( Papua Pos, Jumat 04 Febuari 2005 )
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua dalam tahun 2005 akan mengembangkan tanaman budi daya rumput laut bagi masyarakat di pesisir pantai, sebagai salah satu cara pengembangan ekonomi rakyat, sesuai dengan kondisi daerah.
“Budidaya rumput laut sangat tepat di kembangkan di daerah ini, selain waktu masa panennya yang cepat, juga tidak terlalu sulit dalam mengurusnya,”ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua, Ir. Astiler Maharadja kepada Papua Pos, selasa (1/2) lalu ketika di temui di kantor Gubernur dok II Jayapura.
Dikatakannya, tanaman budi daya rumput laut sangat tepat di kembangkan bagi masyarakat yang hidup di pesisir pantai, kalau selama ini masyarakat yang bermukim di pesisir pantai hanya hidup dari hasil menangkap ikan (nelayan). Namun hasil nelayan tersebut belum dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, sehingga perlu di carikan solusi untuk merubah kondisi tersebut.
“Saya melihat nelayan ini, terlalu kasihan mereka melaut siang, malam, berada ditengah laut dengan ancaman gelombang laut, tapi hanya dapat ikan cukup untuk biaya hidup keluaraga satu hari saja,”paparnya.
Untuk itulah melalui budidaya rumput laut, mereka akan tetap berada di tengah-tengah keluarga, kerja santai dan hanya selama 45 hari sudah bisa panen, tambahnya.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa perencanaan program dalam tahun 2005, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua telah memprogramkan pembudidayaan rumput laut di lahan seluas 30 ha. Yang tentunya berada pada daerah-daerah kepulauan seperti di Biak Nimfor dan Supiori.
“Salah satunya daerah yang cocok adalah di pulau Insubabai Supiori, dimana daerah ini telah di kunjungi Gubernur Papua, Desember2004 lalu,”ujarnya.
Untuk mendukung program tersbut menurut Astiler, bahwa dua orang pegawai dari Dinas Perikanan dan Kelautan diberikan mengikuti pelatihan pembudidayaan rumput laut di Bali, yang nantinya akan ditempatkan sebagai tenaga penyuluh. Mereka mengkuti pelatihan itu, mulai dari penanaman hingga panen sampai pengolahan, sebab waktunya satu periode musim tanam sampai panen hanya 45 hari.
Setelah itu, tambahnya kemungkinan Dinas akan mengirimkan petani sekitar 5 KK untuk mengikuti pelatihan yang sama di Bali, mulai dari penanaman sampai panen (45 hari), Sehingga di harapkan mereka akan lebih mengetahui dari awal sampai barang itu di terjual.
Yang menjadi masalah di Papua untuk mengembangakanm rumput laut selama ini adalah masalah pemasaran, namun di katakannya, bahwa saat ini sudah ada 2 perusahaan yang ingin melakukan kerja sama dengan masyarakat dalam hal budidaya rumput laut ini.
“Kalau masyarakat dapat melakukan kerja sama, dengan cara masyarakat membudidayakan rumput laut setiap kali panen sebesar 1,5 ton saja atau hasil dari 30 ha lahan, maka pengusaha akan mau untuk menjemput di tempat,”tegasnya. ( Rp-02)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP