(www.dkp.go.id, 25/02/05 - Berita: Riset Kelautan & Perikanan)
Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber dikatakan sebagai salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia, mungkin juga sebagai nomor satu saat ini. Jadi memang perlu suatu upaya untuk menjaga kelestariannya.
Misi yang dibuat oleh peneliti-peneliti muda dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (BRKP-DKP) adalah sbb :
1. Mengumpulkan data awal (primer dan sekunder) tentang kondisi perairan Kep. Raja Ampat.
2. Melihat keanekaragaman jenis terumbu karang dan ikan di perairan tersebut.
3. Menyebarluaskan kepada masyarakat luas/pemda setempat tentang potensi wisata alam dan bahari yang ada di Kep. Raja Ampat.
Sedangkan hasil sementara yang diperoleh adalah sbb :
1). Kondisi perairan Kep. Raja Ampat masih dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Pasifik Barat (Western Pacific Ocean) dimana ada arus yang bergerak dari arah timur menuju timur laut (Northwest) dan sejajar dengan daratan besar Papua (Mainland) bagian utara. Ketika tiba di Laut Halmahera atau di utara Kep. Raja Ampat arus tersebut sebagian akan bergerak ke selatan memasuki Alur Pelayaran Jailolo dan sebagian besar yang lain akan berbalik arah menuju Samudera Pasifik lagi. Arus inilah yang dikenal sebagai Halmahera Eddy. Mereka juga menduga bahwa ketika Arus Halmahera Eddy ini sebelum tiba di Laut Halmahera, ada sebagian kecil yang membelok memasuki Selat Dampler.
2). Pasang surut (pasut) di perairan ini bertipe campuran cenderung semidiurnal (mixed tide prevailing semidiurnal), dimana dalam 1 harinya terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut. Perbedaan tinggi antara surut terendah dan pasang tertinggi (tunggang) pasut sekitar 1-1,5 meter dan ini cukup memberikan efek arus pasut yang kuat, terutama pada saat menjelang bulan purnama (Spring Tide). Contoh lokasi dengan arus pasut yang kuat : Selat diantara Pulau GAM dan P. Masuar, Mulut Teluk Kabui, Mulut Teluk Majalibit, Selat Bougenville.
3). Angin yang bertiup diatas perairan ini pada Musim Tenggara (Southwest Monsoon)bertiup dari arah tenggara, pada Musim Barat (Northwest moonson) angin bertiup dari arah barat laut (Desember hingga Maret). Angin pada Musim Transisi yaitu april dan November, kekuatannya melemah dan arahnya bervariasi.
4). Berdasarkan pengukuran in situ (langsung di lokasi) kondisi perairannya memiliki temperatur air sekitar 28°C di permukaan dan semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman hingga 27°C (pada kedalaman 37 meter), salinitas berkisar 33 hingga 34 PSU (Practical Salinity Unit), kejernihan air laut (visibility) secara vertikal mencapai 30-33 meter, sedangkan jarak pandang (visibility) secara horizontal sekitar 15-20 meter (pada kedalaman 10 meter). Kondisi ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan terumbu karang secara optimal.
5). Tingkat kesuburan perairan sangat bagus, terbukti banyaknya ikan-ikan besar pemakan plankton seperti ikan pari manta, dan juga ditemui beberapa jenis Paus.
6). Manta Point adalah salah satu lokasi penyelaman (Diving Point) yang menarik dimana ikan-ikan ini mendatangi penyelam, sehingga menjadi objek yang sangat menarik dan bagus untuk difoto. Ikan Pari Manta (Manta Rays) merupakan famili ikan Mobulidae, dimana jenis yang ditemui adalah Manta birostris. Lebar badannya bias mencapai 670 cm dengan berat maksimum bias mencapai 1400 kg. Badannya yang pipih lebar dan bersayap menyebabkan geraknya dinamis seperti terbang di dalam air, sesekali bias meloncat keluar dari air. Ekornya mengalami rudimeter (lebih pendek dibandingkan jenis ikan pari lainnya), dibagian pangkal ekornya terdapat sirip renag berbentuk huruf "D" kecil. Di bagian depan mulutnya terdapat sepasang sayap kecil yang bentuknya mirip tanduk. Cara makannya adalah dengan cara membiarkan air masuk melalui lubang mulutnya lalu keluar melalui lubang insangnya, dimana pada bidang-bidang yang ada di insang, air akan terfilter dan plankton sebagi makanannya akan menempel pada bidang tersebut.
7). Obyek penyelaman arkeologijuga terdapat di kawasan ini, yaitu di Pulau Wai dimana di kedalaman sekitar 36,7 meter terdapat bangkai pesawat Thunderbolt P-47 milik USA-AF saksi perang dunia ke-2 di wilayah Asia Pasifik. Pesawat ini dalam posisi terbalik, pintu kokpit terbuka dan pintu lambung tempat bom juga terbuka. Kondisi pesawat masuh utuh dan ditempeli oleh ganggang coralin algae dan karang.
8). Dokumen penting tentang studi menyeluruh tentang kondisi wilayah Kepulauan Raja Ampat juga didapatkan. Dokumen tersebut tertanggal 12 April 1944 oleh Jendral Mc. Arthur sebagai Panglima Angkatan Perang Amerika Serikat wilayah Pasifik Barat. Studi tersebut berupa oseanografi, meteorologi, topografi, demografi dan toponimi.
(Sumber : Pusris Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP