(www.papuapos.com, 03-12-2008)
SENTANI(PAPOS)- Rencana Perubahan nama gunung Cycloop yang di lakukan dalam bentuk Seminar oleh Clup Pencinta Alam Hirosi Papua, ditempat permandian Hirosi beberapa waktu lalu mendapat tanggapan serius dari Ketua DPRP Drs John Ibo, MM. Menurut John Ibo, nama Cycloop yang digunankan sekarang ini merupakan nama yang diadopsi orang Belanda dari nama seorang Dewa Yunani. “Orang Sentani tidak pernah menyebutkan nama Cycloop, tetapi Robong Hollo,” terangnya kepada wartawan saat mengikuti penanaman pohon di Kampung Hobong, Senin (1/12) kemarin.
Menurut John, arti Robong Hollo dalam bahasa Sentani adalah hutan rimba raya yang terletak disebelah utara nun jauh dipandang. Konon menurut anggapan orang Sentani Robong Hollo menyimpan misteri, ada yang munyebut Raksasa, atau dalam bahasa Sentani Nali Mie, (perempuan Raksasa), atau juga Obo Nali, (Babi Besar), disana terdapat hal-hal yang aneh sehingga dalam sebutan lokal masih tetap digunakan Robong Hollo sampai saat ini.
Bahkan Robong Hollo ini juga dalam anggapan lain di dalam masyarakat Sentani sebagai sumber penghidupan. Gunung itu masih memberikan kehidupan, karena dari gunung ini membagi air kebeberapa wilayah yang ada dibawa kaki gunung Robong Hollo yakni, Depapre, Demta, Kerom dan Genyem sehingga di gunung ini oleh masyarakat setempat masih menganggapnya sesuatu yang misteri.
Dikatakan pula, secara kasat mata dalam pandangan orang Sentani. Ada dua bagian gunung yakni arah timur bisa disebut Robong Hombe, sedangkan bagian Barat Robong Hollo, berdasarkan cerita rakyat orang Sentani ada terdapat beberapa suku yang telah punah(Waboikombe) dan (Hinakombe) karena memiliki kekuatan gaib yang tidak bisa di tandingi pada jaman itu sehingga orang masih menganggapnya gunung ini masih menyimpan misteri. Hal ini sama dengan pandangan orang belanda yang mengangapnya sebagai raksasa.
Lebih lanjut dikatakan bahwa gunung itu, secara pribadi telah di tuliskan sebuah lagu yang menggambarkan keperkasaan gunung Cycloop sebagai ciptaan Tuhan yang luar biasa. Gunung menangkap kabut kemudian menjadikanya hujan dan banyak orang menikmati air dari gunung ini dalam bahasa Sentani, karena pada waktu dulu para orang tuah tidak pernah menyentuh kaki gunung dengan anggapan masing-masing, jika terjadi longsor dianggap gunung mara, hujan turut deras dianggap pula gunung menangis akibat ulah manusia, melihat kondisi gunung ini yang masih misteri bagi orang Sentani, maka dalam waktu dekat namanya akan segera diganti.
Dan menurut penjelasan gubernur Provinsi Papua Pemerintah akan segera membuat pagar kelilig kawasan penyangga dengan pagar.(nabas).
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP