( Kompas, Rabu 09 Agustus 2006 )
Tidak hanya para gengster yang beraninya keroyokan, semut pun terlihat lebih agresif saat bergerombol daripada saat melenggang sendirian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semut akan merasa lebih berani menghadapi lawannya jika berada dalam kelompok besar.
Dalam percobaan pertama, seorang mahasiswa Universitas Utah Colby Tanner meletakkan semut dari jenis Formica xerophila dalam kelompok besar kemudian kelompok lebih kecil pada percobaan kedua. Ia menunjukkan betapa semut-semut dalam kelompok besar tersebut terlihat sangat agresif berjuang untuk mendapatkan daging tuna yang dilumuri jus nanas.
Dalam percobaan lain, semut dihadapkan pada semut jenis lain yang menjadi musuh alaminya. Kelompok yang besar dan kecil juga memperlihatkan respon berbeda. Meskipun sama-sama melawan, semut yang hanya berhadapan satu-satu terlihat lebih ragu-ragu dalam melawan dibandingkan lima semut melawan lima semut.
Bahkan apabila saling berhadapan dalam jumlah besar semut-semut tersebut terlihat sangat agresif. Karena F. xerophila cenderung menang ketika melawan lawan dengan keroyokan, Tanner menduga semut punya kecenderungan untuk bergerombol. Temuan ini dilaporkan dalam Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences edisi 19 Juli.
Perilaku agresif juga menjadi isyarat bagi lawannya. Tidak hanya untuk menunjukkan kekuatannya, tapi juga sebagai bentuk komunikasi lainnya. Ketika semut jenis ini menunjukkan sikap agresif tanda perlawanan, semut-semut yang menjadi lawannya cenderung menghindar meskipun jumlahnya sepadan.
Meskipun demikian, sikap agresif saat melawan lawan secara keroyokan tidak mengurangi risikonya mati selama konflik. Tingkat kematian semut dalam kelompok yang banyak maupun sedikit relatif sama. Tapi, semut-semut yang lebih agresif memiliki kesempatan membunuh lawannya lebih cepat sehingga jumlah lawannya berkurang dan akhirnya menghindari kelompoknya.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP