(www.kompas.com, 15-12-2008)
MAKASSAR, SENIN — Konferensi internasional Alfred Russel Wallace and The Wallacea ditutup di Makassar, Sabtu (13/12). Para peserta konferensi menyepakati penyusunan deklarasi pelestarian Wallacea, kawasan di sekitar garis maya Wallacea yang memisahkan dua wilayah fauna. Pelestarian Wallacea penting karena kawasan keanekaragaman hayatinya tinggi dan salah satu penentu perubahan iklim.
Kesepakatan tercapai setelah delapan pleno diskusi menghadirkan 32 pembicara dari berbagai latar belakang keilmuan. Selama konferensi, keunggulan kawasan Wallacea didiskusikan dari perspektif sejarah, antropologi, biologi, biokimia, biogeografi, ekologi, evolusi, kelautan, dan perspektif keilmuan lainnya.
Saat diskusi umum pembahasan materi deklarasi, Jatna Supriatna dari Conservation International Indonesia menyatakan bahwa deklarasi itu penting untuk menggugah kepedulian dan kesadaran pemerintah akan pentingnya kawasan itu. ”Kita butuh perubahan kebijakan. Itu sebabnya kita butuh deklarasi yang jelas dan ditandatangani semua peserta konferensi,” ujarnya.
Usulan isi deklarasi antara lain adalah soal dampak pertambangan di kawasan Wallacea, satwa endemik yang terancam punah oleh agrikultur berlebihan, pembalakan hutan, pentingnya pembangunan berkelanjutan, posisi penting Wallacea dalam meredam perubahan iklim dan cuaca, serta penelitian keanekaragaman hayati di kawasan itu demi kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan baru.
Peneliti dari Institut Teknologi Bandung, Djoko Iskandar, mengusulkan, deklarasi itu menekankan pentingnya menyadarkan pemerintah untuk mempermudah penelitian keanekaragaman hayati di kawasan Wallacea.
”Ada kesalahan mendasar dari kebijakan dan pengaturan penelitian keanekaragaman hayati yang menghambat penemuan baru,” ujar Djoko.
Aryo Wisanggeni G
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP