Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

12 April 2009

Manca Negara : Inggris : Sonar Bisa Membuat Tuli Mamalia Laut

(www.kompas.com, 11-04-2009)
PANCARAN berlebihan sonar di lautan mengganggu pendengaran mamalia laut, bahkan menyebabkan tuli sesaat yang mengancam keselamatan.

Banyaknya kasus paus dan lumba-lumba yang terdampar di pantai, yang banyak terjadi beberapa dekade lalu, mengarah pada aktivitas latihan kapal perang. Teorinya, pendengaran mamalia laut rusak akibat kuatnya pancaran sonar frekuensi menengah yang digunakan kapal selam maupun kapal laut.
Sonar yang menjadi navigasi pergerakan mamalia laut pada tingkat tertentu justru membuat disorientasi. Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Biology Letters yang terbit di Inggris, Rabu lalu, memperkuat dugaan itu meskipun masih dalam skala laboratorium.


Namun, penulisnya memberi penekanan, penelitian itu bukan untuk menyalahkan sonar yang dipancarkan kapal-kapal perang. Beberapa waktu lalu, penelitian berbeda menyebutkan, keriuhan aktivitas kapal di permukaan laut mengganggu produktivitas biota laut.

Para ahli biologi kelautan di bawah pimpinan Aran Mooney dari Universitas Hawaii menguji coba lumba-lumba yang lahir di penangkaran—lumba-lumba hidung botol dari Atlantik—dengan paparan sonar berfrekuensi menengah dari sebuah alat khusus. Eksperimen dilakukan di kandang lokasi laut terbuka di Institut Biologi Laut Hawaii yang dihadiri pelatih lumba-lumba.

Para peneliti memasang sejenis alat penyedot tanpa lengan di kepala lumba-lumba dengan menempelkan sensor pemantau gelombang otak. Hasilnya, ketika alat penimbul bunyi (ping) mencapai kekuatan 203 desibel dan terus diulang, data saraf menunjukkan mamalia uji tuli. Otak tak cukup merespons bunyi.


Menurut Mooney, tahapan uji itu tidak melukai lumba-lumba. Mamalia uji hanya tuli sesaat. Pendengarannya secara tipikal pulih dalam 20 menit dan hanya terjadi pada tingkatan tertentu, yang telah diatur. Pada tingkatan tertentu ketika sonar dinyalakan, sensor yang dipasang menunjukkan terjadinya peningkatan napas cepat secara signifikan. Ia menyatakan, pengulangan sonar berdampak pada perilaku dan psikis lumba-lumba. Namun, mereka belum tahu bila diekstrapolasikan di alam liar.
”Level suara yang kami gunakan setara dengan jika obyek berjarak 40 meter dari sumber sonar,” kata Mooney. Reaksi lumba-lumba dalam kondisi seperti selama dua menit tampak kebingungan dan kesulitan mencari jalan keluar.

Di laut lepas, bunyi yang mengganggu bisa jadi tak selemah ketika uji coba. Bunyi-bunyi itu kadang terjebak pada lapisan yang disebut termoklin, pada kedalaman lebih dari 100 meter atau sekitar itu.
Pada kondisi itu, diperkirakan akan menyulitkan mamalia laut mencari lokasi yang lebih tenang. Masih dibutuhkan penelitian lain dengan kondisi yang berbeda-beda. (AFP/GSA)
Sumber : Kompas Cetak