Berbagai Spesies Baru Ditemukan di "Negeri yang Hilang"
Dalam penelitian ini berhasil ditemukan spesies baru, diantaranya kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu serta penemuan kembali katak mata jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola.
Jakarta (7 Febuari 2006). Berbagai spesies tumbuhan dan satwa berhasil ditemukan di wilayah Papua. Penemuan spektakuler ini adalah hasil kerjasama antara Conservation International Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendarawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua yang dilaksanakan 9 November hingga 9 Desember 2005.
Dalam survei ini, tim flora berhasil menemukan 24 jenis palem-paleman (Palmae), lima jenis diantaranya tercatat sebagai spesies baru: satu jenis Pholidocarpus, dua spesies rotan dan dua spesies palem Licuala. Tim ini pun berhasil pula mengoleksi 550 jenis tumbuhan di luar keluarga palem-paleman, lima diantaranya termasuk spesies baru. Saat ini koleksi tumbuhan tersebut masih diteliti secara intensif. "Ini merupakan catatan pertama penemuan genus Pholidocarpus di New Guinea, selama ini genus ini hanya dilaporkan di Thailand, Malaysia, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi," jelas Dr. P. Mogea, peneliti utama, Herbarium Bogoriense, LIPI.
Penemuan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) merupakan hasil survei yang paling spektakuler dan membanggakan. Pasalnya salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai pertemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia. Keberadaan spesies ini dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun. "Para ahli mamalia menyebutkan bahwa kangguru pohon ini adalah spesies yang berbeda dengan spesies di Pegunungan Torricelli (Papua Nugini), kedua lokasi tersebut terpisah jauh dan terisolasi" terang Dr. Yance de Fretes, ahli spesies Conservation International Indonesia.
Pegunungan Foja dapat dinyatakan sebagai salah satu lokasi yang kaya akan jenis amfibi di kawasan Asia Pasifik. "Dalam survei singkat ini saja kami berhasil mengoleksi 60 spesies, paling sedikit ada 20 jenis yang tercatat sebagai spesies baru," jelas Stephen Richards M.Sc, peneliti asal South Australian Museum, Adelaide, Australia.Yang paling menarik adalah penemuan kembali katak berstatus sangat langka: katak mata jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola. "Kedua jenis ini hanya dapat ditemukan di dua lokasi di Papua Nugini dan Pegunungan Foja" jelas Steve, panggilan akrab Stephen.
Jenis burung di Papua juga bertambah dengan ditemukannya spesies baru jenis burung penghisap madu dari genus Meliphagidae. Sampai kini spesies ini masih dalam penelitian dan belum diberi nama ilmiah. Dalam survei ini juga ditemukan burung namdur dahi emas, Amblyornis flavifrons. Burung ini dideskripisi pada tahun 1895 dari dua burung opsetan, yang didapat dari pedagang burung. Penemuan ini menguak misteri keberadaannya, setelah 110 tahun tak diketahui habitat asli dan daerah penyebarannya. Burung spektakuler lain yang ditemukan adalah Cendrawasih Parotia (Parotia berlepschi). Lantaran keterbatasan informasi habitat dan penyebarannya sebelumnya, spesies ini mungkin akan di usulkan sebagai spesies tersendiri.
Tim kupu-kupu berhasil mengoleksi sekitar 170 spesies. "Tim kami berhasil mengidentifikasi lima jenis kupu-kupu spesies baru" ujar Bruder Henk, ahli kupu-kupu dari Papua. "Tak pernah selama hidup saya mengoleksi begitu banyak spesies baru dalam waktu singkat dan hanya di satu lokasi saja" lanjut Bruder Henk yang telah meneliti kupu-kupu di Tanah Papua selama 30 tahun lebih.
Adanya hasil survei awal ini tentu saja memberikan gambaran bahwa banyak terdapat kekayaan hayati Mamberamo yang belum tersingkap. "Penelitian ini sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia" ujar Dr. Dedi Darnaedi, Kepala Pusat Biologi LIPI. "Kendala dana bukanlah suatu hambatan bagi sebuah penelitian. Kendala itu dapat di atasi dengan cara kolaboratif".
"Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi acuan yang berarti bagi pemerintah daerah dan para pengambil keputusan lainnya agar membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan konservasi alam dan menjadi kebanggaan masyarakat Papua," ungkap Jatna Supriatna, Ph.D, Regional Vice President Conservation International Indonesia. "Karena Foja merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menyuplai air bersih di seluruh kawasan Utara Papua" tutup Jatna dengan bersemangat.
Keterangan lebih lanjut hubungi:
Dr. Yance de Fretes
Conservation International Indonesia
Email: yance@conservation.or.id
Phone: 62-21-78838624/26 ext. 115
Hp. 0813-179-98008
Diah R. Sulistiowati
Conservation International Indonesia
Email: dsulistiowati@conservation.org
Phone: 62-21-78838624/26 ext 124
Hp: 0812-807-8472
Catatan untuk editor :
Lokasi penelitian, termasuk hutan sekitar Kampung Kwerba dan Sungai Mamberamo; Muara Kali Manirim dan Muara Hotice (50-250 m dari permukaan laut) dan Pegunungan Foja (1800 m dari permukaan laut). Kegiatan penelitian di Pegunungan Foja ini dimungkinkan dengan dukungan transportasi udara dari HeliMission.
Papua merupakan salah satu pulau terbesar di dunia setelah Greenlands, yang terbentuk dari lepasan lempeng Australia jutaan tahun yang lalu.
Kedekatan bumi Papua dan Maluku dengan daratan Australia di masa lalu masih terlihat dari kesamaan keanekaragaman hayati yang ada di Papua seperti: kelompok binatang berkantung, burung paruh bengkok, mamalia kecil dan berbagai jenis tumbuhan kerabat Euacalyptus (kayu putih) dan berbagai jenis tumbuhan lain seperti jambu-jambuan.
Dari berbagai hasil penelitian para ahli, Papua memiliki jumlah jenis Rhododendron, Palem dan tumbuhan Paku terbesar di dunia.
Saat ini Herbarium Bogoriense telah menyimpan tidak kurang dari dua juta contoh tumbuhan dari seluruh tanah air, namun contoh dari tanah Papua hanya 25.000 sheet saja atau 1,25% dari jumlah tersebut.