SURABAYA, SELASA - Dalam rangka penyediaan energi alternatif terbarukan, PT Rajawali Nasional Indonesia bekerjasama dengan PT Choi Biofuel mendirikan industri biofuel pertama di Indonesia. Bahan baku utama industri biofuel ini berasal dari limbah tebu atau tetes.
Pembangunan pabrik biofuel berkapasitas 50.000 kilo liter per tahun tersebut akan dilaksanakan di Kabupaten Gresik di atas lahan tanah seluas enam hektar. Diperkirakan, pabrik bahan bakar alternatif tersebut membutuhkan sekitar 150.000 ton limbah pabrik gula per tahun.
Selama ini industri MSG memanfaatkan sekitar 60 persen mulasis sebagai bahan baku. "Namun, tahun demi tahun pabrik MSG diperkirakan akan terus berkurang karena orang mulai menyadari bahaya MSG," kata G.H. Choi CEO Odicorp, salah satu pemegang saham PT Choi Biofuel, Selasa (9/9) di Surabaya.
Menurut Choi, di beberapa negara seperti Jepang dan Korea, industri MSG berbahan baku tetes tebu sudah berhenti total. Karena itu, ke depan persediaan bahan baku limbah tebu untuk memproduksi bahan bakar alternatif dipastikan akan mencukupi.
Nilai investasi dari pabrik biofuel ini berkisar 36.000 US dollar. Pembangunan industri energi alternatif tersebut diperkirakan selesai pertengahan tahun 2010. Seluruh bahan baku industri biofuel akan disuplai PT Rajawali Nusantara Indonesia.