(www.cenderawasihpos.com, 08-09-2008)
Selain Walikota Jayapura, sosok lain penerima penghargaan di bidang kehutanan dari Menteri Kehutan M.S Kaban 26 Agustus lalu adalah Ondoafi Waena Ramses Ohee untuk kategori kader penggerak terbaik penghijauan dan konservasi alam.
Laporan: Muhammad Nur
HIDUP adalah perbuatan. Itulah prinsip yang menjadi pijakan Ramses Ohee dalam mengisi dan memanfaatkan hari-hari kehidupannya. Sebagai wujud dan implementasi dalam memaknai prinsip tersebut, Ramses Ohee yang juga tokoh barisan Merah Putih dalam menegakkan NKRI itu, memiliki kepedulian yang sangat tinggi dalam menjaga dan melestarikan alam di wilayah Kota Jayapura.
Berangkat dari keprihatinan terhadap lingkungan alam yang mulai diambang kerusakan, dia terpanggil untuk bergerak bersama masyarakat pemilik hak ulayat membuat program penghijauan dan konservasi alam.
"Kami yakin dan percaya bahwa manusia dengan alam itu sama halnya dengan ibu dan anak. Alam ibarat susu yang sangat dibutuhkan oleh anak. Tapi, jika kandungan susunya sudah habis, maka kelangsungan hidup anak akan terancam,"tutur Ramses Ohee kepada Cenderawasih Pos di kediamannya di Waena, Minggu (5/9).
Begitu halnya dengan alam jika kondisinya terus dibiarkan rusak tanpa ada upaya untuk melestarikan atau menjaganya, maka kesengsaraan dan penderitaan yang akan dihadapinya.
Karena itu, untuk melestarikan lingkungan alam agar ekosistemnya tidak rusak, perlu ada kesadaran dan usaha nyata untuk menyelamatkan alam, diantaranya dengan penghijauan dan konservasi alam.
"Kami bersama masyarakat pemilik tanah ulayat terus menggalakkan diri untuk melakukan penghijauan di lahan-lahan kritis. Pemerintah kota yang menyiapkan tanaman dan bibitnya, sedangkan kami yang menyiapkan lahannya. Sehingga di sini ada keterpaduan dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat,"terang Ramses Ohee, kader terbaik III penggerak penghijauan seluruh Indonesia.
Diterangkan, manfaatkan hutan bukan hanya untuk kepentingan manusia saat ini, tapi juga untuk kepentingan anak cucu di masa mendatang. Jika, saat ini hutan-hutan yang seharusnya menjadi tempat sumber peresapan air ditebang, maka kelak anak cucu kita yang akan menanggung dampaknya.
Sebab, contoh nyata yang sekarang ini mulai dirasakan oleh masyarakat akibat kerusakan lingkungan adalah menurunnya debet air. Jika, kondisi ini terus menerus dibiarkan maka pasti anak cucu kita yang nantinya akan menghadapi kesulitan, seperti kekeringan air maupun bencana banjir.
Untuk itu, guna menyelamatkan kerusakan alam, dirinya mengaku memiliki program terpadu yakni bekerjasama dengan Kehutanan, Pemkot, Perguruan Tinggi serta masyarakat pemilik hak ulayat untuk bersama-sama menyiapkan benih tanaman, sedangkan masyarakat hak ulayat menyiapkan lahannya.
Menurut pengamatannya, ada dua hal mendasar penyebab kerusakan lingkungan alam yakni pembangunan yang digalakkan selama ini tidak berdasarkan Amdal (Analisis Dampak Lingkungan) dan kurang pahamnya masyarakat akan peristiwa-peristiwa kekeringan di daerah sekitar.
Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah Amdal dilakukan setelah pembangunan terjadi. Bahkan ada juga beberapa kegiatan pembangunan fisik tidak menggunakan Amdal.
" Amdal ini sangat penting untuk menguji mana daerah-daerah (lokasi) yang boleh dibangun dan mana yang tidak. Tidak boleh pemerintah atau swasta melakukan pembangunan sesuka hati. Ibarat orang sakit sebelum beli obat harus minta resep dulu dari dokter, supaya tidak salah beli obat," jelasnya.
Dia berharap kepada pemerintah dan siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan alam, agar lahan-lahan tidur yang selama ini tidak dimanfaatkan bisa dimanfaatkan untuk lahan produktif yang bisa memberikan manfaat positif bagi masyarakat.
Disinggung tentang penghargaan yang diterima itu, menurut Ramses Ohee itu dimaknainya sebagai titik star untuk membuat langkah-langkah nyata lain guna mengembalikan fungsi hutan sesungguhnya bagi kehidupan umat manusia. (*)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP