Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

31 July 2006

Tips & Trik Meringankan Derita Si Sakit

( www.sirihmerah.com, Minggu 30 Juli 2006 )
"BEROBAT di zaman sekarang makin mahal saja. Sekali ke dokter spesialis paling tidak seratus ribu. Itu hanya untuk tarif dokter saja, belum lagi obat yang harus ditebus," keluh Ny. Rita Aep (43). Oleh sebab itu, sejak beberapa tahun terakhir Ny. Rita berpaling pada tanaman herbal untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan.

Dua tahun yang lalu ketika di payudaranya ditemukan benjolan ia sempat pergi ke dokter spesialis. Ketika divonis menderita tumor jinak, Ny. Rita sempat gelisah. "Tetangga yang memberi tahu untuk mengompres dan meminum air rebusan handeuleum (daun wungu atau Graptophyllum pictum-red)," cerita Rita. Anjuran sang tetangga diturutinya. "Alhamdullillah benjolan itu terus mengempis dan nyut-nyut-nya tidak terasa lagi," aku Rita.

Biar sudah mengempis, masih ada juga ketakutan terjadi sesuatu di kemudian hari. Rita menuntaskan kesembuhan payudaranya di ujung sayatan dokter bedah lewat operasi. Tumornya yang sudah mengecil diangkat. Namun, jika gangguan kesehatan "bukan gangguan besar" yang harus dituntaskan lewat meja operasi, Rita tetap memercayakan kesehatan keluarganya pada herbal. "Sekarang pun di ginjal saya ada gangguan. Pinggang saya sering terasa sakit jika sudah kambuh. Kalau sudah begini saya merebus daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) untuk saya minum. Biasanya rasa sakitnya hilang," aku ibu rumah tangga ini. Untuk mendapatkan tanaman obat tradisonal, ia tidak mengkhususkan diri menanam herbal. Teras rumahnya sudah dipenuhi dengan barang dagangan berupa sayur mayur dan kebutuhan pokok lainnya. Ia cukup berputar-putar di sekeliling tempat tinggalnya. Selalu saja ada tetangga yang memiliki tanaman obat yang diperlukannya.

Ada juga Ny. Murdiati (50) yang memanfaatkan isi dapurnya untuk mengobati penyakit diabetesnya. Sejak dirinya didiagnosis dokter menderita penyakit diabetes, ia rajin menyetok daun salam di dapurnya. Daun salam tersebut direbus beberapa lembar dan diminum airnya. "Rasa lemas hilang dan kadar gula setelah dicek dokter ternyata membaik," cerita Ny. Murdiati.

Berbeda dengan Letkol (Purn) Soetedja A.S. (62). Untuk memenuhi kebutuhannya akan herbal ia sengaja menanam berbagai jenis tanaman obat di trotoar depan rumahnya. Di trotoar berukuran 1 x 3 meter persegi itu, bersesak-sesak berbagai jenis tanaman obat, mulai dari daun dewa (Gynura segetum (lour) Merr), meniran (Phyllanthus urinaria Linn) hingga tapak dara (Catharanthus roseus). Soetedja A.S juga memanfaatkan lahan sempit di atas selokan yang memisahkan tembok rumahnya dan tetangga. Pemanfaatan lahan terbatas ini sempat mengantarkan rumah Soetedja A.S sebagai pemenang "Rumah Sehat" tingkat kecamatan.

Sebenarnya tak ada penyakit khusus yang diderita mantan perwira ini. Namun ia rajin berkeliling memberi tahu tetangganya tentang jenis dan fungsi tanaman obatnya. "Saya sendiri paling memakai daun mahkota dewa dan meniran untuk menjaga stamina saya" akunya.
Kini, saat orang khawatir terhadap flu burung, ada baiknya mencoba mengonsumsi temulawak dan kunyit.

Menurut farmakolog terkenal yang rajin meneliti herbal Prof. Dr. Siddik, S.Apt., dua jenis tanaman obat asli Indonesia ini tergolong sebagai rhizoma yang memiliki senyawa kimia golongan kurkumin yang berwarna kuning.

"Berdasarkan penelitian di dunia kedokteran modern, diketahui bahwa khasiat temulawak (Sunda: koneng gede-red.) terutama disebabkan oleh dua kelompok kandungan kimia utamanya, yaitu senyawa berwarna kuning golongan kurkuminoid dan minyak atsiri," jelas Profesor Siddik. Dalam dunia fitoterapi, temulawak dikelompokkan sebagai adaptogen, yaitu bahan tidak berbahaya yang dapat mendorong meningkatkan resistensi untuk melawan racun. Secara umum temulawak mempunyai efek menormalkan fungsi jaringan yang terganggu. Namun Siddik menegaskan, temulawak dan kunyit tidak bisa dijadikan sebagai obat penyembuh penyakit flu burung. Karena sifat imuno stimulannya, jenis tanaman obat ini bekerja sebagai tameng atau pelindung, meningkatkan daya tahan tubuh.

Berikut tips ramuan temulawak dan kunyit dari profesor yang acap dipanggil Profesor Jamu ini.
1. Cuci satu siung temulawak atau kunyit, lalu parut.
2. Campur dengan sedikit gula dan asam kawak.
3. Campur dengan sedikit air dan rebus hingga mendidih.
4. Dinginkan dan minum secara teratur.

KEPERCAYAAN masyarakat terhadap herbal sebagai obat alternatif di luar pengobatan modern memang tak pernah lekang oleh zaman. Sempat surut ketika bermacam obat modern ditemukan, namun toh gerakan back to nature (kembali ke alam) membuat pamor herbal naik lagi. Prof. Dr. Siddik, S.Apt., mengakui kembalinya tanaman herbal menjadi primadona ketika masyarakat menyadari bahwa hampir tak ada efek samping yang ditimbulkannya. "Konsumsi saja tanaman yang sudah dikenal sebagai tanaman obat. Tak akan ada efek sampingnya," yakin Siddik.

Untuk membuktikan tak ada efek samping akibat mengonsumsi herbal, Soetedja A.S bahkan melakukan hal yang lebih ekstrem lagi. "Saya pernah menggodok puluhan jenis tanaman obat. Kemudian saya minum. Nggak ada apa-apa tuh," katanya sungguh-sungguh.
Umumnya masyarakat Indonesia memperoleh pengetahuan tentang tanaman obat dengan segala khasiatnya secara turun-temurun.

"Ibu saya biasa membalurkan daun tapak dara jika saya sakit panas. Hal yang sama saya lakukan untuk kedua anak saya," aku Ny. Ratna (40).

Namun pengetahuan yang terbatas membuat banyak penggemar herbal ini meluaskan pengetahuannya lewat buku. Sekarang tak sulit mencari buku-buku panduan tentang itu. Sebut saja Prof. Hembing yang sudah mencetak banyak buku panduan tentang tanaman obat. Juga sebuah produsen tanaman herbal yang dengan ikhlas mau membagikan lembaran-lembaran resep obat tradisionalnya kepada orang yang membutuhkannya.

Indonesia sendiri menurut Siddik sangat kaya akan tanaman obat/ herbal. Indonesia adalah negara kedua terbanyak setelah Meksiko yang memiliki kekayaan alam berupa herbal. Setidaknya ada 30.000 jenis tumbuhan, 10.000 di antaranya diindikasikan sebagai tumbuhan obat.
Bahkan, nenek moyang bangsa Indonesia sudah membuat pasangan-pasangan abadi beberapa jenis tanaman obat, hingga diketahui masyarakat modern masa kini. Misalnya saja beras dan kencur sebagai pasangan untuk suplemen penjaga dan peningkat stamina.

Selain tak ada efek kimianya, lebih banyak lagi orang mengonsumsi herbal dengan alasan menyiasati ekonomi yang lemah. Ketakberdayaan kocek menjangkau obat-obatan dari apotek membuat banyak orang beralih pada herbal.

Namun tanaman obat yang sudah diproduksi secara lebih modern menjadi tidak lagi menjadi terlalu murah. Biaya produksi menyebabkan tanaman alam yang bisa dipetik dari pekarangan sendiri ini dan sudah dikemas menjadi relatif mahal. Kendati demikian masih murah dibanding obat-obatan modern.
Diakui Siddik, dibanding masa lalu ketika tanaman obat belum tersentuh sama sekali dalam kemasan modern, para dokter jarang yang mau merekomendasikannya. "Kini banyak dokter yang sudah meresepkan obat dari herbal pada pasiennya," ujar Siddik. Siddik sendiri dikenal sebagai penemu dan pembuat berbagai obat dari herbal. Mulai dari obat pelancar dan penghilang nyeri saat haid hingga temuan senyawa cursil dari tanaman kunyit/kunir dan temulawak (Sunda: koneng gede -red) bagi penderita penyakit hati.

Sebenarnya jika orang cukup jeli, alam telah menyediakan segalanya bagi manusia. Setidaknya itulah yang digambarkan produsen obat dan kosmetik berbahan tradisional, Dra. Titin Iwan. "Alam sendiri telah memberikan tanda-tandanya. Kita saja yang sering tak paham," kata Titin yang telah memproduksi setidaknya 30 jenis tanaman obat dalam bentuk kemasan pil, kapsul, dan cairan. Titin memberi contoh, buah merah asal Papua dikenal khasiatnya untuk meningkatkan stamina dan melancarkan metabolisme darah. Warna buah merah yang juga berwarna merah itu seolah menyiratkan aliran darah. Lalu ada lagi kunyit yang dipercaya untuk mengobati sakit liver atau dikenal awam sebagai penyakit kuning karena kulit dan mata penderita biasanya berwarna kuning.

Herbal juga tak hanya berfungsi sebagai penyembuh. Fungsi lain adalah sebagai kosmetik. "Tak mungkinlah orang tak pernah bersentuhan sama sekali dengan herbal, baik fungsinya sebagai obat atau kosmetik. Hampir dalam setiap kehidupan manusia pernah menggunakannya," tegas Siddik yang pada awal persentuhannya dengan herbal sempat ditertawakan orang. Kini penelitiannya banyak digunakan perusahaan-perusahaan obat besar.

Maka, berterimakasihlah pada alam yang telah memberikan segalanya