Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

08 February 2013

Ular Kaki Empat



(www.nugroho.net/ular-kaki-empat, 08-02-2013)

Bagi anda yang pernah bermukim di Papua mungkin tidak asing tentang hewan yang satu ini, berbentuk Seperti Kadal tetapi bukan Kadal, Orang menyebutnya Ular berkaki empat. Hewan ini seperti layaknya kadal yang hidup di tanah yang lembab.

Hewan ini hidup di Papua dan Papua Nugini. Terus apa istimewanya dari hewan ini adalah seperti layaknya ular dia dapat mengeluarkan bisa beracun yang sangat mematikan seperti layaknya ular kobra yang dalam hitungan menit bila digigit pasti akan meninggal jika tidak segera ditangani oleh medis.

Dalam peringkat hewan yang ber-bisa tidak pernah dimasukkan peringkat dalam binatang ataupun ular yang menggandung bisa mematikan, untuk hewan yang satu ini mungkin tidak kalah dengan binatang seperti ular kobra ataupun yang lain.


Yang jadi perhatian saya adalah jarang sekali hewan ini diketahui oleh umum, selain orang yang pernah bermukim di Papua. Jarang pula di ulas di media televisi tetang keberadaan hewan ini. Begitu pula dengan nama dari bahasa latin jenis hewan ini, apakah dia termasuk hewan reptil atau yang lain. 

Mungkin disini para pembaca bisa membantu bila ada yang tahu nama latin dari binatang ini atau ada situs yang menjelaskan tentang binatang ini silahkan email ke konservasipapua@gmail.com.

07 February 2013

Pemanasan Global Merusak Sistim Penyerapan Karbon

(www.note-why.blogspot.com, 07-02-2013)

Salah satu cara paling efektif untuk mencegah pemanasan global adalah dengan menanam pohon dan menjaga kelestarian hutan. Namun sebuah penelitian dari Marine Biological Laboratory (MBL) yang diterbitkan Mei lalu menemukan, pemanasan global bisa merusak fungsi pohon sebagai penyerap karbon.
Menurut analisis Physorg, pohon dan tanaman menangkap karbon dioksida dalam proses yang dikenal dengan nama fotosintesis. Pohon membantu menyerap gas rumah kaca di udara yang menjadi penyebab utama pemanasan global, dengan cara menyimpan gas tersebut dalam lapisan kayunya.
Namun pemanasan global bisa merusak kemampuan pohon untuk menyerap karbon dengan mengubah siklus nitrogen di hutan. Demikian kesimpulan studi yang diketuai oleh Jerry Melillo, ilmuwan senior dari Marine Biological Laboratory (MBL) Ecosystems Center yang diterbitkan dalam jurnal ternama “Proceedings of the National Academy of Sciences”.
Laporan tersebut merupakan hasil penelitian selama 7 tahun di Hutan Harvard di Massachusetts. Seperempat dari lahan di hutan tersebut dihangatkan secara mekanis dengan cara menaikkan suhu di atas rata-rata, untuk mensimulasi efek pemanasan global. Pemanasan global diperkirakan terjadi pada akhir abad ini jika kita tidak berhasil mengontrol secara agresif polusi gas rumah kaca akibat dari pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan.
Penelitian itu memperkuat hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa iklim yang lebih “hangat” mempercepat pembusukan (decomposition) bahan-bahan organik di tanah yang akan memperbesar jumlah pelepasan karbon dioksida ke udara.
Namun, untuk pertama kalinya, penelitian itu mengungkap bahwa suhu yang lebih hangat juga meningkatkan jumlah karbon yang tersimpan dalam serat pohon. Peningkatan jumlah karbon di tanaman ini menurut para peneliti disebabkan oleh meningkatnya jumlah nitrogen di udara sebagai efek dari pemanasan global.
“Pertumbuhan pohon di hutan-hutan Amerika terganggu karena nitrogen yang berlebih,” ujar Melillo. “Pemanasan global menyebabkan nitrogen yang tersimpan dalam bahan-bahan organik di dalam tanah terlepas dalam bentuk nitrogen unorganik (inorganic) seperti amonium, bentuk umum nitrogen yang ditemukan dalam pupuk taman. Saat pohon menyerap bahan-bahan unorganik ini, mereka akan tumbuh lebih cepat dan dalam prosesnya menyimpan lebih banyak karbon.”
Melillo mengatakan, proses biologis yang mengaitkan pemanasan global dengan meningkatnya jumlah karbon yang tersimpan di serat tanaman, percepatan pembusukan bahan organik dalam tanah dan meningkatnya jumlah nitrogen di udara ini hanya akan terjadi di hutan-hutan yang bersuhu sedang di negara-negara maju seperti di Amerika Utara, Eropa dan perbatasan Eropa dan Asia.
Pertumbuhan pohon di daerah beriklim tropis dipengaruhi lebih banyak faktor, tidak hanya nitrogen, sehingga penemuan ini kurang relevan untuk menganalisis hutan di daerah tropis.
Namun menurut Melillo, penelitian ini bisa membantu ilmuwan memprediksi interaksi antara karbon dan nitrogen dalam beberapa dekade ke depan. “Keseimbangan karbon di ekosistem hutan akan tergantung dari berbagai macam faktor yang terus berubah dalam berabad ke depan, seperti ketersediaan air, efek peningkatan suhu terhadap proses fotosintesis, proses respirasi tanaman dan konsentrasi karbon dioksida di udara.”

06 February 2013

Gletser di Papua Terancam Hilang dalam 20 Tahun


(www.why.blogspot.com, 06-02-2013)

Kondisi gletser di Puncak Jaya diambil dari Citra Landsath. Foto di ujung kiri merupakan kondisi di tahun 1990 yang memperlihatkan lima gletser. Seiring foto yang berderet ke kanan, jumlah itu makin menyusut hingga foto di ujung kanan pada tahun 2010. Hanya tiga gletser dengan kondisi mengenaskan yang tersisa.

Dalam 20 Tahun, Gletser di Papua Terancam Hilang akibat pemanasan global. Pemanasan global mulai memperlihatkan dampaknya. dampak pemanasan global terbukti keberadaannya kali ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan foto dari satelit NASA mengenai kondisi es yang berada di Puncak Jaya, Papua (Indonesia).


Foto tersebut diambil menggunakan Thematic Mapper (TM) di Landsat 4 dan 5. dengan ketinggian 4.884 meter, foto satelit NASA tersebut membandingkan kondisi gletser di tahun 1989 dan 2009. Pada tahun 1989, ada lima gletser di Puncak Jaya. Namun, 20 tahun kemudian, tepatnya pada 2009, dua dari lima gletser itu hilang sama sekali. Sedangkan sisa tiga gletser lainnya berkurang secara drastis.

Gletser papua terancam punah

Apa yang menyebabkan gletser hilang?
Imaji satelit yang dirilis pekan lalu oleh NASA menunjukkan hilangnya gletser di Puncak Jaya yang merupakan bagian dari Barisan Sudirman. Puncak Jaya memiliki nama lain Carstenz Pyramid, warga lokal menyebutnya Ndugu-Ndugu.

Menurut Ardheshir Yaftebbi, salah satu pendaki dalam ekspedisi 7 Summits yang mencapai puncak Carstenz Pyramid -puncak tertinggi di komplek Pegunungan Jayawijaya- pada April 2010, ia dan timnya menjadi saksi penyusutan es.

"Saat itu kita melihat salju (di sekitar Carstenz Pyramid) hanya tinggal dua kilometer persegi. Di tahun 1930, salju itu mencapai 20 kilometer persegi," kata Ardhesir saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (5/9).

Ditambahkannya hal ini sangat menyedihkan karena Puncak Jaya merupakan satu-satunya lokasi di Indonesia yang memiliki es. "Jayawijaya disebut sebagai es abadi, tapi ternyata diprediksi tidak akan ada salju lagi pada lima hingga sepuluh tahun mendatang," ujar Ardeshir yang juga Ketua Tim Ekspedisi 7 Summits yang dimulai tahun 2010 dan berakhir pada Juni 2012.

Carstenz Pyramid masuk sebagai tujuh puncak tertinggi di dunia. Bersama dengan Gunung Kilimanjaro (Tanzania, Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Denali (Amerika Utara), Vinson Massif (Antartika), dan Everest (Nepal, Asia).

Dengan kondisi suhu Bumi saat ini, NASA memprediksi seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 mendatang. Para peneliti juga sudah menyebutkan, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Seperti perubahan suhu, kelembapan, hujan, dan pergerakan awan. Kondisi iklim dan penggundulan hutan juga turut berpartisipasi.

"Ini bukan peringatan pertama dan bukan hanya terjadi di negara kita. Es di Antartika juga mencair dan berada pada titik terendah," kata Direktur Program Iklim dan Energi WWF Nyoman Iswarayoga.

Untuk mencegah perubahan iklim lebih lanjut bisa dilakukan beberapa hal, baik secara kolektif maupun individu. Kolektif bisa berwujud gerakan masyarakat yang diwadahi pemerintah. Sedangkan gerakan individu dimulai dengan perubahan gaya hidup yang lebih "hijau." (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia).
Bagaimana pendapat anda mengenai hilangnya gletser yang ada di papua, Marilah kita cegah dampak dari pemanasan global, Hijaukan kembali bumi kita.

Plankton Penyumbang Oksigen Terbesar

(www.note-why.blogspot.com, 06-02-2013)

Gambar plankton
Plankton Penyumbang Oksigen Terbesar di bumi kita. Plankton merupakan salah satu penyumbang oksigen terbesar setelah pohonPohon merupakan salah satu penyumbang oksigen, akan tetapi hanya sebesar 25% untuk bumi. Pohon berguna untuk mitigasi (mengurangi) karbondioksida yang ada di bumi.







Oleh karena itu, mari kita mengurangi dampak pemanasan global, tanamlah pohon-pohon agar CO2 nya dapat dimanfaatkan oleh pohon. Karena nilai wajar dari CO2 adalah 0,1% di bumi ini, tetapi tahun 2010 ini kadar CO2 di atmosfer bumi sudah mencapai 0,3%.


Apakah penyumbang terbesar oksigen? Jadi jawaban yang benar adalah Planktonkhususnya yaitu Fitoplankton. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.

Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Kebanyakan makhluk hidup yang berada di laut, plankton adalah salah satu makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya pun sangat kecil. Meskipun Plankton termasuk sejenis makhluk hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.


Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup.

Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.

Plankton adalah organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini.

Dengan kemampuannya berespisari menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.

Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi.
 

Dierdre Toole dari Institusi Oceanografi Woods Hole (WHOI) dan David Siegel dari Universitas California, Santa Barbara (UCSB) adalah dua peneliti itu.

Penelitian yang dibiayai oleh NASA tersebut mengungkapkan ketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.

Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi.

Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya.

Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka.

Plankton penghasil oksigen

Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara.

Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan.

Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu menciptakan awanAwan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.


Plankton penghasil oksigen

Proses ini sebenarnya telah beberapa tahun dipelajari di laboratorium oleh para ilmuwan, namun proses alamiahnya baru kali ini dapat dipelajari.

Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi. Namun, untuk membuktikan hal tersebut, masih harus dilakukan penelitian lanjutan yang seksama.

Penelitian yang dilakukan di Laut Sargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa partikel DMS ini dapat terurai dengan sendirinya di udara setelah tiga sampai lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapat bertahan hingga berpuluh-puluh tahun.

Karena penguraian alamiah DMS sangat cepat, DMS tidak akan menimbulkan efek rumah kaca, tidak seperti karbondioksida.


Jadi bersyukurlah karena mereka kita masih bisa menghirup udara dengan bebas untuk kelangausngan hidup. Lalu yang terpenting dan terutama, bersyukurlah karena Tuhan mu telah menciptakan mereka. 

Mari kita semua menjaga alam, Tanamlah pohon agar bumi kita terbebas dari global warming.
 

05 February 2013

Fak-Fak : Air kitikiti “Surganya Pemancing”

(http://fakfakinfo.com, 05-02-2013)
Fakfakinfo – Air Kitikiti, itulah sebutan masyarakat setempat untuk lokasi air terjun yang langsung jatuh ke laut. Selain memiliki keindahan air terjun yang indah, Air Kitikiti juga masih menyimpan keindahan bawah laut yang sangat indah, dengan terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan yang sangat cantik.
 
Untuk  para penggiat pancing, Air Kitikiti sudah bukan nama baru . hal ini di karenakan Air Kititkiti telah beberapa kali  di bahas di salah satu acara penggiat pancing di sebuah satasiun TV Nasional.

Bagi penggiat pancing, memancing di Air Kitikiti pastinya akan mendapat sensasi pancing yang sangat memuaskan, hal ini dikarenakan begitu banyak jenis ikan di Air Kitikiti mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar, baik ikan yang sering di dasar laut (Kerapu, Kakap, pari) pertengahan maupun ikan yang sering di permukaan (tenggiri, tuna) semuanya lengkap, mau menggunakan cara pancing dasar atau tonda(troling) pasti akan mendapatkan ikan.

Selain terdapat spot pancing yang sangat banyak, terdapat banyak pula spot untuk menyelam ataupun sekedar snorkling. Berbagai jenis ikan hias dengan beragam warna akan memanjakan mata penyelam  atau sekedar bersnorkle.

Air Kititkiti tidak hanya memiliki keindahan bawah laut yang indah, nuansa hutan heterogen akan  memanjakan mata kita sepanjang perjalan menggunakan Speed ataupun Long boat.

Untuk mencapai Air Kitikiti, dari pelabuhan Fakfak kita menggunakan speed atau long boat sekitar 3 jam perjalan. Biaya yang harus di keluarkan untuk sewa speed atao long boat kurang lebih Rp. 3,5 juta, biaya ini sangat sebanding dengan kepuasaan yang akan kita dapat di Air Kitikiti.

Anda tertarik untuk menikmati keindahan Air Kitikiti, kami tunggu kedatangan anda di Air Kitikiti.

04 February 2013

Fak-Fak : Diduga Lakukan Illegal Fishing, TNI AL Pos Fakfak Amankan 6 Kapal Ikan

( http://fakfakinfo.com, 04-02-2013)

6 Kapal Ikan Berhasil Diamankan TNI AL

Fakfakinfo.com._ TNI AL Pos Fakfak mengamankan 6 kapal ikan beserta puluhan ABKnya, karena diduga melakukan illegal fishing di perairan Pulau Pisang, Fakfak. Bahkan informasi awal menyebutkan, bahwa keenam kapal tersebut, diduga melakukan penangkapan ikan menggunakan bom ikan.

Keenam kapal yang diamankan tersebut antara lain, KM Pesona Mandiri 7, KM Pesona Mandiri 9, KM Amanda Jaya III, KM Sama Jaya, KM Restu Alam I dan KM Pelangi I, yang berbobot antara 25 hingga 36 GT. Informasinya, kapal-kapal tersebut berasal dari Probolinggo, Jawa Timur.

Operasi TNI AL ini patut diacungi jempol, karena setelah melakukan pengejaran semalaman sejak Jumat malam, akhirnya mampu mengamankan 6 kapal ikan, meski hanya menggunakan satu speedboat dengan tiga personil.

Sabtu (2/2) sore kemarin, enam kapal ikan yang digiring dalam dua kelompok tersebut, akhirnya sampai di Pelabuhan Fakfak, untuk dilakukan penyelidikan selanjutnya.

Penangkapan enam kapal ikan ini, mendapat perhatian serius dari jajaran Muspida Fakfak, yang datang ke pelabuhan untuk melihat secara langsung keenam kapal ikan, yang dianggap telah merugikan nelayan Fakfak tersebut.

Hadir dalam rombongan Muspida tersebut antara lain, Bupati dan Wakil Bupati, Kapolres serta Dandim. Nampak hadir pula salah satu Wakil Ketua DPRD, dan Sekretaris Daerah, Husen Thofir.

Dalam laporan awal kepada Bupati Fakfak, Komandan Pos TNI AL Fakfak, Letda Laut Sulaiman menyampaikan bahwa, penangkapan keenam kapal tersebut karena diduga merugikan nelayan tradisional, karena menangkap ikan, kurang dari satu mil laut.

Saat Bupati beserta rombongan memeriksa kapal, Bupati menyaksikan berton-ton ikan, utamanya ikan merah ukuran besar, telah disimpan dalam palka kapal.

Usai memeriksa kapal, Bupati menegaskan bahwa illegal fishing ini akan ditindaklanjuti sesuai peraturan hukum.

“Operasi TNI AL ini berawal dari laporan masyarakat yang sampai kepada kami kemarin sekitar jam enam, yang mengatakan bahwa, ada kapal yang dicurigai melakukan pencurian ikan dengan penangkapan yang patut dicuriga melanggar. Maka saya perintahkan untuk ditangkap. Selanjutnya kita akan proses secara hukum,” jelas Bupati.

Lebih jauh Bupati mengungkapkan bahwa,  sebagai Bupati, dirinya mempunyai feeling mengenai hal ini, sehingga digelar rapat terpadu, yang melibatkan unsur Muspida, dan TNI AL.

Komandan Pos TNI AL Fakfak, Letda Laut Sulaiman mengatakan, “Kami melaksanakan operasi ini sesuai informasi dari masyarakat. Kami bergerak secara diam-diam. Dan kami menduga mereka melakukan pencurian ikan yang merugikan nelayan tradisional.”

Disinggung tentang pelanggaran, Sulaiman menyampaikan bahwa pelanggaran ada pada peralatan dan administrasi. Sedangkan saat disinggung mengenai bom ikan, Sulaiman belum memberikan jawaban pasti.
“Sementara ini kami belum bisa memberikan penjelasan. Namun bila nanti sudah ada informasi, pasti akan kami sampaikan,” ujar Sulaiman. (wah)

Enam Cara Tak Terduga Selundupkan Hewan Langka

(www.nationalgeographic.co.id, 04-02-2013) 

Permintaan tinggi terhadap beberapa jenis spesies hewan tertentu, membuat manusia nekat melakukan penyelundupan dengan cara tidak terduga.

kukang,slow loris,nycticebus menagensis,nycticebus bancanus,nycticebus borneanus,nycticebus kayan,spesies terancam punah,citesMeski tergolong satwa yang dilindungi undang-undang, perdagangan kukang di pasar Jatinegara, Jakarta, dilakukan secara terbuka. (Reynold Sumayku/NGI).

Didorong oleh permintaan perdagangan satwa liar yang semakin tinggi, fenomena penyelundupan hewan kian marak terjadi. Sejumlah aksi penyelundupan hewan ilegal kerap kali tertangkap tangan di bandara internasional di berbagai negara.

Untuk meluruskan aksinya, pelaku penyelundupan pun melakukan beberapa cara tidak terduga. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand mendapati sebelas ekor berang-berang hidup di dalam sebuah koper di bagian bagasi yang kelebihan muatan.
Sebelas berang-berang ini enam di antaranya adalah berang-berang berbulu halus (Lutrogale perspicillata) dan lima ekor berang berang kecil pencakar (Aonyx cinerea) --terkecil di dunia karena beratnya yang kurang dari lima kilogram.

Berang-berang bukanlah satu-satunya hewan korban perdagangan satwa liar ilegal. Dengan modus dikemas kotak kemudian dimasukkan ke dalam koper, lalu dijadkan satu ke dalam peti, para penyelundup mencoba menyelundupkan semua jenis binatang liar melalui bandara.
"Amerika Serikat menominalkan lebih dari US$10 juta setiap tahunnya dari penyelundupan satwa liar, itu pun yang hanya terlihat di permukaan saja" kata Edward Grace, Deputi Penegakkan Hukum Dinas Perikanan dan Satwa Liar Amerika Serikat. Berikut beberapa aksi penyelundupan unik hewan liar lain yang pernah dilakukan sebelumnya: 

hummingbird,selundup,perdagangan hewanHummingbird yang coba diselundupkan dengan cara dibungkus -tanpa lebih dulu dibius- dan dijahit ke bagian pinggang di Bandara Guyana Perancis pada tahun 2011. (The Daily Mail).


Burung
Pada tahun 2011 warga negara Belanda mencoba menyelundupkan lebih dari selusin burung kolibri (dari family Trochilidae). Di Bandara Guyana Perancis, setiap burung dibungkus dengan kain dan disembunyikan di kantong yang terjahit dengan kain di pinggang celana. Kegelisahan dan gerak-gerik mencurigakan pelaku, membuat petugas Bea Cukai menemukan burung selundupan tersebut. 

Monyet
Tahun 2002 seorang pria Los Angeles saat kembali dari Bangkok, mencoba menyelundupkan dua kukang (Nycticebus spp.) di dalam pakaiannya. Setelah petugas membuka koper miliknya, tiba-tiba terbang burung cendrawasih (Paradisaeidae spp). Selain itu dia juga berpergian dengan membawa 50 anggrek langka.

Buaya
Seekor buaya coba untuk diselundupkan dalam penerbangan domestik di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2010. Peristiwa ini juga diklaim menjadi penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 20 orang dari 21 penumpang di dalamnya.
Menurut laporan berita, reptil itu melarikan diri dari sebuah tas ransel di kabin dan membuat panik seluruh penumpang dan awak. Kondisi ini membuat konsentrasi awak terganggu dan kecelakaan pun terjadi, hanya satu orang yang terselamatkan dalam kecelakaan tersebut. Buaya itu sendiri selamat dari kecelakaan tetapi kemudian dibunuh dengan parang.

boa,ular,perdagangan hewanBoa ekor merah di Brasil, salah satu fauna eksotis yang menjadi incaran pemburu untuk kulit dan bagian tubuhnya. (thinkstockphoto),

Ular dan reptil lainnya

Seorang penjual fauna eksotis mencoba mengangkut 247 reptil dan laba-laba menuju Spanyol namun gagal karena tertangkap oleh petugas X-Ray di Argentina pada tahun 2011. Spesies eksotis dan termasuk ular jenis boa constrictors, ular beludak beracun, dan laba-laba. Mereka dikemas di dalam wadah plastik, tas, dan kaos kaki.

Ikan tropis
Tahun 2005 petugas Bea Cukai Melbourne, Australia, menghentikan aksi penyelundupan yang dilakukan oleh seorang wanita dari Singapura setelah mendengar suara misterius dari sekitar pinggangnya. Mereka menemukan celemek di bawah rok yang dirancang dengan 15 kantong plastik dan di dalamnya telah berisi air dan 51 ekor ikan tropis. 

Kucing besar
Seorang pria Uni Emirat Arab tertangkap di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, karena mengemas dua macan tutul, dua panther, beruang hitam, dan dua monyet makaka, ke dalam kopernya. Kesemuanya berusia di bawah dua bulan dan dibius. Ada yang disimpan dalam kandang datar, sementara sebagian lagi ditempatkan di dalam tabung kecil dengan lubang udara.
(Umi Rasmi. Sumber: National Geographic News)

Capung Ampla Ditemukan di Banyuwangi

 (www.tempo.co, 04-02-20130

foto
Capung Amphiaeschna ampla. Foto: dok. Indonesia Dragonfly Society

TEMPO.CO, Banyuwangi-Indonesia Dragonfly Society (IDS), komunitas pecinta capung Indonesia, menemukan capung jenis Amphiaeschna ampla di lereng Gunung Ijen, Hutan Kalibendo, Banyuwangi, Jawa Timur. Empat ekor ampla jantan ditemukan pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut.

