( Papua Pos, Jumat 28 Juli 2006 )
Tempat Pelelangan Ikan di Hamadi dinilai mubazir. Hingga kini pemanfaatnya tidak jelas Setiap tahun biaya operasional selalu dialokasikan oleh pemda provinsi Papua melalui APBD. Padahal, kalau saja dimanfaatkan secara baik, ada manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Akhirnya, apa yang terjadi, harga ikan maupun benih jika di Papua, lebih tinggi harganya, karena ada permainan dari spekulir-spekulir yang mencari keuntungan dari masyarakat. Ini juga terjadi karena program dari Dinas Perikanan, 'tidak' tepat sasaran bahkan tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Demikian dikatakan Wakil Kepala Dinas Perikanan Provinsi Papua, Marthinus Ayomi, SH, kepada Papua Pos Rabu (26/7), diruang kerjanya. "Contoh kasus, tempat pelelangan ikan di Hamadi, mubazir. Kalau kita manfaatkan baik-baik, ada manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masy-arakat. Kalau bisa difungsikan secara baik, hasil masyarakat akan kita tampung, kita beli, ada harga yang bagus uhtuk melayani masyarakat" ujarnya."
Benih ikan di Papua ini, katanya, jauh lebih tinggi harganya dari harga yang sebenarnya. Karena apa? Menurutnya, ada spekulir di Papua. Kalau sudah jatuh ke tangan calo, harga ikan tak lagi yang sesungguhnya. "Kita harap sesuai dengan standar yang kita sudah perhitungkan dari masyarakat. Tetapi karena jatuh ke calo, diakan cari untung. Kalau diambil langsung dari nelayan dan pelaku sendiri, saya kira kita bisa atur harganya," imbuh Ayomi.
Karena itu, menurutnya, kalau dinas Perikanan kerja benar-benar, ada keunggulan-keunggulan di didapatnya seperti perikanan -perikanan darat seperti budidaya. Kata dia, potensi laut cukup, sumber daya cukup, tapi karena program yang dinas Perikanan buat tidak kena sasaran, ada kepentingan disana, sehingga tidak menghasilkan apa-apa.
"Infrastruktur kita bangun, sarana kita bangun, sampai diseluruh kabupaten ada TPI, ada balai benih ikan, balai laut, pelabuhan pendaratan dan pelelangan ikan. Dengan rnemanfaatkan ada investor, ada pabrik es, pelayanan ke masyarakat harus terjalin dengan baik, masyarakat tidak makan ikan yang kwalitas ikannya sudah turun, gatal-gatal,"tambahnya. Hal ini akibat dari program dinas yang tidak tepat, tidak kena pada sasaran.
Ayomi yakin, Gubernur Suebu punya rencana besar, karena tidak hanya berharap dari APBD saja, tetapi punya pengalaman sehingga bisa menggaet investor, uang yang banyak juga dari bank dunia untuk mendukung pembangunan dan membangun daerah Papua, termasuk sektor-sektor kemakmuran dengan program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. **
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP