Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

28 February 2006

Jayapura : Selain Bantuan dari Pusat, Pemkab Siapkan 1 Juta Bibit Kakao

( Cenderawasih Pos, Senin 27 Febuari 2006 )
Kepala Disperindagkop Kabupaten Jayapura Drs Samuel Padollo, MM mengungkapkan bahwa paket bantuan bibit coklat dari kementerian koperasi RI, sampai saat ini memang belum bisa direalisasikan. Sebab, rencana paket bantuan coklat yang sudah mendekati tahun anggaran 2005 lalu ini, kini masih dalam tahap revisi anggaran untuk disalurkan melalui anggaran tahun 2006.

Meski penyaluran bantuan dari pusat tersebut belum ada, namun menurut Padollo, pihak pemerintah kabupaten Jayapura dalam tahun ini juga berencana untuk pengadaan bibit kakao sebanyak 1 juta pohon. "Sudah ada di RASK kita untuk program 1 juta bibit kakao ini,"ungkap Padollo saat ditemui Cenderawasih Pos dikantor Bupati, Kamis (23/2) kemarin.

Menurut Padollo bahwa rencananya bulan Februari dan Maret 2006 ini bantuan dari menteri perkoperasian ini sudah akan disalur­kan. Namun dengan acara revisi di bagian keuangan pusat, menyebabkan belum ada kepastian kapan bantuan bibit tersebut bisa diterima. Bahkan kemungkinan besar, program dari kabupaten Jayapura untuk 1 juta bibit pohon kakao ini akan dapat terealisasikan lebih dulu. "Kita masih tunggu dari hasil revisi untuk penyaluran bantuan bibit ini,"ujarnya. (tri)

Jayapura : Selain Permintaan Pasar Tak Terbatas, Nilai Ekonomisnya Sangat Tinggi

( Cenderawasih Pos, Senin 27 Febuari 2006 )
Wilayah pantai dan laut di Papua sangat potensial untuk mengembangkan perikanan tangkap dan budidaya seperti ikan, teripang, lobster dan kerang-kerangan. Kondisi ini merupakan peluang bisnis yang cukup bagus dan dimanfaatkan oleh CV. Wahana Laut Timur.

Potensi perikanan dan kelautan di Papua sangat besar bahkan masih sebagaian kecil yang dimanfaatkan
sedangkan yang lain malah belum tersentuh sama sekali. Apalagi, potensi yang besar ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan terbuka pasar yang besar baik dalam negeri maupun luar negeri, terutama teripang, lobster dan kerang-kerangan.

Pimpinan CV Wahana Laut Timur, H Risal, mengakui bahwa permintaan teripang cukup besar bahkan tidak terbatas jumlahnya, meski selama ini masih melalui pihak ketiga untuk dieksport. "Permintaan pasar ini tak terbatas, berapapun yang diproduksi akan tetap laku terjual,"katanya saat ditemui Cenderawasih Pos, kemarin.

Hanya saja, kata Risal, saat ini pihaknya masih terbentur dengan volume dari komoditas tersebut yang tidak bisa dipastikan, padahal permintaan sangat besar. Diakui, Bulan September 2005-Maret 2006 pasokan teripang agak terganggu karena ombak yang besar sehingga kegiatan nelayan berkurang, akibatnya pasokan berkurang. "Pengiriman kami ke luar Papua ti­dak menentu, pas musim teduh bulan 5-9 rata-rata bisa mencapai 500 kg/bulan, tetapi untuk saat ini kami hanya kirim 100 kg/bulannya dari semua jenis, teripang, lobster, kerang-kerangan dan lainnya,"ungkapnya.

Untuk harganya, teripang, lobster, kerang-kerangan, selama 30 tahun ini ia menekuni bisnis ini cukup punya nilai ekonomis tinggi, seperti teripang yang ada 32 jenis harga bervariasi Rp 10 ribu/kg-Rp 500 ribu/kg, yang biasa dikirim ke Surabaya dan Jakarta, kemudian diekspor pihak ke tiga, sedangkan pihaknya hanya mengambil keuntungan 10 persen saja.

Selain itu, kerang-kerangan harga mulai Rp 10 ribu/kg-Rp 75 ribu/kg, yang dikirim ke Surabaya dan Ujung Pandang, lobster .tergantung pasar di Bali jika melonjak dijual Rp 70 ribu/ kg untuk lobster mati dan Rp 100 ribu untuk lobster hidup. Sirip ikan hiujuga dijual antara Rp 100 ribu - Rp 1 juta/ kg, begitu juga daging, kulit dan tulang pun juga memiliki nilai ekonomis.

Yang jelas, ujar Risal, teripang, lobster, kerang-kerangan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan pihaknya siap menampung berapapun yang ditawarkan ke pihaknya. Untuk mengatasi kendala volume komoditi ini, pihaknya berharap ke depan agar pemerintah daerah melibatkan instansi terkait menggiatkan budidaya di bidang perikanan, khususnya teripang yang memiliki pangsa pasar tak terbatas dan me­miliki nilai ekonomis yang tinggi. Kegiatan budidaya ini dapat dilakukan di daerah Teluk Youtefa. Demta, Depapre dan lainnya ini, lanjut Risal, akan berdampak kepada nelayan dengan meningkatkan taraf hidupnya dan berapapun hasi produksi dari budidaya teripang itu pihaknya siap menampungnya.

"Kami harap juga ke depan ada bantuan khusus lewat departemen instansi terkait agar penjualan ke luar Papua ini difokuskan di Jayapura sehingga dapat dilakukan ekspor langsung dan tentunya akan menjadi PAD bagi daerah,"tandasnya.

Jayapura : Ratusan Hektar Sawah di Distrik Muara Tami,Terlantar, Akibat Tidak Berfungsinya Irigasi

( Cenderawasih Pos, Senin 27 Febuari 2006 )
Akibat irigasi tidak berfungsi dengan baik, ratusan hektar (Ha) sawah di Distrik Muara Tami, terlantar (tidak bisa digarap). Kepala Dinas Pertanian Kota Jayapura Drs. Dominggus Wafumilena saat dikonfirmasi mengatakan, dari sekitar 1400 Ha sawah yang ada, yang masih bisa digarap hanya sekitar 500 Ha.

"Para petani memang sangat kesulitan memperoleh air karena irigasi tidak berfungsi dengan baik, kami tidak bisa berbuat apa-apa karena pengelolaan irigasi ini merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (PU) katanya kepada Cenderawasih Pos di Kantor DPRD Kota Jayapura, Sabtu (25/2).

Dijelaskan, dari 1400 Ha areal pesawahan yang ada, 800 Ha berada di Koya Timur dan 600 Ha berada Koya Barat. Sebagian besar dari areal pesawahan itu saat ini tidak bisa digarap dan hanya ditumbuhi ruput. Selain masalah air, kata Dominggus, masyarakat petani juga mengalami kekurangan modal sehingga menga­lami kesulitan dalam melakukan penggarapan areal sawahanya.

Ditambahkan, karena kesulitan air, terpaksa ada dari para petani ini yang memilih menjadikan lahan sawahnya untuk ditanami tanaman lain. Seperti kacang-kacangan, jagung dan berbagai jenis tanaman palawija (tana­man berumur tiga bulan). (ito).

17 February 2006

Jayapura : Raperda Larangan Mendatangkan Hewan Rabies Tungu Perdasi

( Cenderawasih Pos, Rabu 16 Febuari 2005 )
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Papua , drh Didik Radjasa, M.MT mengatakan, draf rancangan peraturan daerah ( Raperda ) tentang larangan mendatangkan hewan / ternak dari daerah yang terinfeksi virus rabies ke wilayah Provinsi Papua secara teknis sudah siap, namun masih menunggu proses penyelesaian Perdasi dan Perdasus sesuai dengan amanat Majelis Rakyat Papua (MRP).

Dalam Perda itu ada tiga hewan yang tidak di perbolehkan dibawa ke Papua apabila daerah asalnya terinfeksi virus rabies. Ketiga hewan itu antara lain, Kera, Kucing, dan Anjing. “Secara teknis draf Raperda larangan hewan yang terinfeksi virus rabies telah rampung dan tinggal menunggu Perdasi selesai. Sama yang kami alami, pada dasarnya secara keseluruhan semua dinas demikian. Perda yang akan diajukan untuk di bahas secara teknis rata-rata semuanya telah rampung,”ujarnya kepada Cenderawasih Pos saat di hubungi tadi malam.

Meski belum pasti beberapa denda uang dan kurungan penjara bagi setiap masyarakat yang melanggar Perda ini,namun Didik Radjasa mengatakan yang telah melanggar Perda ini pasti dikenakan denda uang dan kurungan penjara.. Hanya saja jumlah denda dan maksimal ancaman kurungan penjaranya akan diketahui setelah Perda ini akan disahakan dewan menjadi produk hukum.

“Karena yang akan dikeluarkan ini Perda maka aturan hukumnya jelas, sehingga setiap orang yang melanggarnya akan di proses sesuai muatan Perda itu,”tandasnya

Lebih jauh dikatakan, pada dasarnya Perda ini dibuat untuk mengantisipasi virus rabies di Provinsi Papua. Pasalnya, hingga saat ini Papua masih dinyatakan bebas dari virus tersebut. (ito)

12 February 2006

Manca Negara : China : Korban Flu Burung Kedelapan di China

( Sinar Harapan, Sabtu 11 Febuari 2006 )
China melaporkan kasus kematian akibat flu burung yang kedelapan, Jumat (10/2). Seorang wanita petani berusia 20 tahun bernama Long dari wilayah Suining, Provinsi Hunan, China Selatan, kata Kementerian Kesehatan dalam situsnya.
Long menunjukkan gejala-gejala demam dan pneumonia 27 Januari setelah menyembelih unggas peliharaannya. Dia meninggal 4 Februari lalu, kata Kementerian. Sampel Long telah diuji oleh pusat pengawasan penyakit Provinsi Hunan dan pusat pengawasan penyakit nasional. Hasilnya positif H5N1. Long dikonfirmasikan terinfeksi flu burung sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan pemerintah China, kata Kementerian.
Mereka yang dekat dengan Long telah diperiksa kesehatannya oleh petugas kesehatan setempat. Sejauh ini tidak ada gejala-gejala abnormal ditemukan. Kementerian telah melaporkan kasus baru itu ke WHO, Hong Kong, Macao dan Taiwan serta beberapa negara.
Ini merupakan kasus flu burung ke-12 di China, dengan jumlah korban meninggal delapan orang. Pejabat kesehatan China, Jumat, menyatakan beberapa kasus terjangkitnya flu burung pada manusia disebabkan kontaminasi lingkungan.
Kasus flu burung pada manusia yang ditemukan di wilayah itu, di mana tidak terdapat wabah atau penemuan kasusnya pada unggas, disebabkan kontaminasi lingkungan terhadap burung yang mati atau sakit, kata Mao Qun'an, Juru Bicara Kementerian Kesehatan dalam jumpa pers.
Sekitar sepertiga kasus flu burung di dunia ditemukan di daerah tanpa wabah, kata Mao, sambil menambahkan penyebab penularan infeksi itu pada manusia masih diselidiki. China melaporkan 29 wabah flu burung di peternakan sejak Oktober. Pemerintah telah membasmi jutaan ayam, bebek dan unggas lain untuk mencegah penyebarannya.
Hari Jumat, pemerintah juga menyatakan 35 pekerja peternakan telah diperiksa kesehatannya menyusul wabah yang membunuh 15.000 unggas di peternakan mereka di Kota Yangguan, Provinsi Shanxi.Pekerja peternakan dilarang ke luar rumah dan menjalani pemeriksaan kesehatan dua kali sehari. Pemerintah telah membasmi 187.745 unggas dalam jarak tiga kilometer dari peternakan. (xinhua/nat)

11 February 2006

Nabire : Kayu Hasil Ilegal Logging di Nabire Mulai Dilelang

( Cenderawasih Pos, Jumat 10 Febuari 2006 )
Setelah resmi ada putusan dan penetapan dari Pengadilan Negeri Nabire terhadap kayu illegal logging, maka pihak panitia pelelangan mulai melakukan pelelangan terhadap kayu-kayu tersebut. Dari 8 Kopermas yang ada, dua diantaranya yakni Kopermas Willy dan Ardi kayunya mulai Kamis ( 9/2) kemarin telah dilakukan pelelangan.

Ketua Panitia Pelelangan Achmad Maulana, SH mengungkapkan, dalam proses pelelangan harus ada persetujuan dari pemiliknya dan ada keputusan dan penetapan dari Pengadilan Negeri Nabire. Sampai saat ini kayu illegal log­ging yang sudah ada penetapan dari pengadilan adalah RPL, Gabor dan Sinar Koibus. Sementara yang lainnya masih menunggu penetapan dari pengadilan. " 1 dari 3 orang pemilik kayu log tidak mau dilelang. Alasannya kayu tersebut akan dipakai sendiri. Sedangkan yang lainnya sudah mulai dilelang dan telah ada pembelinya," kata Maulana yang juga Kasie Intel Kejaksaan Negeri, Nabire.

Dikatakan, kalau perkaranya sudah diproses dan telah ada keputusan, maka kewenangan sepenuhnya ada pada pengadilan yang tingkatnya lebih tinggi. Sebab untuk penetapan pelelangan ini, pihaknya sifatnya hanya menunggu putusan dari pengadilan saja. (mud/jon)

Jayapura : Pemprov Akan Berikan Perhatian Serius, Terkait Ditemukannya 37 Jenis Satwa Baru

( Cenderawasih Pos, Jumat 10 Febuari 2006 )
Ditemukannya 37 jenis satwa dan tumbuhan baru di hutan Pegunungan Foja (Mamberamo, Kabupaten Sarmi) oleh LIPI dan LSM lingkungan yang berpusat di Amerika, Uncen serta Balai Konservasi Sumber Daya alam Papua, rupanya dipandang positif oleh Penjabat Gubernur Provinsi Papua, DR. Sodjuangon Situmorang, M.SL menjawab Cenderawasih Pos usai pertemuan dengan Sesmenkopohukam kemarin, Gubernur Situmorang mengatakan, kalau temuan baru tersebut merupakan hal yang sangat baik dan positif. "Saya pikir temuan itu sangat baik untuk masukan kepada kita tentang kekayaan alam flora dan fauna di Papua temyata sangat beragam,"katanya.

Terkait dengan satwa baru yang ditemukan tersebut, kata gubernur, seharusnya diidenstifikasi oleh instansi teknis terkait sebab yang paling bertanggungjawab terhadap mereka adalah pemerintah daerah dan semua elemen masyarakat.

"Agar kekayaan alam fauna dan flota kita itu bisa kita ketahui bahwa itu khas Papua, maka harus kita identifikasi dan jaga karena yang paling bertanggung jawab adalah kita,"tuturnya. Gubernur Situmorang meminta, temuan satwa baru yang katanya sangat khas itu, jangan sampai diabaikan. Sebab temuan itu sangat penting, sehingga ekosistem akan lebih terjamin dan terpelihara dengan baik.

Dengan adanya penemuan ter­sebut, upaya pemerintah selanjutnya akan mengkoordinasikannya dengan instansi teknis terkait yang bertanggung jawab antara lain Balai Konservasi, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup untuk segera menindaklanjuti sesuai dengan bidangnya masing-masing.

"Di Kehutanan sendiri ada fungsi yang menyangkut masalah suaka alam, kemudian ada hutan lindung. Begitu juga di Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, ini semua akan menjadi beban Pemda berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004," terangnya.

Gubernur Situmorang berjanji akan menjadikan temuan tersebut sebagai bahan perhatian, sehingga kekayaan alam berupa satwa bisa lebih diperhatikan, sehingga memberikan manfaat bagi alam dan bagi keanekaragaman flora dan fauna.

Karena itu pula, lokasi survei yang kiasnya lebih dari sejuta hektar tersebut diupayakan agar bisa dijadikan sebagai area yang dilindungi dan tidak boleh dilakukan aktivitas di sana sehingga satwa tersebut bisa hidup bebas di alamnya.

"Agar ekosistem dimana satwa itu hidup tetap terjaga, hutan itu jangan diganggu sehingga keberadaan mereka (satwa) di sana tetap terjaga,"ujarnya. Soal adanya usulan dari KSDA yang katanya belum diakomodir, ia mengatakan bahwa pemerintah akan tetap memberikan perhatian terhadap temuan tersebut. "Ini akan menjadi perhatian kita, kita juga akan memperhatikan usulan itu supaya masalah berbagai jenis hewan dan tumbuhan yaitu flora ,dan funa bisa terpelihara dan terjamin keberadaaannya di bumi Papua ini,"tandasnya lagi.

Selanjutnya, upaya lainnya yang akan dilakukan adalah akan dilibatkan pemerintah kabupaten untuk menjaga kelestarian lingkungan dan juga melancarkan berbagai program pelestarian lingkungan di tahun 2006 ini.

Jayapura : Dinas Peternakan Provinsi Bentuk Tim, Untuk Memantau Penyakit yang Menyerang Ternak Babi

( Cenderawasih Pos, Jumat 10 Febuari 2006 )
Menyikapi matinya puluhan ternak babi di Kota Jayapura dan sekitarnya, Dinas Peternakan Provinsi Papua telah membentuk tim untuk memantau ternak babi yang sakit di wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya tersebut. Tim ini akan melakukan pemantauan langsung itu di tiga wilayah yakni Waena, Abepura-Tanah Hitam dan wilayah Jaya­pura. Selain melakukan peman­tauan, tim ini juga akan mencari tahu apa penyebab sakitnya ternak babi tersebut.

Meski belum dipastikan apa yang menyebabkan babi-babi ini mati, namun ada dugaan disebabkan karena kolera. "Memang sejak Oktober 2005 lalu, banyak ternak babi mati, belum pasti apa penyebabnya, namun awalnya disebabkan karena sakit, dan duga­an sementara ada kemungkinan karena kolera," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Papua drh. Didik Radjasa, M.MT kepada Cenderawasih Pos, Kamis (9/2) kemarin.

Dikatakan, dari 12 sampel babi yang dibawa ke Balai Laboratorium Hewan di Maros, Sulawesi Selatan, 10 sampel dinyatakan negatif dan 2 sampel lainnya dinya­takan positif serologi hogcorela. Untuk membuktikan penyakit kolera secara pasti ini, pihaknya juga kembali akan melakukan pemeriksaan darah dan beberapa bagian lain dari ternak babi tersebut.

"Memang ada kemungkinan kolera namun belum bisa dipas­tikan bahwa ada virus kolera. Sebab dua yang dinyatakan positif ini bisa saja disebabkan karena babi tersebut pernah divaksin atau dari inveksi lainnya. Untuk itu akan dilakukan pemeriksaan ulang guna memastikan virus kolera ini," ujarnya kepada Cendera­wasih Pos, kemarin.

Sementara itu, Ny Yohana Mambaya yang ditemui di sela-sela kesibukannya mengurus babinya di belakang Koramil, Kamis (9/2) kemarin mengatakan, babinya hingga saat ini tinggal dua yang sisa karena 27 lainnya mati mendadak pada akhir Desember 2005 lalu. Sedangkan satu lainnya yang sempat sakit masih selamat sampai saat ini.

Babi milik Ny Yohana Mamba­ya ini, mati banyak juga diambil sampelnya untuk diperiksa di Maros. "Babi saya waktu itu tidak sampai tiga hari sakit dan mati semua. ada enam yang sudah dewasa dan ada yang mati langsung sama anaknya," ujarnya kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di kediamannya, kemarin.(ito)

Papua : Kelestarian Alam Papua Harus di Jaga

(www.papua.go.id, 10-02-2008)
Jayapura-PEJABAT Gubernur Papua DR.Sodjuangon Situmorang, M. Si mengatakan bahwa temuan tumbuhan dan satwa hasil dari penelitian yang dilakukan Conservation International Indonesia (CII) bersama Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cebdrawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Suber Daya Alam Papua I di Pegunungan Mamberamo harus dijaga dan di identifikasi.

Gubernur sangat mengharapakan hasil temuan-temuan mereka baik flora maupun fauna yang di ambil dari alam Papua tidak diabaikan ?Jadi hasil-hasil dari temuan mereka jangan di abaikan, menurutnya sangat penting karena disamping menjaga ekosistem terjamin dan kehidupan para satwa juga terpelihara dengan baik? katanya. penelitian yang dilakukan Conservation International Indonesia (CCI) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendarawasih (UNCEN) Jayapura dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua berhasil menemukan spesies baru yang diantarannya adalah kangguru pohon mantel emas (Dendrolagus Pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu, serta penemuan kembali katak mata jarring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola. Penemuan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) merupakan hasil survei yang dinilai paling spektakuler dan membanggakan. Pasalnya salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai pertemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia.

Keberadaan spesies ini dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun. Secara umum observasi Rapid Assesment Program (RAP) di Kwerba dan Pegunungan Foya, Papua pada 9 November ? 9 Desember 2005, berhasil menemukan beberapa spesies yang baru bagi dunia ilmu pengetahuan serta kawasan hutan yang belum pernah dikunjungi manusia. Dari sekitar 24 spesies palem-paleman yang tercatat, sedikitnya terdapat lima spesies baru yang terdiri dari satu spesies pinang-pinangan, dua spesies rotan dan dua spesies palem Licuala. Hasil tumbuhan (selain kelompok palem), masih memerlukan proses identifikasi lebih lanjut. Penelitian ini berhasil pula mengoleksi sekitar 780 percontohan tumbuhan yang fertile (memiliki buah dan bunga).

Dalam kegiatan ini sedikitnya tercatat 550 spesies tumbuhan dan revisi awal menunjukkan paling tidak ada lima spesies tumbuhan yang baru. Kemudian dalam kelompok kupu-kupu, berhasil mencatat sekitar 154 spesies di Kwerba. Angka tersebut jauh melebihi hasil penelitian sebelumnya di Dabra dan Marina Valen. Selain keanekaragaman jenis yang tinggi, spesies yang berhasil diamati di Kwerba pun berbeda dengan spesies yang diamati di Dabra dan Marina Valen. Lantaran cuaca, penelitian di Pegunungan Foya hanya berhasil mengamati 19 spesies, Namun sedikitnya tercatat empat kupu-kupu jenis Delias baru. Pada kelompok herpet mencatat sekitar 30 spesies reptil dan 50 spesies katak.

Hasil pengamatan yang menarik adalah penemuan kembali (rediscovery) katak, Nyctimystes fluviatilis, yang selama ini hanya diketahui dari dua spesimen yang dikoleksi di daerah Mamberamo. Tim herpet berhasil mencatat sekitar 20 spesies katak baru. Sedangkan untuk kelompok burung berhasil mencatat sekitar 215 spesies burung baik melalui pengamatan langsung, mencatat suara burung maupun penangkapan dengan jaring kabut. Untuk pertama kalinya burung mandur dahi emas (Amblyornis flaviforns) berhasil diambil gambar di habitat aslinya, termasuk pengamatan bulu burung betina. Sekitar 110 tahun, burung ini hanya dikenal dan dideskripsikan oleh Lord Walter Rothchild pada 1895 dari dua burung awetan. Selain itu, dalam peneliti burung juga berhasil menemukan kembali burung cenderawasih parotia.

Spesies ini dianggap hilang karena selama ini tercatat hanya sebagai sub spesies tanpa ada keterangan mengenai habitatnya. Penemuan yang paling menarik lainnya, satu spesies baru burung pengisap madu (Meliphagidae). Ini merupakan penemuan spesies burung baru di kawasan New Guinea (Papua dan Papua New Guinea) dalam jangka waktu 70 tahun. Pada RAP kali ini berhasil mencatat sekitar 37 spesies mamalia. Hasil paling spektakuler adalah keberhasilan mengamati kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus).

Keberadaan spesies ini di Pegunungan Foya telah menarik perhatian dan spekulasi ahli mammalia selama 25 tahun. Ini berarti spesies mamalia baru bagi Indonesia. Hasil mengagumkan lainnya adalah penemuan landak Papua (Zaglossus sp) di Pegunungan Foya. Hasil analisa fosil menunjukkan bahwa paling tidak ada tiga spesies Zaglossus pernah hidup di New Guinea. Zaglossus bartoni (punah) yang pernah hidup di Pegunungan Tengah; Zaglossus attenboroughi (punah) yang pernah hidup dan merupakan spesies endemik Pegunungan Cyclops; Zaglossus buijnii (spesies yang masih hidup) yang terdapat dan merupakan spesies endemik Daerah Kepala Burung, sehingga besar kemungkinan Zaglossus yang diamati di Pengunungan Foya adalah spesies baru atau penemuan kembali (rediscovery) spesies yang dianggap telah punah.**

10 February 2006

Merauke : Sudah Divonis, Terpidana Illegal Logging Tetap Bebas, Panitera Mengaku Sudah Berikan Salinan Putusan, Jaksa Mengaku Belum Terima

( Cenderawasih Pos, Kamis 09 Febuari 2006 )
Belum dilakukan eksekusi (jeblos ke penjara,red) terhadap Yakobus Kowap (31) yang divonis penjara 1,5 tahun (18 bulan), dalam kasus penebangan hutan, kini dipertanyakan.

Pasalnya, yang bersangkutan sejak putusan hakim pada 15 Desember 2005 lalu, tidak mengajukan keberatan atau banding. Sementara yang bersangkutan dikabarkan kembali ke tempat tinggalnya di Asiki Kabupaten Boven Digoel.

Ketua Majelis Hakim, Saiful Anam, SH, yang menyidangkan perkara tersebut ketika dikonfirmasi kemarin, mengungkapkan, putusan tersebut sudah berkekuatan hukum tetap, karena yang bersangkutan tidak mengajukan keberatan saat ini diberi waktu selama 7 hari sejak keputusan itu.

Soal eksekusi, Saiful mengung­kapkan bahwa hal itu merupakan kewenangan dari pihak kejaksaan sebagai eksekutor. "Dalam peraturan perundang-undangan, sela­ma 7 hari baik terdakwa, kuasa hukumnya maupun Jaksa Penuntut Umumnya jika tidak mengaju­kan keberatan maka putusan itu sudah berkekuatan hukum tetap, maka dengan otomatis terdakwa di eksekusi. Tapi, soal eksekusi itu bukan kewenangan kami lagi tapi itu sudah merupakan kewenangan dari pihak kejaksaan sebagai eksekutor," terangnya.

Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum I Wayan Sutarjana, SH yang memperkarakan kasus terse­but ketika dikonfirmasi soal ekse­kusi itu mengatakan bila pihaknya masih menunggu salinan putusan karena sampai saat ini belum menerima salinan itu dari Pengadilan Negeri Merauke.

Menurutnya, pihaknya segera mengupayakan eksekusi bila salinan putusan tersebut sudah ada. Bila Lari? Ditanya demikian, dia mengatakan bila pihaknya minta bantuan polisi untuk menangkap terpidana. Namun apa yang disampaikan tersebut, berbeda dengan apa yang diungkapkan Panitira Pengganti, Iskandar Tamrin. Saat dikonfirmasi balik, Iskandar mengungkapkan, jika salinan putusan itu sudah diserahkan ke pihak kejaksaan.

Untuk diketahui, terdakwa Yakobus Kowap, yang sebelumnya didakwa telah melakukan tindak pidana melakukan penebangan pohon di dalam hutan tanpa hak dan izin dari pejabat yang berwenang, akhirnya dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan tersebut dengan vonis 1,5 tahun subsidair 6 bulan kurungan ditambah denda Rp 100 juta, pada sidang putusan yang di gelar di Pengadilan Negeri Merauke 15 Desember 2005 lalu.

Dengan putusan terse­but hakim memberi waktu selama 7 hari untuk pikir-pikir. Selain vonis dan denda terse­but, yang bersangkutan juga diperintahkan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 2500. Serta menyatakan barang bukti berupa uang tunai sebesar Rp 116 juta yang merupakan hasil lelang kayu milik terdakwa dirampas untuk negara serta barang bukti lainnya.

Sidang tersebut di Ketuai Maje­lis Hakim Saiful Anam, SH, de­ngan hakim anggota Rahmat Selang, SH dan Frans WS Pangimanan, SH dibantu Panitera Pengganti Iskandar Tamrin. Sedangkan Jaksa Penuntut Umum, I Wayan Sutarjana, SH. Semen­tara terdakwa saat itu didampingi Roland Wattimuri, SH. (ulo)

Jayapura : Tempat Survei Lebih dari Sejuta Hektar , KSDA Menyikapi 37 Jenis Satwa dan Tumbuhan Baru itu Dengan Pengawasan

(Cenderawasih Pos, 09 Februari 2006)
Bruce Beehler, co-leader ekspedisi, menuturkan bahwa hutan pegunungan Foja (Mamberamo, Kabupaten Sarmi, Papua) yang menjadi lokasi survei, terdiri atas lebih dari satu juta hektare hutan hujan tropis.

"Kami menemukan satwa-satwa liar itu sama sekali tidak takut dengan manusia," ujarnya kepada The Associated Press dalam wawancara telepon dari Washington D.C. kemarin.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah tim ekspedisi terdiri dari sejumlah para pakar telah menemukan ''Dunia yang Hilang'' (Lost World) di hutan terisolasi di pegunungan Papua. Sedikitnya ditemukan 37 satwa dan tumbuhan baru di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua.

Ekspedisi dilakukan tim gabungan antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Conservation International Indonesia (LSM lingkungan berpusat di AS), Universitas Cenderawasih, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I. Beranggotakan 11 pakar dari AS, Indonesia, dan Australia, ekspedisi berlangsung sebulan pada 9 November hingga 9 Desember 2005.

Dari hasil sementara, ekspedisi itu menemukan, antara lain, 20 spesies baru katak, dua jenis burung, lima jenis kupu-kupu, dan 10 spesies tumbuhan (lima jenis palem dan lima tumbuhan berkayu).

Kata Bruce Beehler, tim ekspedisi tidak kesulitan membawa dua spesies echidna (binatang berduri pemakan semut) berparuh panjang. "Mamalia primitif itu menurut saja ketika kami bawa ke kamp untuk dipelajari," ucapnya.

Menurut Beehler, tim memerlukan enam izin sebelum diizinkan terbang secara legal di lokasi. "Tidak ada tanda-tanda peradaban atau kehidupan masyarakat lokal di sana," tuturnya.

Dua kepala suku Kwerba dan Papasena, pemilik tanah adat di sekitar pegunungan Foja, mendampingi ekspedisi tersebut. "Mereka sama terkejutnya dengan kami ketika tahu betapa terisolasinya kawasan itu," tutur Beehler. "Setahu mereka, tidak ada satu pun suku yang mengklaim wilayah tersebut," lanjutnya.

Tetapi, seluruh temuan satwa baru akan dipublikasikan secara luas setelah resmi diklasifikasikan sebagai spesies baru. Proses tersebut bisa berlangsung enam bulan hingga beberapa tahun.

Beehler membeberkan, tim ekspedisi sempat tersesat karena keanekaragaman hutan Papua yang luar biasa itu. "Kami hanya menggores permukaan tanah untuk mencari jalan," tutur vice president Conservation International's Melanesia Center for Biodiversity Conservation itu. Dia berharap bisa kembali ke sana akhir tahun ini bersama para pakar lain.

Salah satu temuan terpenting mereka adalah kanguru pohon berbulu emas (golden-mantled tree kangaroo). Satwa itu nyaris punah karena terus diburu pada masa lalu. Selain itu, ada burung pemakan madu dengan wajah warna belang dan oranye terang serta pial (cuping warna merah) berbentuk liontin di bawah mata.

Para ilmuwan juga mengambil gambar pertama burung surga (berlepsch's six-wired bird of paradise). Burung tersebut pernah dideskripsikan para pemburu di New Guinea pada abad ke-19.

JADI KEBANGGAAN
Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Papua I, Ir. Benny Saroy mengatakan, penemuan sejumlah species baru di wilayah Memberamo, khususnya di sekitar Pengunungan Foja menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Papua. Dan kini pihaknya telah menyikapi dengan melakukan pengawasan di wilayah tersebut.

Hanya saja, kawasan temuan-temuan species ini perlu menjadi perhatian dalam bentuk pengawasan yang lebih intensif lagi. Menurutnya, wilayah tersebut sebenarnya sudah ditetapkan sebagai wilayah konservasi atau kawasan hutan lindung, sehingga meminimalisir kerusakan tersebut.

Tentang penelitian tersebut, pihaknya juga ikut terlibat langsung di lapangan. Hanya saja, petugas yang ditugaskan di wilayah Memberamo ini terbatas, hanya tiga orang saja.

"Kawasan Memberamo ini sebenarnya sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, sehingga tidak perlu diganggu oleh siapapun, termasuk pemerintah sendiri," katanya kepada Cenderawasih Pos pada acara pertemuan dengan pers yang digelar oleh Conservation International Indonesia (CII) di Rumah Makan Bagus Pandang, Selasa (7/2) lalu.

Dia cukup khawatir kemungkinan terjadinya kerusakan kawasan tersebut membuat species-species yang baru itu juga ikut terancam punah. Pasalnya, dengan kemajuan pembangunan dan terjadinya pemekaran, membuat wilayah konservasi ini akan rusak.
Untuk itu, lanjut Saroy, harus ada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat baik provinsi maupun kabupaten yang komitmen atas kelanjutan pembangunan itu.

"Kemajuan pembangunan dan aktivitas yang dilakukan di Papua ini akan mengancam kerusakan lingkungan dan kawasan lindung. Nah yang diharapkan di sini adalah adanya perencanaan pembangunan sifatnya berkelanjutan," ujarnya.

BKSDA sendiri, menurut Saroy, hinggsa saat ini masih dibawahi langsung oleh pusat, baik yang menyangkut segala pendanaan maupun program. Koordinasinya ke pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan, masih terus dilakukan. Pihaknya juga terus berupaya untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah dalam hal konsevasi ini. Hanya saja, menurut pengakuan Saroy, sampai saat ini belum digubris.

"Kami sebenarnya menyarankan pemerintah daerah baik kabupaten/kota ataupun tingkat Provinsi Papua memperhatikan masalah anggaran untuk konservasi ini. Sebab selama ini belum ada, pada hal masalah konservasi ini merupakan pembangunan yang berkelanjutan juga," tandasnya.(ito/jpnn)

Jayapura : Ketika Berbagai Species Baru Kembali Ditemukan di wilayah Mamberamo-Foja, Peneliti Berhasil Menemukan Sedikitnya 20 Spesies Amfibi Baru ( b

( Cenderawasih Pos, Kamis 09 Febuari 2006 )
Penelitian bersama yang dilakukan Conservation Internasional Indonesia (Cll), Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cenderawasih dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua I, di wilayah Memberamo Papua.

Hasil survei awal yang dila­kukan di wilayah Mamberamo, tim peneliti itu memberikan gambaran awal kalau banyak kekayaan alam di wilayah tersebut belum tersingkap. Pasalnya, penelitian yang dilakukan itu hanya berlangsung selama satu bulan sehingga dimungkinkan masih banyak species baru yang belum sempat ditemukan.

"Penelitian ini sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia
umumnya dan Papua khususnya. Tentunya species-spesies ini perlu dijaga dengan baik,"ujar Dr. Dedi Darnaedi, Kepala Pusat Bilogi LIPI. Dikatakan. Tentang kendala dana dalam melakukan penelitian, menurutnya hal itu sebenarnya bukan kendala, namun itu dapat diatasi melalui kebijakan.

Kelangsungan hidup spesies di wilayah tersebut nampaknya mendapat perhatian serius Jatna Supriatna, Ph.D, Reegional Vice President CII. Ia mengatakan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan yang berarti bagi pemerintah daerah dan para pengambil keputusan lainnya dengan membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan konservasi alam dan menjadi kebanggaan masyarakat Papua. "Wilayah Foja merupakan daerah aliran sungai (DAS) Memberamo yang menyuplai air bersih di seluruh kawasaan Utara Papua,"katanya. Masih terkait dengan temuan berbagai jenis sepecies baru, para peneliti yang terjun langsung di lapangan salama satu bulan itu menemukan sejumlah amfibi. Wila­yah Pengunungan Foja dapat dinyatakan sebagai salah satu lokasi yang kaya akan jenis amfibi kawasan Asia Pasifik.

Dalam penelitian itu para peneliti berhasil mengoleksi 60 spesies dan sedikitnya 20 spesies baru yang ditemukan. Hal yang menarik lainnya, hasil penelitian ini juga menemukan species burung baru penghisap madu dari genus Meliphagiede. Sampai saat ini masih dan belum di beri nama ilmiah. Selain itu, juga ditemukan burung mandur dahi emas (Amblyornis flavifrons). Burung ini dideskripsi pada tahun 1895 dari dua burung yang, di dapat dari pedagang burung.

Penemuan ini menguak misteri keberadaannya, setelah 110 tahun, tak diketahui adalah Cenderawasih Parotia (Parotia berlepschi). Karena banyaknya keterbatasan informasi habitat dan penyebaran sebelumnya, spesies ini kemungkinan besar akan diusulkan sebagai species baru. Sedangkan pada kelompok tim kupu-kupu . berhasil mengeleksi 170 spesies.Dalam tim ini berhasil mengoleksi lima jenis kupu-kupu jenis baru. ***

Jayapura : Di Sentani Timur, Puluhan Ternak Babi Mati Mendadak, Diduga Terserang Wabah Penyakit

( Cenderawasih Pos, Kamis 09 Febuari 2006 )
Puluhan ternak babi milik warga masyarakat di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, ditemukan mati secara mendadak oleh pemiliknya. Kematian ternak babi dalam beberapa minggu terakhir membuat warga setempat mengkwatirkan seluruh ternak babi di Kampung Ayapo ini akan habis, sehingga mereka saat ini sangat mengharapkan adanya bantuan dari instansi terkait untuk mengatasi masalah ini.

"Sudah banyak ternak babi milik warga kami yang mati dalam beberapa minggu terakhir ini, dimana dalam satu hari bisa mencapai 10-15 ternak babi yang mati secara mendadak. Kami sendiri bingung kenapa terjadi seperti ini, setelah mengubur beberapa ternak, adalagi yang mati, demikian seterusnya yang terjadi dalam beberapa hari ini," ungkap Kelly Deda, salah satu tokoh masyarakat di Kampung Ayapo.

Kelly mengungkapkan, bahwa 3 ekor ternak babi miliknya mengalami nasib seperti itu, dan kini tidak
ada lagi ternak yang dipeliharanya. Sementara itu, hal serupa juga disampaikan oleh Fredy, dimana ternak babi yang dipeliharanya ada 6 ekor, namun yang 4 ekor sudah mati karena penyakit, tinggal tersisa 2 ekor." 2 ekor ini juga pasti akan mati, karena sudah menunjukkan gejala-gejala yang kurang sehat,"ujarnya.

Salah satu warga setempat yang juga guru SD yang ditemui Cenderawasih Pos mengungkapkan hal yang sama, bahwa setiap pagi dalam beberapa minggu terakhir ini, murid-murid Sekolah Dasar sering dikejutkan dengan adanya beberapa ekor bangkai babi yang ditemukan di sekitar sekolahnya, kemudian akhirnya disuruh untuk dikubur.

Menurut keterangan warga, gejala awal yang terjadi sebelum ternak tersebut mati, adalah kalau berjalan sering jatuh dan kemu­dian dari mulut dan hidungnya keluar darah, dan akhirnya mati. Atas kejadian ini, warga di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, sangat mengharapkan adanya bantuan dari instansi terkait untuk memberikan pertolongan, agar ternak babi yang tersisa bisa dapat diselamatkan. Karena menurut warga setempat, bahwa ternak babi ini merupakan salah satu harta mereka yang sangat berharga, baik untuk membayar mas kawin, pesta adat maupun acara-acara besar lainnya. (yom)

Jayapura : Penyediaan Air Bersih dan Listrik Diminta Diprioritaskan

( Cenderawasih Pos,Kamis 09 Febuari 2006 )
Wakil Ketua Komisi D DPRP, Jhon Banua Rauw, SE menegaskan, pelaksanaan pembangunan di bidang pertambangan, hendaknya difokuskan pada program-program prioritas yang dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat seperti penyediaan sarana dan prasana air bersih terutama pengadaan air bawah tanah dan pe­nyediaan listrik.

"Kami di Komisi D DPRP telah meminta kepada Dinas Pertamba­ngan agar pada anggaran 2006 ini, program prioritasnya difokuskan pada penyediaan air bersih terutama air bawah tanah dan kedua penyediaan listrik,"ungkapnya kepada wartaw an, Rabu (8/2)kemarin. Kata dia, selain itu juga Dinas Pertambangan diminta untuk tidak menyusun program-program pembangunan bidang pertambangan yang hanya untuk menghabiskan dana yang dialokasikan bagi dinas tanpa memberikan manfaat bagi masyara­kat."Kami juga meminta kepada dinas untuk tidak menyusun program yang hanya bertujuan menghabiskan anggaran/dana baik yang bersumber dari APBD maupun sumber lainnya tanpa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat,:jelasnya.

Baik penyusunan program pembangunan jangka panjang, maupun pro­gram jangka pendek, pihaknya mengharapkan agar program yang dibuat itu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. (and)

Manca Negara : Amerika : Olimpiade Turin 2006 Paling Ramah Lingkungan

( Media Indonesia, Kamis 09 Febuari 2006 )
Olimpiade Musim Dingin di Turin, Italia, yang dimulai Jumat ini (10/2), akan menjadi pesta olahraga paling ramah lingkungan, menurut Badan PBB untuk Program Lingkungan (UNEP), Rabu (8/2).
Kerjasama UNEP dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) selama lebih dari 10 tahun berhasil mewujukan Olimpiade 2006 yang ramah lingkungan dalam sarana akomodasi, produk-produk dan bahkan dalam teknik pembuatan salju.

Olimpiade yang ramah lingkungan ini akan dapat dinikmati oleh sekitar 2.500 atlet, ratusan ribu penonton dan juga akan bermanfaat bagi kawasan sekitarnya.
"Kami juga bekerja sama dengan panitia Olimpiade Turin untuk mewujudkan Olimpiade yang paling hijau dalam sejarah," kata Direktur UNEP Klaus Toepfer seperti dikutip pusat media PBB-New York.

"UNEP selalu menekankan pentingnya peranan organisasi kemasyarakatan dalam mendorong dan memantau kesinambungan lingkungan hidup," katanya. Di antara program UNEP untuk Olimpiade adalah proyek Heritage Climate Torino (HECTOR) yang mengupayakan Olimpaide Turin yang bebas karbon.

Dengan dukungan ilmu kehutanan, dan efisiensi energi baik di rumah maupun di luar, Olimpiade Turin membantu mengimbangi sekitar 100.000 ton karbondioksida yang muncul selama 16 hari event kegiatan olahraga tersebut.

Cara lain untuk melindungi lingkungan adalah memantau semua areal Olimpiade dengan memperhatikan 16 indikator antara lain aliran air, kualitas air, penggunaan tanah, konsumsi energi, dan produksi sampah. Pembangunan perkampungan atlet pun dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan dan teknik yang bebas polusi. (Ant/OL-03)

Papua : Cerita dari Dunia yang Hilang

(www.kompas.com, 09-02-2006)

Hari belum beranjak siang ketika helikopter yang membawa beberapa peneliti dan dua penunjuk jalan menghampiri Pegunungan Foya di Papua. Namun kabut yang menutupi pegunungan setinggi 1.800 meter itu, ditambah mendung yang menggantung, membuat suasana seperti sudah sore.

Pemandangan gunung-gunung hijau tertutup hutan yang tampak dari jendela helikopter milik HeliMission seolah mengantarkan pada dunia asing yang belum pernah dikunjungi manusia. Sesekali helikopter bermanuver memperlihatkan lekuk-lekuk gunung yang menyimpan banyak misteri sekaligus keindahan itu.

Mendekati lokasi pendaratan di sebuah lembah berawa yang dikelilingi pegunungan, salah seorang peneliti dari Conservation International, Burhan Tjaturadi, melihat beberapa ekor kangguru tanah (wallabi) sedang berlompatan menghindari suara heli yang mendekat.

Begitu mendarat, Burhan yang datang bersama Dr. Bruce M. Beehler, seorang peneliti burung di Papua, beserta dua orang penunjuk jalan dari suku Kwerba dan Papasena, langsung menjumpai jejak-jejak kangguru, tikus tanah dan kasuari.

"Suasana di sana memang mirip dunia yang hilang," kata Burhan dalam wawancara dengan KCM. "Hanya ada kami, jejak-jejak hewan, lapangan berair, mendung yang menggantung, dan gunung-gunung dengan hutan lebat dan berlumut yang seolah membatasi kami dari dunia luar."

Ketika kelompok pertama ini mulai mencari lokasi untuk mendirikan camp sembari menunggu kelompok peneliti lain, hujan pun turun. Tetapi camp harus tetap didirikan agar dapat digunakan untuk beristirahat malamnya.

Adapun tim peneliti yang terdiri dari 12 orang dibagi menjadi 5 taksa penelitian (burung, mammalia, tumbuhan, kupu-kupu dan katak). Masing-masing mempunyai tugas tersendiri dalam waktu yang kebanyakan berbeda.

Katak bersuara nyaring

Pada sore hari setelah pendaratan, tim mamalia sudah mulai menyiapkan umpan untuk dipakai dalam perangkap (life trap), sedangkan tim katak (Burhan bersama Stephen Richards, peneliti herpetofauna dari South Australian Museum, Adelaide, Australia) menyusuri wilayah sekitar camp guna mencari contoh-contoh katak dari daerah itu.

"Sejak malam pertama, kami sudah menemukan sejenis katak. Tapi kami belum berani memastikan apakah itu spesies baru atau bukan, karena harus melewati proses penelitian yang tidak sebentar," kata Burhan.

Namun keberuntungan malam pertama itu tidak terjadi di malam-malam berikutnya. "Cuaca di gunung kurang pas untuk tim herpet... kalau siang hujan dan baru cerah malam harinya," ujar Burhan. "Akibatnya beberapa katak tidak sempat dikoleksi karena mereka hanya bersuara sekali lalu diam. Untuk mencarinya kembali terlalu sulit di kegelapan malam."

"Suatu hari ada suara katak yang sangat nyaring. Suara itu sedemikian nyaring sehingga kami menduganya sebagai spesies baru. Untuk mendekati asal suara itu kami harus mendaki tebing yang dipenuhi daun-daun gatal babi," cerita Burhan.

"Setelah asal suara ditemukan, ternyata sumbernya adalah seekor katak dari spesies yang sudah diketahui. Tapi karena ia berada di lobang kayu, maka suaranya menjadi menggema nyaring dan terdengar lain," paparnya. "Padahal kami sudah yakin akan menemukan spesies baru."

Di hari lain, tim katak menemukan sejenis katak dari genus Litoria yang bagian dalam tubuhnya dihuni pacet. Katak-katak yang ukuran tubuhnya hanya 5 hingga 10 cm itu bisa dihuni hingga 7 pacet berukuran 3-4cm. Pacet yang merayap di tubuh katak itu sepertinya parasit. Mereka baru keluar bila bagian perut katak digoyang-goyang.

Yang menarik adalah penemuan kembali katak berstatus sangat langka: katak mata jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola. "Kedua jenis ini hanya dapat ditemukan di dua lokasi di Papua Nugini dan Pegunungan Foja" jelas Steve, panggilan akrab Stephen.

Di antara 60 spesies katak yang berhasil dikumpulkan oleh tim herpetofauna - baik dari Pegunungan Foya, sekitar Kampung Kwerba dan Sungai Mamberamo; serta Muara Kali Manirim dan Muara Hotice - 20 di antaranya diperkirakan spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, termasuk sejenis katak kecil dengan ukuran tubuh hanya 14 mm.

Kangguru pohon mantel emas dan landak bertelur

Sementara tim mamalia punya cerita lain. Yang paling menarik barangkali adalah temuan kangguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Keberadaan spesies ini di Pegunungan Foya telah menarik perhatian dan spekulasi ahli mamalia selama 25 tahun.

Kangguru yang berstatus hampir punah ini dijumpai agak jauh dari camp. Tim peneliti harus naik lagi ke pegunungan untuk mendapatkannya. Keberadaan spesies ini sebenarnya pernah dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981. Namun penemuan di Foya adalah yang pertama kalinya di Indonesia.

Para ahli mamalia menyebutkan bahwa kangguru pohon ini adalah spesies yang berbeda dengan spesies di Pegunungan Torricelli (Papua Nugini). Alasannya, kedua lokasi tersebut terpisah jauh dan terisolasi.

"Kangguru yang hidup di pepohonan ini agak pemalu. Mereka segera bersembunyi bila melihat orang-orang datang mendekat," ungkap Dr Beehler seperti dikutip AP.

Hewan lain yang juga akan selalu terkenang adalah temuan echidna bermoncong panjang (Zaglossus sp) yang tidak takut pada manusia. Sejenis landak yang bertelur ini ditemukan sekitar minggu kedua di Pegunungan Foya.

"Landak Papua ini hanya menyembunyikan kepalanya seperti trenggiling saat didekati manusia. Ia tidak lari, sehingga mudah bagi kami membawanya ke camp," papar Burhan.

"Tapi landak yang kami bawa ke camp menggunakan tas ini akhirnya kabur sebelum dijadikan spesimen. Untung kami menemukan dua ekor landak lagi dari jenis yang sama."

Hasil analisa fosil menunjukkan bahwa paling tidak ada tiga spesies Zaglossus pernah hidup di New Guinea. Zaglossus bartoni (punah) yang pernah hidup di Pegunungan Tengah; Zaglossus attenboroughi (punah) yang pernah hidup dan merupakan spesies endemik Pegunungan Cyclops; dan Zaglossus buijnii (spesies yang masih hidup) yang merupakan spesies endemik Daerah Kepala Burung.

Besar kemungkinan Zaglossus yang diamati di Pengunungan Foya adalah spesies baru atau penemuan kembali (rediscovery) spesies yang dianggap telah punah.

Secara keseluruhan, tim berhasil mencatat keberadaan sedikitnya 37 spesies mamalia.

Tarian burung-burung surga

Temuan yang menarik juga didapatkan oleh tim burung. Berbeda dengan tim mamalia yang lebih banyak keluar malam, tim ini sejak pagi-pagi sekali sudah masuk hutan mencari jenis-jenis burung yang ada.

Kelompok burung berhasil mencatat sekitar 215 spesies burung - baik melalui pengamatan langsung, mencatat suara burung maupun penangkapan dengan jaring kabut.

Dan untuk pertama kalinya burung mandur dahi-emas (Amblyornis flaviforns) berhasil diambil gambar di habitat aslinya, termasuk pengamatan bulu burung betina. Sekitar 110 tahun, burung ini hanya dikenal dan dideskripsikan oleh Lord Walter Rothchild pada 1895 dari dua burung awetan.

Peneliti burung juga berhasil "menemukan kembali" burung cenderawasih parotia, Parotia berlepschi. Spesies ini dianggap hilang karena selama ini tercatat hanya sebagai sub-spesies tanpa ada keterangan mengenai habitatnya.

Namun dalam penelitian ini, tim burung yang dipimpin Dr. Beehler mendapat kesempatan menyaksikan seekor burung jantan melakukan tarian rayuan bagi seekor burung betina. Ia menggoyang-goyangkan bulu-bulu panjang di atas kepalanya untuk menarik perhatian betina. Peristiwa itu sempat diabadikan dalam foto.

Penemuan yang menarik lainnya, yaitu satu spesies baru burung pengisap madu (Meliphagidae). Ini merupakan penemuan spesies burung baru di kawasan New Guinea (Papua dan Papua New Guinea) dalam jangka waktu 70 tahun.

Kupu-kupu dan tanaman Papua

Menurut cerita Burhan, para peneliti kupu-kupu yang dipimpin Bruder Henk van Mastright, lebih banyak keluar di daerah terbuka ketika Matahari bersinar di Pegunungan Foya. Di malam hari mereka memasang jaring dengan lampu untuk mengumpulkan ngengat.

Lantaran cuaca yang sering hujan, penelitian di Pegunungan Foya hanya berhasil mengamati 19 spesies, Namun sedikitnya tercatat empat kupu-kupu jenis Delias baru.

Secara keseluruhan kelompok kupu-kupu berhasil mencatat sekitar 170 spesies, kebanyakan di Kwerba. Angka tersebut jauh melebihi hasil penelitian sebelumnya di Dabra dan Marina Valen. Selain keanekaragaman jenis yang tinggi, spesies yang berhasil diamati di Kwerba pun berbeda dengan spesies yang diamati di Dabra dan Marina Valen.

"Tim kami berhasil mengidentifikasi lima jenis kupu-kupu spesies baru" ujar Bruder Henk. "Tak pernah selama hidup saya mengoleksi begitu banyak spesies baru dalam waktu singkat dan hanya di satu lokasi saja" lanjut Bruder Henk yang telah meneliti kupu-kupu di Tanah Papua selama 30 tahun lebih.

Sedangkan tim peneliti tanaman berhasil pula mengoleksi sekitar 780 percontoh tumbuhan yang fertile (memiliki buah dan bunga). Hasil tumbuhan (selain kelompok palem), masih memerlukan proses identifikasi lebih lanjut.

Walaupun hasil analisis akhir identifikasi dan verifikasi spesies masih memerlukan waktu, namun para ahli telah memberikan kesimpulan awal. Dari sekitar 24 spesies palem-paleman yang tercatat, sedikitnya terdapat lima spesies baru - yang terdiri dari satu spesies pinang-pinangan, dua spesies rotan dan dua spesies palem Licuala.

Hasil penelitian singkat ini (9 November hingga 9 Desember 2005) menunjukkan betapa terbatasnya pengetahuan kita terhadap keeanekaragaman hayati di Papua. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kawasan hutan Mamberamo dan Pegunungan Foya memilki keanekaragaman hayati dan tingkat endemitas tinggi, sehingga daerah ini sangat penting bagi pelestariannya.

Saat ini wilayah Pegunungan Foya masih tampak seperti "the lost world" atau "dunia yang hilang". Steve menyebutnya sebagai tempat yang masih seperti 50.000 tahun lalu. Tidak ada perburuan, dan tidak ada dampak lain seperti transportasi dan lainnya. Namun sampai kapankah kemurnian surga itu terjaga?

Penulis : Wsn

09 February 2006

Jayapura : Isu Formalin Cukup Mengganggu Perekonomi

( Papua Pos, Rabu 08 Febuari 2006 )
Isu formalin yang melanda tanah air, dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya para pedagang-pedagang di kabupaten dan kota Jayapura. Tak ayal, pendapatan pedagang pun, seperti penjual bakso, penjual mie pangsit, pedagang tahu, pedagang ayam drastis menurun. Kedepan isu-isu seperti ihi perlu segera disikapi secara bijak oleh pemerintah sehingga tidak sampai merugikan masyarakat kecil. Demikian dikemukakan anggota i Komisi B DPRP Provinsi Papua H. Djoko Aryanto saat berbincang-bincang dengan Papua Pos diruang kerjanya, Senin (06/02). Dikatakan Djoko bahwa isu for­malin dan boraq dari sisi ekonomi sangat merusak perekonomian rakyat kecil, seperti halnya yang dialami para pedagang-pedagang di tanah air, tidak terkcuali pedagang-pedagang di Papua, terutama di kota Jayapura, sejak isu ini merebak pendapatan para pedagang menurun.

Isu ini pun menurut Djoko cukup santer di luar Papua dan dampaknya pun sangat terasa di Papua. Untuk provinsi Papua, mustahil rasanya pedagang-pedagang kecil, terutama para pedagang bakso, pedagang ayam dan penjual tahu daganganya dicampur dengan formalin dan borag."Dari pengamatan saya selama ini Papua, umumnya di kota Jayapura bahan-bahan yang di pakai pedagang murni bahan produksinya, bahan lokal,"terang Djoko yang mengaku sudah 30 tahun di Papua ini.

Beda halnya mungkin diluar Papua, seperti diwilayah Indone­sia lainnya produk yang dikirim dari luar Papua ke Papua sudah beku dan tidak ada jaminan bahwa itu bebas formalin. Namun untuk produk lokal menurut dia masih bisa dijamin tanpa bahan pengawet. "Kita kasihan melihat para pedagang kecil yang hanya menggantungkan hidup keluarganya dari berjualan bakso, ayam dan lainnya, hanya karena isunya formalin di luar Papua, akibatnya harus ditanggung para pedagang di Papua, umumnya di kota Jayapura,"katanya.

Walaupun isu formalin dan boraq cukup mengemuka, tetapi sampai sekarang pihaknya dari dewan, khususnya komisi B DPRP belum pernah menerima keluhan dari rakyat soal adanya temuan pedagang bakso maupun pedagang lain yang menggunakan formalin. Apalagi dari balai POM sendiri sudah menginstruksikan kepada semua pedagang bakso dan lain-lainnya supaya tidak menggunakan bahan pengawaet dalam hal ini for­malin.

"Karena itu, masyarakat tidak perlu lagi takut makan bakso, makan mie, makan ayam, makan tahu dan lain-lainnya. Sebab produk yang dipakai pedagang murni mengandalkan produk lokal yang dijamin tidak menggunakan bahan pengawet,"tukasnya.

Untuk itu, kata politikus asal PDI- Perjuangan Provinsi Papua ini, sudah sepatutnya setiap barang yang berupa makanan yang dikirim ke Papua ini harus melalui pemeriksaan balai POM. Sebab selama ini, pengusaha-pengusaha besar yang mendatangkan barang-barang ke Papua tidak memanfaatkan keberadaan POM ini. Parahnya lagi balai POM pun selama ini kurang proaktif, biasanya mereka aktif, setelah permasalahan muncul kepermukaan. "Saya sangat berharap kedepan sigap dan bila perlu sebelum balai POM harus lebih proaktif muncul kepermukaan, balai POM dan tanggap terhadap persoalan- sudah dapat mengantisipasinya persoalan yang muncul ditengah- sehingga tidak sampai membebani ditengah masyarakat. Artinya setiap masyarakat,"tukasnya. **

Timika : Distan Salurkan Sarana Produksi Pertanian

( Radar Timika, Rabu 08 Febuari 2006 )
Sub Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Mimika, selama periode Oktober, Nopember, Desember 2005 telah memberikan bantuan sarana produksi pertanian kepada 10 kelompok tani di Timika. Ke-10 kelompok tani itu terdiri dari, empat kelompok wanita tani dan enam kelompok tani. Pemberian bantuan itu dimaksud untuk meningkatkan produksi pertanian di tahun 2006 ini.

Kepala Seksi Permodalan Usaha Tani, Sub Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Subianto,Amd kepada Radar Timika saat ditemui di kantornya, Selasa (7/ 2) kemarin menuturkan, bantuan sarana produksi pertanian yang telah disalurkan berupa, bibit sayuran, palawija, kacang-kacangan, parang dan sekop. Sepuluh kelompok tani yang mendapatkan bantuan tersebar di SP II, SP III, SP IV, Iwaka, dan Loqpon Kampung Pigapu.

"Dengan adanya bantuan sarana pertanian, kita berharap setidaknya membantu para petani mengolah lahan pertanian dengan baik. Karena dengan sarana yang mendukung dapat meningkatkan ketahanan pangan,"ujar Subianto. Dikatakan, pengadaan bantuan untuk kelompok tani didanai melalui anggaran yang disalurkan dari pemerintah provinsi Papua sebesar Rp 200juta. Dana tersebut langsung dikirim ke Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Mimika dan langsung disalurkan kepada kelompok tani.

Kepada empat kelompok wanita tani juga diberikan bantuan mesin penepung jagung dan mesin penepung kopi. "Bantuan ini bertujuan agar kelompok wanita tani dapat meningkatkan pendapatan keluarga tanpa memperluas lahan pertanian tetapi hanya mengolah hasilnva **

Jayapura : Mamberamo Akan Dijadikan Sebagai Taman Nasional

( Cenderawasih Pos, Rabu 08 Febuari 2006 )
Keberhasilan Conservation International Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Uncen dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I di Pegunungan Foja, Memberamo Papua yang dilaksanakan 9 November hingga Desember 2005 menemukan berbagai spesies diantaranya 24 jenis palem-palem (palmae), lima jenis diantaranya tercatat sebagai spesies baru.

Tim ini pun berhasil pula mengoleksi 550 jenis tumbuhan diluar keluarga palem-palem. Disamping itu, ditemukan pula kanguru pohon mantel emas. Penelitian merupakan hasil survey yang paling spektakuler dan membanggakan. Pasalnya, salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai penemuan pertama di wilayah Indonesia. Dengan adanya penemuan ini, secara serentak di tiga kota diantaranya Jakarta, Kota Jayapura dan AS dilakukan conference pers dengan hara­pan masyarakat secara luas dapat mengetahui jenis-jenis spesies yang perlu dilindungi ini.

Pegunungan Foja menurut kepala KSDA Papua I, Ir. Beny Saroy sebagai salah satu lokasi yang kaya akan jenis amfibi di kawasan asia Pasifik dengan Luas wilayah keragaman hayati daerah aliran sungai (DAS) seluas 8 juta hektar. Sehingga tidak salah Mamberamo sebagai suatu taman Margasatwa yang perlu dilestarikan.

Sesuai dengan luas DAS, tambah Beny 1,7 juta Ha akan dijadikan sebagai Taman Nasional. Dengan dijadikannya nanti sebagai Taman Nasional, semua spesies yang ada didalamnya dapat di lindungi. "'Oleh karena itu, kedepan akan dilakukan lagi penelitian-penelitian di daerah lain dengan harapan spesies yang masih ada, tidak sampai punah,"kata Benny saat membuka Conference Pers Rapid Assessment Program (RAP) di Mamberamo tanah Papua kerjasama LIPI, Dephut dan CII di Rumah Makan Bagus Pandang, Selasa (07/02).

Adapun saat ini permasalahan yang dihadapi disekitar Mamberamo yakni terjadinya pembalakan hutan. Hal ini cukup potensial untuk menghilangkan spesies yang ada di pegunungan Foja, Mamberamo. Demikian pula para nelayan disekitarnya cenderung hanya mengambil ikan yang besar, sedangkan ikan kecilnya dibuang begitu saja, juga buaya-buaya cukup banyak berkeliaran dan yang harus dilindungi.

Bahkan ia mengaku tidak sependapat, apabila Mamberamo dijadikan sebagai kabupaten baru. Karena kalau sudah menjadi kabupaten, spesies yang ada di dalam pegunungan Foja, Mamberamo secara perlahan-lahan akan punah. Hasil penelitian membuktikan banyak spesies yang belum punah dan ditemukan di pegunungan Foja, Mamberamo. Melihat keragaman spesies yang ditemukan di pegunungan Foja, Mambramo sangat tepat dijadikan sebagai Taman Nasional. * *

Jayapura : Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi Mulai Terancam

(Cenderawasih Pos, Rabu 08 Febuari 2006)
Hutan lindung dan wilayah konservasi di Provinsi Papua, nampaknya mulai terancam, akibat keterbatasan anggaran dan prasarana yang menunjang jalannya program pencegahan dan perlindungan di wilayah-wilayah konservasi tersebut.

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Papua I, Ir Benny Saroy kepada Cenderawasih Pos pada acara pertemuan dengan wartawan yang digelar Conservation International Indonesia (CII) di Rumah Makan Bagus Pandang, Selasa (7/2) kemarin.

Diungkapkan, kawasan lindung, baik hutan maupun kawasan pantai yang ada di wilayah Papua ini sudah mulai terancam, untuk itu, perlu ada keseriusan dalam pengalokasian anggaran dan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan. Hal ini perlu diperhatikan, karena konsep pemba­ngunan yang ada kadang-kadang mengabaikan konsep pem­bangunan yang berkelanjutan.

"Kemajuan pembangunan dan aktivitas yang dilakukan di Papua ini akan mengancam kerusakan lingkungan dan kawasan lindung. Perencanaan pembangunan diharapkan menjadi perhatian serius dari para pengambil kebijakan supaya tidak menimbulkan masalah yang baru,"ujarnya.

Saroy juga mengatakan, hingga.saat ini masalah konservasi masih di bawah langsung pusat, segala pendanaan dan program masih dikoordinasikan dengan pusat. Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah daerah baik kabupaten/kota ataupun tingkat provinsi memperhatikan masalah anggaran untuk konservasi ini. (ito)

Jayapura : 2006, Pemkot Akan Tata Lingkungan Yang Rusak

( Cenderawasih Pos, Rabu 08 Febuari 2006 )
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Jayapura, Drs K Watory, M.Si mengatakan, pada 2006 ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura akan melakukan penataan terhadap wilayah atau lingkungan yang mengalami kerusakan akibatr longsor, banjir yang diakibatkan oleh ulah masyarakat sendiri.

Diungkapkan, perbaikan atau penataan lingku­ngan tersebut meliputi penanaman kembali hutan-hutan yang gundul, dan pengkajian pengelolaan lingkungan yang lebih terarah serta terkonsep dengan baik.
"Penataan dan kajiannya nanti, kita awali dari hulu sungai yang ada seperti, Kali Anafri, Kali Acai, Kali Kampwolker, Kali Supragoni, kemudian sampai pada lahan-lahan yang kritis,"tegasnya kepada Cenderawasih Pos, di Kantor Walikota Jayapura, Selasa, (7/2) kemarin.

Dikatakannya, agar penangan permasalahan lingkungan hidup dapat terwujud dengan baik, maka masyarakat diminta turut menjaga, memelihara, serta melestarikan apa yang telah dicanangkan Pemkot.
Diungkapkan, sudah saatnya ada sukarelawan yang berasal dari masyarakat sendiri dengan rela mengabdikan dirinya untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Artinya, dapat membantu Pemkot dalam mengelola lingkungan sehingga tetap bersih dari sampah, hutan tidak ditebang sembarangan.
"Bukan saatnya lagi, untuk saling menyalahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Mari kita bersama-sama memperbaiki lingkungan kita yang sudah mulai rusak, yang dimulai dari diri kita sendiri, selanjutnya ke masyarakat banyak,"imbuhnya. (nls).

08 February 2006

Flora dan Fauna Baru Papua

(www.ranesi.nl, 08-02-2006)
Sekelompok ahli ornitologi dan ekologi menemukan sejumlah jenis binatang dan tumbuhan baru di wilayah Pegunungan Foja, Papua. Temuan-temuan mereka dinyatakan sangat istimewa, misalnya satu jenis burung penghisap madu yang belum diberi nama ilmiah. Menurut Yance de Fretes dari Konservasi Internasional Jakarta, yang bekerjasama dengan LIPI dalam penelitian tersebut, timnya menemukan kanguru pohon mantel emas, yang sebelumnya dianggap punah. Penemuan satwa dan tumbuhan baru ini adalah hasil persiapan selama hampir 20 tahun, di salah satu wilayah pegunungan Papua yang belum terjamah manusia. Berikut penjelasan Yance de Fretes.


Yance de Fretes: "Ekspedisi ini adalah satu kerjasama antara Conservation International dan LIPI. Ekspedisinya itu melibatkan sekitar 13 scientist (ilmuwan, red.). Tim kami itu dipecah menjadi dua. Yang pertama bekerja di dataran rendah sekitar 100 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut. Sementara sebagian tim, dibawa dengan helikopter ke Pegunungan Foja. Ketinggiannya sekitar 1800 meter dari permukaan laut."

"Tim kita itu terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Ada yang meneliti palem, ada yang meneliti burung, mammalia, kupu-kupu dan tumbuhan yang lain. Hasil-hasil yang kami dapat, yang besar itu, yang pertama ditemukan burung penghisap madu, honeyeater. Ini merupakan penemuan spesies burung baru di Papua dan Papua Nugini dalam kurun waktu 70 tahun. Selain itu juga kami berhasil mengamati secara langsung dan juga membuat foto secara langsung, satu burung namanya Golden-fronted Bowerbird (Amblyornis flavifrons)."

"Ini cukup menarik karena burung ini dulu dideskripsi pada tahun 1895, berdasarkan burung-burung yang dijual oleh pedagang lokal ke pedagang Eropa. Kemudian sampai di museum dan dideskripsi. Sejak dideskripsikan sekitar 110 tahun yang lalu itu, belum pernah ada scientist yang berhasil melihat langsung di alam atau membuat foto langsung di alam. Tim kami pada waktu mendarat di Foja, pertama yang dilihat itu adalah Bowerbird. Mereka berhasil membuat foto, mengamati juga bulu burung betina. Karena selama ini yang dijual itu bulu burung jantan."

Penemuan spektakuler
"Sementara tim mammalia pada malam pertama berhasil menemukan Zagiossus tipe Echidnas. Ini salah satu dari tiga spesies mammalia yang bertelur. Ini penemuan yang cukup spektakuler, karena ini termasuk binatang yang sangat-sangat langka di Papua. Saya sudah lama melakukan ini jarang sekali ketemu binatang ini. Apalagi dalam waktu yang singkat mereka bisa menemukan tiga individu, dan juga antara jantan dan betina. Ini betul-betul surprise."

"Spesies ini kami belum tahu, apa rekor baru untuk daerah itu, artinya dulu belum ada sekarang berupa rekor baru atau satu spesies baru. Selain itu adalah penemuan satu spesies mamalia baru buat Indonesia. Itu Kangguru Pohon Mantel Emas (Dendrolagus pulcherrimus). Spesies ini sebenarnya termasuk baru di Nugini. Pada tahun 1993 ditemukan di Pegunungan Torricelli di Papua Nugini. Tim kami berhasil menangkap bahkan membuat rekor, bahkan membuat spesimen. Dan ini merupakan tambahan spesies mammalia buat Indonesia."

Foja kaya spesies baru
"Hal yang lain yang menarik, kelompok tumbuhan palem yang bekerja di Lowland, berhasil mengkoleksi 24 spesies palem. Dari 24 spesies palem ini, lima di antaranya merupakan spesies yang baru untuk sains. Yang menarik di daerah Kwerba dan juga di daerah pegunungan Foja, tim yang meneliti tentang kupu-kupu itu berhasil mencatat 170 jenis kupu-kupu. Ini satu rekor yang cukup tinggi. Rekor sebelumnya itu di daerah Mamberamo juga, tapi jauh di bawah jumlah ini."

"Dan yang lebih menarik lagi, dari delapan spesies dari genus Delias yang berhasil dikumpul di daerah Foja, 75% ini merupakan spesies baru. Yang paling menarik dari kelompok fauna, yaitu tim yang meneliti tentang amphibia dan reptilia. Mereka berhasil mengkoleksi, mencatat sekitar 60 spesies baru. Dari 60 spesies baru itu, 20 spesies adalah spesies yang baru untuk sains."

"Kalau kita membuat record summary, itu menunjukkan bahwa Foja itu walaupun luasnya sangat kecil saja, mendukung sekitar 20% mammal-mammal yang ada di Nugini. Untuk burung itu jauh lebih tinggi sekitar 30% burung yang ada di Papua, itu berhasil dicatat di Pegunungan Foja."
Demikian Yance de Fretes dari Conservation Internasional Indonesia - Jakarta.

Jayapura : Berbagai Jenis Hewan dan Tumbuhan Baru Ditemukan di Papua

(Republika on line, 07 Februari 2006)
Jayapura-RoL- Para ahli dari Pusat Penelitian (Puslit) Biologi Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Conservation International, saat ini menemukan berbagai jenis hewan dan tumbuhan baru ditemukan di kawasan Mamberamo-Foya, Papua.

Kepala Badan Penghubung konservasi Sumber Daya Alam Papua, Tommy Wakum di Jayapura, Selasa, mengatakan, hewan dan tumbuhan itu ditemukan setelah ke dua lembaga melaksanakan Raped Assesment Program (RAP) di Kwerba dan Pengunungan Foya, Papua dari tanggal 9 Novemver hingga 9 Desember 2005 lalu.

Ia mengungkapkan, temuan baru itu antara lain meliputi spesies burung pengisap madu (meliphagidae), burung cendrawasih, kanguru pohon mantel emas, sekitar 20 spesies katak baru, lima jenis palem dan lima jenis kupu-kupu.

Penelitian yang juga melibatkan berbagai pihak antara lain Universitas Cendrawasih, South Australian Museum (SAM)Universitas Negeri papua, Harvard University, University Adelaide di pusatkan di hutan sekitar Kampung Kwerba dan Sungai Maberamo, muara kali manirim dan Muara Hotice serta gunung Foja.

Menurutnya, dari hasil penelitian terutama terhadap tanaman palem terungkap dari 24 spesies tercatat lima spesies baru yang terdiri dari satu spesies pinang-pinangan, dua spesies rotan dan dua spesies palem licuala.

Sedangkan penelitian terhadap burung terungkap berhasil ditemukannya kembali burung cendrawasih jenis "parotia" yang selama ini telah dianggap hilang, serta burung pengisap madu yang juga merupakan termuan spesies baru di kawasan Papua dan Papua Nugini (PNG)

Ditambahkan, dalam penelitian itu juga landak Papua (zaglossus sp), dan ini merupakan penemuan kembali karena sebelumnya spesies tersebut sudah dianggap punah.

Sementara itu, salah seorang peneliti dari South Australian Museum, Adelaide, Ustralia, Stephen Richards dalam laporannya mengungkapkan, penemuan kembali katak berstatus sangat langka yakni katak mata jaring (nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola.

Kedua jenis ini hanya dapat ditemukan di dua lokasi yakni di Papua Nugini dan di Pegunungan Foja, jelas Steve. antara/pur

Jayapura : DPK Provinsi Prioritaskan Pembangunan Sarana dan Prasana Perikanan

( Cenderawasih Pos, Selasa 07 Febuari 2006 )
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Provinsi Papua, Ir Astiler Maharadja mengungkapkan, pihaknya pada anggaran 2006 ini tetap memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana perikanan, disamping program pemberdayaan ekonomi rakyat dalam skala terbatas.

Menurutnya, untuk mengimbangi program yang didanai APBD, pihaknya akan berusaha meningkatkan anggaran guna pengembangan kegiatan ekonomi rakyat melalui pengembangan budidaya ikan tawar, karambah dan ikan kolam, serta budidaya rumput laut khususnya di Teluk Cenderawasih.
"Pada prinsipnya, program DKP pada anggaran 2006 ini tetap memberikan prioritas pada budi­daya ikan tawar dan pengemba­ngan ekonomi rakyat. Sama halnya dengan di daerah pedalaman, kami juga akan mengembangkan program budidaya ikan air tawar guna mendukung peningkatan gizi masyarakat,"ujar Astiler kepada Cenderawasih Pos belum lama ini.
Dikatakan, dari hasil pengamatannya di daerah pedalaman beberapa waktu lalu, menurut penghitungannya baru 6 kilogram perkapita pertahun konsumsi ikan, Ini artinya bahwa mereka baru mengkonsumsi ikan hanya beberapa gram setiap tahunnya. Karena itu, untuk menambah menu gizi mereka, pihaknya akan berupaya mengembangkan budi­daya ikan air tawar, daripada harus mendatangkan ikan tawar dari pesisir yang membutuhkan biaya sangat besar.

"Pengembangan air tawar di daerah pedalaman tidak terlalu sulit, yang penting adalah memiliki lahan kolam. Sebab bibit ikan tawar itu tinggal disebar saja dan diberi makan, tidak perlu lagi diurus-urus atau dirawat. Beda halnya dengan budidaya udang, memang harus memerlukan perawatan dan penanganan yang teliti dan konsisten,"katanya.

Astiler menambahkan, untuk budidaya ikan air tawar seperti nila, dan mujair, perawatannya relatif mudah. Masyarakat tidak akan mengalami kesulitan, asal mau menekuni saja. (mud)

Siaran Pers : Berbagai Spesies Baru Ditemukan di "Negeri yang Hilang"

Siaran Pers : Conservation International Indonesia, http://www.conservation.or.id/

Berbagai Spesies Baru Ditemukan di "Negeri yang Hilang"

Dalam penelitian ini berhasil ditemukan spesies baru, diantaranya kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu serta penemuan kembali katak mata jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola.

Jakarta (7 Febuari 2006). Berbagai spesies tumbuhan dan satwa berhasil ditemukan di wilayah Papua. Penemuan spektakuler ini adalah hasil kerjasama antara Conservation International Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendarawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua yang dilaksanakan 9 November hingga 9 Desember 2005.

Dalam survei ini, tim flora berhasil menemukan 24 jenis palem-paleman (Palmae), lima jenis diantaranya tercatat sebagai spesies baru: satu jenis Pholidocarpus, dua spesies rotan dan dua spesies palem Licuala. Tim ini pun berhasil pula mengoleksi 550 jenis tumbuhan di luar keluarga palem-paleman, lima diantaranya termasuk spesies baru. Saat ini koleksi tumbuhan tersebut masih diteliti secara intensif. "Ini merupakan catatan pertama penemuan genus Pholidocarpus di New Guinea, selama ini genus ini hanya dilaporkan di Thailand, Malaysia, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi," jelas Dr. P. Mogea, peneliti utama, Herbarium Bogoriense, LIPI.

Penemuan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) merupakan hasil survei yang paling spektakuler dan membanggakan. Pasalnya salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai pertemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia. Keberadaan spesies ini dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun. "Para ahli mamalia menyebutkan bahwa kangguru pohon ini adalah spesies yang berbeda dengan spesies di Pegunungan Torricelli (Papua Nugini), kedua lokasi tersebut terpisah jauh dan terisolasi" terang Dr. Yance de Fretes, ahli spesies Conservation International Indonesia.

Pegunungan Foja dapat dinyatakan sebagai salah satu lokasi yang kaya akan jenis amfibi di kawasan Asia Pasifik. "Dalam survei singkat ini saja kami berhasil mengoleksi 60 spesies, paling sedikit ada 20 jenis yang tercatat sebagai spesies baru," jelas Stephen Richards M.Sc, peneliti asal South Australian Museum, Adelaide, Australia.Yang paling menarik adalah penemuan kembali katak berstatus sangat langka: katak mata jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola. "Kedua jenis ini hanya dapat ditemukan di dua lokasi di Papua Nugini dan Pegunungan Foja" jelas Steve, panggilan akrab Stephen.

Jenis burung di Papua juga bertambah dengan ditemukannya spesies baru jenis burung penghisap madu dari genus Meliphagidae. Sampai kini spesies ini masih dalam penelitian dan belum diberi nama ilmiah. Dalam survei ini juga ditemukan burung namdur dahi emas, Amblyornis flavifrons. Burung ini dideskripisi pada tahun 1895 dari dua burung opsetan, yang didapat dari pedagang burung. Penemuan ini menguak misteri keberadaannya, setelah 110 tahun tak diketahui habitat asli dan daerah penyebarannya. Burung spektakuler lain yang ditemukan adalah Cendrawasih Parotia (Parotia berlepschi). Lantaran keterbatasan informasi habitat dan penyebarannya sebelumnya, spesies ini mungkin akan di usulkan sebagai spesies tersendiri.

Tim kupu-kupu berhasil mengoleksi sekitar 170 spesies. "Tim kami berhasil mengidentifikasi lima jenis kupu-kupu spesies baru" ujar Bruder Henk, ahli kupu-kupu dari Papua. "Tak pernah selama hidup saya mengoleksi begitu banyak spesies baru dalam waktu singkat dan hanya di satu lokasi saja" lanjut Bruder Henk yang telah meneliti kupu-kupu di Tanah Papua selama 30 tahun lebih.

Adanya hasil survei awal ini tentu saja memberikan gambaran bahwa banyak terdapat kekayaan hayati Mamberamo yang belum tersingkap. "Penelitian ini sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia" ujar Dr. Dedi Darnaedi, Kepala Pusat Biologi LIPI. "Kendala dana bukanlah suatu hambatan bagi sebuah penelitian. Kendala itu dapat di atasi dengan cara kolaboratif".

"Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi acuan yang berarti bagi pemerintah daerah dan para pengambil keputusan lainnya agar membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan konservasi alam dan menjadi kebanggaan masyarakat Papua," ungkap Jatna Supriatna, Ph.D, Regional Vice President Conservation International Indonesia. "Karena Foja merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menyuplai air bersih di seluruh kawasan Utara Papua" tutup Jatna dengan bersemangat.

Keterangan lebih lanjut hubungi:

Dr. Yance de Fretes
Conservation International Indonesia
Email:
yance@conservation.or.id
Phone: 62-21-78838624/26 ext. 115
Hp. 0813-179-98008

Diah R. Sulistiowati
Conservation International Indonesia
Email:
dsulistiowati@conservation.org
Phone: 62-21-78838624/26 ext 124
Hp: 0812-807-8472

Catatan untuk editor :
Lokasi penelitian, termasuk hutan sekitar Kampung Kwerba dan Sungai Mamberamo; Muara Kali Manirim dan Muara Hotice (50-250 m dari permukaan laut) dan Pegunungan Foja (1800 m dari permukaan laut). Kegiatan penelitian di Pegunungan Foja ini dimungkinkan dengan dukungan transportasi udara dari HeliMission.

Papua merupakan salah satu pulau terbesar di dunia setelah Greenlands, yang terbentuk dari lepasan lempeng Australia jutaan tahun yang lalu.

Kedekatan bumi Papua dan Maluku dengan daratan Australia di masa lalu masih terlihat dari kesamaan keanekaragaman hayati yang ada di Papua seperti: kelompok binatang berkantung, burung paruh bengkok, mamalia kecil dan berbagai jenis tumbuhan kerabat Euacalyptus (kayu putih) dan berbagai jenis tumbuhan lain seperti jambu-jambuan.

Dari berbagai hasil penelitian para ahli, Papua memiliki jumlah jenis Rhododendron, Palem dan tumbuhan Paku terbesar di dunia.

Saat ini Herbarium Bogoriense telah menyimpan tidak kurang dari dua juta contoh tumbuhan dari seluruh tanah air, namun contoh dari tanah Papua hanya 25.000 sheet saja atau 1,25% dari jumlah tersebut.

06 February 2006

Tips & Trik : Makanan berserat alami

( Info Sehat, Minggu 05 Febuari 2006 )
Makanan berserat alami sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Makanan serat alami adalah makanan yang secara struktur kimia tidak berubah atau bertahan sampai di usus besar. Walaupun makanan berserat alami tidak mengandung gizi, namun keberadaannya sangat diperlukan dalam proses pencernaan di tubuh manusia. Makanan berserat alami didapatkan dari buah-buahan dan sayur mayor yang kita konsumsi setiap harinya.
Fungsi makanan berserat adalah:
1. Membantu mencegah sembelit (susah buang air besar);
2. Mencegah timbulnya penyakit pada usus besar, termasuk kanker;
3. Membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah;
4. Mengontrol kadar gula dalam darah;
5. Mencegah wasir dan menurunkan berat badan.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa warga Jakarta hanya mengkonsumsi makanan berserat rata-rata 10 gram per hari. Padahal kebutuhan akan makanan berserat bagi tubuh manusia adalah 25 s.d 35 gram per hari.
Saat ini telah beredar beberapa merek dari produk yang menawarkan minuman berserat. Namun alangkah baiknya bila makanan berserat tersebut langsung dikonsumsi dari buah-buahan dan sayur-mayur setiap harinya.

Tips & Trik : Susah Tidur ?

( Info Sehat, Minggu 05 Febuari 2006 )
Memang beberapa orang akan melakukan apa saja supaya dapat tidur. Mandi air hangat-lah, dengan ramuan-ramuan-lah, melamun menghitung biri-biri-lah atau sambil meditasi. Satu lagi adalah : pil tidur. Tapi ada cara yang sebenarnya lebih mudah.

Para peneliti di Basel, Swiss meneliti 18 orang sukarelawan dalam laboratorium. Mereka mematikan lampu pada saat tengah malam, dan sebelum itu dilakukan pengukuran suhu dan laju aliran darah pada tangan dan kaki mereka. Mereka mendapati bahwa mereka yang mudah tidur memiliki suhu tangan dan kaki yang hangat. Mengapakah alasannya?

Mungkin kedengarannya aneh. Jika tangan dan kaki anda hangat, seluruh tubuh anda akan mendingin. Hal itulah yang memudahkan anda untuk tidur. Para peneliti menasehati bahwa jika anda kesulitan tidur, cobalah pendekatan yang sederhana. Kenakan sarung tangan dan kaus kaki atau sebotol air hangat. Lalu kita lihat reaksi terhadap kemampuan tidur anda.

Tips & Trik : Susah Tidur ?

( Info Sehat, Minggu 05 Febuari 2006 )
Memang beberapa orang akan melakukan apa saja supaya dapat tidur. Mandi air hangat-lah, dengan ramuan-ramuan-lah, melamun menghitung biri-biri-lah atau sambil meditasi. Satu lagi adalah : pil tidur. Tapi ada cara yang sebenarnya lebih mudah.

Para peneliti di Basel, Swiss meneliti 18 orang sukarelawan dalam laboratorium. Mereka mematikan lampu pada saat tengah malam, dan sebelum itu dilakukan pengukuran suhu dan laju aliran darah pada tangan dan kaki mereka. Mereka mendapati bahwa mereka yang mudah tidur memiliki suhu tangan dan kaki yang hangat. Mengapakah alasannya?

Mungkin kedengarannya aneh. Jika tangan dan kaki anda hangat, seluruh tubuh anda akan mendingin. Hal itulah yang memudahkan anda untuk tidur. Para peneliti menasehati bahwa jika anda kesulitan tidur, cobalah pendekatan yang sederhana. Kenakan sarung tangan dan kaus kaki atau sebotol air hangat. Lalu kita lihat reaksi terhadap kemampuan tidur anda.

05 February 2006

Manokwari : Kasipidum: Lelang Sudan Sesuai Aturan, Bukan Rekayasa Kejaksaan

( Cenderawasih Pos, Sabtu 04 Febuari 2006 )
Terkait adanya keberatan dari 2 pengusaha yang digugurkan dalam lelang kayu illegal loging yang dilakukan Pihak Kejaksaan Negeri Manokwari, Kepala Seksi Pidana Umum (Kasipidum) Kejaksaan Negeri Manokwari Sarifuddin, SH mengatakan, pelaksanaan lelang itu sudah sesuai aturan dan tidak ada rekayasa didalammya.

Kepada Manokwari Pos (group Cenderawasih Pos) yang mengkonfirmasi hal itu, Jumat kemarin, Sarifuddin menjelaskan, pelelangan kayu sitaan yang digelar, Kamis (2/2) lalu dan dimenangkan PT Incobut berdasarkan permohonan dari pemilik kopermas untuk dilakukan pelelangan kayu log tersebut.
Selain itu, pelaksanaan lelang diperkuat dengan penetapan Pengadilan Negeri Manokwari. "Jadi, bukan rekayasa dari Kejak­saan. Sebab ada aturan yang mengaturnya,"papar Kasipidum.

Dikatakan, karena berdasarkan permohonan dari pemilik kopermas untuk dilakukan pelelangan, sehingga saat ini masih banyak kayu sitaan yang belum dilelang. Bahkan sebagian perkara tersebut sudah diputus di pengadilan, tetapi belum juga dilaksanakan lelang. Pihaknya, tinggal menunggu penetapan dari penga­dilan untuk melaksanakan lelang. "Ya, kalau ada penetapan dari pengadilan tetap akan kita laksanakan lelang,"tuturnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk pelaksanaan pelelangan kayu tersebut murni diatur dalam KUHAP yang pada intinya menyebutkan pelelangan dapat di­laksanakan atas persetujuan tersangka atau pemilik kayu tersebut meskipun masih dalam status persidangan alias belum ada putusan.

Ia menambahkan, sebenarnya kayu yang akan dilelang ada dua jenis yakni Merbau dan Rimba campuran (mix). Namun, setelah dilakukan pengecekan di lapangan kayu Rimba campuran terse­but tidak layak lagi untuk dile­lang. Sehingga hanya kayu jenis Merbau yang dilelang.

Saat ini, yang menjadi tanggungjawabnya tinggal menunggu kewajiban pemenang untuk membayar kayu tersebut serta memenuhi kewajibannya pada pemilik hak ulayat. Sedangkan untuk dilakukannya pembatalan tergantung dari keputusan pimpinan. (sr)

Jayapura : Diminta Menseriusi Permasalahan Tersebut

( Cenderawasih Pos, Sabtu 04 Febuari 2006 )
Ketua Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Adat Demta yang juga Kepala Desa Muris Kecil Distrik Demta Dicky H.N.Yakore meminta agar masalah pertengkaran kleim - mengkleim tanah ulayat milik masyarakat yang digunakan oleh kedua perusahaan yakni antara PT.You Lim sari dan PT.Gizan Putra Abadi segera diselesaikan. Pasalnya, jika tak diselesaikan akan berdampak pada masyarakat karena 2 perusahan tersebut selama 6 bulan ini tidak lagi beroperasi. "Para karyawan yang rata -rata masyarakat Demta saat ini hidupnya terkatung - katung sebagai akibat dari tidak beroperasinya lagi kegiatan kedua perusahaan ini, bagaimana para karyawan ini dapat menghidupkan keluarga mereka jika perusahaan tidak membayar gaji mereka,"pintanya.

Oleh karena itu sekali lagi pihaknya meminta agar pemerintah Kabupaten Jayapura terutama Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten untuk menyikapi persoalan kleim mengkleim tanah dari kedua perusahaan ini dapat diselesaikan dengan cepat dan baik sehingga persoalan ini tidak meimbulkan dampak yang lebih buruk lagi bagi masyarakat.

Dikatakan, sebagai bentuk keprihatian masyarakat pemilik hak ulayat tanah terhadap sikap kedua perusahaan tersebut, maka para tokoh adat, agama, pemuda dan tokoh masyarakat Demta telah mengeluarkan pernyataan sikap yakni membatalakan jual beli tanah terhadap PT.You Lim Sari yang dibuat tanggal 23 Desember 1984, mengusir PT.You Lim sari dan PT.Gizan Putra Abadi dari Demta, semua aset yang berada disana tidak boleh dipindah tangankan kepada pihak manapun untuk dijadikan jaminan pembayaran hutang - hutang kedua perusahaan tersebut kepada masyarakat termasuk para pekerja, bilamana sampai tanggal 5 Februari 2006 mendatang tidak ada pembyaran hutang - hutang ini, maka aset -aset tersebut dijual untuk mem­bayar hutang - hutang tersebut, dan semua kegiatan apapun tidak diperbolehkan selain persetujuan tertulis dari adat. (and)

Biak : Antisipasi Virus Dispenter, Disnak Berikan Vaksinasi Gratis

( Cenderawasih Pos, Sabtu 04 Febuari 2006 )
Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus dispenter yang menyerang anjing, Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor sejak Kamis(2/2) melakukan kegiatan vaksi­nasi gratis kepada anjing. Vaksi­nasi tersebut dilakukan di Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor Absa­lom Rumkoren S.Pt, MM mengatakan, dari hasil pemantauan di lapangan sekitar 100 ekor anjing di Biak sudah terjangkit virus dispenter. Virus dispenter yang menyerang anjing di Biak menurut Absalom diperkirakan sudah masuk sekitar 5 tahun yang lalu.

Adapun gejala anjing yang terserang oleh virus dispenter yaitu badannya makin lama makin kurus, bulu rontok, mata merah dan berair serta jalannya sempoyongan. "Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan anjing yang terserang oleh virus dispenter. Oleh sebab itu kita me­lakukan vaksinasi untuk mence­gah penularan virus pada anjing yang masih sehat,"ungkapnya.

Tentang kemungkinan penu­laran penyakit dispenter tersebut kepada manusia, Absalom mengatakan sampai saat ini belum ditemukan adanya penularan virus dispenter dari anjing kepada manusia. Namun penyakit scabies (penyakit kulit) yang diakibatkan oleh virus dispenter menurut Absalom dapat menular kepada manusia.

Program vaksinasi dispenter yang dilakukan oleh Dinas Peter­nakan saat ini diakui oleh Ab­salom belum dapat memberikan hasil maksimal. Pasalnya harga vaksin dispenter yang mencapai Rp 120.000 perdosis menurut Absalom menjadi salah satu kendala Dinas Peternakan untuk dapat melakukan vaksinasi secara maksimal. (nat)

Biak : Antisipasi Virus Dispenter, Disnak Berikan Vaksinasi Gratis

( Cenderawasih Pos, Sabtu 04 Febuari 2006 )
Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus dispenter yang menyerang anjing, Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor sejak Kamis(2/2) melakukan kegiatan vaksi­nasi gratis kepada anjing. Vaksi­nasi tersebut dilakukan di Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Biak Numfor Absa­lom Rumkoren S.Pt, MM mengatakan, dari hasil pemantauan di lapangan sekitar 100 ekor anjing di Biak sudah terjangkit virus dispenter. Virus dispenter yang menyerang anjing di Biak menurut Absalom diperkirakan sudah masuk sekitar 5 tahun yang lalu.

Adapun gejala anjing yang terserang oleh virus dispenter yaitu badannya makin lama makin kurus, bulu rontok, mata merah dan berair serta jalannya sempoyongan. "Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan anjing yang terserang oleh virus dispenter. Oleh sebab itu kita me­lakukan vaksinasi untuk mence­gah penularan virus pada anjing yang masih sehat,"ungkapnya.

Tentang kemungkinan penu­laran penyakit dispenter tersebut kepada manusia, Absalom mengatakan sampai saat ini belum ditemukan adanya penularan virus dispenter dari anjing kepada manusia. Namun penyakit scabies (penyakit kulit) yang diakibatkan oleh virus dispenter menurut Absalom dapat menular kepada manusia.

Program vaksinasi dispenter yang dilakukan oleh Dinas Peter­nakan saat ini diakui oleh Ab­salom belum dapat memberikan hasil maksimal. Pasalnya harga vaksin dispenter yang mencapai Rp 120.000 perdosis menurut Absalom menjadi salah satu kendala Dinas Peternakan untuk dapat melakukan vaksinasi secara maksimal. (nat)

04 February 2006

Manokwari : Ricuh, Lelang Kayu Sitaan di Kejari Manokwari, Dinyatakan Gugur, 2 Peserta Lelang Mengamuk

( Cenderawasih Pos, Jumat 03 Febuari 2006 )
Pelaksanaan pelelangan kayu sitaan hasil op­erasi illegal logging, jenis Merbau sebanyak 737 batang dengan vol­ume 2.942 m3, di Kejaksaaan Negeri Manokwari, Kamis (2/2) kemarin diwarnai keributan. Kecewa karena didiskualifikasi tak berhak mengikuti proses lelang selanjutnya, 2 dari 4 peserta lelang mencak-mencak.

Bahkan salah seorang diantaranya, yakni Direktur PT. Artha Makmur Timber, Rauf Tawang sempat berteriak dan menyatakan, lelang tersebut tidak sah dan harus dibubarkan. Ia tampak sangat kesal, tanda tak puas. Aparat keamanan membujuk Rauf untuk tenang dan kalau tidak puas menempuh jalur hukum. "Ini sudah permainan. Kami tidak terima lelang itu harus batal. Itu tidak benar," ujar Rauf sambil keluar dari ruangan.

Lelang yang digelar di Aula Kejari dan mendapat pengawalan dari aparat kepolisian tersebut awalnya berlangsung lancar. Namun aksi protes muncul pada saat 3 dari 4 peserta lelang yakni, PT Awani, PT Artha Makmur Timber/Harapan Utama, PT Primazeta Mandiri serta satu pengusaha dari Sorong dinyatakan tak memenuhi persyaratan sehingga tak bisa mengikuti proses lelang se­lanjutnya.

Kontan saja pada saat panitia lelang yang terdiri dari Kepala Seksi Jaksa Pidana Umum (Kasipidum) Sarifuddin SH, Kurniawan Agung Prabowo SH, Yadi Cahyadi serta 2 dari Kantor Lelang Negara Cabang Sorong menyatakan bahwa perusahaannya tak memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang, maka secara spontan, Direktur Artha Makmur Timber/Harapan Utama Rauf Tawang dan Felix Wilianto memprotes putusan tersebut.

Wartawan Koran ini yang meliput jalannya pelaksanaan lelang melihat bagaimana respon Rauf Tawang. Ia tampak paling marah. Dengan nada keras, ia menuding, pelelangan sudah tidak benar lagi. Sambil marah dengan emosi yang memuncak ia keluar ruangan. Saking emosinya, Rauf menya­takan ia akan menggugat para panitia lelang. Bahkan ia pun siap untuk dimasukkan di dalam tahanan bila melakukan sesuatu.

Mungkin merasa dipermainkan, Direktur PT Artha Makmur Tim­ber/Harapan Makmur ini sempat mengeluarkan air mata.sebagai tanda keprihatinan. Protes keras juga disampaikan wakil dari PT Prima Zetamandiri, Suharyadi dan Felix Willianto. Sama dengan Rauf,mereka menilai pelaksanaan lelang tidak benar.

Bahkan mereka menuding pelela­ngan ini dianggap sudah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga hanya satu peserta yang lolos. Anehnya lagi, harga yang disetujui adalah Rp 710.000/M3. Padahal menurut Felix Wilianto, lelang di Sorong harga per M3 Rp 1.805.000. "Ini sudah permainan, tidak benar lagi. Harga yang sanggupi pemenang lelang hanya Rp 710.000/M3, padahal biasanyaRp 1.805.000/M3 untuk kayu Merbau," tegas Felix Wilianto pengusaha dari Sorong ini.

Merasa dirugikan, tampaknya belum cukup bagi Rauf. Usai mencak-mencak di Kejaksaan, Rauf melaporkan kejadian ini ke DPRD Manokwari. Ia juga akan menunjuk pengacara untuk memproses kasus ini. "Saya sudah laporkan ke Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Agung dan saya akan bertemu menteri,"tukasnya.

Untuk melengkapi persyaratan pelelangan kayu ini, PT Artha Makmur Timber sudah menyetor uang jaminan Rp 1,5 M sesuai yang diminta. Oleh panitia lelang, 3 perusahaan dinyatakan tak berhak mengikuti lelang karena salah satu pernyaratan tidak dilengkapi, yakni tidak memiliki surat dari pemilik hak ulayat. (lm)

Jayapura : Tanaman Jarak Segera Dikembangkan

( Cenderawasih Pos, Jumat 03 Febuari 2006 )
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua Ir. Leonard Rumbarar mengatakan, pihaknya akan mengembangkan tanaman jarak pada areal seluas 22.500 hektar. "Sudah diprogramkan. Tinggal penanamannya di masing-masing kabupaten/kota. Dan untuk kabupaten memang cocok untuk tanaman jarak,"ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Meski sudah dipastikan akan dikembangkan di areal seluas 22.500 hektar, namun hingga saat ini pihaknya belum menentukan kabupaten-kabupaten yang akan dijadikan sebagai basis areal ta­naman tersebut. Penanaman jarak ini sendiri merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini mulai langkah dan harganya cukup tinggi.

Dalam pengembangannya sen­diri, kata Leonard Rumbarar, masyarakat akan dilibatkan lebih banyak. "Penanaman tanaman jarak diupayakan agar masyarakat yang lebih banyak terlibat. Tentunya hal ini dimaksudkan supaya dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka,"katanya.
Lalu bagaimana tentang pemasarannya? Leo mengakui jika selama ini yang sering jadi masalah adalah pemasaran. Masyarakat kadang sulit memasarkannya, namun khusus untuk tanaman jarak ini pihaknya akan memikirkan itu supaya setiap hasil produksi para petani dapat ditampung dan dibeli dengan harga yang tidak murah. (ito)

Jayapura : Tanaman Jarak Segera Dikembangkan

( Cenderawasih Pos, Jumat 03 Febuari 2006 )
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua Ir. Leonard Rumbarar mengatakan, pihaknya akan mengembangkan tanaman jarak pada areal seluas 22.500 hektar. "Sudah diprogramkan. Tinggal penanamannya di masing-masing kabupaten/kota. Dan untuk kabupaten memang cocok untuk tanaman jarak,"ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Meski sudah dipastikan akan dikembangkan di areal seluas 22.500 hektar, namun hingga saat ini pihaknya belum menentukan kabupaten-kabupaten yang akan dijadikan sebagai basis areal ta­naman tersebut. Penanaman jarak ini sendiri merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini mulai langkah dan harganya cukup tinggi.

Dalam pengembangannya sen­diri, kata Leonard Rumbarar, masyarakat akan dilibatkan lebih banyak. "Penanaman tanaman jarak diupayakan agar masyarakat yang lebih banyak terlibat. Tentunya hal ini dimaksudkan supaya dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka,"katanya.
Lalu bagaimana tentang pemasarannya? Leo mengakui jika selama ini yang sering jadi masalah adalah pemasaran. Masyarakat kadang sulit memasarkannya, namun khusus untuk tanaman jarak ini pihaknya akan memikirkan itu supaya setiap hasil produksi para petani dapat ditampung dan dibeli dengan harga yang tidak murah. (ito)

Manokwari : Ricuh, Lelang Kayu Sitaan di Kejari Manokwari, Dinyatakan Gugur, 2 Peserta Lelang Mengamuk

( Cenderawasih Pos, Jumat 03 Febuari 2006 )
Pelaksanaan pelelangan kayu sitaan hasil op­erasi illegal logging, jenis Merbau sebanyak 737 batang dengan vol­ume 2.942 m3, di Kejaksaaan Negeri Manokwari, Kamis (2/2) kemarin diwarnai keributan. Kecewa karena didiskualifikasi tak berhak mengikuti proses lelang selanjutnya, 2 dari 4 peserta lelang mencak-mencak.

Bahkan salah seorang diantaranya, yakni Direktur PT. Artha Makmur Timber, Rauf Tawang sempat berteriak dan menyatakan, lelang tersebut tidak sah dan harus dibubarkan. Ia tampak sangat kesal, tanda tak puas. Aparat keamanan membujuk Rauf untuk tenang dan kalau tidak puas menempuh jalur hukum. "Ini sudah permainan. Kami tidak terima lelang itu harus batal. Itu tidak benar," ujar Rauf sambil keluar dari ruangan.

Lelang yang digelar di Aula Kejari dan mendapat pengawalan dari aparat kepolisian tersebut awalnya berlangsung lancar. Namun aksi protes muncul pada saat 3 dari 4 peserta lelang yakni, PT Awani, PT Artha Makmur Timber/Harapan Utama, PT Primazeta Mandiri serta satu pengusaha dari Sorong dinyatakan tak memenuhi persyaratan sehingga tak bisa mengikuti proses lelang se­lanjutnya.

Kontan saja pada saat panitia lelang yang terdiri dari Kepala Seksi Jaksa Pidana Umum (Kasipidum) Sarifuddin SH, Kurniawan Agung Prabowo SH, Yadi Cahyadi serta 2 dari Kantor Lelang Negara Cabang Sorong menyatakan bahwa perusahaannya tak memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang, maka secara spontan, Direktur Artha Makmur Timber/Harapan Utama Rauf Tawang dan Felix Wilianto memprotes putusan tersebut.

Wartawan Koran ini yang meliput jalannya pelaksanaan lelang melihat bagaimana respon Rauf Tawang. Ia tampak paling marah. Dengan nada keras, ia menuding, pelelangan sudah tidak benar lagi. Sambil marah dengan emosi yang memuncak ia keluar ruangan. Saking emosinya, Rauf menya­takan ia akan menggugat para panitia lelang. Bahkan ia pun siap untuk dimasukkan di dalam tahanan bila melakukan sesuatu.

Mungkin merasa dipermainkan, Direktur PT Artha Makmur Tim­ber/Harapan Makmur ini sempat mengeluarkan air mata.sebagai tanda keprihatinan. Protes keras juga disampaikan wakil dari PT Prima Zetamandiri, Suharyadi dan Felix Willianto. Sama dengan Rauf,mereka menilai pelaksanaan lelang tidak benar.

Bahkan mereka menuding pelela­ngan ini dianggap sudah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga hanya satu peserta yang lolos. Anehnya lagi, harga yang disetujui adalah Rp 710.000/M3. Padahal menurut Felix Wilianto, lelang di Sorong harga per M3 Rp 1.805.000. "Ini sudah permainan, tidak benar lagi. Harga yang sanggupi pemenang lelang hanya Rp 710.000/M3, padahal biasanyaRp 1.805.000/M3 untuk kayu Merbau," tegas Felix Wilianto pengusaha dari Sorong ini.

Merasa dirugikan, tampaknya belum cukup bagi Rauf. Usai mencak-mencak di Kejaksaan, Rauf melaporkan kejadian ini ke DPRD Manokwari. Ia juga akan menunjuk pengacara untuk memproses kasus ini. "Saya sudah laporkan ke Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Agung dan saya akan bertemu menteri,"tukasnya.

Untuk melengkapi persyaratan pelelangan kayu ini, PT Artha Makmur Timber sudah menyetor uang jaminan Rp 1,5 M sesuai yang diminta. Oleh panitia lelang, 3 perusahaan dinyatakan tak berhak mengikuti lelang karena salah satu pernyaratan tidak dilengkapi, yakni tidak memiliki surat dari pemilik hak ulayat. (lm)