewajarnya bila kerusakan jalan itu turut menjadi perhatian pihak PT.PN II untuk memperbaikinya.
Meski demikian, Wabup mengatakan permasalahan itu akan tetap menjadi perhatian pemerintaha daerah untuk dibenahi, termasuk semua ruas jalan di Kabupaten Keerom. (nls).

Keerom : Petani Kelapa Sawit di Keerom Resah

(www.cenderawasihpos.com, 13-02-2008)
KEEROM-Petani kelapa sawit di Kabaupaten Keerom yang tergabung dalam Forum Peduli Nasib Petani Kelapa Sawit (FPNPKS) resah. Keresahan para pertani tersebut disebabkan adanya pembatasan penganagkutan tandan buah segar ke pabrik sebagaimana tertuanag dalam surat pemberitahuan dari PT.Perkebunan Nusantara II tentang penetapan jadwal panen serta hasil rapat antara pihak kepada pihak Forum Peduli Nasib Petani Kelapa Sawit (FPNPKS) dan pihak PT.PN II.
Dalam surat yang telah diterima FPNPKS, dijelaskan bahwa pembatasan TBS sebagai berikut salah satunya khusus pemanen kebun plasma pada afdeling I pir hanya diwajibkan memanen dan membawa TBS sebanyak 30 ton perhari. Demiakian pula dengan pemanen kebun KKPA Arso 1 hanya diberikan kewenangan untuk mengangkut TBS ke pabrik sebanyak 7 ton perhari.

Wakil Sekretaris FPNPKS Kabupaten Keerom, Damasus Kabalen, mengatakan, persoalan pembatasan kuota panen kelapa sawit perhari oleh pihak PT.PN II, sangat meresahkan pihaknya selaku petani."Menurut perhitungan kami, pembatasan kuota panen itu sangat memberatkan para petani," ujarnya usai meninjau kondisi kelapa sawit dan usai meninjau lokasi pabarik kelapa sawit di Arso 1 Distrik Skanto, Selasa, (12/2).

Menurutnya dengan pembatasan kuota panen dan penerapan sistem POt, jelas menyebabkan petani mengalami kerugian akibat rusaknya kelapa sawit sekitar 400 ton per bulan dari hasil kuota yang dipanen setiap bulannya mencapai 1000 ton/bulan.Untuk itu Damasus mengharapkan adanya penjadwalan panen dan angkut yang tepat. Hal ini agar tidak terjadinya antrian PAO yang pada gilirannya merugikan para petani sendiri.
Ditempat terpisah, Wakil Bupati Keerom, Drs. Wahfir Kosasih, SH, mengharapakan permasalahan para petani itu tidak terulang lagi, Untuk itu tindakan yang dapat diambil pemerintah daerah yaitu membuat suatu sistem persaingan yang sehat, yang diharapkan dengan pola itu membuat masyarakat sejahtera. (nls).

Merauke : Gelombang Tinggi, Masyarakat Dihimbau Tidak Melaut

(www.cenderawasihpos.com, 13-02-2008)
MERAUKE- Tingginya gelombang laut dalam beberapa hari terakhir ini membuat Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Merauke kembali mengeluarkan himbauan agar nelayan dan kapal-kapal ukuran kecil yang selama untuk sementara tidak melaut.
''Terkait dengan tingginya gelombang disertai angin kencang kita mengimbau untuk sementara waktu mengurangi kegiatannya di laut sampai cuaca kembali bagus,'' kata Pelaksana Harian Kepala BMG Merauke Yohana Faturuan, ditemui Cenderawasih Pos, di ruang kerjanya, kemarin.

Mengenai kondisi gelombang laut, Yohana mengatakan ketinggian gelombang di sekitar Laut Arafura berkisar anatara 1,5 hingga 5 meter. Sementara itu kecepatan angin saat ini cukup kencang yaitu 40 km perjam. Kondisi ini menurutnya sangat membahayakan bagi dunia pelayaran khususnya terhadap kapal-kapal kecil. "Kondisi ini terjadi sejak 9 Pebruari lalu dan diperkirakan akan berlangsung sampai 15 Pebruari. Setelah itu, ketinggian gelombang akan turun sampai 2,5 meter,'' jelasnya.
Sementara itu, berkaitan dengan tingginya gelombang laut tersebut Kepala Administrasi Pelabuhan Merauke Yulianus T mengakui telah mengeluarkan intruksi larangan berlayar bagi nelayan tradisional dan kapal-kapal rakyat yang selama ini membawa barang-barang kebutuhan masyarakat ke daerah pedalaman. Sedangkan kapal-kapal yang berbobot besar, kata dia, juga telah menghimbau untuk memperhatikan cuaca . ''Bila sedang berlayar dan menghadapi cuaca yang buruk untuk segera berlindung didaerah-daerah yang dianggap aman,'' pintanya. (ulo)

Supiori : Pengolahan Kelapa Terpadu Terus Dikembangkan

(www.cenderawasihpos.com, 13-02-2008)
SUPIORI-Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Drs M.P Dairi Manulang, M.Si, mengatakan pemerintah akan memberikan perhatian serius terhadap pengolahan kelapa terpadu yang telah dirintis Tim Penggerak PKK Kabupaten Supiori. Untuk itu Disperindag akan menindaklanutinya dengan memberikan pelatihan dan bantuan bagi masyarakat yang belum memahami pengolahan itu secara baik.

Dikatakan, kalau sebelumnya TP PPK Kabupaten Supiori menggelar bimbingan teknis bagi 200 kaum perempuan, maka pada tahun 2008 pihaknya juga akan melakukan hal yang sama. Hanya saja, masyarakat yang akan dibina atau dibantu itu terlepas dari 200 orang yang telah ikut Bintek tersebut.
Tak hanya memberikan bimbingan, Manulang juga mengatakan akan memberikan bantuan bagi masyarakat yang dimaksud. Bantuan itu, untuk memperlancar pengembangan usaha atau kelompok usaha yang akan dibentuk masyarakat.

"Diluar dari peserta yang ikut Bintek TP PKK, kami akan memberikan bantuan kepada para pengrajin kelapa. Termasuk kami juga akan memberikan pelatihan, ini sangat penting supaya masyarakat bisa memamfaatkan potensi yang ada di sekitarnya," ujarnya kepada Cenderawasih Pos.
Para pengrajin kelapa tidak hanya akan diberikan bantuan begitu saja, namun mereka kata Manulang tetap akan mendapat bimbingan selama menjalankan usaha dengan harapan kegiatan yang akan dilakukan memberikan hasil.

"Pemerintah tidak mau bantuan atau program yang dibuat lewat begitu saja. Tapi yang diharapkan dari sini bagaimana setiap program bisa memberikan hasil, terutama pada peningkatan ekonomi masyarakat itu sendiri,"tandas Manulang.(ito)

13 February 2008

Manca Negara : Amerika : Sekjen PBB Serukan Kerjasama Atasi Pemanasan Global

(www.kompas.com, 12-02-2008)
NEW YORK, SELASA - Kesepakatan untuk melawan pemanasan global yang dihasilkan dalam Bali Roadmap di Nusa Dua, Bali akhir tahun lalu mulai ditindaklanjuti. Debat dua hari diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS untuk mendukung pakta baru yang akan diselesaikan pada 2009.

"Jika 2007 merupakan tahun yang menjadi puncak agenda perubahan iklim, 2008 merupakan saatnya kita melakukan aksi bersama," ujar Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Senin (11/2) waktu New York. Debat dua hari dihadiri sejumlah delegasi negara-negara anggota PBB, pengusaha, dan tokoh terkemuka.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut konferensi kerangka perubahan iklim (UNFCC) di bali yang dihadiri delegasi 190 negara. Konferensi tersebut telah menyepakati pembentukan cetak biru untuk mengendalikan perubahan iklim paling lambat akhir tahun 2009 untuki menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir tahun 2012.

"Konferensi menetapkan apa yang harus dilakukan, sekarang pekerjaan sebenarnya dimulai. Tantangannya besar. Kita memiliki waktu kurang dari dua tahun untuk menyusun kesepakatan tersebut berdasarkan data-data ilmiah yang ada," kata Ban.

Ban menyerukan kepada pemerintah, organisasi, dan individu di seluruh dunia untuk bahu-membahu membantu melanjutkan momentum yang tidak akan datang dua kali. Konferensi di Bali merupakan lompatan besar dalam usaha melawan perubahan iklim akibat pemanasan global yang mehairkan Bali Roadmap.

AS yang sebelumnya tidak meratifikasi Protokol Kyoto telah menyepakati Bali Roadmap. Komitmen AS sangat ditunggu-tunggu karena sebagai salah satu negara industri yang menyumbang emisi besar di dunia.
Sebelum debat, Sekjen PBB sebelumnya telah merilis laporan baru yang menyatakan bahwa kerugian akibat pemanasan global akan mencapai 20 triliun dollar AS selama dua puluh tahun ke depan. Laporan ini akan menjadi salah satu topik perdebatan yang dihadiri sejumlah tokoh, seperti milyarder Inggris Richard Branson dan artis Daryl Hannah.(AP/WAH)

Manca Negara : Amerika : Pemanasan Global Ancam Kepunahan Penguin Raja

(www.kompas.com, 12-02-2007)
WASHINGTON, SELASA
- Dampak pemanasan global membuat penguin kehilangan habitat dan sumber kehidupannya. Penguin yang hidup dari memangsa ikan dan cumi-cumi di ujung utara Kutub Selatan (Antartika) terancam terus berkurang karena pasokan pangan mereka menurun seiring menghangatnya laut.

Penguin raja, spesies terbesar kedua setelah setelah penguin emperor, berada pada urutan atas rantai makanan di lingkungan hidup mereka di sub-Antartika. Spesies tersebut hidup dengan memangsa ikan kecil serta cumi-cumi dan bukan dari memangsa sejenis tiram, hewan laut berkulit keras yang disukai mamalia laut tersebut.
Kondisi itu membuat penguin raja menjadi petunjuk yang baik mengenai perubahan dalam ekosistem mereka. Demikian laporan para ilmuwan yang diterbitkan di dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi Februari 2008.

Para ilmuwan CNRS Institut Pluridisciplinaire Hubert Curien di Strasbourg, Perancis, mempelajari penguin raja di Possession Island di bagian selatan Samudra Hindia selama sembilan tahun. Mereka mendapati bahwa tingginya temperatur permukaan laut di daerah tempat penguin itu menghabiskan musim dingin mengurangi banyak mangsa laut mereka yang tersedia, yang pada gilirannya mengurangi angka kelangsungan hidup penguin raja dewasa.

Studi mereka menemukan kemerosotan sembilan persen populasi penguin dewasa untuk setiap 0,26 derajat Celsius pemanasan permukaan air laut. Itu berarti, penguin tersebut dapat menghadapi resiko lebih besar dalam skenario pemanasan global saat ini, yang meramalkan peningkatan 0,2 derajat Celsius pemanasan permukaan air laut setiap dasawarsa selama 20 tahun mendatang.(ANT/WAH)

Pohon Anggrek Terbesar dan Terberat di Dunia

(www.anggrek.org, 12-02-2008)
Ini dia si jawara kelas berat dari dunia anggrek. Jawara ini bernama Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm. Dari corak bunganya…penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan…akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.

Sebagai pecinta anggrek, pasti anggrek ini akan menjadi salah satu “most wanted” dalam daftar koleksi. Agar perburuan liar terhadap anggrek ini di habitatnya dapat dikendalikan, maka langkah-langkah budidaya secara vegetatif maupun generatif harus segera diberdayakan. Apalagi anggrek ini terkenal sangat mudah menumbuhkan tunas dari stek bulbnya. Setidaknya, dengan membudidayakannya secara vegetatif atau membeli bibit anggrek tebu hasil perkembangbiakan vegetatif (tunas dari stek bulb) dapat menjadi salah satu upaya memelihara kelestarian anggrek alam Indonesia.

Keerom : Siapkan Rp500 Juta Untuk Budidaya Petatas

(www.cenderawasihpos.com, 12-02-2008)
KEEROM - Setelah sebelumnya mengalokasikan Rp.300 juta untuk membuka sawah seluas 100 Ha untuk pengambangan padi, Pemkab Keerom kembali mengalokasikan dana sebesar Rp.500.000.000 untuk budidaya petatas.

Kepala Dinas Pertanian Keerom Anton Sarmayanto, SH, M.Si., dana itu akan diarahkan pada beberapa program pendukung diantaranya bantuan pengolahan lahan, penyediaan bibit ubi jalar, pelatihan bagi para petani, serta pendampingan bagi para petani ubi jalar bersangkutan. ”Pengembangan petats ini untuk mendukung bahan baku pabrik mie dan roti,”ungkapnya.

Selain mengalokasikan dana yang cukup besar, menurutnya pemerintah daerah juga menyediakan lahan seluas 50 hektar yang lokasinya terkonsentrasi di Arso 13, Arso 14, dan Arso. “Provinsi juga menyediakan lahan seluas 30 hektar, sehingga luas lahan yang akan digarap untuk budidaya petatas itu adalah 80 hektar,” katanya.
Dalam pengembangannya, Anton memperkirakan produksi petatas nantinya dapat mencapai 10 hingga 12 ton perHa. (nls)

10 February 2008

Jayapura : Pertambangan Dapat Tingkatkan Ekonomi Rakyat

(www.cenderawasihpos.com, 09-02-2008)
JAYAPURA-Kasubdin Bina Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua, Ir Eddy L Pangaribuan mengatakan, sektor pertambangan cukup berpotensi dalam meningkatkan perekonomian kerakyatan. Untuk itu, pihaknya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan potensi tersebut dengan memberikan bantuan berupa peralatan yang dapat mendukung proses pertambangan di beberapa daerah yang memiliki potensi tambang.

"Kami memberikan bantuan kepada beberapa daerah perkampungan, dimana lokasi tersebut mempunyai potensi tambang misalnya tipe C yang terdapat batu kali, maka daerah tersebut diberikan bantuan berupa peralatan tambang,"terangnya kepada Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, baru-baru ini
Dijelaskan, pemberian bantuan ini berupa kraser (mesin peremuk batu) yang nantinya akan dipergunakan memecahkan batu yang berukuran besar menjadi ukuran kecil, tergantung dari ukuran batu yang diinginkan.

Pemberian bantuan kraser tersebut kata Eddy, akan diberikan kepada 5 kabupaten/kota diantaranya Kabupaten Jayapura, Keroom, Kota Jayapura,Biak Numfor danYapen. Selain pemberian kraser, pihaknya juga memberikan pompa alkon yang nantinya digunakan bagi penambang emas serta pemberian bantuan pencetak batu tela. Pemberian bantuan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi tambang yang ada di daerah tersebut.

Ditambahkan, selain pemberian bantuan berupa peralatan, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait masalah pertambangan dan melakukan penertiban pertambangan bagi penambang yang tidak memiliki surat izin kuasa pertambangan (KP).
"Untuk melaksanakan kegiatan ini, kami mengharapkan adanya kerja sama yang baik dari semua pihak, terutama dari pemerintah daerah setempat dan aparat terkait, sehingga potensi tambang dapat dikelola dengan sebaik-baiknya, demi peningkatan ekonomi masyarakat terutama yang ada di sekitar lokasi pertambangan,"tandasnya.(us)

09 February 2008

Papua : Seekor Penyu Belimbing Berenang dari Papua ke Oregon

(www.kompas.com, 08-02-2008)
Perjalanan seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) ini mungkin yang terpanjang sepanjang sejarah. Betapa tidak, untuk mencari makan ia harus berenang dari pantai Papua hingga ke pantai Oregon, AS.

"Ini seekor hewan yang sangat cocok untuk melakukan perjalanan seperti ini," kata Scott Benson, peneliti bidang biologi kelautan dari National Marine Fisheries Service AS. Lembaga yang ikut menyokong program pemantaun penyu ini melaporkan hasil pelacakannya bulan lalu.

Penyu selama ini dikenal sebagai hewan laut yang memiliki daya jelajah sangat luas. Penyu belimbing banyak bertelur di kawasan pantai Indonesia yang masih bebas dari gangguan aktivitas manusia, namun begitu bertelur, mereka menjelajah hingga ribuan kilometer. Jejak perjalanan penyu dilacak melalui alat penerima sinyal satelit yang ditempelkan di tempurungnya. Enam ekor penyu dipasangi alat tersebut sejak tahun 2003.

Salah satunya tercatat melakukan perjalanan paling jauh dengan berenang hingga ke Oregon. Penyu tersebut sedang dalam perjalanan kembali ke Hawaii sebelum baterai transmiternya mati. Total jarak terjauh yang sudah ditempuh penyu tersebut mencapai 20.438 kilometer selama 647 hari.(AP)

08 February 2008

Manca Negara : Jepang Ingin Jadi Pionir Pengurangan Emisi

(www.antara.co.id, 07-02-2008)
Tokyo (ANTARA News) - Jepang semakin berambisi menjadi pionir pengurangan emisi gas di abad 21, dengan mendesak industrinya melakukan berbagai terobosan teknologi yang hemat energi, sekaligus mengubah mental masyarakatnya, kata pakar teknologi lingkungan dari Lembaga Iptek Jepang (Japan Science and Technology Agency) Profesor Itaru Yasui.


Dalam diskusi rutin yang digelar Foreign Press Center of Japan (FPCJ) di Tokyo, Kamis, Yasui mengatakan, kalangan industri Jepang, baik industri elektonik dan otomotifnya terus melakukan terobosan yang bisa melakukan efisiensi dalam penggunaan energinya sehingga Jepang diharapkan sudah dapat mengurangi emisi gas CO2-nya hingga 50 persen.
Ia pun mengutip hasil kajian National Institute of Environmental Studies (NIES) yang menyebutkan Jepang sudah masuk dalam kelompok Low Carbon Society (negara-negara yang tingkat gas buangannya atau CO2-nya rendah).

Disebutkan bahwa Jepang mampu mengurangi CO2 lebih dari 70 persen, meksi kondisi Negeri Sakura itu mengalami persoalan seperti populasinya yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang lambat (di bawah dua persen setahun), namun dengan ekosistem yang mantap.

Untuk mengejar ambisinya itu, kata Yasui, Jepang sejak mengalami krisis energi di tahun 1973 melakukan program efisiensi energi yang ketat dan tersistematis. Mulai dari mengubah mental masyarakatnya, menciptakan Top Running Program, yaitu program yang mendorong industrinya menghasilkan produk yang paling hemat energi di dunia.
"Inovasi banyak dilakukan guna mengubah sistem sosial yang ada. Misalnya regulasi di bidang lingkungan, pemberian insentif dan pengurangan pajak, serta mendorong tanggungjawab sosial bagi generasi mendatang," kata peraih gelar doktor dari Universitas Tokyo itu.

Teknologi Hibrida
Dalam kesempatan itu, Yasui juga menjelaskan tekanan Jepang untuk menyempurnakan teknologi hibrida yang akan dikenakan terhadap industri otomotifnya, serta efisiensi konsumsi listrik dari peralatan kebutuhan rumah tangga, seperti televisi, dan pendingin ruangan.

"Kendaraan dengan energi listrik, perlatan dengan konsumsi listrik yang rendah akan terus dikejar," katanya.
Riset-riset di bidang bio-energy, bio-fuel, dan bahan bakar hidrogen terus dilakukan, meski ada terdapat sejumlah hal yang masih tidak realistik. Terobosan di bidang televisi misalnya terus diupayakan agar menggunakan layar plasma, termasuk memperkenalkan teknologi laser untuk televisi.

Ia juga memaparkan bahwa ada lima sektor yang menjadi target rendah emisi, ataupun hemat energi, yakni di sektor industri, kebutuhan rumahtangga, perkantoran, transportasi, dan sektor angkutan barang.

"Kalau di abad 20, ada konsep memperoleh keuntungan yang besar dengan mendorong konsumsi yang besar juga, maka di abad 21 sudah berubah, yakni dengan menciptakan barang yang bernilai lebih melalui sumber konsumsi yang rendah," ujarnya.
Jepang kini giat melakukan kampanye internasional "Cool Earth 50", yaitu program pengurangan emisi hingga 50 hingga tahun 2050. Hal itu dilakukan untuk mengefektifkan Protokol Kyoto yang akan berakhir masa berlakunya pada 2012.

Jepang juga mengumumkan proyek internasional sebesar satu triliun yen selama 10 tahun guna membantu negara-negara berkembang membangun teknologi-teknologi penurun emisi gas-nya.
Tokyo sendiri akan mengajak para anggota Kelompok Delapan Negara (G-8) untuk menyetujui usul tersebut, lewat pertemuan puncak mereka yang akan berlangsung di resor Danau Toya, Hokkaido, pada Juli 2008.(*)

Supiori : Wajib Ikan Asin Bakal Digalakkan

(www.cenderawasihpos.com, 07-02-2008)
SUPIORI-Potensi laut yang dimiliki Kabupten Supiori terus dikelola pemerintah daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Setelah sebelumnya program rumput laut dibudidayakan, kini pemerintah daerah mencoba menggali potensi lain dari sektor perikanan dan kelautan melalui program wajib ikan asin bagi masyarakat.
Program wajib ikan asin ini dinilai sangat menjanjikan, mengingat sebagian besar masyarakat di Kabupaten Supiori adalah nelayan. Selain itu, Pemkab Supiori berharap melalui wajib ikan asin masyarakat memiliki pendapatan yang tetap.

Dalam program wajib ikan asin, rencananya pemerintah daerah akan menampung atau membeli produk ikan asin masyarakat sebelum ada pasar yang menampung. Artinya, jika masyarakat sulit dalam pemasaran pemerintah yang akan menfasilitasinya sehingga ikan asin tersebut tidak mubazir.
Plt. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Supiori, Drs M.P. Dairi Manulang, M.Si, mengatakan program wajib ikan asin tahun ini mulai dilaksanakan. Dalam menjalankan usaha ikan asin, masyarakat tetap akan memperoleh pendampingan dari pemerintah dan tenaga ahli dibidang ikan asin yang rencananya didatangkan dari luar Papua.
Selain akan mendatangkan tenaga pendamping, pemerintah jugaakan mendorong pembentukan kelompok usaha yang anggotanya berasal dari masyarakat nelayan. Setiap kelompok yang akan dibentuk menurut Manulang terdiri dari 50 anggota.
“Wajib ikan asin merupakan salah satu program unggulan kami dan menjadi produk andalan daerah. Minimal memiliki ciri khas karena kualitas yang dimiliki sehingga di cari orang dimana-mana,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos kemarin.

Upaya pemerintah Supiori menjadikan ikan asin sebagai salah satu produk andalannya, bakal ditindaklanjuti dalam bentuk kerja sama dengan membuka kios ikan asin di sejumlahdaerah baik di Papua maupun di luar Papua. Beberapa tempat yang dilirik menurut Manulang diantaranya Pasar Senen Jakarta, Wamena, Puncak Jaya serta tempat-tempat lainnya.
“Kami tidak main-main dengan program ikan asin ini. Pemerintah akan berupaya membantu masyarakat dalam memasarkannya, kalau perlu pemerintah yang membeli langsung dari masyarakat. Dan rencananya program ini sudah jalan bulan Mei mendatang,” kata Manulang. (ito)

Manca Negara : Amerika : Kutu Rambut Menumpang Migrasi Manusia

(www.kompas.com, 07-02-2008)
WASHINGTON, KAMIS
- Saat manusia modern mulai bermigrasi keluar Afrika, tanpa sadar juga ditumpangi kutu rambut. Hal ini dapat dilacak dari kemiripan sifat genetika kutu-kutu rambut yang ditemukan di berbagai belahan dunia saat ini dengan kutu rambut manusia kuno.

Misalnya, jasad kutu rambut yang ditemukan di rambut mumi berusia 1000 tahun dari Peru. Kode genetika organisme yang berukuran kecil itu bisa dikatakan sama dengan kutu sejenis yang saat ini hidup di Afrika, Eropa, dan Asia.

"Hal ini mengatakan kepada kita bahwa tipe genetika ini menyebar ke seluruh dunia bersamaan saat manusia juga menyebar dan bermigrasi ke seluruh dunia," kata David Reed dari Universitas Florida. Seperti ditulis dalam Journal of Infectious Diseases, Reed dan koleganya mencatat tiga kelompok kutu rambut, A, B, dan C.

Kelompok A ditemukan di semua belahan dunia, kelompok B hanya di Amerika Utara dan Eropa. Sementara, kelompok C termasuk paling jarang. Kelompok B sebelumnya berkembang terpisah di Amerika, namun penjelajah benua membawanya ke Eropa, begitu pula kelompok A dari Eropa ke Amerika.

Para peneliti tanpa sengaja menemukan kutu rambut tipe A pada kepala mumi yang ditemukan di wilayah bergurun di pantai selatan Peru. Para peneliti menemukan lebih dari 900 ekor kutu rambut dari dua kepala mumi yang berasal dari kebudayaan Tiwanaku Chiribaya itu.

"Jumlahnya sangat banyak. Ini mengejutkan. Ini benar-benar bernilai karena betapa banyaknya kutu di rambut," ujar Reed. Ia menduga, rambut yang dikepang jarang disisir sehingga menjadi surga kutu-kutu rambut itu.

Setelah dipelajari kode DNA-nya, kutu tersebut masuk kelompok A. Hal ini menunjukkan kutu rambut keluar Afrika dan menyebar lebih dulu di Benua Amerika sebelum ke Eropa.

Kutu rambut dari kelompok A berkerabat dekat dengan kutu badan penghisap darah yang sering disebut bangsat. Kutu yang hanya hidup di tubuh manusia diketahui bisa menyebarkan bakteri penyebab penyakit, mialnya thypus.

Reed yakin sebagian kutu dari mumi juga membawa bakteri tersebut. Dengan memeplajari bakteri tersebut, sejarah migrasi manusia mungkin juga dapat dirunut. Bahakn, termasuk sejarah penyebaran penyakit seperti thypus.(REUTERS)

07 February 2008

Jayapura : Bupati Habel Berang, Minta Gubernur Non Aktifkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Papua

(www.cenderawasihpos.com, 06-02-2008)
SENTANI-Ijin Kuasa Penambangan (KP) yang dikeluarkan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua kepada PT Sinar Indah Persada (SIP) hingga memasuki tahapan eksplorasi membuat Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae S.Sos, MM berang.

Menurut bupati, keputusan tersebut sudah menyalahi aturan karena mengeluarkan izin KP tanpa rekomendasi dari Pemkab Jayapura yang memiliki otoritas soal lokasi penambangan.
"Tidak sepantasnya kepala dinas mengeluarkan izin KP tanpa ada rekomendasi terlebih dahulu dari kami sekalipun kewenangannya mengeluarkan izin itu," sesal bupati saat menyampaikan kekecewaannya di ruang kerjanya, Senin (4/2).Perbuatan kepala dinas pertambangan tersebut menurut Bupati Habel dianggap salah besar karena akan berdampak luas dan bisa menimbulkan konflik vertikal ditengah masyarakat.

Ia mengakui bahwa ada rekomendasi yang diberikan olehnya ke Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua, namun bertempat di blok II dengan lokasi di Ormuwari Distrik Rafenirara. Sementara dalam izin KP yang dikeluarkan tertera dua lokasi yakni di blok I di Ormuwari dan di blok II di Tablasupa.

"Saya menyarankan kepada gubernur untuk membersihkan orang seperti ini dengan membebastugaskan saja.Bagaimana bisa seorang kepala dinas mengeluarkan putusan tanpa melihat dampaknya di tengah masyarakat," tambah Habel Suwae.
Disinggung soal alasan dari PT SIP dimana menyatakan melakukan eksplorasi karena keinginan kuat dari masyarakat setempat ditepis oleh bupati.Menurutnya alasan tersebut tidak menguatkan mengingat masih banyak warga yang tidak menerima adanya penambangan dilokasi tersebut."Saya pikir sebaiknya jangan dipaksakan karena yang menjadi korban nantinya justru masyarakat," paparnya.(ade)

Jayapura : Akhirnya, Eksplorasi Nikel di Tablasupa Dihentikan, PT.SIP: Kami Minta Dukungan Pemerintah

(www.cenderawasihpos.com, 6 Februari 2008)
SEMENTARA itu terkait permintaan Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae S.Sos,MM, untuk menghentikan sementara aktivitas di lokasi penambangan Nikel di Tablasupa, Distrik Depapre, ditindaklanjuti oleh PT SIP dengan menghentikan aktivitas di lokasi tersebut.
Wakil Humas PT. SIP (Sinar Indah Persada) Ancanuddin Sahel yang dikonfirmasi Cenderawasih Pos via telepon membenarkan adanya pengehentian sementara aktivitas penambangan Nikel di Tablasupa, Distrik Depapre.

"Memang kami sudah mengentikan sementara, tapi masyarakat adat tetap mendesak untuk tetap bekerja sehingga keinginan tersebut bukan semata-mata kehendak perusahaan.
"Kami tidak ada tujuan apa-apa selain bagaimana bisa ikut membangun daerah dengan cara memberdayakan masyarakat setempat.Berapapun warga yang ingin bekerja kami siap untuk menampung dengan tanggung jawab tentunya," ujar Ancanuddin
"Ini masih sebatas eksplorasi atau pengambilan sample tetapi sudah banyak yang kami berika ke masyarakat.Kami fikir tidak ada perusahaan di Indonesia yang mau berkorban dalam tahap awal seperti ini, sehingga kami harap tidak saja masyarakat yang memberikan dukungan melainkan juga pemerintah ," katanya.

Ancanuddin memaparkan bahwa keberadaan PT SIP di Tablasupa tidak ada maksud apa-apa melainkan hanya berusaha memfasilitasi sumber daya yang ada dengan memperkerjakan warga setempat.
"Tidak ada maksud apapun apalagi dikatakan keberadaan kami dapat menimbulkan chaos (pertikaian), karena selama ini tanggapan penduduk sekitar mendukung setelah kami juga memberikan kesepatakan untuk melibatkan masyarakat setempat dalam penambangan," tambahnya. (ade)

06 February 2008

Amazon : Spesies Baru Monyet Ditemukan di Amazon

(www.kompas.com, 05-02-20080)

JAKARTA, SELASA - Tidak disangka-sangka, seekor monyet yang kadang-kadang ditemui suku lokal di Hutan Amazon ternyata masih baru bagi dunia sains. Monyet yang disebut uakari itu memiliki warna tubuh hitam dan tinggal di pegunungan, tidak seperti monyet sejenis yang telah teridentifikasi.

"Mereka mengatakan kepada kami tentang monyet uakari hitam ini yang berbeda dengan monyet sejenis di Taman Nasional Pico de Nablina," kata Jean-Philippe Boubli, peneliti primata dari Universitas Auckland, Selandia Baru, seperti dilaporkan situs National Geographic, Senin (4/2).

Boubli kemudian mengikuti penduduk asli dari Suku Indian Yanomano berburu di sekitar wilayah Rio Araca, hutan adat di Rio Negro, Brasil. Hampir lima tahun usaha tersebut baru membuahkan hasil mengingat habitat monyet tersebut di luar dugaan Boubli.

Uakari biasanya tinggal di sekitar sungai berarus deras di dalam hutan. Namun, spesies yang baru ini beradaptasi di wilayah pegunungan pada perbatasan Brasil-Venezuela, jauh dari habitat monyet uakari lainnya. Bukan hanya berbeda secara genetik, penampilan monyet uakari hitam jelas berbeda dengan monyet uakari lainnya.

Spesies monyet yang baru ditemukan diberi nama Cacajao ayresii untuk menghormati biolog kenamaan Brasil, Jose Marcio Ayres. Sebagai pakar hewan di Wildlife Conservation Society, Ayres yang meninggal tahun 2003 ikut memelopori perlindungan kawasan hutan Amazon.

"Menemukan monyet berukuran relatif besar sebagai spesies baru saat ini sungguh mengejutkan," kata Boubli yang mendeskripsikan monyet tersebut dalam International Journal of Primatology edisi terbaru. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati di Hutan Amazon masih ada yang belum terungkap.

Mahasiwa-mahasiswa Boubli akan kembali mengunjungi kawasan tersebut untuk mempelajari lebih lanjut sebaran dan perilaku monyet uakari hitam. Hasil penelitian ini akan dijadikan dasar untuk merekomendasikan kawasan lindung mengingat habitata monyet tersebut saat ini belum masuk kawasan konservasi.(NATIONAL GEOGRAPHIC)

03 February 2008

Jayapura : Warga di Kawasan Cyclop Diminta Tinggalkan Lokasi

(www.cenderawasihpos.com, 2 Februari 2008)
Untuk Mencegah Hal-hal yang Tidak Diinginkan SENTANI-Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae S.Sos,MM meminta kepada seluruh warga yang bermukim di sekitar kawasan cagar alam atau lokasi penyangga gunung Cyclop untuk menjauh dari lokasi, karena ditakutkan terjadi banjir atau longsor.
Selain karena lokasi sekitar Cyclop sudah dilarang, juga mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi menurut bupati, sudah menjadi kebiasaan warga untuk membuka lahan tanpa mau mengindahkan hal lainnya seperti penanaman kembali.

"Memang jumlah warga di pinggiran ataupun kaki Gunung Cyclop tidak sedikit hingga di khawatirkan dapat mengganggu ekosistem daerah penyangga," tutur Habel Suwae.Peringatan ini disampaikan mengingat pengalaman ditahun lalu dimana akibat kurang berfungsi dengan baiknya resapan tanah dilokasi cagar alam menimbulkan air turun tanpa ada yang menahan dan menimbulkan banjir.
"Selain itu lokasi lahan kritis memang sudah cukup luas nah bagaimana kita bisa bersama-sama membentuk kebiasaan baru dengan pola penghijauan jika memang mengetahui kerusakan alam," jelas Habel mengingatkan.

Ia mengakui tidak ada manusia yang menginginkan terjadinya musibah namun berpandangan pada unsure sebab akibat, dijelaskan banjir atau musibah serupa dapat terjadi karena ulah manusia yang tidak mengindahkan dampak buruk dari perilaku manusia itu sendiri.
"Kesimpulannya lebih baik segera meninggalkan lokasi tadi sebelum timbul hal yang tidak diinginkan," pintanya.(ade)

02 February 2008

Mamalia Baru Mirip Tikus Ditemukan di Tanzania

(www.kompas.com, 01-02-2008)

PARIS, KAMIS - Spesies baru mamalia yang sosoknya mirip tikus ditemukan di pelosok hutan Tanzania. Moncongnya yang panjang dengan warna abu-abu merupakan ciri khasnya.

Biasanya, penduduk lokal menyebut hewan tersebut sengi atau tikus gajah karena seperti memiliki belalai. Sementara itu, para peneliti menyebut spesies yang baru ditemukan dengan sengi berwajah abu-abu sesuai warna moncongnya.

Sengi abu-abu diindentifikasi oleh Galen Rathbun dari Akademi Sains California, AS dan Fransesco Rovero dari Museum Sains Nasional di Trento, Italia. ia diberi nama ilmiah Rhynchocyon udzungwensis dan dipublikasikan dalam Journal of Zoology edisi Februari 2008.

"Ini spesies baru tikus gajah yang ditemukan setelah lebih dari 126 tahun," kata Rathbun. Saat pertama kali mengangkatnya ke tenda untuk direkam, saya yakin spesies baru, bukan hanya karena warnanya yang unik, tetapi juga karena beratnya.

Hewan yang beratnya hanya 700 gram ini berukuran 25 persen lebih besar daripada sengi lainnya. Populasinya sangat kecil dan sejauh ini baru ditemukan 15 ekor yang terbagi dalam dua populasi, padahal di dalam hutan seluas 300 kilometer persegi.

Ia pertama kali ditemukan pada tahun 2005 berkat karema intai yang dipasang Rivero di Hutan Ndundulu sekitar kawasan Pegunungan Udzungwa, Tanzania. Pada Maret 2006, para peneliti melakukan ekspedisi di sana selama dua minggu dan berhasil menangkap empat ekor dan 40 kali pengamatan.

Tikus gajah hanya ditemukan di Benua Afrika. Meski ukuran tubuhnya lebih dekat dengan tikus, sengi secara genetis lebih dekat kekerabatannya dengan gajah. Ia masuk ke dalam kelompok Afrotheria yang mulai menghuni Afrika sekitar 100 juta tahun lalu.(AFP)