(www.radarsorong.com, 22-08-2008)
SENTANI-Wakil Bupati Jayapura, Zadrak Wamebu, SH, MM mengungkapkan seiring lajunya pembukaan lahan untuk pembangunan yang tidak memperhatikan aspek konservasi hingga banyak lokasi hutan yang mengalami degradasi baik longsor maupun penurunan kapasitas sumber air minum dianggap perlu penanganan segera tanpa harus menunggu timbulnya musibah.
Untuk itulah dirinya meminta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun peran masyarakat untuk berfikir secara terintegrasi penanganan (pencegahan) masalah sebelum terjadi.
“Kami lihat belum ada keseriusan antara SKPD maupun masayarakat. Padahal sudah terbentuk tim Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA),” ungkap Zadrak Wamebu usai sosialisasi GN-KPA di Gedung Tabita Sentani Kamis (21/8).
Menurut Zadrak, yang sering dilakukan adalah saat terjadi bencana baru dilakukan penanganan dan barulah muncul pikiran strategis bahwa masalah itu perlu diantisipasi dengan bagaimana pencegahan.
”Dinas harus berfikir secara terintergrasi bagaimana masalah ini ditangani begitu juga peran masyarakat sangat penting bagaimana mengambil sikap pencegahan,” pintanya.
Data yang diperoleh, luas lahan kritis areal terbuka yang terus bertambah tiap tahunnya dimana untuk luas lahan kritis di Gunung Cyclop adalah 1.510 Ha, terdiri dari sangat kritis 444 Ha, kritis 474 Ha, agak kritis 494 Ha dan potensial kritis 98 Ha.
Sementara fakta kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) wilayah Sentani diakibatkan deforestasi dan penurunan keanekaragaman hayati khususnya dibagian hulu, kebakaran lahan karena alang-alang dan model pertanian berpindah yang kerap menggunakan api untuk pembersihan areal.
“Saya pikir tidak bisa Bapedalda dan Dinas Kehutanan mengambil langkah sendiri sementara masyarakat terus melakukan aktifitas yang merugikan,” kata Zadrak yang menilai masih banyak masyarakat belum melihat air sebagai bahan strategis pendukung kehidupan.
Dengan Undang-undang no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, menurut Zadrak masyarakat harus melihat DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan secara alami.
”Jika wilayah DAS sendiri terkontaminasi dengan terjadinya kerusakan ekosistem, maka dengan sendirinya akan menurunkan kualitas maupun kuantitas air,” jelas Zadrak.(ade)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP