Perlu Mata Pencaharian Alternatif Untuk Tekan Kerusakan Ekosistem
Mengingat begitu besarnya peran dan fungsi kelestarian terumbu karang, baik secara ekonomi maupun ekologis, maka sudah saatnya setiap daerah kabupaten/kota di Papua yang memiliki potensi perairan laut memperhatikan kelestarian terumbu karangnya.
Laporan: AGUNG TRI HANDONO
Kota Jayapura yang berada di kawasan teluk Yos Sudarso ini memang mempunyai banyak keunikan, sebagai sebuah kota, wilayahnya Kota Jayapura terbentang dari laut sampai dengan gunung Cycloop. Sebagai kota usaha dan jasa, Jayapura sebagai ibukota Provinsi Papua memang menjadi tujuan masyarakat dari daerah lain di Papua, sehingga tingkat persaingan juga relatif tinggi dibanding daerah lain. Hal ini menyebabkan ekploitasi terhadap sumber daya alam, termasuk sumber daya hayati di laut juga meningkat.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura Ir JP Nerokouw, MP mengatakan, wilayah Kota Jayapura ini memang memiliki potensi perairan laut yang cukup luas. Termasuk penyebaran terumbu karang di wilayah perairan laut Kota Jayapura. Meski belum ada data akurat menyangkut potensi penyebaran terumbu karang yang ada, namun Nerokouw, menunjuk sejumlah titik yang diyakini sampai saat ini masih ada terumbu karangnya.
Diantaranya di kawasan teluk Youtefa depan kampung Nafri, di Abepantai, depan Tanjung Tobati, Hamadi yang masih ada, sementara beberapa titik lain banyak yang sudah rusak.
"Terumbu karang di Kota Jayapura ini memang sudah banyak yang rusak, sebab sejak saya masih kecil yakni sekitar tahun 1960-an, warga sudah ada yang menggunakan dopis atau bom ikan untuk mencari ikan di laut,"tutur Nerokouw yang mengaku bahan peledak tersebut didapat dari sisa-sisa amunisi perang dunia II yang masih banyak tersebar saat ini.
Aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bom di wilayah perairan Jayapura, sampai saat ini nampaknya bukan suatu hal yang asing lagi. Bahkan, di Kota Jayapura, ada perkampungan di pesisir Pantai Argapura Distrik Jayapura Selatan yang menggantungkan hidup dengan mata pencaharian di laut. Ironisnya, nelayan di kawasan ini banyak yang menggunakan bom. Karena, banyaknya orang yang bisa merakit bom ikan, maka kampung ini akrab disebut dengan Kampung Vietnam.
Tak sedikit warga kampung Vietnam ini yang meninggal akibat kecelakaan saat merakit atau menangkap ikan dengan dopis, bahkan banyak dari mereka yang terpaksa cacat seumur hidup baik putus tangan, kaki dan cacat lainnya, layaknya korban perang.
Meski sudah banyak pengalaman tragis dari penggunaan bom ikan ini, namun masih ada warga di kampung ini tidak trauma atau jera menangkap ikan dengan bom ikan.
Seperti halnya Daniel Patay, meski kedua kakinya putus sampai pangkal paha dan terpaksa harus digendong atau memakai kursi roda, namun dia mengaku tetap tidak bisa meninggalkan mata pencahariannya mencari ikan. Karena keterbatasan yang dimiliki, memang tidak bisa ada pekerjaan lain yang bisa ditekuni, begitu juga dalam menangkap ikan, karena terbatasnya sarana alat tangkap yang ramah lingkungan, dirinya memang cenderung memilih menggunakan bom ikan, lebih cepat dan banyak dapat ikan.
"Saya tahu, akibatnya memang banyak terumbu karang di daerah sini sudah hancur, dan karena ikan menjauh dari sini, terpaksa mencari lokasi ikan keluar dari teluk,"tutur Daniel Patay.
Hal senada juga diungkapkan Trido Muabuay, laki-laki yang terpaksa putus lengan kananya akibat terlambat melempar bom ikan yang sudah dinyalakan ini, mengaku tidak ada pekerjaan lain untuk menghidupi keluarganya, selain menangkap ikan. Bisa saja menangkap ikan dengan pancing maupun jaring, namun dengan kondisi terumbu karang yang sudah banyak rusak, sulit untuk mendapatkan hasil ikan seperti yang diharapkan.
Seperti Trido, Yohan Karubaba pemuda yang cacat kaki kanannya terkena serpihan bom ikan ini, mengaku juga sering harus berurusan dengan pihak berwajib karena kedapatan menggunakan bom ikan. Namun setelah selesai urusannya, mereka pun masih tetap pakai bom ikan. "Kami sadar bahwa menggunakan bom ini memang merusak terumbu karang, tapi jika pemerintah memberi perhatian dan memfasilitasi kami untuk pelatihan atau usaha lain, mungkin baru pengeboman ikan ini bisa ditinggalkan,"tandasnya
Meski cacat, namun mereka masih beruntung punya kelebihan dalam olahraga renang, sehingga mereka bisa memperkuat tim Porcanas Papua dan meraih medali emas. Diakui bahwa kesibukan mereka menangkap ikan, sementara bisa dialihkan saat disibukkan dengan kegiatan latihan dan mengikuti Porcanas. Namun setelah tidak ada lagi kesibukan seperti saat ini, mereka pun kembali ke pekerjaan semula untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang terus meningkat. Bom ikan jadi pilihan utama bila susah menangkap ikan.
Khusus untuk warga di kawasan pesisir/pantai, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura JP Nerokouw memang mengharapkan adanya kesadaran dari warga ini, terhadap pelestarian. Diakui, sejauh ini, pihaknya baru tahap sosialisai, meski kerusakan terumbu karang ini sudah cukup parah. "Upaya pelestarian terumbu karang ini tidak bisa hanya bisa dilakukan oleh pemerintah saja, tapi juga perlu dukungan dari semua masyarakat pesisir, termasuk dari kalangan adat untuk mengangkat kembali kearifan lokal, seperti menetapkan daerah konservasi terumbu karang di wilayah adatnya."tuturnya.
Dengan pelestarian terumbu karang ini, lanjut Nerokouw, pada dasarnya yang diuntungkan adalah dari warga sendiri, dimana mereka bisa dengan mudah mendapatkan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebab, kawasan terumbu karang ini merupakan tempat memijah atau berkembang biaknya ikan, sehingga dengan semakin luasnya daerah terumbu karang yang terjaga, maka potensi perikanan juga akan banyak berkembang. Terumbu karang sehat, ikan melimpah.
Untuk memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir, sebagai upaya mengalihkan eksploitasi penangkapan ikan di kawasan terumbu karang, pihaknya mendorong dengan sejumlah pelatihan dan paket bantuan. Seperti halnya bantuan paket karamba untuk budidaya ikan dan juga pelatihan budidaya rumput laut, dan alat tangkap ramah lingkungan. "Intinya untuk memberdayakan ekonomi masyarakat kawasan pesisir,"ucapnya.
Ancaman kerusakan terumbu karang di wilayah kota Jayapura ini, memang tidak hanya sebatas aksi pengeboman ikan yang sampai saat ini masih banyak dilakukan oleh warga masyarkat di kawasan pesisir Kota Jayapura ini. Menurut Nerokouw, tingkat pencemaran air laut akibat aktifitas ekonomi maupun rumah tangga warga masyarakat yang terbawa oleh sejumlah aliran sungai ini, juga sangat berpengaruh terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang.
"Terumbu karang ini bisa tumbuh dengan syarat-syarat tertentu dari kondisi perairan laut, pencemaran air laut akibat ulah manusia ini jelas berdampak pada ekosistem terumbu karang,"ujar Nerokouw yang mengaku banyak sampai plastic dan lainnya yang banyak dijumpai diperairan Teluk Youtefa.
Tidak hanya itu saja, akibat kerusakan hutan dan kawasan konsevasi di Cagar Alam Cycloop, juga punya andil besar sebagai ancaman kelestarian terumbu karang di perairan Kota Jayapura. Sebab, hutan yang rusak ini menyebabkan banjir yang membawa sejumlah material dan lumpur yang membuat air laut menjadi keruh dan tingkat sedimentasi di kawasan pesisir, khususnya di Teluk Youtefa maupun Yos Sudarso ini meningkat.
"Upaya untuk menjaga kelestarian alam ini tidak hanya bagi masyarakat pesisir, tapi juga butuh kepedulian dari seluruh warga kota. Sebab aktivitas mereka juga memberikan dampak kepada perairan laut di Kota Jayapura ini,"tandas Nerokouw yang mengaku baru-baru ini Kota Jayapura mencanangkan Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) sebagai upaya menjaga kelestarian ekosistem laut, termasuk terumbu karang. (Bersambung)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP