(www.kompas.com, 17-02-2005)
Para penyelidik lingkungan mengatakan bahwa mereka telah mengendus adanya penyelundupan kayu besar-besaran dari Papua ke China. Jumlah kayu yang diselundupkan begitu besar sehingga mereka menyebutnya sebagai yang terbesar yang melibatkan satu jenis kayu.
Adalah Badan Penyelidikan Lingkungan (Environmental Investigation Agency atau EIA) yang bermarkas di London, yang mengatakan bahwa 300.000 meter kubik kayu merbau telah diselundupkan keluar dari Papua setiap bulan ke China. Kayu merbau sendiri adalah kayu yang banyak dipakai untuk menutup lantai.
"Ini barangkali kasus penyelundupan terbesar yang pernah kami temukan selama melakukan riset mengenai illegal logging di Indonesia," kata Julian Newman, pimpinan kampanye kehutanan EIA, Kamis (17/2).
"Perdagangan ilegal ini mengancam kelestarian hutan-hutan di seluruh Asia Pasifik," katanya.
China sendiri disebut-sebut EIA sebagai negara pembeli kayu selundupan terbesar untuk memenuhi kebutuhan ekonominya yang berkembang. EIA memperkirakan hanya dalam beberapa tahun, sebuah pelabuhan kecil di timur China telah menjadi pusat perdagangan kayu tropis terbesar di dunia.
Sedangkan sebuah kota di dekatnya telah menjadi pusat produksi lantai kayu dimana 500 pabrik secara bersama-sama mengubah satu pohon merbau menjadi papan-papan lantai kayu setiap menitnya.
Masih menurut EIA, perdagangan kayu ilegal di Papua melibatkan oknum-oknum militer Indonesia, pegawai-pegawai sipil pemerintah, kelompok penyelunduk kayu asal Malaysia, perusahaan-perusahaan multinasional, broker di Singapura, serta dealer di Hong Kong.
Sindikat itu, menurut EIA, membayar sekitar 200.000 dollar AS per kapal agar tidak ditangkap di perairan Indonesia. Padahal Indonesia sendiri telah melarang ekspor kayu gelondongan.
"Tidak sangsi lagi ada oknum-oknum militer yang terlibat dalam ilegal logging," kata Muhammad Yayat Alfianto dari kelompok lingkungan Telapak, yang bekerjasama dengan EIA dalam penyelidikan ini. Sam Lawson dari EIA mengatakan penyelundupan kayu merbau ini memberi keuntungan sekitar satu milyar dollar AS pada penyelundup tiap tahun bila dihitung berdasar harga kayu itu di negara-negara Barat. Keuntungannya makin besar karena masyarakat di Papua hanya menerima sekitar 10 dollar AS untuk setiap meter kubik kayu yang diambil dari tanahnya, sementara kayu itu akan laku dijual 270 dollar AS tiap meter kubik di China.
"Papua telah menjadi salah satu pusat penebangan liar di Indonesia. Dan orang-orang di Papua hanya menerima sedikit saja dari pepohonan yang diambil dari tanah mereka. Keuntungan terbesar lari ke pedagang dan penyelundup," kata Alfianto.
Sebagai tambahan, menurut EIA Indonesia saat ini kehilangan hutan seluas negara Swiss tiap tahun karena penebangan. (AFP/wsn)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP