( Cenderawasih Pos, Rabu 18 Januari 2006 )
Penutupan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kampung Nafri sejak Senin (16/1), ternyata mulai berdampak dengan tidak diangkutnya sampah-sampah di sejumlah titik di Kota Jayapura. Dari pantauan Cenderawasih Pos di beberapa titik, akibat penutupan TPA Nafri ini, tumpukan sampah mulai dikeluhkan warga, seperti sekitar di Yabansai, Abepura, sepanjang jalan Argapura Atas, Pasar Youtefa, Pasar Hamadi, Jalan Koti dan sejumlah tempat lainnya.
"Sampah-sampah ini, satu hari saja sudah begini, bagaimana jika tidak diangkut selama satu minggu. Coba bayangkan bagaimana dampak yang akan ditimbulkan,"ujarnya salah seorang warga Hamadi kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
Meski jajaran Polresta Jayapura telah melakukan upaya dengan mempertemukan para tokoh adat warga Nafri dengan DPRD Kota Jayapura di Aula Mapolresta, namun dalam pertemuan tersebut yang dihadiri instansi terkait belum berhasil membuahkan kesepakatan untuk membuka penutupan TPA tersebut.
Dalam pertemuan yang difasilitasi Kapolresta Jayapura AKBP Drs. Paulus Waterpauw itu, masyarakat Nafri tetap ngotot pada pendiriannya bahwa TPA harus dipindahkan dari Kampung Nafri. Karena tetap ngotot TPA dipindahkan, maka dalam pertemuan itu akhirnya disepakati bahwa Kamis besok, DPRD dan Pemkot akan turun ke Nafri untuk melakukan pertemuan langsung dengan warga Nafri.
Ketua DPRD Kota Drs Theopilus Bonay.MM menjelaskan, kalau memang masyarakat menghendaki TPA ditutup total, pihak-nya meminta agar pemerintah kota diberikan waktu untuk mencari tempat lain yang tidak ada dampaknya kepada masyarakat. "Kita perlu bicara lagi untuk mencari solusi yang terbaik, yang bisa menolong masyarakat Nafri maupun masyarakat Kota Jayapura,"tuturnya.
Kepala Dinas Kebersihan Dan Pemakaman (DKP) Kota Jayapura, Luhulima Siradjudin, saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya belum bisa membuang sampah ke TPA Nafri dan untuk sementara armada-armadanya masih diparkir di Jalan Baru Kotaraja.
"Kami sempat melakukan pendekatan ke TPA Nafri agar dibuka, supaya pelayanan sampah dapat berjalan kembali. Namun kami ditolak dan disuruh kembali,"ungkapnya. Sementara itu, salah seorang sopir truk sampah Herman Suherman saat ditemui di Jalan baru mengatakan, sebenarnya masyarakat Nafri dari dulu sudah tidak tahu jika daerahnya dijadikan tempat pembuangan sampah, tapi pemerintah sendiri tidak mencari lokasi baru."Sekarang jadi serba salah, mau ke sana dilarang sementara alternatif lainnya hingga saat ini belum ada,"katanya. (fud/ nls/mud/ito)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP