( Kompas, Jumat 07 April 2006 )
Munculnya tanaman-tanaman berbunga sekitar 100 juta tahun lalu memicu ledakan perkembangan semut. Satu spesies saat itu mungkin menghasilkan keturunan hingga 11.800 spesies semut yang menghuni muka Bumi sampai saat ini.
Sejarah evolusi berkembangnya semut masih belum banyak diketahui oleh para ilmuwan. Setelah mengalisis fosil semut yang terperangkap dalam resin, para peneliti menemukan bahwa nenek moyang semut modern telah muncul sejak 140 hingga 168 juta tahun lalu. Meskipun demikian, persebaran semut-semut ini berlangsung sangat lambat.
Keadaan ini berubah ketika tumbuhan berbunga atau angiosperma mulai menghasilkan bunganya. "Suatu peristiwa terjadi 100 juta tahun lalu dan semut mulai berkembang secara luar biasa," kata peneliti pendamping Corrie Moreau dari Universitas Harvard. Saat itulah, lanjut Moreau, untuk pertama kalinya terbentuk hutan angiosperma.
Sisa-sisa tumbuhan tersebut menghasilkan banyak sampah di tanah sehingga membentuk habitat baru yang kompleks. Kondisi tersebut menguntungkan bagi semut untuk berkembang menjadi spesies-spesies baru sesuai lingkungannya.
Kecenderungan ini masih terlihat sampai sekarang. Keragaman semut paling banyak terjadi pada sisa-sisa tumbuhan yang telah mati dan di dalam tanah. Kanopi yang dibentuk oleh daun-daunnya juga menyediakan tempat berlindung baru bagi semut. Salah satunya menghasilkan keturunan spesies Cephalotes astratus yang memiliki kemampuan meluncur di udara untuk kembali ke batang pohon saat tubuhnya terjatuh dari pohon.
Serangga lainnya juga memanfaatkan perkembangan tumbuhan berbunga ini untuk membentuk keturunan spesies-spesies baru. Mereka juga hidup di antara sisa-sisa tumbuhan yang mati untuk mencari sumber makanan.
Tumbuh-tumbuhan berbunga telah memberikan sumber penghidupan yang besar bagi serangga-serangga tersebut. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal Science edisi 7 April. Sampai sekarang, semut menghasilkan 15 hingga 20 persen biomassa dari seluruh hewan di dunia. Sebagai hewan pengurai, mereka menjaga siklus ekologi tanah dengan memangsa sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Beberapa ilmuwan yakin, semut lebih banyak melakukan proses penguraian di tanah daripada cacing tanah.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP