Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

19 May 2008

Merauke : Dari Pengapalan Perdana Sirsat / Tailing PT Freeport Indonesia ke Merauke

(www.cenderawasihpos.com, 19-05-2008)
Langsung Uji Coba Buat Jalan, Keunggulan Kuat, Ekonomis dan Ramah Lingkungan

Pasir Sisa Tambang (Sirsat) atau yang dikenal dengan sebutan tailing, kini menjadi alternatif bahan baku konstruksi bagi masyarakat dan Pemda Merauke dalam pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Sabtu (18/5) lalu, pengapalan perdana Sirsat PT Freeport Indonesia (PTFI) telah tiba di Dermaga Purnama Raya. Bagaimana manfaat Sirsat ini?
Laporan Rambat SH, Merauke

Tailing atau sisa hasil tambang PTFI yang dulunya dianggap sebagai sampah dan menimbulkan tanggapan miring masyarakat, ternyata kini dapat dimanfaatkan dalam pembangunan infrastruktur di Tanah Papua.
Menindaklanjuti MoU atau kerjasama Pemerintah Provinsi Papua yang ditandatangani Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Armando Mahler di Timika, 24 November 2006 lalu, yakni mengenai pemanfaatan Sirsat PTFI untuk pembangunan infrastruktur di Papua, akhirnya terealisasi.

Pasir sisa tambang (sirsat) yang lazim dikenal dengan sebutan tailing ini, telah dikapalkan ke Merauke ini, berasal dari PTFI yang merupakan bagian dari usaha pemanfaatan sirsat sebagai bahan baku untuk konstruksi dan pembuatan beton dan produk infrastruktur lainnya.
Sirsat yang dibawa dengan kapal tongkang/barge KM Iska yang dinahkodai oleh Hariyanto ini, berangkat dari wilayah kerja PTFI di Kabupaten Mimika tepatnya dari Jembatan Dua Porsite ke Merauke pada Minggu (11/5) malam dan tiba di Merauke pada Jum’at (17/5) lalu.

“Perjalanan dari Timika ke dermaga yang ada di pinggir Kali Maro Merauke diperkirakan 4 hari lebih,” kata Hariyanto kepada Cenderawasih Pos ketika mengawasi pembongkaran tailing di dermaga milik PT Purnama Raya yang terletak di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke tersebut. PT Freeport Indonesia dalam pengiriman sirsat atau pasir sisa tambang ini, tidak mengenakan biaya apapun dalam pengiriman sirsat tersebut.

Sirsat itu, langsung diturunkan dengan menggunakan alat berat dan diangkut beberapa truk ke sekitar
dermaga Purnama Raya itu dan PTFI juga mengirim beberapa drum polimer.
Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze sempat meninjau lokasi penurunan sirsat PT Freeport Indonesia tersebut, didampingi oleh Direktur Utama PT Polibes, R. Ronny, Direktur LAPI ITB, Indratmo dan Direktur PT Internusa Intan Segara bersama Senior Manager External PT Freeport Indonesia, Iwan Kaljat, Manager Government Relation PT Freeport Indonesia, Syahrial Boesy bersama Muspida Kabupaten Merauke. Tampak keceriaan Bupati Merauke melihat realisasi pengiriman perdana sirsat PTFI tersebut di Kabupaten Merauke.

Direktur PT Polibes, R. Ronny mengaku bersyukur dapat bekerjasama dengan Pemkab Merauke dalam pemanfaatan tailing atau sirsat PTFI ini. “Kami langsung melakukan uji coba beton tailing ini di jalan Kuprik - Kombe, Distrik Semangga. Kedatangan kami membawa beton tailing ini,” katanya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Afiliasi dan Penelitian Industri (LAPI) Institut Teknologi Bandung (ITB), DR Indratmo mengatakan ITB telah 10 tahun lalu melakukan kajian pemanfaatan tailing PTFI ini untuk suatu sumber daya yang dimanfaatkan untuk konstruksi.

“Kami melakukan lebih 5 tahun penelitian di laboratorium, sehingga semula sirsat yang dikategorikan limbah, ternyata sangat bermanfaat dan sangat baik untuk konstruksi beton. Hanya saja, perlu zat polimer untuk dapat mengikat tailing tersebut menjadi suatu beton,” paparnya.
Indratmo mengungkapkan pihaknya telah melakukan uji coba beton tailing di beberapa tempat, seperti di jalan menuju pelabuhan di Timika dan ada beberapa jembatan Pomako, jembatan Koaga, saluran drainase bandara Timika dan jalan di dalam PTFI sendiri, dimana lintasan truck dengan berat diatas 240 ton, ternyata telah bekerja dengan baik.

“Kita mesti bersyukur, material (tailing/sirsat) ini merupakan produk lokal yang dimanfaatkan sebesar-besarnya. Seperti diketahui di Jawa, jalan-jalan yang ada semula menggunakan kontruksi aspal lambat laun diganti dengan konstruksi beton. Permasalahannya, waktu itu harga aspal relative murah, namun karena BBM naik, ternyata harga aspal naik hampir sama pembangunannya jika membuat dengan beton tersebut,” jelasnya.

Indratmo menjelaskan keuntungan kontruksi beton ini, salah satunya maintenance free paling tidak 10 tahun mendatang tidak perlu memelihara jalan tersebut.
Penelitian beton tailing kerjasama PTFI -LAPI ITB ini, dimulai sejak tahun 1996, dimana hasil uji pengikatan semen portland menunjukkan perekatan kurang optimal, sedangkan hasil pengikatan dengan semen dan polimer menunjukkan morfologi interface yang lebih padat dan telah mendapatkan sertifikat pengujian yang dikeluarkan Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan KIMPRASWIL (2004). LAPI - ITB menyatakan sirsat PTFI itu sangat bagus dan kuat untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi.
Dari sifat kimia dan fisika tailing, diketahui tailing (sirsat) ini adalah sisa gerusan batuan alami (bijih) setelah mineral tembaga, emas dan perak diambil pada proses pengapungan di pabrik pengolahan dan jenis mineral utama dalam tailing adalah quartz, k-feldspar, plagioclase, biotite, magnetite, pyrite dan chalcopyrite.
Potensi tailing dapat digunakan sebagai bahan konstruksi seperti jalan, jembatan, pelabuhan, perumahan, perkantoran, struktur bendung, pemecah ombak, bantalan kereta api, padas buatan dan semen portland.
Beton tailing ini memiliki keunggulan diantaranya kuat karena termasuk kategori ‘beton kinerja tinggi, tahan terhadap pengaruh air tawar, air laut bahkan dengan hujan asam, biaya relatif murah dimana tidak perlu menggunakan kerikil dan mengganti pasir dan bisa menghemat 20 - 30 persen biaya. Aman karena konsentrasi lindian (leaching) sangat rendah, sisa logam stabil dalam beton tailing maupun bahan urukan, pelindian yang berasal dari kontak dengan air tawar, air laut bahkan dengan hujan asam relatif aman dan keunggulan lain yakni ramah lingkungan dimana bahan baku polimer berasal dari plastik bekas dan tidak perlu ada pembukaan galian c yang baru.

“Saya berharap secara rata-rata ketebalan beton tailing ini 25 cm dan ini sangat kedap, sangat tahan terhadap air asin (laut), tahan basa lingkungan dan tahan asam atau lindian,” ujarnya seraya menjelaskan tingkat kekasarannya dapat didesain sesuai kebutuhan dan kecepatan kendaraan yang ada di Merauke.
Indratmo mengatakan jika sebelumnya Merauke mendatangkan pasir dari Gowa, Sulsel, maka sekarang tidak perlu lagi karena sirsat di Freeport Indonesia tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas, dimana dihasilkan lebih dari 200 ribu ton perhari, apalagi berproduksi hingga 2040 dan pihaknya yakin telah tersedia lebih dari 700 ribu ton sirsat dan tinggal dimanfaatkan saja.

Untuk polimernya, kata Indratmo, sudah diproduksi sendiri dan dalam waktu dekat ini polimer ini akan diproduksi di Timika dan rencananya juga akan diproduksi di Merauke.
Indratmo mengungkapkan secara struktural, beton tailing ini akan kuat sekali setelah 7 hari, sehingga memenuhi syarat dilalui truck - truck yang beban besar, namun sehari pun jika dilewati mobil biasa tidak menjadi masalah.
Sementara itu, Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze mewakili Pemda Merauke, masyarakat dan kontraktor menngaku menyambut gembira dengan realisasi pengiriman sirsat PTFI ini.
“Ini sama saja mendapatkan durian runtuh. Nggak dipikir ada tawaran dan teknologi sudah tersedia, kenapa tidak kita efisiensi untuk memanfaatkan yang sudah ada.

Mudah-mudahan setelah diuji coba akan menjadi solusi alternatif dari bahan material bangunan yang selama ini menjadi masalah (pergumulan) yang cukup panjang, sehingga ketika ada tawaran saat itu, saya katakan tidak perlu presentasi banyak, kalau boleh kita langsung kerja lihat keunggulannya, karena itu jauh lebih kongkret sehingga kalau toh nyata ya langsung kita buat kontrak untuk menindaklanjuti,” ujarnya.
Bupati Gebze mengatakan pihaknya merekomendir penggunaan beton cor untuk membangun konstruksi jalan, sehingga usia pemanfaatan hingga pemeliharaan baik rutin maupun reguler tidak mengundang lagi biaya pemeliharaan, sehingga dapat melakukan efisiensi dana untuk memperpanjang ruas jalan.
Gebze minta kepada kontraktor bahwa dengan kemudahan ini, akan ada kerjasama dan hitung-hitungan dalam efisiensi biaya menjadi penting karena bagi Pemkab bahwa dana yang didapat adalah untuk membiayai lautan kekurangan yang sangat besar.

“Kontinuitas untuk material ini, akan kita gunakan terus. Mungkin itunya yang kita ambil, tapi harganya kita coba dengan harga damai,” seloroh Gebze. Gebze mengungkapkan untuk pembangunan jalan di Merauke per kilometer menelan biaya Rp 6 miliar, sehingga jika 1 ruas jalan dikasih dana hanya Rp 1 miliar maka terpaksa harus membangun jalan dengan konsekuensi panjangnya ditambah, namun kualitas dikorbankan untuk menjawab pandangan pemerintah tidak membangun, sehingga analisa prinsip one for all ada korban daerah tertentu yang harus dipikul.

Bupati mengatakan jalan-jalan yang sudah ada akan ditetap ditingkatkan pemeliharaannya, namun jika belum maka akan digunakan material beton tailing tersebut. “Beton tailing ini merupakan alternatif pembangunan jalan dan hitung-hitungannya sudah diketahui, terutama dari segi kualitas sudah ada jawaban, ternyata beton tailing ini dalam 1 hari sudah kering dan kamu (wartawan) lihat sendiri saya ketok pakai palu saja tidak bergeming sehingga dari segi efisiensi dan efektifitas ini jelas akan ada penghematan dimana perkilometer yang sebelumnya Rp 6 miliar, akan susut biaya perkilometernya,” ujarnya.

Pihaknya berupaya akan membuat jalan beton tailing (sirsat) ini di seluruh Kabupaten Merauke untuk menghubungkan jalan dari kota ke distrik hingga kampung, sehingga dapat membantu komunikasi masyarakat dan membantu kelancaran masyarakat untuk menjual produk-produk yang dihasilkannya dengan lancar.
Dari pantauan Cenderawasih Pos, Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze sempat membuktikan keunggulan beton tailing ini untuk pembangunan jalan di Kampung Serapu, Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, dengan memukulnya menggunakan palu yang ternyata sangat kuat, padahal belum ada sehari beton tailing tersebut dibuat. Jika dibandingkan dengan beton konvensional juga lebih cepat keringnya dan lebih halus.*