(www.suarapembaruan.com, 01-08-2008)
[JAKARTA] Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke, Papua, memanfaatkan tailing (pasir sisa tambang/sirsat) dari penambangan tembaga dan emas yang dikelola PT Freeport Indonesia (PT FI) di Grasberg, Tembagapura, Kabupaten Mimika, sebagai material konstruksi dalam pembangunan infrastruktur.
"Pemanfaatan tailing tersebut merupakan realisasi atas nota kerja sama mengenai pemanfaatan tailing PT FI yang ditandatangani Gubernur Papua, Barnabas Suebu dan Presiden Direktur PT FI Armando Mahler di Timika, 24 November 2006," kata Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze kepada SP, di Jakarta, Kamis (31/7).
Pemanfaatan tailing tersebut untuk membangun infrastruktur, terutama jalan dan jembatan yang berkualitas dengan usia penggunaannya bertahan lama. Kendala yang dihadapi Pemkab Merauke selama ini tidak memiliki material berkualitas, yakni batu dan kerikil serta pasir untuk membangun infrastruktur berkualitas, katanya.
Dikatakan, Kabupaten Merauke memiliki kondisi geografis tanah datar dan berawa. Di musim kemarau jalan yang dibangun pecah dan retak dengan kedalaman hampir mencapai 2 meter. Kabupaten Merauke, satu-satunya kabupaten di Tanah Papua yang tidak memiliki gunung dan bukit yang menghasilkan batu dan kerikil. Akibatnya, selalu berulang memelihara jalan dan tak bisa memperpanjang jalan menjangkau seluruh wilayah.
Dia pernah mencari solusi menggunakan beton cor dalam pembangunan jalan, namun membutuhkan biaya tinggi. Kalau digunakan standar nasional di daerah lain murah Rp 1 miliar per kilometer (km). Di Merauke menghabiskan biaya Rp 6 miliar per km. Padahal ruas jalan yang dibangun mencapai ratusan km. Sambil mencoba beberapa alternatif, manajemen PT FI menawarkan menyediakan material tailing.
"Keraguan yang pertama kali adalah dampak lingkungan, karena itu belum diurai sepenuhnya. Kami khawatir terjadi kasus penyakit akibat tailing masih mengandung bahan kimia. PT FI menjamin tak akan terjadi dampak terhadap lingkungan dan manusia sesuai hasil kajian laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Pemanfaatan tailing dapat dicampur dengan zat polimer, air, dan semen sehingga menghasilkan material bahan bangun berkualitas dalam membangun konstruksi jalan maupun jembatan," katanya.
Uji Coba
Dicontohkan, pembangun konstruksi jalan yang menggunakan tailing dicampur polimer, air dan semen setelah dicor, tujuh jam kemudian bisa dilewati kendaraan. Dalam uji coba yang berlangsung Sabtu 18 Mei lalu untuk pembangunan jalan di Kampung Serapu, Distrik Semangga, Merauke sangat bagus. Selain itu, dapat digunakan untuk pembangunan Trans Merauke-Tanah Merah, Boven Digoel.
Kita sudah menyiapkan tempat untuk menampung 700.000 ton, sekarang baru diangkut 16.000 ton tailing. Pengangkutan dengan Tongkang dari Timika ke Merauke oleh PT Polybes Timika atas bantuan PT FI. Jarak tempuh pelayaran selama 4 hari.
Diungkapkan, selama ini pihaknya mendatangkan batu dan kerikil dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Jawa Timur. Untuk mengatasi kondisi tersebut pihaknya memanfaatkan tailing dari Timika yang jaraknya lebih dekat.
Sementara itu, Direktur PT Polybes R Roni mengatakan, pengangkutan tailingtailing dari hasil pembuangan tailing 200.000 ton per hari untuk menyukseskan pembangunan di Kabupaten Merauke dan kabupaten tetangganya, yakni Mappi, Asmat, dan Boven Digoel," ujarnya. dengan dukungan PT FI tanpa meniadakan pembayaran retribusi kepada Pemkab Mimika meskipun belum ada peraturan daerahnya. Pihaknya membayar Rp 12 juta per kapal. "Kami akan berusaha menyiapkan pengadaan 700.000 ton
Menurut Direktur Lembaga Afiliasi dan Penelitian Industri (LAPI) ITB, Dr Indratmo, pihaknya memiliki hasil penelitian tentang pemanfaatan material sirsat (tailing) sejak tahun 1996 hingga 2001. Hasil uji coba material dari penelitian tersebut menunjukkan sirsat merupakan material bangunan yang berkualitas untuk pembangunan infrastruktur. Asalkan dicampur zat polimer dengan sirsat, air dan semen akan menghasilkan beton yang sangat kuat.
Ketersediaan tailing yang tak terbatas ini harus dimanfaatkan pemerintahan di selatan Papua, yakni Merauke, Asmat, Mappi, dan Boven Digoel yang kesulitan material pembangunan infrastruktur berupa kerikil dan batuan. LAPI ITB sedang meneliti dan mengusulkan dibangun pabrik semen untuk mengolah tailing menjadi semen sehingga memenuhi untuk kebutuhan pembangun di Papua. [GAB/W-8]