( www. nenganggrek.com, Sabtu 24 Maret 2006 )
Dalam pemeliharaan Phalaenopsis spesies, masalah hama dan penyakit dapat selalu muncul sehingga perlu cara pengendaliannya. Pengertian hama dan penyakit hendaknya dibedakan untuk memudahkan penanganannya. Dalam pengertian sederhana, hama digolongkan sebagai pengganggu tanaman yang kasat mata seperti keong, kutu, dan ulat. Sementara penyakit merupakan pengganggu tanaman yang tidak kasat mata seperti jamur, bakteri, dan virus. Penyakit hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop.
Memiliki anggrek yang sehat tentu saja merupakan dambaan setiap orang. Untuk itulah diperlukan penanganan yang benar agar tanaman terhindar dari gangguan hama dan penyakit. Penanganan hama dan penyakit hendaknya berpegangan pada prinsip " mencegah lebih baik dari pada mengobati ". Oleh karena itu, sedapat mungkin anggrek dirawat dan dijaga jangan sampai terserang penyakit hama. Melakukan pencegahan sedini mungkin akan lebih efesien dari segi biaya maupun waktu dibangdingkan pengobatan.
Hama
Seperti jenis tanaman lain, anggrek spesies pun tidak luput dari ancaman serangan hama. Serangga, ulat, ngengat, kutu, dan siput merupakan beberapa contoh hama yang sering mengganggu tanaman anggrek. Hama-hama tersebut umumnya menyerang atau memakan bagian tanaman seperti daun atau bunga. Selain memakan bagian tanaman, sering kali hama-hama tersebut meletakkan larva atau telurnya di bagian tanaman tersebut.
Serangan hama dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup merugikan. Untuk itulah diperlukan upaya pengendalian dan control terhadap tanaman sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan yang lebih parah. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, pengaturan sanitasi lingkungan atau ekologi, dan kimiawi.
Pengendallian hama secara mekanis dilakukan dengan cara menangkap langsung hama yang terdapat pada tanaman. Keong atau ulat dapat ditangkap pada malam atau siang hari saat mereka menempel pada tanaman. Pengendalian mekanis dilakukan bila populasi hama sedikit. Bila populasinya banyak, sebaiknya digunakan cara lain karena tidak efesien dalam hal waktu maupun tenaga kerja.
Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman. Sebagai contoh, siput kecil biasanya berdiam di sampah atau rumput-rumput yang lembap. Bila lingkungan tanaman terhindari dari adanya sampah atau kotoran lainnya maka kesempatan siput untuk tinggal di lingkungan tersebut menjadi berkurang. Dengan demikian, tanaman akan aman dari serangan hama.
Pengendalian secara kimiawi pun dapat dijadikan pilihan bila cara lain tidak mungkin dilakukan atau tidak dapat mengatasi hama. Artinya, bisa sudah dilakukan cara mekanis atau sanitasi lingkungan tetap saja hama menyerang tanaman maka cara kimia pun digunakan. Di pasaran sudah banyak dijual berbagai merek dan jenis pestisida untuk mengatasi hama anggrek. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pestisida adalah dosis dan cara pemakaiannya. Bila dosis dan cara pemakainan salah, akan terjadi kerusakan pada tanaman maupun gangguan kesehatan manusia. Penggunaan pestisida relatif lebih praktis dan cepat cara kerjanya. Namun demikian, biaya yang diperlukan lebih besar dibandingkan cara mekanis maupun sanitasi lingkungan.
Penyakit
Bakteri dan jamur sering menyerang daun, batang, akar, maupun bunga anggrek Phalaenopsis spesies. Penyakit ini masuk ke dalam jaringan tanaman melalui stomata atau luka pada tanaman. Adanya jamur pada tanaman tampak saat sporanya tumbuh. Sementara adanya bakteri sangat sulit dikenali, kecuali setelah ada tanda-tanda terjadinya serangan.
Gejala awal serangan jamur dan bakteri sering dianggap sama karena memiliki cirri serangan yang hampir mirip. Secara umum cirri-ciri serangan bakteri dan jamur antara lain pada dain terdapat bercak-bercak kecil, melepuh seperti tersiram air panas, berair baik keruh maupun bening, dan berbau amis. Walaupun gejala serangan sama, keduanya masih dapat dibedakan. Bakteri mengeluarkan cairan keruh dan berbau amis, sedangkan jamur mengelaurkan cairan bening dan tidak berbau. Selain itu, penyebaran serangan bakteri pun lebih cepat dibandingkan dengan serangan jamur.
Serangan bakteri atau jamur umumnya terjadi bila kondisi lingkungan tanaman tidak sesuai, yaitu sirkulasi udara di dalam rumah kaca kurang baik serta kelembapan udara dan suhu tinggi.
Untuk mencegah terjadinya serangan penyakit, sebaiknya kondisikan lingkungan atau ekologinya.
Kondisi lingkungan yang baik bagi anggrek Phalaenopsis spesies relatif hampir sama dengan jenis anggrek tropis lainnya. Dalam hal ini kondisi lingkungan yang sangat berperan adalah :
· suhu siang antara 28-30 C,
· intensitas cahaya 20-35%,
· kelembapan udara sekitar 60-75%,
udara bergerak, serta sumber air dengan derajat keasaman (Ph) 6-7 banyak cara dalam upaya mengondisikan ekologi tersebut. Di siang hari saat teriknya matahari dapat menyebabkan suhu udara menjadi tinggi dan kelembapan udara menjadi rendah. Secara sederhana, suhu udara yang tinggi tersebut dapat diturunkan dankelembapan yang rendah dapat dinaikkan dengan cara penyiraman lantai atau pengabutan, yaitu penyemprotan butiran air lembut di sekitar rumah tanaman. Upaya tersebut dapat juga dilakukan dengan penggunaan alat pengendali yang disebut cooling pet (tirai air) yang diletakkan pada salah satu sisi rumah tanaman, beserta alat lain sebagai pelengkap, yaitu blower (pengembus) yang diletakkan di belakang tirai air, exhausefan (penyedot) udara dari dalam ke luar yang bekerja secara mekanik, dan pengatur waktu (timer).
Intensitas cahaya diatur dan disesuaikan denga krei yang terbuat dari bambu atau paranet. Paranet merupakan lembaran plastik hitam rajutan berkerapatan tertentu yang disesuaikan dengan umur dan jenis pohon. Paranet ini dipasang di bawah atap plastik.
Dengan upaya-upaya pengendalian kondisi lingkungan tersebut tentu saja menyebabkan kepesatan
tumbuh dankeberhasilan pemeliharaan sesuai yang diharapkan. Singkatnya, sukses suatu usaha budi daya anggrek pada umumnya sangat bergantung pada pengondisian faktor lingkungan tersebut. Sebut saja factor tersebut merupakan factor primer, sedangkan pemberian pupuk dan pestisida merupakan faktor sekunder.
Sering kira mendengar atau membaca suatu anjuran atau saran, "pilih jenis anggrek yang sesuai dengan ketinggian tempat ". Agaknya anjuran atau saran tersebut harus ditinggalkan karena dengan perhitungan yang cermat (analisis usaha) dan terutama penguasaan teknologi budi daya yang tepat maka saat ini anggrek apa saja dapat ditanam di mana saja dan kapan saja.
Bila tanaman sudah terserang upaya yang harus dilakukan adalah pengendalian sesegera mungkin. Bila upaya pengendalian tersebut terlambat, dapat timbul kerugian yang lebih besar. Upaya pengendalian penyakit yang umum dilakukan adalah dengan penyemprotan fungsida atau bakterisida. Segera pisahkan tanaman yang terserang dengan mengisolasikannya dari tanaman sehat.
Kendala Budi Daya
Dalam praktiknya, pemeliharaan anggrek Phalaenopsis spesies kadang menghadapi kendala, baik teknis maupun nonteknis. Kendala umumnya berasal dari petani itu sendiri, yaitu kurangnya pengetahuan mengenai factor teknis maupun nonteknis. Ketidaktahuan terhadap apa yang diinginkan tanaman anggrek sering menjadi penyebab kegagalan dalam hobi maupun usaha tani anggrek. Kurangnya pengetahuan tentang anggrek sebaiknya jangan dijadikan kendala usaha.
Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik, maupun membangun diskusi antarpetani. Saati ini, sudah beredar banyak buku atau majalah tentang anggrek, diantaranya ialah buku-buku terbitan Penebar Swadaya. Kemudahan akses terhadap buku atau majalah sebaiknya dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan pengetahuan terhadap anggrek, khususnya Phalaenopsis spesies. Selain itu, setiap petani memiliki kesempatan yang sama untuk membagikan dan menerima pengetahuan dan informasi tentang anggrek.
Sebaiknya para hobiis, petani, dan pakar anggrek menghimpun diri dalam komunitasnya seperti asosiasi, persatuan, atau kelompok apa pun namanya untuk secara berkala melakukan pertemuan dalam membangun diskusi, bertukar informasi, serta mencari solusi terhadap persoalan-persoalan teknis budi daya, penyakir pemasaran, dan sebagiannya demi kemajuan bersama. Selain itu, menjadi angora pada asosiasi-asosiasi di luar negeri dan berlangganan bulletin dari asosiasi tersebut menjadikan kita banyak tahun dan dapat mengikuti informasi serta trend terkini dari anggrek itu sendiri. ***
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP