( Cenderawasih Pos, Senin 27 Febuari 2006 )
Wilayah pantai dan laut di Papua sangat potensial untuk mengembangkan perikanan tangkap dan budidaya seperti ikan, teripang, lobster dan kerang-kerangan. Kondisi ini merupakan peluang bisnis yang cukup bagus dan dimanfaatkan oleh CV. Wahana Laut Timur.
Potensi perikanan dan kelautan di Papua sangat besar bahkan masih sebagaian kecil yang dimanfaatkan
sedangkan yang lain malah belum tersentuh sama sekali. Apalagi, potensi yang besar ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan terbuka pasar yang besar baik dalam negeri maupun luar negeri, terutama teripang, lobster dan kerang-kerangan.
Pimpinan CV Wahana Laut Timur, H Risal, mengakui bahwa permintaan teripang cukup besar bahkan tidak terbatas jumlahnya, meski selama ini masih melalui pihak ketiga untuk dieksport. "Permintaan pasar ini tak terbatas, berapapun yang diproduksi akan tetap laku terjual,"katanya saat ditemui Cenderawasih Pos, kemarin.
Hanya saja, kata Risal, saat ini pihaknya masih terbentur dengan volume dari komoditas tersebut yang tidak bisa dipastikan, padahal permintaan sangat besar. Diakui, Bulan September 2005-Maret 2006 pasokan teripang agak terganggu karena ombak yang besar sehingga kegiatan nelayan berkurang, akibatnya pasokan berkurang. "Pengiriman kami ke luar Papua tidak menentu, pas musim teduh bulan 5-9 rata-rata bisa mencapai 500 kg/bulan, tetapi untuk saat ini kami hanya kirim 100 kg/bulannya dari semua jenis, teripang, lobster, kerang-kerangan dan lainnya,"ungkapnya.
Untuk harganya, teripang, lobster, kerang-kerangan, selama 30 tahun ini ia menekuni bisnis ini cukup punya nilai ekonomis tinggi, seperti teripang yang ada 32 jenis harga bervariasi Rp 10 ribu/kg-Rp 500 ribu/kg, yang biasa dikirim ke Surabaya dan Jakarta, kemudian diekspor pihak ke tiga, sedangkan pihaknya hanya mengambil keuntungan 10 persen saja.
Selain itu, kerang-kerangan harga mulai Rp 10 ribu/kg-Rp 75 ribu/kg, yang dikirim ke Surabaya dan Ujung Pandang, lobster .tergantung pasar di Bali jika melonjak dijual Rp 70 ribu/ kg untuk lobster mati dan Rp 100 ribu untuk lobster hidup. Sirip ikan hiujuga dijual antara Rp 100 ribu - Rp 1 juta/ kg, begitu juga daging, kulit dan tulang pun juga memiliki nilai ekonomis.
Yang jelas, ujar Risal, teripang, lobster, kerang-kerangan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan pihaknya siap menampung berapapun yang ditawarkan ke pihaknya. Untuk mengatasi kendala volume komoditi ini, pihaknya berharap ke depan agar pemerintah daerah melibatkan instansi terkait menggiatkan budidaya di bidang perikanan, khususnya teripang yang memiliki pangsa pasar tak terbatas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kegiatan budidaya ini dapat dilakukan di daerah Teluk Youtefa. Demta, Depapre dan lainnya ini, lanjut Risal, akan berdampak kepada nelayan dengan meningkatkan taraf hidupnya dan berapapun hasi produksi dari budidaya teripang itu pihaknya siap menampungnya.
"Kami harap juga ke depan ada bantuan khusus lewat departemen instansi terkait agar penjualan ke luar Papua ini difokuskan di Jayapura sehingga dapat dilakukan ekspor langsung dan tentunya akan menjadi PAD bagi daerah,"tandasnya.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP