(www.kompas.com, 30-12-2008)
JAKARTA, SELASA - Program Penanaman 100 Juta Pohon yang dicanangkan pemerintah tidak disertai dengan mekanisme pemantauan kelangsungan hidup pohon yang ditanam secara jelas dan terukur. Oleh karena itu, klaim pemerintah yang menyatakan sudah menanam jutaan pohon, sulit dibuktikan.
”Karena itu, sistem pemantauan oleh pemerintah sangat penting untuk segera diwujudkan,” kata Kepala Komunikasi dan Branding World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia Elshinta Marsden, Senin (29/12), di Jakarta.
Menurut dia, seperti dilakukan WWF di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, program penanaman pohon disertai pemantauan dan evaluasi setiap enam bulan mudah dilakukan dengan menggunakan teknologi pencitraan satelit.
”Di antara berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pemulihan lingkungan hutan memang sudah menerapkan teknologi serupa, namun yang dibutuhkan sekarang pemantauan secara menyeluruh yang harus diupayakan pemerintah,” kata Elshinta.
Kematian 17 persen
Dudi Rufendi selaku Koordinator Program NEWtrees WWF di Taman Nasional Sebangau mengatakan, hasil evaluasi penanaman pohon yang terakhir kali dilakukan pada November-Desember 2008 menunjukkan adanya kematian pohon sekitar 17 persen. Pemantauan dilakukan untuk penanaman lahan seluas 406 hektar, dengan setiap hektar ditanami 400 pohon endemik. ”Ada tiga jenis pohon endemik yang ditanam, meliputi jelitung, kulai, dan belangeran,” kata Dudi.
Menurut Dudi, pemantauan dilakukan dengan memotret sampel pohon yang ditanam dalam lingkup 1 hektar, kemudian ditentukan titik koordinatnya dengan teknologi GPS (global positioning system). Kemudian dengan teknologi pencitraan satelit dapat diperkirakan kelangsungan hidup pohon sesuai sampel tersebut dan bisa ditentukan persentase keberhasilan penanaman tersebut.
Tingkat kematian pohon sekitar 17 persen selama penanaman satu tahun, menurut Dudi, tergolong baik. Setelah dihitung tingkat kematian pohon tersebut, kemudian ditanami kembali dengan bibit yang baru.
Menurut Elshinta, pemantauan program penanaman pohon dilakukan selama tiga tahun. Masa-masa ini merupakan masa kritis penanaman pohon. ”Upaya untuk memantau kelangsungan hidup pohon yang tidak kalah penting lainnya adalah melibatkan masyarakat setempat,” kata Elshinta.
Elshinta menyebutkan, dukungan masyarakat untuk melestarikan pohon ini juga disuarakan melalui kampanye bersama Cita Hijau 2009. Pencanangannya pada Minggu (28/12) di Jakarta.
Nawa Tunggal
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP