(www.cenderawasihpos.com, 14-11-2008)
Untuk menampung hasil panen biji kakao dari masyarakat, Dinas Perindustriasn Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Kabupaten Jayapura mendatangkan mesin pengolahan biji kakao. Bagaimana jalannya proses pengolahan biji kakao tersebut?
Laporan Jimmy Fitowin, Sentani.
Untuk menindaklanjuti kebijakan penanaman sejuta pohon kakao (coklat) yang digulirkan Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Kabupaten Jayapura telah mendatangkan satu paket mesin pengolahan biji kakao.
Mesin yang didatangkan tersebut merupakan kerjasama Departemen Perindustrian RI saat ini telah dioperasikan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kayu, Yahim Sentani. Pengoperasian mesin tersebut dilakukan Kasubdin Perindustrian Abdulah Tanayo, BSc, Kepala Seksi Usaha Ramot Gultom dan salah satu staf Seksi Usaha Metta Arvensis, Amd Teknik Industrik.
Meskipun hanya dioperasikan oleh tiga orang namun sudah mampu mengolah biji kakao yang dibeli dari masyarakat di sekitar tempat pengolahan menjadi bubuk coklat. Namun menurut Kasubdin Perindustrian Abdulah Tanayo, BSc, coklat bubuk hasil olahan ini belum dipasarkan.
"Belum dipasarkan karena unit mesin pengolahan yang dimiliki saat ini hanya satu paket sehingga belum mampu bersaing secara kuantitas dalam pemasaran atau permintaan konsumen. Untuk itu hasil yang selama ini diperoleh hanya dimanfaatkan untuk kepentingan promosi saja,"ungkapnya saat ditemui Cenderawasih Pos, Kamis (13/11).
Proses pengolahan biji kakao menjadi coklat bubuk menurut Tanayo cukup panjang. Pengolahannya diawali dengan menggoreng (sangari) biji kakao yang sudah kering."Biji yang akan disangrai dimasukkan ke mesin sanggrai yang mampu menampung 50 kg biji kakao kering selama kurang lebih 15 menit. Saat suhu mencapai 25∞C maka dengan sendirinya mesin tersebut akan mati secara otomat. Setelah itu hasil penggorengan dimasukkan ke alat pemecah kulit yang akan memisahkan kulit dan biji kakao,"jelasnya.
Setelah dipisahkan dari kulitnya, biji kakao dimasukkan alat pemasta kasar yang berfungsi untuk melumatkan biji kakao dan hasilnya sudah mulai disebut coklat. Selanjutnya coklat hasil olahan dari pemasta kasar tersebut dimasukkan ke pemasta halus dengan proses yang tidak terlalu lama. "Hasil pemasta halus ini langsung dimasukkan ke dalam kantung yang terbuat dari kain putih dan selanjutnya diperas dengan alat pres untuk meisahkan minyak dan bubuk coklat,"tandasnya.
Minyak coklat yang dihasilkan dari proses pemerasan ini menurut Tanayo dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kosmetik yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Sementara itu, coklat yang sudah dipres tadi selanjutnya dihaluskan kembali menggunakan mesin penghalus bubuk dan diayak menggunakan mixer berkapasitas mess 100, mess 150, dan mess 200.
Mixer yang dimiliki saat ini ada tiga yakni mixer adonan cair untuk membuat kue coklat, mixer pasta atau kental untuk membuat permen coklat dan makanan ringan lainnya. Sedangkan mixer bubuk kering untuk membuat paduan minuman coklat dengan gula, susu, vanila, dan lainnya. "Saat ini pabrik mini tersebut dapat menghasilkan 50 kg bubuk/minggu,"tambahnya.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP