( Kompas Kamis 01 Juni 2006 )
Manusia telah merusak Bumi dengan kecepatan yang tidak diduga sebelumnya. Hal ini meningkatkan resiko kerusakan alam yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit, kekeringan, atau "zona mati" di lautan, demikian disebutkan dalam sebuah laporan internasional hari Rabu (30/1). Penelitian yang melibatkan 1.360 ahli dari 95 negara ini menyebutkan bahwa naiknya populasi manusia selama 50 tahun terakhir telah meningkatkan pencemaran dan eksploitasi berlebih terhadap dua pertiga sistem ekologi yang menjadi tumpuan kehidupan.
"Aktivitas manusia telah merusakkan fungsi alami Bumi dan kemampuan eskosistemnya sehingga barangkali tidak akan ada yang tersisa bagi generasi mendatang," ungkap laporan Millennium Ecosystem Assessment.
Disebutkan, sepuluh hingga 30 persen mamalia, burung, dan jenis-jenis amfibi telah terancam punah. Ini adalah tanda menurunnya dukungan bagi kehidupan di planet kita. "Selama 50 tahun terakhir, manusia telah mengubah ekosistem secara lebih cepat dan meluas dibanding waktu lain dalam sejarah. Pertumbuhan permintaan makanan, air, kayu, serta, dan bahan bakar belum pernah sebanyak jangka waktu itu," demikian laporan menyebutkan. "Ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman kehidupan di Bumi."
Dicontohkan, sejak tahun 1945, semakin banyak tanah yang berubah menjadi lahan pertanian atau pemukiman dibandingkan sepanjang abad 18 dan 19. Mengenai hal itu, sekretaris jenderal PBB, Kofi Annan mengatakan penelitian ini menunjukkan bagaimana aktivitas manusia bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dalam skala luas di seluruh dunia. Ia menyebutkan juga bagaimana unsur-unsur dasar kehidupan di Bumi mulai rusak dengan kecepatan yang memprihatinkan.
Bila kerusakan tidak segera di atasi, maka di masa depan akan banyak penyakit muncul. Panasnya danau-danau besar di Afrika karena perubahan iklim misalnya, akan bisa menyebabkan tersebarnya penyakit kolera. Sedangkan buangan pupuk dari pertanian yang masuk ke laut akan menyebabkan timbulnya zona mati di sepanjang pesisir. Disebutkan, penebangan hutan juga bakal mempengaruhi curah hujan. Dan dalam titik tertentu, kurangnya hujan akan mempengaruhi kondisi lahan di suatu wilayah. Oleh karenanya, penelitian ini mendesak pada berbagai pihak agar mengubah konsumsi terutama berkaitan dengan bahan bakar dan limbah yang ditimbulkan. Diperlukan juga adanya pendidikan lebih baik mengenai lingkungan, serta cara baru untuk mengolah kekayaan alam. (Rtr/wsn)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP