( Tempo Interaktif, Senin, 09 Januari 2006 )
PT Freeport Indonesia berkeras bahwa pembuangan tailing sisa penambangan ke sungai Aghwagon-Otomona-Ajkwa merupakan pilihan terbaik. "Audit lingkungan independen menyimpulkan pengeloaan tailing Freeport merupakan alternatif terbaik dengan mempertimbangkan keadaan geoteknik, topografi, iklim, seismolog dan mutu air yang ada," tulis Senior Manager Corporate Communications Freeport, Siddharta Moersjid, dalam surat elektroniknya kepada Tempo, Jumat (6/1).Freeport membuang tailing berupa gerusan batuan halus dari penggilingan dan pengapungan biji mineral melewati ketiga sungai tersebut ke daerah pengendapan di daerah dataran rendah atau Managed Disposal Area (MaDA). Siddharta menyatakan tailing yang dibuang tidak beracun karena dalam memproses biji mineral tidak menggunakan sianida dan merkuri.Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) pada 2001 menilai cara pembuangan tailing tersebut melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai yang melarang pembuangan limbah padat atau cair ke dalam atau di sekitar sungai. Tailing Freeport juga dinyatakan tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang mensyaratkan total suspended solution (TSS) atau limbah tidak terlarut sebesar 400 ppm sementara TSS tailing mencapai 4.000 ppm.Bapedal ketika itu meminta Freeport menghentikan pembuangan tailing ke sungai karena dinilai merusak lingkungan. Sebagai gantinya, Freeport diminta membangun sistem pemipaan untuk membuang tailing.Freeport, kata Siddharta, menolak rekomendasi tersebut karena konstruksi dan pemasangannya harus menghadapi medan yang terjal dan sulit, serta dapat mengakibatkan dampak lingkungan hidup terhadap ngarai yang dilewati pipa. Selain itu, keutuhan pipa juga terancam oleh peristiwa alam yang ekstrim seperti tanah longsor, air bah, dan gempa bumi terhadap keutuhan jaringan pipa. Penolakan itu didasarkan pada evaluasi teknis oleh pakar dan ilmuwan yang meriset sistem yang paling tepat sesuai lokasi yang ada di Papua. Hasilnya, kata Siddharta, sistem pipa dinilai tidak tepat dengan kondisi medan yang ada. Ia juga mengatakan pengelolaan tailing terus-menerus dievaluasi dan diperbaharui untuk meminimalkan potensi resiko. "Kami senantiasa meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan kami," tulis Siddharta. Oktamandjaya Wiguna.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP