(www.cenderawasihpos.com, Rabu 22 Agustus 2007)
JAYAPURA-Sekitar 9 juta hektar hutan di Provinsi Papua dan Papua Barat telah diidentifikasi Departemen Kehutanan untuk dikonversi. Dari berbagai pengalaman, konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit menimbulkan dampak sosial dan lingkungan hidup, mulai konflik perburuhan, lenyapnya bahan pangan penting, semakin terbatasnya sumberdaya untuk kesehatan dan bahan bangunan, pencemaran dan peracunan akibat penggunaan pestisida, dan lenyapnya ekosistem hutan untuk selamanya.Hal itu diungkapkan Greenpeace Forest Campaigner Bustar Maitar didampingi Greenpeace Forest Campaigner Christophetthief dan Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua Septer Manufandu pada acara press briefing dengan tema ‘Selamatkan manusia dan hutan Papua’, di Hotel Yasmin Lantai 8, Jayapura, Selasa, (21/8).Menurutnya, pembangunan daerah khususnya yang bersinggungan dengan hutan di Papua maupun Papua Barat akan lebih baik apabila dilakukan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan dengan menjaga kelestarian hutan serta memperhatikan kearifan lokal. “Dampaknya akan dirasakan bersama sehingga masyarakat perlu dilibatkan,” jelasnya.
Dikatakannya, pemanasan muka bumi mendorong keadaan iklim tidak stabil, termasuk banjir dan kekeringan, meningkatnya permukaan air laut lebih dari 1 meter serta menyusutnya luas salju. Indonesia merupakan negera ketiga terbesar yang menyumbangkan gas-gas pemanasan bumi yang dihasilkan dari pembukaan dan pembakaran hutan.Untuk itu, hutan khususnya yang berada di Papua dan Papua Barat menjadi penting sebagai salah satu paru-paru bumi. “Kami mendukung pemerintah daerah melindungi hutan untuk memetik manfaat sebesar-besarnya dan bukan dari pembalakan atau pembukaan hutan untuk kelapa sawit,”paparnya.(api)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP