( Cenderawasih Pos, Jumat 07 Juli 2006 )
Papua sebagai salah satu wilayah yang terletak di daerah Utara equator yang diprediksi berpotensi akan mengalami hujan lebat. Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) memprediksi dalam waktu seminggu ke depan akan terjadi perubahan fenomena cuaca dan iklim yang cukup ekstrem. Di daerah utara equator akan terjadi hujan yang sangat lebat. Sebaliknya, di bagian selatan terjadi kekurangan hujan yang berpotensi kekeringan.
Daerah utara equator tersebut, meliputi Sumatera bagian utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat bagian Utara, Sulawesi Barat bagian utara, Sulawesi bagian utara, Maluku dan Papua bagian utara dan tengah. Kemudian, daerah selatan equator meliputi Nusa Tenggara, Jawa, Bali, Sumatera bagian Selatan, Kalimantan bagian Selatan, dan Sulawesi bagian Selatan.
''Yang jelas di Jawa sudah mulai berkurang (jumlah air, red),'' kata Deputi Sistem Informasi dan Data BMG, Soetrisno saat jumpa pers di kantor BMG, Kawasan Kemayoran kemarin.''Makin ke timur seperti daerah Jawa dan Bali serta Lombok akan semakin kering,'' lanjut pria berkacamata ini.
Perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem ini disebabkan beberapa pertimbangan. Pertama, badai tropis ''EWINIAR'' di perairan sebelah Timur Laut Philipina terus bergerak menjauhi Indonesia dan tidak mempengaruhi pola cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kedua, wilayah Indonesia bagian selatan masih didominasi angin dari timur, sehingga hujan semakin berkurang di wilayah tersebut. Sedangkan, wilayah Indonesia bagian utara angin dari arah barat daya-barat laut, kecepatan angin rata-rata 10-36 km/jam. Ketiga, wilayah equator menjadi daerah pembelokan arah angin, sehingga peluang hujan lebih terkonsentrasi mulai dari equator hingga utara Indonesia bagian utara.
Curah hujan di daerah utara equator berkisar 150 sampai 400 mili liter. Menurutnya, curah hujan berkisar 150-400 mili liter tersebut tidak akan berbahaya, apabila tidak terjadi kesinambungan. Sebaliknya, akan berbahaya apabila terjadi secara berkelanjutan.
''Kalau 300 mili liter dalam 10 hari itu berbahaya. Karena, curah hujan yang pendek dalam waktu yang singkat dapat berdampak cukup besar. Seperti, banjir,'' terangnya. Meski begitu, dia mengatakan bahwa, terjadinya banjir sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang buruk, diantaranya, penebangan hutan liar dan pendangkalan sungai. ''Kerusakan lingkungan itu akan memperbesar resiko terhadap hujan lebat,'' katanya.
Karena itu, kata dia, BMG telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang berpotensi terjadi hujan lebat untuk melakukan antisipasi terjadinya banjir.''Yang tahu kondisi lingkungan disana adalah orang yang dekat potensi banjir. Mereka harus melakukan persiapan-persiapan ekstra. Apalagi, kalau lingkungannya lagi rusak,'' terangnya. (yog)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP