(www.radarsorong.com, Kamis 5 Juli 2007)
AMBON-Setelah lima hari di Ambon (Maluku) dalam rangka belajar proses pengolahan sagu, yakni mulai dari cara memilih, memotong, membelah, menggiling (Memarut) batang pohon sagu, hingga cara-cara membuat beraneka macam kue sagu, maka sore ini (Kamis, 5 Juli) rombongan magang dari Yahukimo (Papua) segera meninggalkan Ambon Manise untuk pulang ke daerah asal yakni Dekai, Yahukimo, Provinsi Papua.
Mereka pulang dengan semangat membawa perubahan, yakni menentukan nasib hidup mandiri dengan modal keterampilan mengolah sagu yang didapat dari daerah yang belakangan ini sedang menjadi perbincangan akibat dikibarkannya bendera RMS (Rakyat Maluku Selatan) pada saat perayaan Harganas yang dihadiri Presiden SBY awal Juli lalu itu.
Pemimpin Rombongan yang notabene sebagai Kepala Bappeda Yahukimo, Drs Gasper Liauw MSi cukup pengertian dengan para peserta magang ini. Yang mana sebelum pulang hari ini, para peserta magang yang terdiri 40 warga masyarakat Suku Momuna, Distrik Dekai itu, kemarin sempat diajak berekreasi yakni mengunjungi Tempat Wisata Pantai Namalatu dan Pantai Natsepa. Sebagai puncaknya, mereka dibawa ke swalayan untuk berbelanja.
Karena itu, jangan heran kalau akhirnya ada yang memborong sepatu, membeli barang-barang elektronik, koper, pakaian dan lain sebagainya. Satu hal yang tak lupa mereka membawa beraneka ragam kue sagu. Bahkan alat pencetaknya yang bernama Purna, mereka bawa. Alat pencetak kue sagu itu akan dibawa ke Yahukimo untuk selanjutnya ditiru cara membikinnya.
Salah seorang peserta yang notabene merupakan Kepala Kampung Domon Satu, Enggiahap Pahabol (44), saat ditemui Cenderawasih Pos (grup Koran ini), mengatakan bahwa dirinya mengaku sangat senang karena bisa belajar proses pengolahan sagu hingga tuntas. ’’Selama belajar di Ambon ini, banyak yang kami dapatkan, khususnya proses bagaimana mengolah sagu hingga menjadi beraneka macam kue,’’kata Enggiahap.
Dengan belajar beberapa hari ini, ia mengaku sudah punya gambaran cara-cara mengolah hingga membuat kue sagu. ’’Sepulangnya dari Ambon ini, yang kami butuhkan tentunya pengadaan alat-alatnya. Sebab saya lihat, untuk alat-alat itu tidak dijual di daerah kami,’’tandasnya.
Karena itu, sepulangnya dari Ambon (Maluku) nanti, ia berharap terhadap Pemerintah Kabupaten Yahukimo, untuk membuatkan atau membelikan alat-alat yang akan dibutuhkan, seperti alat penggiling batang pohon sagu, kemungkinan senso untuk memotong batangan pohon sagu dan purna sebagai alata pencetak kue. ’’Kalau masalh alat itu teratasi, kami yakin bisa mandiri dengan membuat kue-kue sagu,’’katanya.
Soal kualitas pohon sagu, menurut Enggiahap, pohon sagu yang ada di Ambon dengan yang ada di kampungnya yakni di Dekai (Yahukimo), tak jauh beda. ’’Bahkan pohon sagu kami sepertinya lebih baik, karena memang masih tumbuh secara alami dan tidak dipotongi secara sembarang,’’tandasnya.
Dikatakan tidak dipotong sembarang, karena selama ini sagu di Dekai (Yahukimo) hanya dikonsumsi sendiri (Dimasak Menjadi Papeda) atau hanya dibakar. ’’Selama ini sagu yang kami miliki hanya dibuat papeda atau dijadikan sagu bakar, sehingga sagu yang kami miliki masih bagus-bagus,’’ujarnya.
Hal yang sama dikatakan peserta lainya, Samuel Keikye (Sekretaris Kampung Keikey). Menurutnya, cukup banyak ilmu yang ia dapatkan selama magang atau belajar proses pengolahan sagu di Maluku ini. ’’Kami sangat senang, karena cukup banyak ilmu yang kami dapatkan. Sesampainya di kampung nanti, akan kami coba praktekkan cara-cara membuat kue sagu seperti yang di Ambon ini,’’katanya seraya menambahkan bahwa sebelum dirinya ikut belajar ke Ambon ini, tidak pernah membayangkan bahwa ternyata sagu bukan hanya dibuat papeda saja, tapi bisa diolah menjadi beraneka ragam kue. Dan yang pernah saya rasakan, kue-kue sagu itu enak sekali,’’tuturnya panjang lebar.
Secara terpisah Kepala Bappeda Yahukimo, Drs Gasper Liauw MSi yang dengan telaten mendampingi peserta magang ini mengatakan, sepulangnya dari magang proses mengolah sagu ini, diharapkan munculnya kreativitas masyarakat khususnya dari para peserta ini.
’’Tentunya sangat diharapkan, setelah kembali, kreativitas masyarakat akan muncul. Paling tidak mereka mengaspirasikan apa yang akan mereka perbuat kepada Pemerintah daerah. Sehingga pemerintah daerah mudah untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat,’’jelas Gasper di sela-sela mendampingi peserta belanja di Mall Matahari Ambon.
Gasper juga mengaku senang, karena kegiatan magang berjalan lancar. Meski perjalanan cukup panjang, yakni dari Yahukimo—Ambon cukup melelahkan, namun para peserta tampak semangat. ’’Hal itu bisa kami lihat dari semangat mereka yang terus secara rutin mengikuti jadwal yang telah ada. Bahkan tak ada yang harus absen karena sakit atau lainnya,’’lanjutnya.
Sekadar diketahui, untuk ke Ambon (Maluku) sekitar 40 peserta magang dengan belasan pendamping harus mencarter pesawat yakni Express Air Jayapura langsung Ambon (Minta Flight Khusus). Sementara pulangnya hari ini, dengan Lion Air via Makassar, dan malamnya baru lanjut dengan penerbangan lain. ’’Capek tidak masalah, yang penting masyarakat senang. Selain terbuka wawasannya, mereka bisa mendaptkan ilmu (keterampilan) seperti yang mereka dambakan (Harapkan) selama ini,’’pungkas Gasper. (jko)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP