(www.cetak.kompas.com, 05-01-2009)
Jayapura, Kompas - Gempa di Manokwari, Papua Barat, Minggu (4/1), mengakibatkan seorang anak tewas, lebih dari 40 orang luka, dan ratusan bangunan rusak. Siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, ada dua korban jiwa.
Gempa pertama terjadi Minggu pukul 02.43 dengan kekuatan 7,2 skala Richter. Pusat gempa berada di sebelah barat Manokwari dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa susulan terjadi pada pukul 05.33 dengan kekuatan 7,6 skala Richter.
Getaran gempa membuat Hotel Mutiara Sanggeng dan Hotel Kali Dingin Wosi ambruk. Empat tamu terjebak dalam Hotel Mutiara. Keempat korban dapat dievakuasi enam jam sesudahnya dalam kondisi kritis.
Di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Yolanda Fabiola Banggoanbo (10) tewas tertimpa bangunan.
Hingga Minggu petang, data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan, Manokwari diguncang 29 kali gempa tektonik berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.
Direktur RSUD Manokwari Hengky Tewu menuturkan, ada 26 orang dirawat karena patah kaki dan tangan. Lima di antaranya penumpang kapal Dorolonda yang sedang merapat di dermaga Pelabuhan Manokwari, Minggu pagi. Mereka terjatuh dari tangga kapal.
Menurut Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Pit Wahyu, berdasarkan laporan para kepala polsek, korban jiwa ada 1 orang, luka ringan 40 orang, dan luka berat 3 orang. Jumlah pengungsi sekitar 1.000 orang di kota dan 7.000 orang di Distrik Masni, 90 kilometer dari kota.
Pit mencatat, Kantor Gubernur Papua Barat, kantor bupati, dan sejumlah kantor distrik rusak ringan. Sebelas bangunan rusak berat di kota (Distrik Manokwari Barat), antara lain Hotel Swiss-Bell, Mal Hadi, Gedung Pelni, rumah dinas bupati, dan gudang beras. Selain itu, 106 rumah rusak ringan dan 60 rumah rusak berat. Sebuah masjid dan dua gereja juga rusak.
Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari Anthony Lessnusa mengatakan, warga butuh bahan makanan dan tenda. Warga Manokwari berjumlah 200.000 memilih tinggal di luar rumah karena takut gempa susulan.
Untuk sementara, pemkab dan aparat keamanan menyediakan posko pengungsian di Lapangan Borarsi, Markas Kodim Manokwari, dan Lapangan TNI AL.
Aktivitas penerbangan di Bandara Rendani Manokwari dialihkan ke Bandara Frans Kaisiepo, Biak, dan Bandara Sentani, Jayapura. Kepala Bandara Rendani Sabaruddin mengatakan, gempa menyebabkan peralatan navigasi dan komputer di menara kontrol terjatuh sehingga membutuhkan kalibrasi ulang.
Gempa juga terasa di Sorong. Sejumlah bangunan rusak, tetapi tak ada korban jiwa.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu siang, menginstruksikan sejumlah menteri agar berangkat ke Manokwari. Presiden juga berkomunikasi dengan Gubernur Papua Barat Abraham Octovianus untuk memeriksa langkah darurat yang dilakukan. ”Saya menerima informasi ada empat orang meninggal akibat gempa dan beberapa bangunan rusak,” katanya.
Menurut siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kepala BNPB, Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Sosial, dan Menteri Kesehatan beserta sejumlah wartawan berangkat ke lokasi bencana pukul 14.00. Dengan pesawat Hercules, tim membawa 1 mobil penyelamat, instalasi penjernih air, 20 tenda peleton, dan 200 tenda gulung.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan telah mengecek kondisi pascagempa bumi di Manokwari.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyatakan, warga tak perlu khawatir terjadi tsunami karena pusat gempa berada di darat.
Gempa bumi tektonik berkekuatan 5,6 skala Richter juga melanda Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu pukul 02.20. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. (ICH/HAR/CHE/SEM)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP