(www.detiknews.com, 09-09-2008)
Yogyakarta - Padi Super Toy HL2 diragukan mampu menghasilkan 15 ton gabah per hektar. Sebab tipikal padi lokal jenis Jawa adalah rentan terhadap serangan hama dan tidak mampu bila dilakukan pemupukan dengan dosis tinggi.
"Jelas tidak tahan serangan hama, batangnya empuk. Bila dipupuk dengan dosis tinggi akan ambruk," kata pakar pertanian Universitas Gadjah Mada, Ir Supriyanta, MP di Kantor Pusat UGM di Bulaksumur Yogyakarta, Selasa (9/9/2008).
Supriyanta menjelaskan, untuk menghasilkan 15 ton gabah kering panen (GKP) per hektar, setiap 1 meter persegi harus menghasilkan 1,5 kg gabah. Jika jarak tanam padi Super Toy 20 x 25 cm, maka setiap meter persegi ada 20 rumpun padi. Tiap rumpun itu harus menghasilkan 75 gram gabah.
Asumsi berat 1.000 butir gabah adalah 25 gram, maka tiap rumpun menghasilkan 3.000 butir gabah bernas. Apabila hasil malai padi memiliki 300, 200 atau 100 butir gabah isi per malai, makai tiap rumpun harus memiliki sekurang-kurangnya 10, 15 atau 30 malai tanpa rumpun mati.
"Itu asumsi kita, apakah Super Toy memang seperti itu varietasnya. Padahal jenis padi lokal sistem ratoon itu biasanya setelah panen pertama pada masa singgang itu menurun produksinya," ungkap ahli pemuliaan tanaman pertanian itu.
Supriyanta juga meragukan hasil turunan dari persilangan dua jenis padi antara Rojolele dengan Pandanwangi itu. Sebab biasanya pada proses turunan (F) pada turunan F 2 biasanya muncul berbagai kemungkinan. "Super Toy ini adalah turunan yang ke berapa harus jelas dulu. Semua peluang akan muncul baik kemungkinan bagus atau jelek," katanya.
Oleh karena itu, dia menyarankan sebelum adanya sertifikasi atau didaftarkan ke komisi yang mengurusi pelepasan varietas perlu dilakukan pengujian oleh tim ahli. "Ini penting, tidak hanya uji multi lokasi, tapi juga oleh tim ahli baik oleh Deptan maupun tim ahli independen," pungkas Supriyanta.(bgs/djo)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP