(www.radarsorong.com, 06-08-2008)
SORONG- Pemerintah Provinsi Papua Barat akan mengembangkan budidaya ikan kerapu secara besar-besaran.Kepala Sub Bidang Pengembangan Ekonomi Badan Perencana Pembangunan Pengendalian Daerah (BP3D) Provinsi Papua Barat Octovianus Mayor, S.Sos mengungkapkan, pengembangan budidaya ikan kerapu dengan model Hatchery (pembibitan) ini dilaksanakan bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi yang saat ini tengah melakukan pengkajian.
”Kita rencanakan akan bangun laboratorium untuk pembibitan. Tempatnya diantara Pulau Lemon dan Pulau Mansinam,” ungkap Octo Mayor dalam bincang-bincangnya di Bandara DEO Senin lalu.
Dalam pembangunan laboratorium tersebut, Pemrov Papua Barat menganggarkan dana sekitar Rp 10 Miliar. Dikatakan Octo Mayor, pihaknya menggagas pembibitan ikan kerapu secara besar-besaran ini karena melihat potensi dan pasaran ikan kerapu yang sangat menjanjikan.
Dari pembibitan ikan kerapu tersebut, nantinya disuplai ke masyarakat sehingga mereka pun tinggal memasarkannya dengan harga yang dinilai sangat menjanjikan.
”Kita bikin pembibitan di Manokwari, disuplai ke Kabupaten Sorong, Sorsel dan Raja Ampat. Ketiga daerah ini sangat potensial untuk budidaya ikan kerapu,”ujar Octo Mayor.
”Pembibitan ikan kerapu dengan model Hatchery ini juga dalam rangka mewujudkan visi dan misi gubernur dalam memberantas angka kemiskinan ditengah masyarakat,’imbuhnya.
Dengan 20 ekor induk dalam pembibitan perdana model Hatcery ini ditargetkan 1 bulan dapat menghasilkan sekitar 50 ribu ekor ikan kerapu.
Keyakinan menghasilkan 50 ribu ekor ikan kerapu pada tahap awal itu lantaran selama ini telur ikan kerapu dinilai sangat potensial mampu menghasilkan hingga 500- 800 ekor.
Lanjut dikatakan Octo Mayor, program pengembangan budidaya ikan kerapu dengan model Hatchery ini dilaksanakan sebagai alih teknologi agar masyarakat tidak lagi menggunakan cara tradisional yang selama ini dinilai merugikan habitat ikan kerapu. Seperti menangkap ikan dengan menggunakan bom atau potasium. Lebih jauh, dalam pemasarannya, selama ini ikan kerapu dieksport ke China, Malaysia dan Hongkong dengan harga jual 1 Kg Rp 70 U$ Dolar.
Dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi itulah diharapkan dari pembibitan ikan kerapu selain dapat membuka lapangan kerja diharapkan juga dapat menjadi sumber devisa dan pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Papua Barat.
Mewujudkan rencana tersebut, saat ini kata Octo Mayor, staf dan Kementrian Riset dan Teknologi, tepatnya BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ) tengah melakukan beberapa kajian antara lain kajian terhadap pengembangan, potensi air, arus laut, plankton, karang, sosial budaya masyarakat setempat dan potensi ikan kerapu itu sendiri.
”Dengan potensi ikan kerapu yang sangat besar kalau tidak didukung dengan teknologi maka nilainya tentu masih rendah. Kita lihat seperti keladi setelah diolah jadi keripik nilai ekonomisnya tentu lebih tinggi,”ucap Octo Mayor yang selama di Raja Ampat mengaku telah lama berkecimpung dalam pemasaran ikan kerapu. (ros)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP