(www.suarapembaruan.com, 20-08-2008)
Viva Virginia Suhartawan (15 tahun), dara belia pelajar SMPN 2 Jayapura, Papua, dengan lugu menutup kedua matanya ketika dinyatakan sebagai pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) untuk jenjang SMA.
Hasil penelitiannya yang berjudul "Siklus Hidup dan Sumber Pakan Kupu-kupu di Cagar Alam Pegunungan Cyclops Kabupaten Jayapura" terpilih sebagai pemenang pertama Lomba LPIR 2008. Dia mengalahkan 40 pelajar SMA peserta LPIR dari 34 provinsi.
Anak kedua dari pasangan Bambang Suhartawan dan Daawia, yang lahir pada 25 November 1994 itu bersama kakaknya yang duduk di bangku SMA, Vina Vania Suhartawan dan rekan sekolahnya Pandu Putra Sepadya, selama enam bulan meneliti siklus hidup kuku-kupu.
"Kami melakukan observasi siklus hidup, perilaku, dan sumber pakan kupu-kupu Ornithoptera priamus sejak Desember 2007 sampai Mei 2008. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rentang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, mulai dari telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga imago keluar dari kepompong, berkisar 53 hingga 80 hari," tutur Vina.
Kupu-kupu cantik dari Cagar Alam Pegunungan Cyclops Jayapura itu ternyata masih tetap memikat dewan juri LPIR Departemen Pendidikan Nasional. Kali kedua dalam dua tahun terakhir, Vina Vania Suhartawan, berhasil meraih juara pertama dalam LPIR. Jika tahun lalu ia meneliti spesies kupu-kupu Ordo lepidotera, tahun ini unggul berkat penelitian Ornithoptera priamus (Papilionidae).
Lantas apa yang menjadi daya tarik penelitian terhadap kupu-kupu Papilionidae? Menurut Vina, Ornithoptera priamus adalah salah satu kupu-kupu sayap burung yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya karena populasinya terus menurun.
"Kupu-kupu ini terancam oleh kerusakan habitat hutan dan diperdagangkan karena dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi," ujarnya dengan penuh semangat dan percaya diri, seusai menerima penghargaan sebagai pemenang pertama LPIR 2008, pekan lalu, di Jakarta.
Menurut Vina, siklus hidup, sumber pakan, dan pengetahuan perilaku, sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan program konservasi kupu-kupu sayap burung di kawasan Cagar Alam Pegunungan Cyclops. Ia bersama adiknya,Viva, dan rekannya, Pandu, lantas melakukan observasi siklus hidup, perilaku, dan sumber pakan Ornithoptera priamus.
Dia menjelaskan, larva mengalami empat kali ganti kulit dan mempunyai lima tahap instar. Saat tahap larva, larva sangat aktif makan dan aktif bergerak, kecuali pada saat ganti kulit, larva akan kurang aktif dan berhenti makan. Adapun proses kawin dilakukan sambil terbang dengan posisi betina di sebelah atas dan jantan di bawah.
"Setelah kawin, betina meletakkan telur pada daun-daun tempat menjalarnya Aristolochia tagala yang merupakan sumber pakan larvanya. Telur diletakkan satu per satu di balik daun," ujarnya.
Setelah telur menetas, kata Vina, larva keluar dari telur dan sumber makanannya yang pertama adalah cairan telur dan sebagian kulit telur. Setelah itu, larva akan bergerak mencari daun-daun muda Aristolochia tagala dan mulai makan daun-daun muda tersebut. Larva juga diobservasi memakan daun, buah, dan batangnya. Larva instar terakhir akan berpindah ke tumbuhan lain, lalu memintal benang sutra yang akan digunakan untuk mengikat dirinya dengan daun atau ranting pada saat menjadi prepupa dan pupa.
Vina, gadis Jawa asal Papua ini, sudah lama tertarik pada hewan jenis serangga. Lantaran ketertarikannya itu, dia pun bergabung dalam komunitas etimologi Papua yang mayoritas adalah siswa SMA dan mahasiswa. Kelompok ini bertujuan meneliti dan mengobservasi berbagai jenis serangga yang terdapat di wilayah Cagar Alam Pegunungan Cyclops.
Ibundanya, Daawia, seorang dosen Biologi di Universitas Cendrawasih, dan ayahnya, Bambang Suhartawan, guru SMAN 1 Jayapura, juga mendukung kegiatan Vina dan adiknya. Berawal dari sinilah Vina kian tertarik melakukan penelitian spesies kupu-kupu. Tak heran, dua kali berturut-turut Vina menjadi pemenang LPIR.
Tahun ini, dia mengungguli Arga Wisnu Pradana dan rekan-rekannya dari SMAN 1 Madiun, Jawa Timur, dengan judul penelitian "Modernisasi Rumus Segitiga untuk Menemukan Luas Segi Empat Sembarang" (pemenang dua), dan Ary Agustanti dan rekan dari SMAN 6 Yogyakarta yang meneliti "Grafiti, antara Vandalisme dan Keindahan" (pemenang ketiga). [SP/Eko B Harsono]