“Temuan capung ampla ini merupakan pertama kali selama lebih dari 50 tahun," kata Ketua Indonesia Dragonfly Society, Wahyu Sigit, kepada Tempo, Kamis, 31 Januari 2013. Terakhir kali ampla dicatat oleh peneliti asal Belanda, Lieftinck, pada 1940 dan belum ada pendiskripsiannya. Lieftinck mencatat temuan ampla di Jawa pada Majalah Treubia Buitenzorg terbitan Bogor.

Awalnya, peneliti IDS kebingungan dengan jenis capung yang sebelumnya tak pernah mereka kenali itu. Mereka kemudian berkonsultasi dengan Rory A. Dow, seorang ahli capung dari Worldwide Dragonfly Association (WDA) yang juga bekerja di National Museum of Natural History, Leiden, Belanda. Dari Rory A. Dow itulah mereka akhirnya memberikan informasi tentang jenis capung ampla.

Wahyu menjelaskan, keberadaan ampla menunjukkan kondisi hutan dan perairan di Kalibendo masih terjaga baik. Sebab hidup capung sangat bergantung pada kualitas hutan dan air. "Capung sangat rentan terhadap polutan."

03 February 2013

Waropen : Padi Juga Tumbuh di Tanah Bakau Waropen

 (www.bintangpapua.com, 03-02-2013)
Dari Hasil Panen Padi di Kampung Mambui
WAROPEN - Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Tanaman padi pun dapat tumbuh ditanah, karang, pecek, maupun dimana saja asalkan ada kemauan manusia untuk berusaha dialam yang penuh berkat yang diberikan Tuhan kepada umatnya, termasuk di tanah Papua umumnya dan termasuk ditanah bakau waropen yang merupakan dominan tanah pecek.

Ya, meskipun Waropen yang di juluki tanah bakau namun masyarakat Waropen yang telah menanam padi dan berhasil memanem hasil padi yang cukup memuaskan.

Realita ini terjadi dimasyarakat Mambui Distrik Ureifaisey, karena terjadi perubahan alam dan sosial tetapi karena berkat Tuhan yang begitu besar kepada umatnya, sehingga hasil panen padi masyarakat cukup berlimpah, dan masyarakat waropen bisa menikmati nasi dari hasil petani-petani yang profesinya sejak awal menjadi nelayan.

“Ini sebuah perubahan yang luar biasa yang terjadi ditengah masyarakat tradisional, karena sejak awal masyarakat Waropen tidak tau padi karena setiap hari hanya makan sagu, tetapi karna semangat yang tinggi maka padi bisa tumbuh di tanah bakau dan dapat menghasilkan hasil panen yang luar biasa,” ujar Asisten II Pemkab Waropen Karel Maniagasi,Spd,Mpd mewakili Bupati Waropen dalam acara panen raya padi kampung Mambui belum lama ini.

Diakui Maniagasi, bahwa masyarakat Mambui dengan bermodalkan semangat yang cukup tinggi, dapat menanam padi sepanjang 6 hektar dan menghasilkan hasil panen yang luar biasa, hal ini menjadi tolak ukur bahwa kedepan Pemkab Waropen melalui Dinas terkait dengan komitmen yang cukup tinggi akan memberdayakan masyarakat agar mandiri dan sejahterah dengan berupaya untuk 6 hektar padi tersebut dapat ditingkatkan menjadi 15 hektar yang bersumber dari APBD tahun ini.

“Saya punya analisa bahwa masyarakat waropen ini siap bekerja, dan mendukung program pemerintah hanya saja ada komunikasi yang terputus,” ujarnya.

Tetapi, menurutnya kedepan pemerintah akan terus melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui program-program pro rakyat.

Dan tidak menutup kemungkinan tahun ini Pemda akan menambah 6 hektar padi yang ada di kampung Mambui ini menjadi 15 hektar.

Maniagasi berharap dari hasil panen tersebut, masyarakat dapat menjualnya dan bisa menyekolahkan anak-anak yang ada. Apalagi jika potensi alam yang ada diwaropen jika digarap dengan baik.
“Masyarakat kita di Waropen sebenarnya punya potensi, tetapi perlu ada dukungan pemerintah dan program-program yang pro rakyat mereka bias mandiri,” harapnya. (es/aj/LO1)

6 Efek Buruk Pemanasan Global bagi Kesehatan

 (www.kompas.com, 03-02-2013)
KOMPAS.com - Efek dari pemanasan global salah satunya adalah perubahan iklim. Ternyata, perubahan iklim selain berdampak buruk pada lingkungan, juga berdampak buruk bagi kesehatan. Berikut sejumlah dampak buruk perubahan iklim terhadap kesehatan:

1. Buruk untuk jantung


Pemanasan global membuat suhu udara bertambah panas, sehingga dapat menyebabkan penambahan polusi. Kenaikan tingkat polusi ini yang berefek buruk pada jantung. Selain itu, penelitian juga membuktikan suhu yang lebih tinggi dan kerusakan ozon dapat membuat kesehatan jantung memburuk. Hal ini dikaitkan suhu udara yang tinggi dengan penurunan denyut jantung. Denyut jantung yang rendah dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Para peneliti juga mengatakan suhu yang lebih tinggi dapat membuat tubuh lebih sensitif terhadap racun.

2. Lebih mudah terkena alergi
Studi menunjukkan alergi meningkat di negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat, yang kemudian dikaitkan dengan meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu yang lebih panas. Alergi yang dimaksudkan dapat merupakan reaksi terhadap serbuk bunga (pollen) yang diproduksi lebih banyak karena suhu yang bertambah panas. Namun sebuah studi juga mengatakan sensitivitas terhadap serbuk bunga juga meningkat. Perubahan iklim juga menambah panjang musim berbunga sehingga berakibat lebih buruk terhadap alergi.

3. Peristiwa alam ekstrim

Pemanasan global dapat meningkatkan terjadinya peristiwa alam ekstrim, seperti banjir dan badai besar, tsunami sehingga memperbanyak angka kematian. Selain itu dengan semakin meningkatnya peristiwa alam ektrim, maka semakin banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal. Hal ini membuat daya tahan tubuh biasanya melemah dan mudah terkena penyakit.

4. Kekeringan
Perubahan iklim membuat musim kemarau lebih panas dan kering sehingga kekeringan lebih banyak terjadi. Padahal air salah satu unsur yang penting untuk menunjang kesehatan. Dengan berkurangnya air, maka terjadi gangguan kesehatan. Air juga berguna untuk pertanian yang menghasilkan pangan. Karena kekeringan, pangan sulit diproduksi dan menyebabkan kesehatan terganggu.

5. Pertumbuhan bakteri


Pemanasan global juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri berbahaya di laut. Debu dari tanah yang tertiup ke laut meningkatkan kadar besi ke laut dan membuat bakteri berkembang biak semakin subur. Sebuah studi di American Association untuk Advancement of Science mengatakan debu memicu pertumbuhan vibrio, yaitu bakteri laut yang menyebabkan gastroenteritis dan penyakit menular pada manusia.

5. Penyebaran penyakit

Peningkatan panas dan curah hujan yang diakibatkan perubahan iklim membuat penyakit lebih mudah untuk menyebar. Terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bertumbuhannya dipengaruhi cuaca dan suhu udara. Seperti malaria, kemungkinannya lebih tersebar ke daerah-daerah baru dipicu oleh suhu udara yang meningkat. Curah hujan juga diduga sebagai faktor yang menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air mudah menyebar. Terutama penyakit yang dibawa oleh serangga.
Editor :
Asep Candra

02 February 2013

Jayapura : Tumpukan Sampah di Pasar Youtefa Mulai Dibersihkan

(www.cenderawasihpos.com, 02-02-2012)
JAYAPURA-Setelah hampir sepekan, sampah di Pasar Youtefa Abepura terlihat menumpuk, sejumlah petugas dari Dinas Kebersihan dan Pemakaman (DKP) Kota Jayapura, mulai diangkut atau dibersihkan, Kamis (31/1).

  Pantauan Cenderawasih Pos, untuk membersihkan tumpukan sampah yang berada di blok sebelah utara tersebut., pihak DKP mengerahkan dua tuk sampah. Meskipun tumpukan sampah yang menutupi badan jalan tersebut, mulai diangkut oleh petugas DKP, namun di sejumlah pinggiran jalan, tumpukan sampah yang merupakan sisa-sisa banjir, tampak masih belum dibersihkan dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang tersedia di pasar tersebut.

  Petugas DKP yang ditemui mengungkapkan, belum diangkutnya tumpukan sampah yang menumpuk di Pasar Youtefa, dikarenakan sejumlah petugas termasuk armada kendaraan pangangkut sampah, sedang dikerahkan melakukan pembersihan di beberapa lokasi akibat banjir.

  “Beberapa hari ini, kami disibukkan dengan pembersihan sampah maupun tanah longsor yang terjadi beberapa lokasi, sehingga pengangkutan sampah ke TPA Nafri agak terlambat,”ujar seorang petugas.
  Sementara itu, Kepala Pasar Youtefa Abepura Tonce Mebri, SH mengatakan, adanya tumpukan sampah di lorong-lorong pasar yang belum diangkut ke TPS, karena petugas yang bertanggungjawab membersihkan sampah, ada sekitar dua minggu  tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

   Karena itu, untuk memaksimalkan pengangkutan sampah di lorong-lorong pasar kata Tonce,  pihaknya terpaksa memutus sebanyak 17 petugas kontrak dan mengangkat petugas kebersihan baru dari luar pedagang.

  “Selama ini, petugas kebersihan sampah di Pasar Youtefa kita pakai dari pedagang sendiri dan mereka ini bekerja pada waktu malam hari. Karena, kinerjanya tidak maksimal, sehingga kami terpaksa memperkerjakan orang lain yang bukan dari pedagang,”ungkapanya.

  Ia menambahkan, sesuai ketentuan yang berlaku, waktu kerja petugas kontrak yang kita sepakati dalam sehari sekitar 7 jam, tapi kenyataanya mereka hanya bekerja satu jam saja, pada waktu malam hari setelah selesai berdagang.

  Soal ada informasi mereka ini mogok kerja, karena tenaga honor tidak dibayar menurut Tonce Mebri, tidak benar, karena pembayaran mereka ini dilakukan setiap triwulan sekali, bukan perbulan.
   Sementara itu Kepala DKP Kota Jayapura, Bernard Fingkreuw, SE., yang dikonfirmasi terpisah mengatakan tumpukan sampah maupun sampah-sampah yang masih berhamburan baik di dalam maupun di luar Pasar Youtefa merupakan kewenangan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Jayapura bersama petugas Pasar Youtefa.

Sebab DKP Kota Jayapura menurutnya hanya bertugas mengangkut sampah-sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). “Jadi yang membersihkan sampah di areal pasar adalah petugas kebersihan yang ada di pasar tersebut. Kami hanya mengangkut sampah yang ada di TPS Pasar Youtefa yang sudah kami siapkan,” jelasnya.

Meskipun demikian, apabila petugas kebersihan Pasar Youtefa tidak menjalankan tugasnya, DKP Kota Jayapura siap membantu. Untuk itu, pihaknya sudah menurunkan 3 armada untuk membersihkan dan mengangkut sampah yang ada di Pasar Youtefa, Kamis (31/1). “Kami sudah menurunkan 3 armada untuk mengangkut sampah di Pasar Youtefa, agar masyarakat bisa lebih nyaman aktivitas di pasar tersebut,” tambahnya. (mud/ren/nat)

Cara Berpikir Otak Ikan

(www.kompas.com, 2-2-2013) 

KOMPAS.com - Pengamatan mendalam pada sinyal saraf memberikan petunjuk cara otak merespons dunia luar. Pada studi terbaru, peneliti membangun mekanisme untuk mengikuti jalannya sinyal ke otak pada larva ikan zebra. Penelitian menggunakan penanda zat fluoresense (zat yang dapat berpendar di tempat gelap).
"Ini suatu terobosan," kata Florian Engert, ahli biologi cel dan molekul Harvard University, menanggapi temuan itu pada LiveScience (31 Januari 2013).

"Tidak ada orang lain yang dapat melihat aktivitas saraf dengan mikroskop fluoresens, pada larva ikan zebra yang berenang bebas dan resolusi baik," tambahnya.
Ikan zebra digunakan secara luas untuk mempelajari genetika dan perkembangan pada vertebrata. Larva ikan zebra ideal untuk dipotret sarafnya, karena kepalanya tembus cahaya. Ini membuat ilmuwan dapat secara jelas mengintip otaknya.

Dalam pengamatan ini, para peneliti membangun protein genetik (GCaMP7a) yang bersinar di bawah mikroskop fluoresens, saat melintasi saraf atau sel otak. Ikan zebra hasil transgenik ini dikembangbiakkan untuk mendapatkan ekspresi protein genetik itu pada area otak yang disebut optic tectum (bagian utama otak tengah).

Optic tectum mengontrol pergerakan dari mata saat hewan ini melihat sesuatu bergerak di lingkungan.
Pada salah satu pengamatan, ilmuwan melihat titik berkedip dan keluar-masuk. Itu menandakan sinyal menyala di otak ikan. Selanjutnya, mikroorganisme hidup paramecium (pakan ikan zebra) ditempatkan di sisi ikan yang dilumpuhkan. Lagi-lagi, sinyal kembali menyala di sekitar otak ikan, mengikuti pergerakan paramecium.

Ketika paramecium tidak bergerak, sinyal juga tak terlihat. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Biology. (LiveScience/ICH)
Editor :Agus Mulyadi