(www.note-why.blogspot.com, 07-02-2013)
Salah satu cara paling efektif untuk
mencegah pemanasan global adalah dengan menanam pohon dan menjaga kelestarian
hutan. Namun sebuah penelitian dari Marine Biological Laboratory (MBL) yang
diterbitkan Mei lalu menemukan, pemanasan global bisa merusak fungsi pohon
sebagai penyerap karbon.
Menurut analisis Physorg, pohon
dan tanaman menangkap karbon dioksida dalam proses yang dikenal dengan nama
fotosintesis. Pohon membantu menyerap gas rumah kaca di udara yang menjadi
penyebab utama pemanasan global, dengan cara menyimpan gas tersebut dalam
lapisan kayunya.
Namun pemanasan global bisa merusak
kemampuan pohon untuk menyerap karbon dengan mengubah siklus nitrogen di hutan.
Demikian kesimpulan studi yang diketuai oleh Jerry Melillo, ilmuwan senior dari
Marine Biological Laboratory (MBL) Ecosystems Center yang diterbitkan dalam
jurnal ternama “Proceedings of the National Academy of Sciences”.
Laporan
tersebut merupakan hasil penelitian selama 7 tahun di Hutan Harvard di
Massachusetts. Seperempat dari lahan di hutan tersebut dihangatkan secara
mekanis dengan cara menaikkan suhu di atas rata-rata, untuk mensimulasi efek pemanasan global. Pemanasan global diperkirakan terjadi pada akhir abad ini
jika kita tidak berhasil mengontrol secara agresif polusi gas rumah kaca akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan.
Penelitian itu memperkuat hasil
penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa iklim yang lebih
“hangat” mempercepat pembusukan (decomposition) bahan-bahan organik di tanah
yang akan memperbesar jumlah pelepasan karbon dioksida ke udara.
Namun, untuk pertama kalinya,
penelitian itu mengungkap bahwa suhu yang lebih hangat juga meningkatkan jumlah
karbon yang tersimpan dalam serat pohon. Peningkatan jumlah karbon di tanaman
ini menurut para peneliti disebabkan oleh meningkatnya jumlah nitrogen di udara
sebagai efek dari pemanasan global.
“Pertumbuhan pohon di hutan-hutan
Amerika terganggu karena nitrogen yang berlebih,” ujar Melillo. “Pemanasan
global menyebabkan nitrogen yang tersimpan dalam bahan-bahan organik di dalam
tanah terlepas dalam bentuk nitrogen unorganik (inorganic) seperti amonium,
bentuk umum nitrogen yang ditemukan dalam pupuk taman. Saat pohon menyerap
bahan-bahan unorganik ini, mereka akan tumbuh lebih cepat dan dalam prosesnya
menyimpan lebih banyak karbon.”
Melillo mengatakan, proses biologis
yang mengaitkan pemanasan global dengan meningkatnya jumlah karbon yang
tersimpan di serat tanaman, percepatan pembusukan bahan organik dalam tanah dan
meningkatnya jumlah nitrogen di udara ini hanya akan terjadi di hutan-hutan
yang bersuhu sedang di negara-negara maju seperti di Amerika Utara, Eropa dan
perbatasan Eropa dan Asia.
Pertumbuhan pohon di daerah beriklim
tropis dipengaruhi lebih banyak faktor, tidak hanya nitrogen, sehingga penemuan
ini kurang relevan untuk menganalisis hutan di daerah tropis.
Namun
menurut Melillo, penelitian ini bisa membantu ilmuwan memprediksi interaksi
antara karbon dan nitrogen dalam beberapa dekade ke depan. “Keseimbangan karbon
di ekosistem hutan akan tergantung dari berbagai macam faktor yang terus
berubah dalam berabad ke depan, seperti ketersediaan air, efek peningkatan suhu
terhadap proses fotosintesis, proses respirasi tanaman dan konsentrasi karbon dioksida di udara.”