( Papua Pos, Senin 03 April 2006 )
Anggota DPRD kabupaten Jayapura Yoleinus Karafir mengatakan, penyerahan bibit Kakao untuk dua juta pohon dari pemerintah kepada masyarakat dengan menelan dana Rp 7 miliar harus dilakukan secara baik dan transparan.
"Penyerahan bibit kakao sebanyak dua juta pohon tersebut, bersifat bantuan dari pemerintah kepada masyarakat, guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Seiring dengan itu baik pemerintah maupun masyarakat yang menerima bantuan harus memperhatikan program secara serius,"ujarnya saat ditemui Papua Pos di ruang kerjanya, Rabu (29/3) lalu.
Karafir menjelaskan, maksud pemerintah Kabupaten Jayapura memberikan bantuan bibit kakao kepada masyarakat agar daerah tersebut, bisa dijadikan sebagai salah satu daerah agropolitan di Indonesia. "Pemerintah berharap masyarakat yang menerima bibit kakao dapat mengembangkan tanaman kakao tersebut dengan sungguh-sungguh, guna meningkatkan perekonomian daerah,"jelasnya.
Lanjut dia, untuk daerah seperti Lereh, Genyem, Nimbokrang masyarakat cukup antusias berkebun kakao. Oleh karena itu, pemerintah melalui intansi-intansi terkait harus memberikan penyuluhan secara rutin, kepada petani tentang bagaimana bertanam kakao yang benar. Ditambahkan, pemberian dua juta pohon bibit kakao dilakukan secara bertahap. Tahap pertama diberikan 1 juta pohon bibit kakao pada tahun anggaran 2005, tahap kedua untuk anggaran 2006 diberikan lagi 1 juta pohon bibit kakao.
Lebih jauh dia menjelaskan, peningkatan perekonomian kerakyatan dengan cara menanam kakao yang jadi tanaman agropolitan memang cukup menjanjikan. Tetapi sangat diperlukan perhatian, pola mencapai hasil yang baik ditumbuhkan dari bibit yang baik, perawatan atau pemeliharaan yang baik pula. "Seharusnya pemkab Jayapura memberikan bibit yang berkwalitas, sehingga mempunyai daya saing penjualan kedepannya,"terangya.
Sementara itu, lanjutnya, dengan dibentuknya tim perberdayaan ekonomi kerakyatan oleh dinas pertanian hal ini dinilai cukup baik. Tim pemberdayaan ekonomi tersebut diharapkan dapat secara serius memberikan perhatiannya kepada masyarakat yang bertanam kakao.
Soal tanaman kakao, dijelaskan, pada usia 3 tahun baru dapat menghasilkan buah. Oleh karena itu, sebelum mencapai tiga tahun tim pemberdayaan harus mampu memainkan perannya yakni dapat membimbing petani kakao, menyisipkan tanaman jangka pendek pada perkebunan kakao. Ini dilakukan agar masyarakat dalam jangka 3 tahun, mampu menambah.penghasilan. Sehingga tidak menunggu usia kakao berbuah. Antara pohon kakao yang satu dengan lainnya berjarak dua meter, nah diantara jarak itu dapat ditanami jagung, umbi jalar, dan tanaman lainnya. Dengan demikian maka pola yang demikian selaln mendapat penghasilan juga dapat memanfaatkan areal yang ada. **
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP