Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

08 December 2009

Sarmi : Pengembangan Tanaman Pekarangan Perlu Diseriusi

(www.cenderawasihpos.com, 07-12-2009)
SARMI-Pengembangan tanaman pekarangan dinilai suatu kegiatan yang sangat positif dimasyarakat sehingga perlu untuk diseriusi. Hal ini diungkapkan Bupati Kabupaten Sarmi Drs.E.Fonataba .MM, terkait dengan penanaman sayur, buah dan tanamam lainnya."Saya mengharapkan agar kegiatan semacam ini berlangsung dengan terus menerus karena ini merupakan program yang sangat singkron dengan apa yang sudah dijalankan sekarang yaitu pembangunan rumah social untuk masyarakat," harap Bupati.


Dikatakan, pekarangan sekitar rumah diharapan dapat dimanfaatkan dengan menanam sayur-sayuran , umbi-umbian dan beberapa buah – buahan yang cocok dimana daerah itu berada . Untuk mendapatkan daya saing yang kompetetif ,kemampuan kapasitas lembaga, kesejahteraan dan kemakmuran serta perberdayaan penguatan kapasitas masyarakat.

Dan kedepan dapat menguasai pasar untuk sementara pasar local yang ada selanjutnya kita kuasai pasar nasional dan internasional. Menurut Bupati Fonataba, beberapa komoditas barang kebutuhan kita masih sebagian besar didatangkan dari luar, maka dari itu mulai dari yang kecil kebutuhan pokok makan kita agar dapat menjadikan generasi yang handal karena ditunjang dengan asupan gizi yang seimbang dari makanan yang cukup dari segala segi gizi, vitamin dan mineral serta protein .Pisang raja sangat bagus karena selain kandungan vitamin A juga dapat di sajikan dalam berbagai bentuk makanan, digoreng, dimakan dengan keju dan lain-lain.

Sukun sebagai pengganti beras / nasi cukup bagus dan tinggi kandungan protein dan gayang sebagai makanan tradisional kita orang Sarmi Hal ini disampaikan Bupati ketika mencanangkan pemberian bibit tanaman pekarangan dan pemberian alat pertanian kepada para petani di Kampung Waskey Tanggal 3 Desember 2009 .Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sarmi Marthen Luthe Sefa.SP mengatakan pembagian bibit tanaman kepada masyarakat ini didanai oleh APBD Kabupaten Sarmi lewat Dinas Pertanian DPA Tahun 2009.Jumlah Kampung yang mendapatkan bantuan sebanyak 15 Kampung , masing – masing kampung mendapatkan 50 bibit. Pisang raja, Mangga golek,Durian,Gayang dan sukun tanpa biji.

Ditunjuk sebagai PPTK ( Pejabat Pelaksana Tugas Kegiatan ) Bapak Selfianus Ama. Turut hadir dalam acara tersebut selain para petani perwakilan di beberapa Kampung antara lain, Wamariri,Bagesewar dan Waskey. (adi/nan)(scorpions

Biak : Terumbu Karang Rencana Masuk Kurikulum Muatan Lokal

(www.cenderawasihpos.com, 07-12-2009)
BIAK-Terumbu karang yang ada di wilayah Kabupaten Supiori, khususnya di wilayah Distrik Aruri tampaknya perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, karena kondisinya sudah mengalami kerusakan, bahkan dikhawatirkan jika tidak ada upaya-upaya pelestarian, kerusakannya bakal bertambah parah.

Salah satu cara yang telah dipikirkan Pemerintah Kabupaten Supiori adalah dengan melakukan kampanye penyelamatan terumbu karang dan berbagai biota di laut. Bahkan, anak-anak mulai dari tingkat SD, SMP bahkan tingkat SMA/SMK dinilai perlu diberikan pengetahuan khusus, melalui kurikulum muatan lokal.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Supiori Ir Robert Matussy mengatakan, rencana akan memberlakukan kurikulum muatan lokal tentang pelajaran terumbu karang dan berbagai biota di laut dimaksudkan agar anak-anak sejak usia dini ikut memahami tentang pentingnya dilakukan pelestarian.

‘’Tahap awal kami akan menggelar worshop dengan menghadirkan semua guru-guru, tentunya ini akan bekerja sama dengan pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Supiori. Pelaksanaan worshop untuk memberikan pembekalan bagi para guru tentang pentingnya kurikulum muatan lokal tentang pelestarian terumbu karang," ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Dengan adanya kurikulum muatan lokal tentang terumbu karang ini, lanjutnya, diharapkan ke depan ada kesadaran semua komponen masyarakat tentang pentingnya dilakukan tindakan pelestarian secara nyata di lapangan, khususnya lagi anak-anak sejak usia dini dan itu dimulai dari sekolah.

‘’Kami juga mengajak semua masyarakat ikut memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kelestarian yang ada di laut. Hal ini sangat penting karena terkait dengan kelangsungan hidup yang akan datang,"imbuh Robert Matussy.(ito/ary)(scorpions)

Jayawijaya : Kabupaten dan Kota Diminta Hasilkan Produk Unggulan

(www.cenderawasihpos.com, 07-12-2009)
JAYAWIJAYA-Papua adalah wilayah yang memiliki banyak potensi, terutama potensi Sumber Daya Alam (SDA), akan tetapi sampai sekarang ini potensi tersebut belum dikelola secara maksimal. Dari beberapa potensi yang ada, potensi yang paling menjanjikan jika dikembangkan baik akan menghasilkan nilai tambah bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah di sektor perkebunan dan peternakan.


"Saya sampaikan kepada 29 Kabupaten/kota, kabupaten baru hasil pemekaran harus bekerja lebih keras agar dapat menghasilkan produk unggulan yang bermanfaat bagi perkembangan daerah masing-masing,"kata Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo S.Sos saat membacakan sambutan tertulis Gubernur Papua Barnabas Suebu SH pada penutupan Rapat Evaluasi Program kerja Pembangunan perkebunan dan peternakan se-Papua, di Gedung Sosial GKI Wamena, Kamis (5/11)Hal ini perlu dilakukan, agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkat, juga dapat mewujudkan tercapainya kemandirian daerah masing-masing, sehingga mengurangi ketergantungan kepada daerah lain.

Dalam pengembangan kawasan lanjutnya, fokus komoditi harus jadi prioritas di masing-masing daerah. Setiap daerah yang telah ditentukan hendaknya dikembangkan secara serius, agar pembangunan dapat fokus pada komoditas yang telah ditentukan. "Kita harus mampu meningkatkan produk-produk yang dapat diekspor, misalnya hasil dari komoditas perkebunan seperti Kakao, Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Buah Merah, Buah Naga dan komoditas lain"ungkapnya.

Sedangkan dari sisi peternakan, kata dia, sampai saat ini masih tergantung dari luar, dimana masih banyak bahan pangan asal hewan yang dimasukan dari luar daerah, untuk itu sub sektor pertenakan perlu bekerja keras dengan sentuhan teknologi agar menghasilan bahan pangan asal hewan, sehingga mengurangi ketergantungan dari luar. "Kita punya banyak potensi, tinggal bagaimana kita bekerja keras untuk memanfaatkan potensi tersebut, jika ini dapat dikelola dengan baik, maka dapat memberikan nilai tambah bagi kita semua,"ujarnya.

Bupati Wempi menambahkan, pada kesempatan ini pihaknya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Peternakan karena memilih Wamena sebagai tempat kegiatan, dimana dengan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dukungan dan dorongan demi pengembangkan potensi yang ada di daerah Pegunungan Tengah Papua. (lmn/ary)(scorpions)

Jayapura : Gerakan Wajib Tanam Kakao Akan Dievaluasi

(http://www.cenderawasihpos.com/, 07-12-2009)
SENTANI- Kebijakan Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM untuk pemberdayaan masyarakat melalui program Gerakan Wajib Tanam Kakao (GWTK), akan segera dievaluasi. Alasannya, sejak kebijakan itu digulirkan tahun 2006 lalu, sampai saat ini Bupati belum pernah mendapatkan laporan mengenai hasil (output) keberhasilan dari GTWK tersebut.

Bupati Habel mengungkapkan, setiap kebijakan yang dikeluarkan tentunya harus diimbangi dengan hasil atau keberhasilan-keberhasilannya. Jangan sampai kebijakan itu dinilai sangat bagus, tapi hasilnya belum dirasakan masyarakat." Saya minta SKPD-SKPD terkait harus bisa memberikan laporan ke saya selaku yang mengeluarkan kebijakan sejauh mana keberhasilan-keberhasilan dari GWTK. Jangan sampai GWTK seluas 1000 hektare yang kita dengung-dengungkan selama ini hasilnya tidak ada," ujar Habel kepada Cenderawasih Pos, pekan kemarin.

Menurut Bupati Habel, sekarang ini orientasi Pemkab Jayapura bukan lagi soal kebijakan-kebijakan, tapi harus berorientasi pada keberhasilan.Sejak kebijakan ini dikeluarkan empat tahun lalu, minimal sudah ada laporan, berapa hektare yang sudah panen, apakah warga sudah menikmati hasilnya dan berapa harga per kilonya.

Sebab, untuk apa bangga dengan kebijakan, tapi hasilnya tidak ada. Begitupun dengan kebijakan-kebijakan melalui Otsus, setiap SKPD harus bisa membuktikan keberhasilannya kepada masyarakat." Kami membuat kebijakan GWTK ini bukan sekadar kebijakan saja, tapi memiliki tujuan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat," tandasnya.

Diharapkan melalui tanaman kakao ini, masyarakat memiliki kepastian pendapatan. Disamping itu, setelah Otsus ini berakhir, masyarakat sudah berdaya dan memiliki kemandirian untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri melalui hasil tanaman kakao. (mud/tri) (scorpions)

05 December 2009

Jayapura : Jayapura Terancam Krisis Air, Akibat Tingginya Tingkat Kerusakan Hutan

(www.cenderawasihpos.com, 04-12-2009)
JAYAPURA-Dalam 5 atau 10 tahun kedepan wilayah Kabupaten/Kota Jayapura diprediksi akan mengalami krisis air bersih. Kepala Bidang Cipta Karya dan Air Bersih Dinas PU Provinsi Papua, Adilison Sinaga, mengatakan, ancaman krisis air tersebut disebabkan aktivitas perambahan dan pengurusakan hutan khususnya di wilayah Cagar Alam Cycloop cukup tinggi. Selain wilayah Kabupaten/Kota Jayapura, Adilison mengatakan beberapa wilayah di Provinsi Papua juga terancam mengalami krisis air akibat kondisi yang sama.


"Aktivitas perambahan dan pengrusakan hutan yang cukup tinggi terjadi secara merata di seluruh wilayah Papua. Ini diakibatkan pembangunan yang semakin pesat sehingga pembukaan areal baru terus terjadi untuk kepentingan pembangunan, seperti pemekaran wilayah dan sebagainya," ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, usai Upacara Bulan Bhakti Pekerjaan Umum ke-64 di Halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Kamis, (3/12).Dikatakan, apabila kondisi ini terus dibiarkan dan tidak segera ditanggulangi, maka debit air akan semakin menurun.

Apalagi bila tingkat pengrusakan hutan semakin besar maka dapat menimbulkan bencana kekeringan. "Contohnya mata air di Kali Anafri yang dulunya mampu menyediakan air sebanyak 200 liter per detik, tapi kini telah turun menjadi 71 liter per detik," ujarnya. Kondisi ini menurutnya akan semakin bertambah parah dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di wilayah Kota Jayapura yang tentunya akan berdampak pada peningkatan kebutuhan air bersih. "Menteri PU menghimbau agar dilakukan penyelamatan hutan untuk penyediaan air baku kedepannya. Sebab kalau dibiarkan terus maka debit air semakin menurun," ucapnya.(nls/nat)(scorpions)

Merauke : Masyarakat Kampung Yepem Panen Kacang dan Umbi-Umbian

(www.cenderawasihpos.com, 04-12-2009)
MERAUKE- Jika mendengar adanya panen kacang dan umbi-umbian di Kabupaten Asmat bagi mereka yang sudah pernah ke Asmat, mungkin akan bertanya. Sebab, Asmat sendiri hampir seluruhnya adalah rawa dan perairan yang dipengaruhi air laut. Tapi itulah yang terjadi di Kampung Yepem Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Atas berbagai usaha dan kegigihan yang dilakukan petugas PPL dan masyarakat di kampung tersebut, pada 25 November lalu telah dilakukan panen kacang tanah dan umbi-umbian.


Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Asmat Ir Widiyanto, ketika dihubungi Cenderawasih Pos ke Agats, Asmat kemarin mengungkapkan, panen kacang tanah dan umbi-umbian yang dilakukan tersebut cukup bagus. Bahkan, penduduk kampung tersebut merayakannya dengan iringan tifa dan tari-tarian yang meriah saat akan memulai dan selesai panen.

Rombongan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Asmat yang diundang untuk menghadiri panen tersebut juga disambut dari dalam Jew (rumah adat orang Asmat) selanjutnya menuju lahan pertanian melalui Jalan Usaha Tani Mandiri sepanjang 600 m yang sudah dihiasi janur kuning dan berbagai hasil pertanian. Diungkapkan, panen yang berlangsung cukup meriah itu selain sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, juga untuk menghormati adat orang Asmat, untuk memberikan dorongan dan semangat serta penghargaan kepada masyarakat kampung Yepem yang sudah mau melakukan usaha tani, dengan cara yang lebih maju di bawah bimbingan PPL dan berhasil panen dengan baik. Ia berharap, keberhasilan yang diraih warga Kampung Yepem itu dapat menjadi contoh dan diikuti oleh kampung-kampung lainnya yang ada di Kabupaten Asmat.

Pada kesempatan itu, pihaknya juga menyerahkan bantuan dana untuk pembangunan Jalan Usaha Tani di Kampung Yepem, sehingga mempermudah petani pergi ke lahan dan membawa hasil panen ke kampung.(ulo/ary) (scorpions)

04 December 2009

Keerom : Generasi Muda Harus Sadar Akan Manfaat dan Pentingnya Pohon, Pesan Bupati Saat Gerakan Penanaman Pohon One Man One Tree di Keerom

(www.cenderawasihpos.com, 03-12-2009)
KEEROM- Bupati Kabupaten Keerom Drs.Celsius mengungkapkan, pohon memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Pohon-pohon di hutan dapat mendaur ulang hujan dan membangun serta menjaga iklim mikro. Oleh karena itu, memandang besarnya manfaat pohon bagi kehidupan kita, sudah tentu semua pihak wajib menanam, menjaga dan pengelola pohon dengan baik, terutama generasi muda.

Demikian diungkapkan bupati, saat gerakan penanaman pohon One Man One Tree atau satu orang satu pohon, yang dipusarkan di Kampung Wulukubun, Arso XIV, Distrik Skanto, Rabu (2/12), kemarin siang. menanam.

"Satu orang satu pohon merupakan kegiatan nyata masyarakat Kabupaten Keerom untuk memperbaiki lingkungan dan menanggulangi pemanasan global. Karena dampak pemanasan global sudah kita rasakan sekarang. Untuk, bagi anak-anak, orang tua, semua msyarakat saya berharap untuk menanam pohon, kita akan tuai hasilnya diwaktu yang akan datang,"ungkapnya.

Kata Bupati, kesadaran akan pentingnya pohon haruslah ditularkan kepada masyarakat secara luas, utamanya pada generasi muda agar kecintaan menanam dan memelihara pohon menjadi suatu kebiasaan yang positif, sekaligus sebagai warisan budaya yang memiliki nilai guna yang tinggi"Indonesia Hijau".

Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan dan Kehuatan Ir.Sidik Pujiadi,M,Si mengatakan, sejak ditetapkan kegiatan satu orang satu pohon pada 1 Februari 2009 lalu, sampai dengan Desember 2009, khusus di Kabupaten Keerom direncanakan penanaman pohon sebanyak 100.000 pohon, yang tersebar di 25 lokasi, mulai dari SMU 1 Aeso sampai dengan Kampung Wulukubun.

"Kami harapkan kepada semua eleman masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga tanaman-tanaman ini, sebab kami akan tetap melaporkan ke pusat mengenai perkembangan dari penanaman pohon di Keerom,’ungkapnya.Program satu orang satu pohon tersebut, juga dihadiri Kapolres Keerom, AKBP.A.Kowenip, Ketua TP PKK Keerom Ny.Fransiska Ni Made Santun Watae, perwakilan dari masyarakat, murid SD, SMP, SMU/SMK, serta para muspida Pemda Keerom.(cak/ary)(scorpions)

02 December 2009

Jayapura : Permukiman di Kawasan Konservasi Jayapura Ancam Banjir, Longsor

(www.antara.co.id, 01-12-2009)
Jayapura (ANTARA News) - Banyak warga Kota Jayapura membangun rumah dan bermukim di daerah perbukitan dan areal konservasi, sehingga dikhawatirkan menjadi acaman bencana alam banjir dan tanah longsor.Pantauan ANTARA Jayapura, Minggu, sebagian areal dalam kawasan konservasi telah berubah menjadi kawasan pemukiman penduduk dan pembukaan areal pertanian tradisional.Kawasan konservasi tersebut adalah Cagar Alam Pegunungan Cycloops, Taman Wisata Teluk Yotefa dan Hutan Lindung Abepura.Kawasan Cagar Alam (KCA) Pegunungan Cycloops yang luasnya 2,5 juta hektar itu terbentang dari Kota Jayapura dan sebagian distrik di Kabuten Jayapura.

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops telah ditetapkan menjadi situs warisan dunia oleh badan suaka marga satwa Internasional yang berkedudukan di Jenewa, Swiss tahun 1987.Kawasan Taman Wisata Teluk Yotefa berbatasan dengan KCA Pegunungan Cycloop di Distrik Jayapura Selatan dan Hutan Lindung Abepura di Distrik Abepura dan Distrik Heram di Waena.Daerah itu beberapa tahun terakhir berdiri rumah beton dan pemondokan para penduduk yang berimigran dari pedalaman Provinsi Papua dan Papua Barat serta imigran dari luar Papua.

Warga membuka lahan pertanian seperti tanaman holtikultura, talas, pisang, singkong dan beraneka tanaman keras jangka panjang.Mereka tampaknya kurang menghiraukan ajakan Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura dan Dinas Kehutanan Provinsi Papua yang telah memasang papan nama "Dilarang Menebang Pohon dan Membuka Perkebunan".Pemerhati Masalah Lingkungan Yunus Paelo, yang juga pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Jayapura, ketika ditanya ANTARA, menyatakan sangat prihatin masyarakat urbanis dan imigran yang datang mendirikan rumah dan membuka lahan pertanian di dalam kawasan konservasi di KCA Pegunungan Cycloops, Taman Wisata Teluk Yotefa dan Hutan Lindung Abepura.

Padahal ketiga kawasan itu menjadi sumber air bersih bagi penduduk di Kota Jayapura dan sebagian distrik di Kabupaten Jayapura."Para pejabat Pemkot Jayapura dan Pemda Kabupaten Jayapura harus mengambil langkah-langkah menertibkan penduduk yang bermukim di ketiga kawasan tersebut guna menghindari kemungkinan bencana alam yang terjadi seperti banjir dan tanah longsor," kata Yunus.Dia juga mengharapkan dinas terkait untuk menempatkan tenaga polisi kehutanan (Polsus) yang menjaga di dalam areal taman konservasi itu."Hal ini harus di seriusi karena bisa berdampak pada kerusakan alam," terangnya.(*)

01 December 2009

Nasional : Teliti Terumbu Karang, Siswa Kupang Juara Kontes Inovator Muda

(www.kompas.com, 30-11-2009)
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanasan Global yang terjadi belakangan ini semakin mengkhawatirkan. Namun apakah pemanasan global juga mempengaruhi ekosistem yang ada di bawah air? Berangkat pertanyaan itulah tiga tiga siswa dari SMA Negeri I Kupang Margaretha L. Bunga Naen, Maria P Bunga Naen dan Gabriel J.P Ghewa melakukan penelitian terhadap Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Aktivitas Fotosintesis Makroalga pada Sistem Eksosistem Terumbu Karang. "Penelitian ini ingin mencari jawaban apa efek rumah kaca juga berpengaruh pada ekosistem terumbu karang," ucap Maria L Bunga Naen, mewakili teman-temannya, di Jakarta, Sabtu (7/11).


Dalam penelitiannya, Margaretha dan teman-temannya menggunakan metode eksperimen. Penelitian tersebut dilakukan di Pantai Teluk, Kupang, mulai 15-20 Juli 2009 lalu. Alat yang mereka gunakan sangat sederhana, yaitu gelas ukur, baskom, termometer, neraca Ohaus dan kotak plastik. Setelah alat-alat lengkap, mereka menyiapkan Makroalga. Makroalga dimasukkan dalan gelas ukur yang telah diisi air laut, lalu letakan di tempat yang terkena sinar matahari. "Lalu dilakukan pencatatan suhu pada pukul 07.00, 13.00 dan 18.00.


Setelah melakukan analisa data dengan menggunaka hukum perbandingan volume," kata dia. Dari eksperimen tersebut didapat bahwa kenaikan suhu udara mengganggu kehidupan terumbu karang. Kenaikan suhu udara juaga cenderung menyebabkan peningkatan pemanasan global. "Semakin tinggi suhu udara harian maka aktivitas fotosintesis makrolaga pada ekosistem terumbu karang semakin berkurang. Volume gas CO2 yang diserap dan volume O2 yang dihasilkan kecil," ujar Margaretha, Hal tersebut, lanjutnya, harus diminimalisir dengan mencintai lingkungan. Caranya adalah dengan bakti lingkungan dan menanam pohon. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan plastik dan mengurangi penggunaan sampah plastik.


Raih Penghargaan Penelitian yang dilakukan tiga Siswa asal Kupang itu tidak sia-sia. Mereka mendapat penghargaan sebagai juara pertama Kontes Inovator Muda IV yang diselenggarakan Lembaga Penelitaian Indonesia (LIPI). Ketiganya mengalahkan 167 peserta lain dari seluruh Indonesia dan berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp12.000.000. Adapun, pemenang kedua pada Kontes Inovator Muda adalah siswa SMA Negeri Depansar yang meraih nilai 336 poin disusul pemenang ketiga siswa SMA 11 Makasar dengan raihan 317,5 poin.
RDIEditor: acandra

Nasional : Greenpeace Gugat Peraturan Alih Fungsi Hutan di Riau

(www.kompas.com, 30-11-2009)
PEKANBARU, KOMPAS.com - LSM lingkungan Greenpeace berencana menggugat Permenhut P.14/Menhut-II/2009 ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Peraturan terkait pemberian izin alih fungsi hutan alam menjadi perkebunan akasia itu dinilai menyebabkan kerusakan lingkungan di Provinsi Riau."Permenhut itu mengakibatkan kerugian dari kerusakan lingkungan karena mengakibatkan hutan alam terutama di kawasan gambut dalam di Riau rusak dan beralih fungsi demi kepentingan perusahaan," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, di Pekanbaru, Minggu (29/11).

Bustar menjelaskan, peraturan tersebut diterbitkan oleh MS Kaban beberapa saat sebelum masa jabatannya berakhir sebagai Menteri Kehutanan pada tahun 2009. Peraturan itu membuat izin rencana kerja tahunan (RKT) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) tidak lagi ditandatangani oleh Kepala Dinas Kehutanan Riau dan diambil alih oleh Dirjen Bina Produksi Departemen Kehutanan.Sejak dikeluarkannya peraturan tersebut, sekitar 318.360 hektar hutan alam di Provinsi Riau berubah fungsi menjadi kebun akasia untuk hutan tanaman industri. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Riau, alih fungsi ratusan ribu hektare hutan alam tersebut berlandaskan pada 24 RKT IUPHHK-HT pada tahun 2009 yang langsung dikeluarkan oleh Dephut.

Potensi kayu yang berada di areal RKT hutan alam tersebut sangat besar karena mencapai 12,28 juta meter kubik."Menhut menilai peraturan itu dibuat karena adanya stagnasi RKT di Riau, namun Kepala Dinas Kehutanan Riau membantah hal itu dengan mengirimkan surat ke Menhut bahwa keputusan tidak mengeluarkan RKT dikarenakan lokasinya di hutan alam dan kawasan gambut yang dalamnya lebih dari tiga meter yang seharusnya dilindungi," katanya.

Selain itu, peraturan itu juga menjadi masalah baru akibat perizinan terhadap RKT yang diberikan diduga cacat hukum dan mengakibatkan konflik antara masyarakat di sekitar hutan dan perusahaan. Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau Zulkifli Yusuf mengatakan kerusakan hutan di Riau disebabkan aturan yang dibuat tumpang tindih terutama aturan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

"Karena Menteri yang lama (MS Kaban) pada mei 2008, tidak akan ada lagi penambahan HTI di Riau. Tapi mengapa tahun 2009 'meledak' masih ada lagi izin yang keluar. Apalah daya saya," kata Zulkifli Yusuf.
WAH, Editor: wah Sumber : ANT

29 November 2009

Manca Negara : Afrika : Spesies Bunglon Baru Ditemukan di Afrika Timur

(www.kompas.com, 28-12-2009)
DADOMA, KOMPAS.com — Spesies bunglon baru ditemukan dalam hutan Magombera, di Tanzania, Afrika Timur. Seorang peneliti dari Departemen Lingkungan di University of York Dr Andrew Marshall menemukannya secara tak sengaja saat mengamati perilaku seekor ular ranting yang memakan seekor monyet.

Bunglon tersebut dipastikan spesies baru setelah beberapa spesimen sejenis berhasil ditangkap, diuji, dan dibandingkan. Spesies tersebut diberi nama Kinyongia magomberae yang berarti bunglon Magombera. Temuan ini dipublikasikan dalam African Journal of Herpetology.

Menurutnya, penemuan spesies baru bunglon sangat jarang terjadi sehingga hal tersebut sangat menggembirakannya. Penemuan ini juga sekaligus menegaskan pentingnya menjaga daerah jelajahnya agar spesies tersebut tetap bertahan.

"Semoga dengan penemuan ini dapat mendukung usaha untuk menyediakan area ini dan area lainnya dengan perlindungan lebih," ujar Marshall. Apalagi, bunglon hidup di habitat yang terbatas dan sangat tergantung pada keberadaan pohon-pohon di hutan.

Marshall, yang juga Kepala Ilmu Konservasi di Kebun Binatang dan Taman Bermain Flamingo, selama ini aktif memimpin proyek investigasi penelitian terhadap perubahan hutan Magombera. Hutan tersebut menjadi penting bagi orang-orang di daerah sekitarnya dan rumah bagi kehidupan liar, termasuk monyet colobus merah yang terancam punah.

Proyek yang dikembangkan Marshall menggabungkan penelitian biologi hutan dengan edukasi untuk penduduk lokal tentang cara mengelola hutan secara berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah mengembangkan status perlindungan hutan dan menemukan cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

M14-09Editor: wah, Sumber : PHYSORG

26 November 2009

Manca Negara : New Orleans : Ribuan Mahluk Aneh Ditemukan di Kegelapan Samudera

(www.kompas.com, 25-11-2009)
NEW ORLEANS, KOMPAS.com - Makhluk-makhluk asing dengan bentuk tubuh yang aneh ditemukan dari dasar samudera selama survei kelautan terakhir. Ada timun laut transparan bersulur, ikan yang mengepakkan sepasang sirip besar seperti telinga 'dumbo' karakter gajah Walt Disney, dan cacing tabung yang memakan minyak.Laporan yang dikeluarkan hari Minggu (23/11) itu mencatat, 17.650 spesies yang hidup di bawah 656 kaki (kira-kira 200 m) dari permukaan laut, di tempat yang tak tersentuh cahaya matahari.


Penemuan ini merupakan hasil terbaru dari sensus 10-tahunan bagi satwa laut."Bagian-bagian dari dasar lautan yang tadinya kita kira serupa ternyata sangat kompleks," kata Robert S. Carney, pakar oseanografi dari Universitas Negara Bagian Louisiana dan juga peneliti terkemuka mengenai dasar lautan.Ribuan spesies lautan bertahan hidup di kedalaman samudera yang gelap gulita dengan cara mengkonsumsi bahan-bahan yang membusuk yang perlahan tenggelam termasuk tulang-belulang dari ikan paus. Menurut laporan itu, minyak dan metana juga menjadi sumber energi untuk penghuni dasar lautan ini.Dengan laporan ini, para peneliti telah menemukan sekitar 5.600 spesies baru di samping 230.000 yang telah tercatat sebelumnya. Mereka memperkirakan daftar spesies baru yang ditemukan akan bertambah beberapa ribu lagi menjelang bulan Oktober 2010, ketika sensus akan diselesaikan.

Para ilmuwan juga mengaku telah menemukan 5.722 spesies hidup di kedalaman ekstrim samudera, di perairan yang lebih dalam dari 3.280 kaki (kira-kira 975 m)."Dasar lautan tadinya dianggap seperti gurun tanpa penghuni hingga akhir-akhir ini; cukup mengagumkan untuk mendokumentasi lebih dari 20.000 jenis spesies di daerah yang tadinya disangka tak berkehidupan," kata Jesse Ausubel dari yayasan Alfred P. Sloan, sponsor dari sensus ini. "Dasar lautan adalah daerah yang paling sedikit terjelajah di bumi," tambahnya. Para ilmuwan menyatakan saat ini diperkirakan ada lebih dari sejuta spesies laut yang masih tak diketahui.

Bandingkan dengan daratan, di mana para pakar biologi telah mendaftar sekitar 1,5 juta flora dan fauna. Lebih dari 40 spesies baru karang didokumentasikan di pegunungan di dasar lautan, dan juga hamparan brittlestar dan anemon seluas kota-kota. Hampir 500 spesies baru, mulai dari mahluk sel tunggal hingga cumi-cumi besar telah ditemukan di kedalaman dataran dan palungan samudera.Satu penemuan penting lainnya adalah bahwa 170 spesies baru tersebut mendapatkan energi dari bahan kimia yang dikeluarkan dari lubang-lubang di dasar samudera.

Salah satunya adalah familia 'kepiting yeti', yang berbulu halus di kaki-kakinya."Di tengah Samudera Atlantis, para peneliti menemukan 40 spesies baru dari total 1.000 yang ada," kata Odd Aksel Bergstad, pakar oseanografi dari Universitas Bergen, Norwegia, yang berada di kepulauan Azores ketika diwawancara lewat telepon."Saya terkejut menemukan banyaknya kehidupan di tengah samudera," katanya.

"Bahkan tak ada peta yang bagus untuk daerah ini. Pemahaman kita ada keanekaragaman biologis di sini sangat terbatas," jelasnya.Lebih dari 2.000 ilmuwan dari 80 negara sedang bekerja untuk mengkatalog spesies-spesies di lautan. Namun, meneliti jurang dasar laut cukup mahal dan sulit karena membutuhkan kamera untuk kedalaman ekstrim, sonar, dan kendaraan kendali jarak jauh yang memakan 50.000 USD per hari.Begitu sensus selesai, direncanakan penerbitan tiga buku: survei populer satwa laut, lalu buku kedua dengan bab terpisah untuk tiap grup kerja, dan yang ketiga berfokus pada keanekaragaman biologis.
C17-09, Editor: wah, Sumber : AP

15 November 2009

Keerom : Pengetahuan Teknik Budidaya Perikanan Perlu Ditingkatkan

(www.cenderawasihpos.com, 14-11-2009)
KEEROM- Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Keerom, Ir Robert Purwoko, M.Si, mengatakan agar usaha budidaya ikan air tawar masyarkat di Kabupaten Keerom berhasil, maka pengetahuan masyarakat tentang tehnik budidaya perikanan harus ditingkatkan. Selain itu, masyarakat juga harus memahami jenis ikan apa yang cocok dibudidayakan di daerah ini dan yang paling laku di pasar.

”Bisa jadi ikan air tawar yang cocok dan berhasil dibudidayakan di suatu daerah belum tentu cocok untuk daerah yang lainnya karena banyak factor yang mempengaruhi. Faktor tersebut antara lain kualitas air, suhu lingkungan, serta kondisi kolam yang ada,”ungkap Robert Purwoko, disela-sela memberikan keterangan kepada masyarakat di Distrik Waris,.

Menurut Robert, para petani ikan juga harus memperhatikan sejumlah faktor lain yang mempengaruhi budidaya ikan. Sebab, setiap jenis ikan memiliki spesifikasi yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum memulai usaha perikanan air tawar ini, masyarakat diharapkan sudah menguasai teknik budidaya ikan yang baik, agar lebih muda dan berhasil dalam pengelolaannya. Sama seperti ternak lainnya, ikan juga bisa stress bila kondisi lingkungannya tidak mendukung.

”Selain stabilitas harga benih ikan, ikan yang akan dibudidayakan sebaiknya memiliki nilai ekonomis yang tingi, tujuannya adalah supaya ikan yang dihasilkan tetap laku di pasaran dengan harga yang bagus, meski dijual dalam bentuk benih atau ukuran konsumsi, ”tuturnya.

Kata Robert, khusus untuk Kabupaten Keerom sendiri, masyarakat atau peternak ikan air tawar dapat memperoleh bibit ikan di Balai Benih Ikan Tawar (BBI) yang berlokasi di Kampung Wembi, Distrik Arso Timur.“Kami sudah siapkan benih ikan di BBI, kini tergantung masyarakat saja, jika ingin berusaha di bidang budidaya ikan air tawar, dalam rangka menambah penghasilan, silahkan saja hubungi kami,”paparnya.(cak/tri) (scorpions)

Keerom : Petani Harus Waspadai Bibit dan Pupuk Palsu

(www.cenderawasihpos.com, 14-11-2009)
KEEROM- Kepala Dinas Perkebunan dan kehutanan Kabupaten Keerom, Ir.Sidik Pujiadi, MSi meminta kepada masyarakat petani untuk mulai mewaspadai beredarnya bibit dan pupuk palsu ditengah masyarakat. Sebab, dengan persaingan usaha yang ada saat ini, bukan tidak mungkin ada oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang mencari keuntungan dengan menjual bibit dan pupuk palsu, terutama untuk bibit kakao/coklat.

"Kondisi yang terjadi akhir-akhir ini, dimana karena permintaan bibit kakao sangat tinggi begitu juga dengan pupuk tanaman, menyebabkan banyak juga distributor yang menggunakan kesempatan. Oleh karena itu, saya berharap petani di Keerom harus berhati-hati,"ungkap Sidik di sela-sela mengikuti Turkam Bupati di Distrik Waris.

Sidik mengungkapkan bahwa pihaknya pernah didatangi seorang petani yang berada di Distrik Waris, petani tersebut memberitahukan bahwa dirinya sempat ditawari dari seseorang yang mengaku memiliki jaringan dengan sumber bibit kakao bahkan pupuk, dengan janji yang sangat menggiurkan. Bibit dan pupuk tersebut dikatakan dari Pusat Penelitian di Bandung, sehingga petani tersebut tergiur lalu memesan. Sayangnya saat ditanam, ternyata hasil yang dihasilkan tidak begitu bagus, bahkan pohonnya langsung mati.

"Saya sarankan jika ingin mendapat bibit, maka terlebih dahulu koordinasi dengan kami, jangan sampai petani tertipu, bukan saja terhadap bibit kakao namun juga terhadap tanaman lainnya," jelasnya.Kata Sidik, ada modus lain untuk pengedaran bibit palsu tersebut, antara lain dengan mengklaim bibit yang ditawarkan dari luar negeri, misalnya berasal Malaysia atau Papua New Guinea. Bibit palsu tersebut ada yang dikemas sedemikian menarik serta menggunakan label berbahasa asing tujuannya agar konsumen yakin bahwa bibit tersebut berasal dari luar negeri. "Banyak cara yang digunakan oleh oknum pemasok palsu tersebut, sehingga saya sarankan, sebelum membeli bibit atau pupuk tersebut, terlebih dulu koordinasi dengan kami, demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,"tandasnya. (cak/tri) (scorpions)

05 November 2009

Sentani : Produksi Kakao Diminta Ditingkatkan

(www.cenderawasihpos.com, 04-11-2009)
SENTANI- Untuk kepentingan peningkatan pendapatan (in come) masyarakat, hasil-hasil produksi kakao diharapkan bisa ditingkatkan dan dikembangkan menjadi produk olahan industri yang siap dipasarkan untuk skala nasional maupun ekspor.

Hal tersebut dikatakan Tunggul Dwi Wicaksono, Konsultan di bidang Industri pada presentasi Pengkajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Jayapura di Ruang Rapat Dinas Industri, Perdagangan dan UKM, Selasa ( 3/11) kemarin.Menurut Tunggul, berdasarkan hasil survey dan kajian di lapangan, kakao merupakan salah satu produk unggulan dan sangat potensial yang dimiliki Kabupaten Jayapura. Bahkan untuk kepentingan produk olahan berskala industri, baik mikro maupun makro, daerah ini memiliki kemampuan untuk menyediakan pasokan bahan baku.

“ Jika dilihat dari potensi lahan kakao yang dimiliki masyarakat, kami yakin daerah ini mampu menyediakan pasokan bahan baku untuk diolah menjadi produk berkala industri. Hanya saja untuk mewujudkan ini dibutukan sarana dan prasarana seperti tehnologi tepat guna,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Diungkapkan, berdasarkan hasil kajian kompetensi inti industri yang dilakukan di 30 kabupaten termasuk Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayapura termasuk salah satu daerah yang memiliki produk unggulan dan bisa dikembangkan menjadi produk berskala industri baik berskala mikro maupun makro.Sementara itu, Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Jayapura Drs. Mustaming, MM menambahkan, kegiatan sehari ini diikuti sejumlah instansi teknis khususnya yang membidangi masalah produksi, seperti dinas perkebunan, perikanan dan kelautan, peternakan, dan Pertanian dan Holtikultura.

“Diharapkan melalui kegiatan ini akan tersusun dokumen yang memuat tentang identifikasi kompetensi inti industri daerah serta rencana aksi (rencana implementasi) melalui proses partisipasi dan konsultatif dengan berbagai stake holder di daerah ini,” pungkasnya. (mud/tri) (scorpions)

04 November 2009

Manca Negara : Inggris : Amfibi Paling Rentan Kepunahan

(www.kompas.com, 03-11-2009)
LONDON, KOMPAS.com - Lebih dari sepertiga spesies yang diperiksa dalam sebuah studi keanekaragaman hayati internasional disimpulkan terancam kepunahan, demikian diungkap para peneliti. Dari 47.677 spesies yang masuk Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN, 17.291 di antaranya dinilai sangat terancam.

Jumlah ini termasuk 21 persen jenis mamalia, 30 persen jenis ampibi, 70 persen jenis tumbuhan, dan 35 persen jenis hewan bertulang belakang.
Ahli lingkungan memperingatkan tidak cukup ada upaya untuk mengatasi ancaman utamanya, antara lain hilangnya habitat mahluk hidup ini. "Bukti ilmiah menunjukkan naiknya tingkat krisis," kata Jane Smart, direktur kelompok konservasi keragaman hayati International Union for the Conservation of Nature's (IUCN).

"Analisa terakhir... menunjukkan bahwa target 2010 untuk mengurangi hilangnya tingkat keragaman hayati tidak akan tercapai," tambah Smart.
"Ini saatnya pemerintah mulai bertindak serius tentang upaya menyelamatkan spesies dan memastikan upaya ini ada dalam agenda tahun depan, karena waktu makin sempit," imbuhnya.
Daftar Merah, dipandang sebagai upaya pencatatan paling otoritatif terhadap keadaan spesies di Bumi, dengan mengumpulkan hasil dari ribuan ilmuwan seluruh dunia.

Catatan terakhir menunjukkan bahwa kelompok amfibi sebagai kelompok organisme di planet ini, dengan 1.895 dari 6.285 spesies yang dicatat paling terancam.

02 November 2009

Nasional : Hari Cinta Puspa dan Satwa Diperingati Serentak 5 Nopember

(http://www.kompas.com/, 01-11-2009)
JAKARTA, KOMPAS.com- Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyatakan, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2009 akan diperingati serentak di seluruh daerah dan para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia. Menteri Negara Lingkungan Hidup (MenLH) Gusti Muhammad Hatta dalam jumpa pers di Kantor KLH di Jakarta, Jumat (30/10), mengatakan, peringatan puncak HCPSN 2009 akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 November 2009.

Gusti mengatakan, dengan HCPSN Indonesia berusaha menjaga keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia sebagai satu modal utama pembangunan. Pada peringatan puncak HCPSN 2009, Presiden Yudhoyono akan menyematkan Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan bidang lingkungan hidup, penyerahan penghargaan "Raksaniyata" dari program Menuju Indonesia Hijau (MIH), dan penandatanganan Sampul Hari Pertama prangko seri puspa dan satwa.

Sekretaris Menteri LH Arif Yuwono mengatakan ada delapan orang nominator penerima Tanda Kehormatan Satyalencana, akan tetapi nama nominator belum bisa dipublikasikan. Penghargan itu merupakan penghargaan dari Presiden RI terhadap orang per orang penerima Kalpataru selama lima tahun berturut-turut.

Sedangkan Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup KLH, Masnellyarti Hilman mengatakan ada 11 kabupaten yang dinominasikan mendapat penghargaan konservasi dan perlindungan lingkungan hidup "Raksaniyata". Akan tetapi karena masih dalam nominasi, Masnellyarti yang akrab dipanggil Nelly mengatakan pihaknya belum dapat menyebutkan kesebelas kabupaten tersebut.

Penghargaan Raksaniyata merupakan penghargaan dari program Menuju Indonesia Hijau (MIH) yang merupakan instrumen pengawasan terhadap pelaksanaan penaatan di bidang konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan bagi pemerintah kabupaten di seluruh Indonesia. Ketua Panitia HCPSN 2009, Aulia Esti mengatakan ada berbagi kegiatan yang dilakukan, misalnya workshop dan pelepasan burung langka Curik Bali oleh APCB (Asosiasi Pelestari Curik Bali) dan Departemen Kehutanan, Lomba Foto Satwa Nasional 2009 yang digelar oleh Taman Safari Indonesia, Pekan Flora Fauna Nasional yang diadakan Yayasan Kehati.

Selain itu juga ada kegiatan penanaman pohon, pembuatan lubang biopori, pemilahan sampah dan pembautan transplant karang. Aulia mengatakn HCPSN 2009 bertema "Lindungi Puspa dan Satwa Nasional sebagai Cermin Peradaban Bangsa". C12-09, Editor: msh, Sumber : ANT

15 October 2009

Manca Negara : Amerika : Ini Dia Laba-laba Vegetarian Pertama di Dunia


(www.kompas.com, 14-10-2009)
JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir semua spesies laba-laba merupakan jenis predator yang memangsa hewan lainnya, dari serangga sampai burung. Di antara lebih dari 40.000 spesies laba-laba yang ada di dunia, laba-laba yang baru ditemukan ini mungkin jenis pertama diketahui makan tumbuh-tumbuhan.

Hewan berkaki delapan yang diberi nama Bagheera kiplingi itu, hidup di Amerika Tengah khususnya Meksiko dan Costa Rika. Laba-laba vegetarian yang besar tubuhnya hanya seukuran kuku orang dewasa itu memangsa ujung daun akasia.

"Ini benar-benar laba-laba pertama yang diketahui memangsa tumbuh-tumbuhan. Ia juga laba-laba pertama yang diketahu menjadikan tumbuh-tumbuhan sebagai mangsa pokoknya," ujar Christopher Meehan dari Universitas Villanova, Pennsylvania, AS yang melaporkan penelitian tersebut bersama peneliti lainnya dalam jurnal Current Biology edisi teranyar. Ia mengatakan hampir semua buku teks laba-laba tak ada yang pernah menyatakan ada laba-laba pemakan tumbuh-tumbuhan.

Dalam memperoleh sumber makanan ia cukup dibantu peran semut penjaga yang hidupnya juga di pohon akasia. Pasalnya dengan semut yang menguasai akasia, tidak ada herbivora lainnya yang berani mendekat. Namun, karena semut juga makan ujung daun, selain nektar, laba-laba harus melakukan strategi khusus.

Saat berburu mangsa, laba-laba tersebut harus menghindari smeut penjaga dengan memanfaatkan jaringnya untuk bergerak naik turun. Laba-laba juga membangun sarangnya di pangkal daun akasia tua yang jarang sekali dilalui semut.

Selain memangsa ujung daun, laba-laba tersebut sebenarnya masih memangsa lainnya seperti larva semut dan nektar. Saat memengsa semut mereka akan berpura-pura menjadi semut dengan melakukan gerakan zig-zag.

Meski demikian, pengamatan yang dilakukan menggunakan rekaman video dan analisis kimia menunjukkan laba-laba tersebut tetap mendapatkan sebagian besar makanan dari tumbuhan. Populasi di Meksiko memperoleh 90 persen makanan dari jaringan tumbuhan dan sisanya larva semut, nektar, dan lainnya. Sementara populasi di Kosta Rika memperoleh 60 persen makanan dari daun akasia.

WAH
Sumber : LIVESCIENCE

10 October 2009

Nasional : Enam Kanguru Australia Tiba di Indonesia

(www.kompas.com, 10-10-2009)
Bogor (ANTARA News) - Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam, sebanyak enam ekor Kanguru (grey kangaroo) betina yang merupakan hibah pemerintah Australia melalui Kebun Binatang Australia yang dikelola mendiang Steve "Crocodile Hunter" (pemburu buaya), Sabtu petang tiba di Jakarta.

Kedatangan enam ekor Kanguru itu disertai tiga staf Kebun Binatang Australia yakni Dr Tim Potas, Lauire Pond dan Kelsey didampingi Direktur lembaga konservasi satwa "ex-situ" (di luar habitat) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Tony Sumampau.

Setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta sejak diberangkatkan dari Perth pada Sabtu siang, kemudian satwa endemik Australia itu langsung dibawa melalui jalan darat menuju pusat karantina di TSI Cisarua di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Menurut Tony Sumampau, keenam ekor Kanguru tersebut selama kurang lebih sepekan akan ditempatkan di pusat karantina satwa milik TSI guna memberikan kesempatan adaptasi satwa tersebut.

"Agar bisa beradaptasi dengan baik, maka Kanguru itu akan berada di pusat karantina selama sepekan, baru setelah itu akan kita tampilkan kepada masyarakat secara terbuka," kata Tony Sumampau, yang juga menjabat Koordinator Umum Foksi (Forum Konservasi Satwaliar Indonesia).(*)

15 September 2009

Nasional : Ikan Purba Coelacanth Ditemukan Lagi

(www.kompas.com, 15-09-2009)
KOMPAS.com - Peneliti Indonesia dan peneliti dari Fukushima Aquamarine, Jepang, Senin siang tadi menemukan keberadaan ikan purba coelacanth di perairan Talise, Minahasa Utara, pada kedalaman 155 meter. Ikan ditemukan pada hari pertama tim yang bekerjasama beberapa kali itu memulai penelitiannya menggunakan wahana bawah laut tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV).

Pada siarannya melalui surat elektronik Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FPIK) Universitas Sam Ratulangi Prof Alex Masengi mengatakan, perjumpaan itu terjadi pada jam pertama penelitian di hari pertama. "Ikan dalam keadaan hidup dan tetap bebas di habitatnya," tulisnya.

Kelompok peneliti yang sama, 27 Juni 2007 lalu, juga menemukan ikan coelacanth di perairan Malalayang, Teluk Manado, Sulawesi Utara. Pada kedalaman 190 meter. Secara teori, habitat ikan coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius.

Ikan coelacanth hanya hidup di kawasan perairan barat Afrika Selatan dan kawasan timur Indonesia. Ikan coelacanth juga disebut sebagai ikan purba, karena diduga sudah ada sejak era Devonian sekitar 380 juta tahun silam. Dan, hingga kini bentuknya tidak berubah.

Para ahli sepakat, berbagai keunikan yang ada pada coelacanth yang belum terungkap merupakan kunci tabir evolusi makhluk bawah air. Karenanya, banyak ahli ikan dunia berlomba-lomba meneliti dan mengoleksi ikan tersebut, termasuk Jepang.

13 September 2009

Nasional : Gila, 101 Binatang Langka Diselundupkan

(www.kompas.com, 12-09-2009)
AMBON, KOMPAS.com - Polres Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, menggagalkan penyelundupan sebanyak 101 binatang dilindungi yang akan dibawa ke luar daerah itu dari pelabuhan Dobo, ibukota Kabupaten setempat pada 4 September.

Kapolres Kepulauan Aru AKBP Solihin ketika dikonfirmasi, Jumat (11/9), membenarkan digagalkannya penyelundupan hewan-hewan tersebut.

Menurut Solihin, hewan yang akan diselundupkan tersebut terdiri atas 58 kanguru, 18 burung kakatua jambul kuning, 12 kakatua jambul biru, 11 kakatua jambul putih, dan dua ekor kakatua jambul hitam.

"Hewan tersebut diamankan diatas kapal PT Pelni KM Abdi Sejahtera yang biasanya berlayar tujuan Surabaya - Jakarta," ujarnya.

Kapolres mengatakan seseorang bernama AB, yang menjadi orang suruhan seseorang lain yang dicurigai menjadi oknum penyelundupan hewan tersebut sudah dimintai keterangan.

Tapi polisi belum mengungkapkan nama orang yang diduga menyuruh AB. Orang itu diduga sudah sering melakukan perbuatan tersebut.

"101 binatang tersebut telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam Dobo untuk selanjutnya dikembalikan ke habitatnya agar tidak terancam punah karena merupakan hewan dilindungi," kata Kapolres.

Dia mengakui aksi penyelundupan binatang kali ini termasuk terbesar jumlahnya dibanding sebelumnya. Biasanya, penyelundupan hewan dilindungi hanya satu atau dua ekor dengan maksud sebagai cinderamata dari Kepulauan Aru.

"Jenis binatang tertentu bisa keluar dari Dobo dengan konsekuensi harus memiliki surat ijin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat," ujar Kapolres.

Kepulauan Aru yang kaya sumber daya hayati laut, terutama ikan di Laut Arafura juga merupakan surga pencurian hewan dilindungi. Sejumlah pulau di Kepulauan Aru juga dikenal sebagai tempat pencurian penyu, seperti di dua pulau terluar yang berbatasan dengan Australia, yakni pulau Enu dan Karang.

BNJ, Sumber : Antara

10 September 2009

Nasional : Komodo hewan kebanggaan dunia yang rentan punah


(www. duniaveteriner.com, 09-09-2009)
Kita tentu saja mengenal komodo. Ya, pulau komodo dan komodo adalah nominasi keajaiban dunia. Artinya, komodo bukan hanya hewan kebanggaan Indonesia, tetapi juga kebanggaan dunia.

Penyelundupan satwa-satwa makin marak di negara kita, oknum-oknum melakukan perdagangan satwa sangat terorganisir, rata-rata pembelinya dari luar negeri. Disinyalir cara pengiriman satwa dari Indonesia ke luar negeri dengan cara diselundupkan tanpa diketahui dan berjalan mulus, karena ada pihak-pihak yang mengorganisir kegiatan ini, dari dalam negeri maupun luar negeri.

Hewan Komodo atau disebut juga Varanus komodoensis merupakan species kadal terbesar di dunia yang panjangnya sekitar 2 – 3 m. Nama panggilan komodo di daerah setempat yaitu ora. Komodo adalah anggota famili dari biawak varanidae dan klad toxicofera, termasuk kadal terbesar di dunia.

Didunia ini, Komodo hanya ada di daerah Nusa Tenggara yaitu di pulau Komodo, Padar, Rinca, dan di beberapa pulau kecil di selat antara Sumbawa dan pesisir barat serta Flores. Komodo hidup di dalam liang-liang tanah dengan menggali lubang menggunakan cakar dan tungkai depannya. Walaupun tubuhnya besar dengan berat sekitar 70 Kg namun komodo dapat berlari cepat dengan kecepatan 20 Km/ jam pada jarak yang dekat. Komodo ini dikategorikan satwa atau spesies yang rentan kepunahan oleh IUCN, karena tindakan manusia yang mengakibatkan menyusutnya habitat komodo.

Tidak henti-hentinya, website dunia veteriner meminta dan mengajak kepada anda semua untuk mencegah satwa punah agar anak cucu kita tidak hanya melihat foto-foto satwa yang terpajang gambarnya di museum, karena sudah mengalami kepunahan. Mulai dari diri kita sendiri, lingkungan dan mulai saat ini kita cegah kepunahan satwa !

Nasional : Peraturan-Peraturan Menteri Kehutanan Terbaru

08 September 2009

Yahukimo : Pemkab Yahukimo Intensifkan Tim Penyuluh Pertanian, Terutama di Daerah yang Gagal Panen

(www.cenderawasihpos.com, 07-09-2009)
YAHUKIMO-Guna lebih memberikan pengetahuan dan pembinaan kepada masyarakat, khususnya para petani yang ada di tingkat distrik dan kampung, Pemerintah Kabupaten Yahukimo melalui Dinas Pertanian, Perikanan dan Perkebunan akan lebih mengintensifkan penyuluh ke daerah-daerah terutama yang belum dijangkau. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kabupaten Yahukimo, Ir Ismail Tokan kepada Cenderawasih Pos di Dekai Yahukimo baru-baru ini.

Dikatakan, hal ini dilakukan untuk memberikan pembinaan kepada petani, mengingat beberapa distrik saat ini mengalami gagal panen. " Penyuluhan ke petani akan kami intensifkan, terutama daerah yang saat ini gagal panen, dimana dalam penyuluhan itu, petani akan mendapatkan bagaimana cara bercocok tanam yang baik, proses pemeliharaan dan hal lain yang berhubungan dengan pertanian,"ujarnya.

Terkait hama yang menyerang tanaman petani di beberapa distrik, pihaknya akan melakukan pengujian terhadap tanaman tersebut. "Kami akan bekerjasama dengan peneliti dari Badan Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) yang ada di Sentani, dimana dengan pengujian tersebut kami akan mengetahui jenis penyakit atau hama yang menyerang tanaman tersebut,"imbuhnya.
Sambil menunggu hasil ujian kata dia, pihaknya akan menyediakan bibit baru dan obat-obat yang tidak bersifat sistematik yaitu melakukan penyemprotan satu bulan sebelum penanaman dan satu bulan sudahnya.

Mengenai varitas unggulan yang pernah didatangkan, Ismail mengungkapkan, 2007 dan 2008 lalu, pihaknya mendatangkan dua jenis varitas yaitu heleleke dan solossa, hanya saja kedua varitas tersebut saat ini tidak menghasilkan lagi.

"2007 dan 2008 lalu, kami mencoba datangkan dari daerah lain yaitu Heleleke dan Solossa, di beberapa daerah memang baik, misalnya di Anggruk mereka menggunakan dua varitas tersebut, tetapi untuk Heleleke sudah tidak menghasilkan, sedangkan yang masih bertahan yaitu varitas solossa namun hasilnya sudah kurang maksimal,"ujarnya.

Oleh karena itu kata dia, dalam waktu dekat, pihaknya juga akan mendatangkan bibit baru yang produktif dari Dekai dan Wamena ke daerah-daerah yang gagal panen. (lmn/ary)

Biak : Di Pulau Mapia, Air Bersih Diduga Tercemar Logam Berat

(www.kompas.com, 07-09-2009)
BIAK-Air bersih yang selama ini dikomsumsi masyarakat di Kepulauan Mapia diduga tercemar logam berat. Dari hasil pengujian laboratorim di Balai POM Jayapura terhadap sejumlah sampel yang diambil oleh Dinas Kesehatan dan Dinas PU Kabupaten Supiori, hasilnya dinyatakan positif air di Kepulauan Mapia mengandung logam berat.
Meski hasil pemeriksaan awal terhadap sejumlah sampel tersebut dinyatakan positif mengandung logam, namun hal tersebut nampaknya belum bisa langsung dijadikan acuan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori rencananya akan mengambil ulang sampel di wilayah tersebut.

‘’Memang dari informasi yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan lewat hand phone, hasil pengujian terhadap sampel air bersih di Pulau Mapia yang dilakukan di Laboratorium Balai POM hasilnya positif mengadung logam berat,” ujar Wakil Bupati Biak Numfor Julianus Mnusefer, S.Si saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, kemarin.

Dikatakan, pengujian ulang yang akan dilakukan untuk memastikan apakah benar-benar air di Pulau Mapia itu mengandung logam berat. Jika memang dalam pengujian ulang itu dinyatakan positif mengandung logam berat, maka akan dilakukan upaya-upaya penanganan lebih lanjut, atau meminimalisir kandungan logam berat dalam air tersebut.
‘’Kalau dilihat dari jenis airnya, air di Pulau Mapia ini bersih. Bahkan selama ini masyarakat yang mengkomsumsinya sehat-sehat saja. Tidak ada kelainan secara fisik di masyarakat, oleh karena itu untuk memastikannya maka akan dilakukan pengujian ulang,”ujarnya.

Dari hasil pengujian tersebut, lanjut Wabup, juga belum ditegaskan bahwa kalau memang itu logam berat disebabkan oleh apa. Apakah memang ada kandungan logam di wilayah kepulauan dan perairan Mapia atau peninggalan perang dan sejumlah lainnya, hal itu belum bisa dipastikan.

Jika memang itu terjadi, maka dampaknya adalah bayi dalam kandungan bisa cacat, keguguran bagi ibu hamil, kebutaan, cacat pada bayi dan sejumlah efek negatif lainnya. Hanya saja, tanda-tanda seperti itu tidak dialami masyarakat di Mapia.

‘’Selama ini masyarakat di Pulau Mapia sehat-sehat saja, tidak terjadi kegururan, kebutaan dan efek lain.Oleh karena itu akan diambil sampel ulang untuk diuji. Dan kalau itu benar, pemerintah tetap akan mengambil upaya-upaya nyata supaya diminimalisir kandungannya, atau upaya lain,” tandas Wabup.(ito)

Nasional : Tomohon Menyajikan Surga Dunia

(www.kompas.com, 07-09-2009)
TOMOHON, KOMPAS.com — Tak sekadar Bunaken dengan taman lautnya, bumi Nyiur Melambai memiliki bentangan alam pegunungan nan indah yang begitu mengagumkan. Tuhan telah menciptakan tanah bagi orang Kawanua ini penuh potensi, khususnya di sektor periwisata. Satu di antara tempat wisata yang menjadi andalan Kota Tomohon dikenal dengan sebutan Gardenia.

Revo, Public Relation Gardenia, mengatakan, tanah yang awal mulanya diperuntukkan sebagai tanah permukiman dan perkebunan pertanian ini dirancang sedemikian rupa hingga menjadi tempat yang asyik untuk tempat wisata.

"Gardenia merupakan wisata alam. Menyajikan panorama keindahan alam Tomohon serta kelestariannya," kata dia saat berbincang dengan Tribun Manado di ruang Gardenia Kitchen, Kelurahan Kakaskasen II, Rabu (2/9).

Keasrian betul-betul terjaga saat mengelilingi lokasi wisata alam Gardenia. Rimbunan pohon yang menghijau begitu terasa. Suasana kesejukan dengan tampilan bangunan rumah kayu (rumah adat) Minahasa memberikan kegembiraan hati yang memandanginya. Tak hanya itu, rerumputan disertai tetumbuhan bunga-bungaan menjadikan atmosfer Gardenia seakan sebagai lokasi surgawi dunia.

"Kami menanam banyak jenis bunga. Beragam jenis yang ditanam seperti di antaranya ada Condyline fruitcosa, Spathoglottis plicata, lavender. Pokoknya semua bunga diberi nama agar pengunjung mengetahui," urainya.

Bahkan berkat hal itu, makhluk lain, seperti burung-burung, tak sungkan menyambangi lokasi Gardenia. Kicauan ceria menandakan burung nyaman berada di Gardenia.

Selain menyajikan suguhan alam, Gardenia menyediakan tempat hunian penginapan berkonsep natural. Setiap pengunjung yang ingin menginap tidak perlu memusingkan mencari makan dan minum karena semua tersedia secara lengkap. "Pastinya tidak akan menyesal. Penginap bisa sekaligus merasakan alam Lereng Gunung Lokon dan tepian Kota Tomohon," ucap Revo.

Untuk kulinernya, Revo menjelaskan, bahan-bahan makanan langsung diambil dari perkebunan yang ada di Gardenia. Perkebunan itu tidak memakai pestisida karena lebih mengutamakan nilai kealamiannya. "Masakan rumah penginapannya ialah menu makanan bahan-bahan organik dengan beragam variasi. Kami betul-betul memerhatikan kesehatan," katanya.
Sumber : Tribun Manado

02 September 2009

Manca Negara : Spanyol : Udang Baru Tanpa Mata Ditemukan

(www.kompas.com, 01-09-2009)
KOMPAS.com - Krustasea (udang-udangan) tanpa mata jenis baru ditemukan di goa bawah air terpanjang di dunia di Pulau Lanzarote yang masih wilayah Kepulauan Canary (kekuasaan Spanyol). Speleonectes atlantida, demikian nama hewan itu dinamai sesuai dengan tempat ditemukannya di Terowongan Atlantida, berukuran panjang 20 milimeter.

Makhluk aneh itu diduga termasuk kelompok udang purba yang dulu banyak berkeliaran di lautan Mesozoik lebih dari 200 juta tahun lalu. Makhluk tanpa tulang belakang itu termasuk ke kelompok krustasea unik yang disebut Remipedia. Jenis itu pertama kali diidentifikasi para ilmuwan tahun 1979.
Terdapat 22 jenis Remipedia yang sudah diketahui menghuni kegelapan perairan di goa-goa bawah air di seluruh dunia, mulai dari Bahama hingga barat Australia.

”Krustasea baru ini dilengkapi sengat tajam beracun yang berfungsi sebagai jarum injeksi,” ujar Stefan Koenemann dari Institute for Animal Ecology and Cell Biology University of Veterinary Medicine Hannover, Jerman. (INE)

28 August 2009

Jayapura : Lokasi BBI di Kampung Sereh Dibebaskan, Pemkab Bayar Ganti Rugi Rp 1,2 M

(www.cenderawasihpos.com, 27-08-2009)
SENTANI- Tanah seluas 3 Haktare di Kampung Sereh Distrik Sentani milik masyarakat suku Assa yang akan digunakan untuk lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jayapura, akhirnya telah dibebaskan dengana pemberian ganti rugi..

Proses pembayaran ganti rugi tanah senilai Rp 1,2 Miliar setelah dipotong pajak itu, dilakukan Wakil Bupati Zadrak Wamebu, SH, MM dan diterima langsung Kepala Suku Assa, Charlos Assa di Aula Kantor Bupati, Kamis (27/8).

Wakil Bupati Zadrak Wamebu mengungkapkan, pembelian tanah seluas 3 Ha itu, karena selama ini Pemkab belum memiliki lokasi BBI untuk kepentingan mensuplai bibit bagi para petani ikan. Sementara, penyediaan bibit yang ada saat ini, hanya mampu memberikan suplai benih ikan dalam skala kecil saja.

“Rencana pembuatan BBI di Kampung Sereh ini sebagai wujud komitmen pemerintah untuk membantu para petani ikan yang selama ini masih mengalami kekurangan suplai benih ikan air tawar,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Menurut Wabup, hampir di sepanjang pinggir danau Sentani, warga memiliki kolam peternakan ikan, namun di lokasi itu tidak ada tempat untuk pembenihan ikan. Karena itu, Pemkab perlu mencari lokasi untuk BBI agar aktifitas budidaya ikan air tawar masyarakat, dapat terus berlangsung.

“Dipilihnya Kampung Sereh sebagai lokasi BBI ini karena pembuatan BBI perlu sumber air tawar yang teratur dan sepanjang waktu terus ada. Sebab, BBI ini nantinya diharapkan akan mampu memberikan suplai benih ikan air tawar dalam skala besar, yakni tidak saja kepada masyarakat di wilayah Jayapura saja, tapi juga di luar Kabupaten Jayapura,” tandasnya. (mud)

27 August 2009

Jayapura : Peduli Lingkungan, Freeport Bantu 1700 Bibit Pohon

(www.kompas.com, 27-08-2009)
SENTANI- Sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian lingkungan alam, khususnya di wilayah Kabupaten Jayapura, PT. Freeport menyerahkan bantuan sebanyak 1700 bibit pohon jenis bintagor dan Matoa. Bantuan ini diserahkan Kepala Kantor Perwakilan PT. Freeport Indonesia Jayapura Anthon Raharusun kepada Bupati Habel Melkias Suwae, S.Sos. MM di Lapangan Apel Kantor Bupati Jayapura, Kamis ( 26/8) kemarin.

Selanjutnya, bantuan bibit tersebut secara serentak langsung ditanam Bupati dan diikuti Wakil Bupati, Kepala Freeport perwakilan Jayapura, dan seluruh pimpinan SKPD serta pegawai di lingkungan Kantor Bupati, Gunung Merah.

Anthon Raharusun mengungkapkan, pemberian 1700 bibit tanaman ini bagian dari komitmen Freeport untuk tetap melestarikan lingkungan, baik di areal Freeport sendiri maupun di luar.Pemberian bibit tanaman ini tidak saja di kabupaten Jayapura tapi juga di sejumlah daerah lain seperti di Sarmi.
“Kami melihat di Sarmi kondisi pantainya mengalami kerusakan akibat abrasi. Makanya untuk pencegahannya agar kondisinya tidak semakin parah, kami telah menyerahkan ribuan bibit Bintagor untuk ditanam di sepanjang pantai,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Menurut Athon, bantuan bibit ini merupakan komitmen Freeport dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam hal pelestarian lingkungan dan penghijauan. Bantuan Freeport ini, tidak dilakukan hari ini saja, tapi akan terus dilakukan dalam bentuk yang lainnya.

Baginya, alam adalah nafas kehidupan sehingga perlu terus dilestarikan agar kelangsungan hidup manusia tidak terganggu, karena rusaknya alam atau hutan.
Sementara itu, Bupati Habel Melkis Suwae, S.Sos, MM menyambut baik bantuan bibit tanaman ini karena sangat membantu dalam upaya menghijaukan lingkungan. Apalagi, beberapa waktu lalu, pihaknya dan sejumlah SKPD baru saja melakukan studi banding ke Kuala Kencana Timika tentang penataan wilayah perkotaan berwawasan lingkungan.

“ Di Kuala Kencana yang namanya kelestarian alam sangat terjaga sekali. Meskipun, disana ada pemukiman, Rumah Sakit, perkantoran, pusat perbelanjaan (Mall) dan jalan, namun kelestarian lingkungan alamnya tertata baik, termasuk sistem drainasenya. Sehingga konsep pembangunan berwawasan lingkungan ini yang perlu menjadi perhatian,” tandasnya.

Ditambakan, jika melihat kondisi di Kabupaten Jayapura, khususnya di Sentani, kondisi alamnya sepertinya agak rawan. Sebagai contoh, hujan sehari saja, dimana-mana ada genangan air dan sampah berserakan dimana-mana. (mud)

26 August 2009

Sarmi : Pemkab Akan Kembangkan Budidaya Tanaman Bintagor

(www.kompas.com, 25-08-2009)
SARMI-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sarmi berencana akan mengembangkan budidaya tanaman Bintagor mulai dari wilayah distrik hingga ke kampung-kampung.
Upaya itu akan dilakukan, sebab tanaman tersebut selain bermanfaat dalam mencegah abrasi Pantai, juga memiliki nilai ekonomi bagi keluarga.
Wakil Bupati Sarmi Berthus Kyeu-Kyeu mengungkapkan, manfaatkan paling utama dari jenis tanaman Bintagor itu adalah, hasil dari buah tanaman bintagor itu dapat diproduksi menjadi bahan bakar solar.

“Pertama kali kami mendapatkan bibit tanaman Bintagor itu dari Jogyakarta. Karena di daerah tersebut budidaya tanaman tersebut sudah berjalan dengan baik termasuk proses memproduksi buahnya menjadi bahan bakar solar,” ujar Berths Kyeu-Kyeu kepada Cenderawasih Pos belum lama ini.

Menurut Wabup, terkait dengan pembudayaan tanaman bintagor tersebut, saat ini pihak Freeport telah mengembangkan tanaman tersebut, termasuk pembuatan persemaian bibit. Bahkan, belum lama ini, Pemkab Sarmi telah mendapatkan sekitar 5000-an bibit untuk ditanam di sepanjang pantai.

Rencananya juga dalam waktu dekat ini kata Wabup, pihak Freeport akan kembali memberikan sekitar 25 ribu bibit untuk dikembangkan atau ditanamkan ke setiap kampung.
“Saya pikir ini merupakan peluang yang sangat baik, sehingga peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik. Sebab, jika tanaman ini sudah berkembang baik, warga bisa memetik hasilnya untuk dijual sehingga bisa menambah penghasilan bagi keluarga,” terangnya.

Dia menambahkan, setelah upaya pembudiayaan tanaman bintagor ini berjalan baik, maka langkah berikutnya adalah akan membangun mesin untuk memproduksi buah menjadi bahan bakar solar. (mud)

25 August 2009

Manca Negara : Amerika Serikat : Cacing Laut "Pengebom" Bercahaya

(www.kompas.com, 25-08-2009)
SAN DIEGO, KOMPAS.com - Ini bukan cacing biasa, tetapi cacing istimewa yang mengeluarkan cahaya warna-warni pada kedalaman laut lebih dari 3.500 meter.
Para peneliti dari Scripps Institution of Oceanography di Universitas California, San Diego, AS, menemukan keberadaannya ribuan kaki di bawah permukaan laut sisi barat dan timur laut Samudra Pasifik. Mereka menyebut kelompok cacing spesies baru Swima bombiviridis itu sebagai ”pengebom hijau”.

Bukan hanya tubuh yang bercahaya, tetapi bagian tubuh yang dilepaskannya pun hijau kemilau. Cacing berukuran 3/4 hingga 4 inci itu melepaskan bagian tubuhnya yang berwarna satu atau dua kali. Diameter bagian tubuh yang terlepas atau ”bom” itu antara 1-2 milimeter.


Para peneliti menginterpretasikannya sebagai mekanisme menghindari mangsa. Pasalnya, cacing-cacing itu langsung berenang menjauh seusai melepaskan ”bom”, yang bisa tergantikan lagi itu.
Ketua tim peneliti, Karen Osborn, menyatakan, cacing itu sebenarnya bukan binatang langka. Sering kali, melalui wahana bawah laut yang dikendalikan jarak jauh, mereka menemukan koloni serupa. Keunikannya, cara mengambil sampel di habitatnya itulah yang tidak mudah.

Kini tim peneliti memiliki sejumlah cacing di laboratorium. Salah satunya untuk mengetahui kandungan bahan kimia yang menghasilkan tubuh bercahaya. Temuan itu, lanjut Osborn, menjelaskan seberapa banyak informasi yang dunia ketahui tentang organisme dan keanekaragaman laut dalam. (GSA) Sumber : AP,BBC

24 August 2009

Manca Negara : Australia : Suara Kendaraan Ganggu Kehidupan Seks Katak

(www.kompas.com, 23-08-2009)
CANBERRA, KOMPAS.com — Bisingnya suara kendaraan ditengarai mengganggu aktivitas seks katak-katak yang hidup di sekitar perkotaan. Pasalnya, suara kendaraan itu mengaburkan panggilan cinta katak jantan pada betinanya.

Menurut para peneliti Australia, suara katak jantan adalah alat paling penting untuk menarik pasangannya untuk kawin. "Tapi suara bising kendaraan membuat panggilan itu tak terdengar dan mungkin menjadi penyebab mengapa populasi katak menurun," ujar ekologis Universitas Melbourne, Kirsten Parris, Jumat (21/8).

Katak-katak jantan biasanya berlomba mengeluarkan suara terbaik mereka untuk menarik betina. Katak dengan suara paling "merdu" akan mendapatkan kesempatan kencan dengan katak betina.

"Biasanya katak-katak yang mampu menghasilkan suara yang nyaring dengan ketukan singkat atau panjang atau kombinasi keduanya, menjadi petunjuk bahwa dia sehat dan kuat. Pejantan-pejantan tangguh inilah yang akan dipilih," lanjut Parris.

Namun, makin banyaknya kendaraan yang memunculkan suara bising telah mengganggu ritual bercinta para katak. "Banyak betina yang tidak berhasil menemukan pasangan karena mereka sulit menemukan pejantan yang memanggil-manggil. Akibatnya, jumlah mereka pun turun terus," katanya.

Adapun jenis katak yang paling terganggu adalah katak-katak yang suaranya tidak terlalu nyaring. Beberapa jenis katak beradaptasi dengan mempernyaring panggilannya, seperti katak pohon cokelat. Namun tetap saja, di bagian paling bising di kota, suara katak itu tidak lagi bisa didengar pasangannya dalam jarak lebih dari 19 meter.

Sedangkan jenis katak lain, suaranya bisa terdengar hingga 800 meter bila suasana sepi. Namun, panggilan itu hanya terdengar pada jarak 14 meter di sekitar jalanan yang ramai.

Dengan kondisi seperti ini, populasi katak terancam, dan mereka sepertinya harus pergi ke tempat-tempat sepi agar bisa mengajak pasangannya bercinta.

WSN, Sumber : AP

19 August 2009

Nasional : Perubahan Iklim dan Pembangunan Ancam Populasi Penyu Jantan

(www.kompas.com, 18-08-2009)

DENPASAR, KOMPAS.com — Berdasarkan hasil penelitian penyu dari Universitas Udayana Bali, penyu betina menguasai lebih dari separuh populasi penyu di habitat Jawa Timur, Papua, dan Sunda Kecil. Ini menjadikan ancaman bagi keseimbangan populasi penyu.


Menyusutnya jumlah penyu jan tan ini karena perubahan iklim dengan suhu yang semakin panas dan pembangunan yang kurang terkontrol di sekitar pesisir pantai. Sementara keberhasilan penetasan telur penyu menjadi jantan bergantung kepada suhu udara di dalam pasir pantai yang tidak lebih dari 28 derajat celsius hingga 29 derajat celsius dan berada di bawah pepohonan sekitar pantai.

"Manusianya untuk memperbaiki alam dan habitat penyu ini perlu terus ditumbuhkan. Karena, tidak mudah meremajakan pantai yang rusak sehingga penyu-penyu dapat bertelur dan menetas dengan baik," kata Koordinator Marine Turtle Training dan Research Centre Universitas Udayana drh IB Windia Adnyana PHd, di Denpasar.

Ia menambahkan, tingkat keberhasilan penetasan penyu turun dari 90 persen menjadi 70 persen setiap tahunnya sejak 10 tahun terakhir. Misalnya di Kepala Burung (Papua), keberhasilan penetasan telur mulai berkurang dari 500 ekor per tahun.

Menurut Windia, memperbaiki pantai akibat abrasi atau erosi dengan menambahkan pasir dari pantai lain tidak selamanya baik untuk pengembangbiakan penyu. "Termasuk konservasi penyu pun tidak semuanya positif jika tidak dibarengi dengan memperbaiki alam aslinya seperti devegetasi. Pepohonan sekitar pantai untuk penyu berlindung," ujarnya.

Penelitian dilakukan sejak Oktober 2008 hingga sekarang bekerja sama dengan WWF. Dalam penelitian tersebut, peneliti Udayana mengumpulkan sekitar 400 ekor sampel penyu yang diambil air liur, cukilan kulit, dan darah untuk tes genetika. Dana yang dihabiskan sekitar Rp 1,5 miliar.

Dalam penelitian tersebut juga menemukan adanya perbedaan genetika penyu dari satu daerah dengan daerah lainnya, baik penyu lekang (Lepidochelys oliviacea ), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Meski penyu menyukai datang ke pantai lainnya, ia tetap bertelur di tempat asal mereka.

Windia menjelaskan selama ini penyu dianggap memiliki satu genetika sama dan bisa bertelur di mana saja. Pada penelitian tersebut terungkap, penyu memiliki genetika berbeda dan ditemukan untuk kawasan Jawa Timur, Sunda Kecil, dan Papua terdapat tiga kelompok.

Tiga kelompok genetika penyu tersebut adalah kelompok pertama di Pantai Kepala Burung (Papua) dan Laut Arafuru. Kelompok kedua terbagi menjadi dua, yaitu Jawa Timur-Bali-Jawa Tengah (Cilacap), dan Jawa Timur-Australia Barat. Kelompok ketiga berada di Kalimantan Timur hingga Laut Sulu.

Ia berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. "Kami ingin masyarakat luas mengerti dan paham mengenai penyu agar tidak melakukan hal yang percuma. Pelestarian penyu tidak hanya sebatas tidak memakan dan mencuri telur atau dagingnya saja. Habitat dan lingkungannya yang rusak juga perlu diperbaiki," tegas Windia.

Di Pulau Dewata, masyarakat mulai tidak mengonsumsi daging penyu khususnya pada upacara adat atau keagamaan setelah dilarang oleh pemerintah. Kompyang Rata, pedagang sate lilit di Denpasar, mengaku kesulitan mendapatkan daging penyu kembali.

18 August 2009

Manca Negara : Filipina : David, Tanaman yang Doyan Tikus

(www.kompas.com, 17-08-2009)
KOMPAS.com - Tanaman mematikan yang memangsa tikus ditemukan oleh ilmuwan Inggris. Tanaman pemangsa raksasa ini diyakini merupakan tumbuhan perdu pemakan daging terbesar yang mengeluarkan cairan berupa asam, mirip enzim dari mulut daun. Binatang yang terpeleset masuk ke lubang mulut ini bakal mati karena cairan ini.

Para ilmuwan yang dikelapai ahli botani bernama Stewart McPherson dan Alastair Robinson menelusuri Gunung Victoria di Filipina setelah mendengar dari para misionaris di tempat itu bahwa ada tikus dimangsa tanaman.

McPherson menyebutkan, "Tanaman ini memroduksi jebakan yang spektakuler sehingga tak hanya serangga yang bisa tertangkap tetapi juga binatang pengerat. Luar biasa memang karena ini belum pernah ditemukan sampai abad 21."

Spesies mengagumkan dan jarang sekali ini telah dinamai penyiar terkenal Sir David Attenborough. McPherson mengaku "Tim dan saya telah menamai tanaman ini sekaligus untuk menghormati Sir David yang telah bekerja dan memberi inspirasi bagi keindahan dan keanekaragaman hayati dunia."

Tanaman yang digelari nama latin Nepenthes attenboroughii berwarna hijau dan merah dapat tumbuh di tempat beriklim panas. Namun hanya bisa ditemui di pegunungan seperti Gunung Victoria.

McPherson dan ahli botani dari Universitas Cambridge Robinson menemukan tanaman ini selama ekspedisi yang mereka lakukan di tahun 2007. Namun, mereka hanya bisa menggambarkan semak pemangsa ini dalams ebuah jurnal setelah tiga tahun mempelajarinya dari sekitar 120 spesies pemangsa yang ada.

Sementara itu Sir David (83) menyatakan terima kasih dan merasa tersanjung atas pemberian nama itu. "Saya telah dikontak oleh tim ilmuwan setelah mereka menemukan tanaman itu dan meminta agar nama saya bisa dipakai untuk menamai tanaman ini. Terima kasih atas semua itu. Saya tersanjung karenanya." jelas David.

ABD, Sumber : The Sun

15 August 2009

Nasional : Sembilan Menteri Tanda Tangani Deklarasi Pengelolaan Danau


(www.kompas.com, 14-08-2009)

Laporan wartawan KOMPAS Robertus Benny Dwi K.
SANUR, KOMPAS.com — Sebanyak sembilan menteri Kabinet Indonesia Bersatu menandatangani sebuah deklarasi tentang pengelolaan danau secara berkelanjutan di Sanur, Bali, Kamis (13/8).

Upaya mempertahankan, melestarikan, dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan sekitar danau itu dilatarbelakangi oleh degradasi lingkungan danau yang semakin kentara sekaligus sebagai langkah antisipasi terhadap dampak perubahan iklim.

Acara penandatanganan yang dilaksanakan dalam Konferensi Nasional tentang Danau di Indonesia itu hanya dihadiri empat menteri, yakni Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmato, Menteri Kehutanan MS Kaban, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Lima menteri yang berhalangan hadir adalah Menteri Pertanian, Menteri Dalam Negeri, Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam, serta Menteri Perikanan dan Kelautan. Seusai ditandatangani, nota deklarasi langsung diserahkan kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas Paskah Suzetta.

"Komitmen bersama ini adalah sesuatu yang harus dihargai setinggi-tingginya, karena selama ini sering terdapat perbedaan persepsi dalam pengelolaan danau. Komitmen ini akan menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka panjang nasional kita dengan porsi dana yang seimbang terhadap sektor-sektor lainnya," kata Paskah.

Deklarasi Bali terdiri dari tujuh butir komitmen, yakni komitmen terhadap pengelolaan ekosistem danau; pemanfaatan sumber daya air danau; pengembangan sistem monitoring, evaluasi, dan informasi danau; penyiapan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tehadap danau; pengembangan kapasitas, kelembagaan, dan koordinasi pengelolaan danau; peningkatan peran masyarakat; serta pendanaan yang berkelanjutan. Kesembilan menteri bersepakat untuk menjalin kerja sama secara sinkron dan sinergis untuk danau di Indonesia.

01 August 2009

Nasional : Menunggu Ujung Cerita Komodo Flores

(www.kompas.com, 31-07-2009)
Oleh Benny Dwi Koestanto dan Samuel Oktora

KOMPAS.com — Ibarat sebuah lakon, komodo (Varanus komodensis) saat ini sedang menjadi tokoh utama masalah lingkungan dan pariwisata nasional. Semua masih menunggu ujung ceritanya. Akan jadi manis atau jadi lelakon kontroversial sebagaimana tambahan 8 ekor gajah dari 31 gajah milik Taman Safari Bali di Kabupaten Gianyar kini.

Pekan lalu, Taman Nasional Komodo, salah satu habitat asli komodo di Nusa Tenggara Timur, diumumkan menjadi salah satu finalis Tujuh Keajaiban Dunia Baru yang digelar Yayasan Tujuh Keajaiban Dunia Baru.

Bersama 27 finalis lainnya, Taman Nasional Komodo telah menyisihkan 440 nomine dari 220 negara.

Namun, di internet, ajakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk mendukung pemilihan itu sama kencangnya dengan seruan penolakan rencana pemindahan 10 ekor atau 5 pasang komodo dari Wae Wuul, Manggarai Barat, Pulau Flores, NTT, ke Provinsi Bali. Di situs jejaring sosial Facebook, misalnya, seruan itu berbunyi tajam, yakni ”Tolak Rencana Pemindahan Komodo ke Bali”.

Rencana itu menjadi polemik terbaru tentang komodo, yang secara bersamaan juga terimbas masalah aktivitas pertambangan emas di wilayah Batugosok, yang juga terletak di Kabupaten Manggarai Barat.

Masyarakat NTT sejak awal menolak dengan tegas rencana ini. Mulai dari lembaga swadaya masyarakat pemerhati lingkungan, DPRD Kabupaten Manggarai Barat, kepala daerah di Flores, hingga DPRD dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya. Gerakan Pelestarian Komodo Flores, misalnya, menggalang aksi mengumpulkan tanda tangan sebagai bentuk penolakan rencana itu. Muncul penilaian, pemerintah pusat otoriter jika rencana itu benar-benar direalisasikan.

”Jika akan dipindah, sebaiknya jangan ke Bali karena habitat di sana sangat berbeda dengan habitat aslinya di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Pemurnian genetik itu tidak gampang, begitu pula memindahkan hewan ini,” ujar Bupati Manggarai Barat Wilfridus Fidelis Pranda.

Sejumlah kalangan juga menilai pemindahan komodo ke Bali dalam aspek pariwisata sangat merugikan NTT, dan Bali sekaligus. Flores kehilangan pesona komodonya, sedangkan keunikan seni tradisi dan wisata religi Bali ”teracak-acak” konsep supermarket wisata: puluhan gajah, komodo, dan entah apa lagi kelak....

Apalagi, proses pemurnian genetik itu kabarnya dijadikan atraksi wisata andalan oleh Taman Safari Bali. Dikhawatirkan wisatawan tak lagi berminat ke timur, mengunjungi habitat asli komodo di Flores.

Masyarakat Bali sudah mengambil hikmah dari polemik masuknya tambahan 8 ekor gajah ke Taman Safari Bali yang berujung pelarangan penambahan gajah ke Bali hingga selesainya kajian tentang daya dukung wilayah Bali sejak awal tahun ini.

Kajian terhadap daya dukung Bali itu, misalnya, seberapa besar sih minat turis menonton pertunjukan gajah di Bali? Apa tidak sulit mencari pakan bagi puluhan hewan besar itu? Dalam sehari, seekor gajah butuh kira-kira 2 kuintal makanan berupa pelepah kelapa, buah dan sayuran, serta rumput.

Harap dicatat, sampai saat ini di seluruh Bali sudah ada 86 ekor gajah yang ”dipekerjakan” di tiga taman wisata, yaitu 31 ekor di

Taman Safari Bali (di Lebih, Gianyar), sisanya ada di Taro Gajah Safari (Ubud, Gianyar), dan Bakas Adventures (Klungkung). Selain untuk atraksi wisata, gajah-gajah itu umumnya ditunggangi turis untuk bersafari keluar-masuk desa.

Kekhasan pariwisata Bali yang mengunggulkan wisata budaya dan religi sudah lama dikhawatirkan luntur dan luruh jika pengusaha wisata Bali mengadopsi atraksi wisata satwa seperti gajah dan komodo, juga segala hal, masuk ke sana. ”Bali itu terkenal karena budayanya, bukan karena gajah atau binatangnya. Pariwisata budaya itu sampai kapan pun harus tetap dipertahankan,” kata Gede Nurjaya, mantan Kepala Dinas Pariwisata Bali.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali Agung Wardhana menyatakan, penempatan komodo di Bali menuntut penciptaan habitat buatan agar menyerupai habitat aslinya di Wae Wuul. Untuk itu, ia mendesak Departemen Kehutanan membuka kepada publik kajian analisis mengenai dampak alam dan sosial atas rencana itu.

Sebagaimana termuat dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.384/Menhut-II/2009 tanggal 13 Mei 2009 tentang pemberian izin menangkap 10 ekor komodo, tujuan utama pemindahan adalah pemurnian genetik. Rencana pemurnian yang akan dilakukan oleh Taman Safari Bali itu, kata Menteri Kehutanan MS Kaban, juga sudah mendapatkan persetujuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kaban menyatakan, pemerintah mengambil langkah tersebut sekaligus untuk menyelamatkan komodo di Pulau Flores dari ancaman kepunahan. Proses pemindahan juga penting karena komodo di Pulau Flores kini terancam karena hidup di areal semak belukar penuh rumput kering yang pada musim panas sangat mudah terbakar. Persoalan yang lebih penting: komodo mulai masuk ke perkampungan dan memangsa ternak warga.

Namun, otoritas Taman Safari Bali enggan berkomentar tentang polemik ini. Namun, Seperti ditegaskan Direktur Taman Safari Indonesia Tonny Sumampau, pemurnian genetik semata-mata demi kepentingan konservasi, dan komodo yang dikembangbiakkan di Taman Safari Indonesia tidak ditujukan untuk dijual atau ditukarkan dengan satwa dari luar negeri.

Selain Taman Safari, sejumlah lembaga konservasi eksitu (luar habitat alami) telah mengoleksi komodo, di antaranya Kebun Binatang Ragunan (Jakarta), Kebun Binatang Surabaya, dan Kebun Binatang Gembira Loka (Yogyakarta).

Namun, seperti dilansir Kompas.com, data genetika komodo di semua daerah di NTT sebenarnya sudah tersedia, yakni hasil penelitian Tim Peneliti Kajian DNA Molekuler Komodo Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI beberapa tahun lalu. Kajian diversitas genetik itu diperoleh setelah meneliti 154 sampel darah komodo yang dikoleksi dari Pulau Flores bagian utara, Flores bagian barat, Gili Montang, Nusa Kode, Rinca, dan Pulau Komodo.

Itulah sebabnya, argumen pemurnian genetik di Bali itu dinilai salah tempat. Menurut Koordinator Gerakan Pelestarian Komodo Flores Rofino Kant, pemurnian itu semestinya dilakukan di habitat aslinya, bukan di Bali. Seiring dengan hal itu, pemerintah pusat justru lebih tepat meningkatkan fasilitas konservasi komodo di Flores. ”Fasilitas di Wae Wuul amat minim. Begitu pula fasilitas secara umum dalam lingkup Balai Konservasi Sumber Daya Alam II yang meliputi Flores-Alor-Lembata.

Penolakan-penolakan itu sesungguhnya adalah bentuk kecintaan masyarakat kepada komodo dan habitat aslinya. Jelas publik menunggu pencabutan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tersebut, dan pernyataan pembatalan rencana pemurnian genetik komodo oleh Taman Safari Indonesia.
Sumber : Kompas Cetak