( Kompas, Kamis 02 Febuari 2006 )
Merpati-merpati yang bertengger di sekitar Juneau terlihat lesu dan malas sehingga begitu mudah diserang lawannya. Seorang penduduk melihat setengah lusin gagak menyerang seekor merpati yang tidak melakukan perlawanan saat diserang.
"Mereka membunuh seekor merpati dan mulai menyerang lainnya seperti sebuah pembantaian," kata Sharon Kelly yang lama tinggal di sana. Perilaku tersebut sempat memenuhi kiriman di situs chat yang membahas dunia burung lokal di sana.
Seorang karyawan toko roti Silverbow Inn and Bakery Dani Byers juga menjadi saksi mata kekejaman yang terjadi di sana. Saat berjalan pulang, ia melihat sayap-sayap burung tergeletak di jalan tanpa badan. "Saya tidak percaya jika hal tersebut dilakukan hewan lainnya atau sengaja dipotong-potong badannya oleh manusia," katanya.
Bahkan seorang fotografer Art Sutch melihat sendiri serangan gagak-gagak dari tokonya yang terletak di pusat kota. "Saya melihat salah satunya makan bagian yang mungkin anggota tubuh merpati bagian bawah sebab ia terlihat membawa kaki merpati dengan mulutnya," kata Sutch.
Ahli biologi di Departemen Perikanan dan Satwa Alaska Ryan Scott menghabiskan waktu hingga dua
harian untuk mengamati sampel merpati-merpati yang mati. Ia menemukan dua ekor dan mengirimkannya ke dokter hewan liar di Fairbanks untuk dilakukan nekropsi (otopsi pada hewan-red) .
"Ada sesuatu yang menyebabkannya namun kami belum mengetahui lebih jauh apa yang sedang terjadi," kata Scott. "Pantas diperhatikan sebab mereka memangsa merpati yang masih hidup," kata Scott lagi.
Perilaku gagak seperti itu juga jarang terlihat. Meskipun menurut Susan Sharbaugh, seorang ahli biologi senior dari Observatorium Burung Alaska di Fairbanks, gagak adalah pemangsa yang oportunis. "Jika sesuatu melambat, mereka akan menyerang dan mereka memangsa hampir apap un," katanya.
Di belahan bumi bagian utara, gagak memangsa lemming, sejenis marmut, pada musim semi. Mereka juga terlihat mencocok gelas dan puntung rokok. Merpati bukanlah hewan asli Alaska Tenggara. Diperkirakan merpati-merpati tersebut memakan garam yang digunakan untuk mencairkan salju, sehingga tubuhnya mengalami dehidrasi yang membuatnya lemah dan mudah diserang predator. Alasan lainnya, merpati mungkin lesu karena kondisi cuaca yang dingin, penyakit, atau bakteri yang menyebar melalui makanan yang dibuang manusia.
Hasil nekropsi terhadap jasad merpati yang telah mati baru akan diketahui dalam beberapa minggu ke depan. Tanpa penyebab yang jelas, para penduduk belum dapat melakukan langkah yang tepat untuk mencegah semakin banyaknya merpati yang mati.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP