(www.cenderawasihpos.com, Selasa 31 Juli 2007)
Dalam rangka mendukung Merauke sebagai lumbung pangan nasional, berbagai infrastruktur akan dibangun seperti Pelabuhan Ekspor dalam mempercepat dan memudahkan pendistibusian keluar daerah.Laporan Yulius Sulo, Merauke Tiga titik pelabuhan eksper yang akan dibangun tersebut, satunya akan berada di Kimaam, satunya lagi di Kali Bian dan terakhir di sekitar Kuprik Merauke. ‘’ Tiga titik pelabuhan ekspor yang rencananya akanKami bangun ini untuk mempermudah pendistribusian keluar daerah dari kantong-kantong produsen yang ada. Yang di Kimaam tujuannya agar tidak perlu lagi ke Merauke dengan biaya tinggi. Begitu pula yang ada di Okaba tapi cukup sampai di Kali Bian,’’ kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke Ir Omah Laduani Ladamay, M.Si.
Selain 3 titik pelabuhan yang akan dibangun tersebut, juga akan dibangun terminal agropolitan. Terminal ini akan berpusat di sekitar Distrik Semangga. ‘’Terminal agropolitan ini untuk menyuplai ke daerah lainnya,’’ terangnya. Selain konsep tersebut, konsep lainnya, lanjut Ladamay, yakni pembangunan stok lumbung pangan di setiap kampung. Stok lumbung pangam kampung ini akan menampung hasil panen dari warga sehingga warga di setiap kampung tidak kekurangan pangan karena adanya stok tersebut.
‘’Target kami, 5 tahun kedepan mulai dari Kimam bagian Barat Merauke sampai Ulilin bagian ujung Timur Merauke setiap kampung sudah harus memiliki lumbung pangan dan stok pangan,’’ jelasnya. Bagi setiap kampung yang tidak memiliki sawah dan hanya berupa lahan kering, menurut Mantan Kepala Bappeda Kabupaten Mimika ini, akan diupayakan dengan padi gogo. ‘’Karena hampir seluruh masyarakat kita suka makan nasi. Mungkin ini juga dampak dari bantuan Raskin, sehingga terjadi pergeseran pola makan,’’ jelasnya.
Pembangunan lumbung pangan itu, tidak hanya dibangun di setiap kampung, tapi juga akan dibangun di setiap distrik, untuk menampung setiap kelebihan di kampung. ‘’Lumbung yang ada di distrik inilah yang akan mensuplay stok ke pelabuhan eksport tersebut,’’ terangnya. Soal harga, menurut Ladamay, diharapkan adanya kestabilan harga. ‘’Kebijakan kedepan, pihaknya tidak mau terjadi lagi fluktuasi harga beras di Merauke. Satu konsep ketahanan pangan bahwa harga harus stabil. Kalau misalnya disepakati dengan harga Rp 4.500 perkilonya maka harganya itu yang terus berlaku. Tidak boleh naik meski di saat masa paceklik. “ Makanya kami juga akan membangun gudang-gudang penyimpanan gabah. Dari gudang penyimpanan gabah ini akan kami giling setiap bulan untuk suplay pasar Merauke dan pasar lainnya ke daerah lain,’’ jelasnya. Selain hal tersebut, Ladamay mengungkapkan, masih adanya pemahanan yang keliru selama ini jika sector pertanian tidak menjanjikan adalah pemahaman yang salah. ‘’Sektor pertanian adalah sektor riil, sektor bisnis dan produktif. Selama ini memang ada pemahaman yang keliru soal pertanian ini. Di Negara-negara maju, justru petaninya makmur dan kaya karena sector pertanian sudah dianggap sebagai sektor bisnis,’’ jelasnya.
Untuk itu, untuk merubah pemahaman tersebut, sektor pertanian akan ditangani secara integrasi mulai dari pembenihan sampai pada paskah panen dan marketing. ‘’Nantinya petani tidak tangani mulai dari A-Z seperti yang terjadi selama ini. Tapi nantinya petani kita mungkin hanya tahu tanam, pelihara dan panen. Sedangkan selanjutnya bukan lagi petani yang urus,” terangnya. Pihaknya akan buat suatu manajemen yang disebut corporation Parming, dimana selain petani yang terlibat juga pihak lain dalam menangani. Selain akan mengurangi beban kerja dari petani juga akan memberikan keuntungan bagi petani. ***
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP