Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

22 April 2010

Banyak Temuan Kenapa Gak Terkenal?

(www.kompas.com, 21-04-2010)
JAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Pusat Penelitian (P2) Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Suharsono, menyampaikan bahwa penemuan-penemuan spesies baru tergolong banyak. Hanya saja, temuan-temuan tersebut tidak dikenal masyarakat umum.


Hal itu disampaikan Suharsono saat jumpa pers di kantor P2 Oceanografi LIPI, Ancol, Jakarta, Senin (19/4/2010). Dikatakan Suharsono, kurang tersosialisasikannya temuan-temuan baru itu dikarenakan komunikasi para penemu dengan masyarakat umum sangat minim.

"Sebenrnya kita publikasikan, tapi masalahnya ada gap. Orang-orang taksonom punya komunitas sendiri, jadi hanya dipublikasikan di komunitasnya," katanya.

Selain itu, menurut Suharsono, bahasa yang digunakan para penemu untuk menyampaikan hasil temuannya cenderung sulit dimengerti. "Komunikasi kita kurang, hasil penelitian kalau dibaca gitu saja nggak diketahui orang, jadi harus diterjemahkan ke bahasa media," katanya.

Olehkarena itulah, Suharsono menilai bahwa peran hubungan masyarakat dalam menyampaikan informasi terkait hasil temuan sangat diperlukan."Selama ini, publikasi kita langsung masuk ke majalah sains, internasional dan nasional," imbuhnya.

Sebelumnya, LIPI memperkenalkan 11 spesies biota laut baru. Spesies baru tersebut ditemukan pada 2008 namun baru diluncurkan LIPI hari ini

21 April 2010

Raja Ampat : Inilah 11 Spesies Baru Biota Laut

(www.kompas.com, 20-04-2010)
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam Indonesia (LIPI), Suharsono, di Jakarta, Senin (19/4/2010), memperkenalkan 11 nama spesies biota laut baru yang ditemukan di perairan Raja Ampat, Kepala Burung Papua Barat.

Kesebelas spesies baru tersebut adalah Hemiscyllium galei, atau hiu berjalan yang tampak seperti hiu kecil dengan warna bentol-bentol seperti tokek yang berjalan di dasar lautan. Ikan tersebut ditemukan oleh peneliti Australia, Allen dan Unmack pada 2008 dan namanya diambil dari nama Jeffrey Gale.

Hemiscyllium henryi, sejenis hiu berjalan yang mirip dengan Hemiscyllium galei namun berbeda bentuk corak dan warnanya dengan H.galei. Hiu berjalan tersebut ditemukan Allen dan Erdmann pada 2008 dan namanya diambil dari nama Wolcott Henry.

Melanotaenia synergos yang ditemukan Allen dan Unmarck pada 2008 yang namanya diambil dari nama Synergos Institute. Corythoichthys benedetto, sejenis kuda laut yang tampak seperti buaya yang sangat ramping. Ditemukan Allen dan Erdmann pada 2008 dan namanya diambil dari nama mantan perdana menteri Italia, Benedetto Craxi.

Pterois andover yang sejenis pterois berwarna merah yang ditemukan Allen dan Erdmann pada 2008 yang namanya diambil dari nama Sindhuchajana Sulistyo. Pseudanthias charlenae, ikan kecil berwarna merah muda cerah yang namanya diambil dari nama Pangeran Monaco, Albert II.

Pictichromus caitlinae sejenis ikan kecil berwarna cerah yang ditemukan Allen, Gill, dan Erdmann pada 2008 yang namanya diambil dari nama Caitlin Elizabeth Samuel, sebagai hadiah ulang tahun Caitlin dari orangtuanya, Kim Samuel Johnson.

Pseudochromus jace ikan kecil unik yang ditemukan Allen, Gill, dan Erdmann pada 2008 yang namanya merupakan singkatan dari nama Jonathan, Alex, Charlie, dan Emily, yang merupakan keempat anak Lisa dan Michael Anderson.

Chrysiptera giti, ikan kecil yang tampak berduri ditemukan oleh Allen dan Erdmann pada 2008 dan namanya diambil dari nama perusahaan yang dimiliki Enki Tan dan Cherie Nursalim, yakni perusahaan GITI.

Paracheilinus nursalim, yang ditemukan Allen dan Erdmann pada 2008 dan namanya diambil dari nama Sjamsul dan Itjih Nursalim.

Pterocaesio monikae diambil dari nama Lady Monica Bacardi

Kesebelas nama spesies tersebut diberikan oleh para pemenang lelang dalam pelelangan "Blue Auction" yang digelar di Monaco. Disampaikan Suharsono, hasil lelang tersebut akan digunakan untuk memajukan ilmu penamaan spesies atau taksonomi di Indonesia. Penemuan spesies baru tersebut merupakan kerjasama LIPI dengan Conservation Internasional.

15 April 2010

Spesies baru, Crayfish dari Papua

(http://holmes1412.wordpress.com, 14-04-2010)
Awalnya saya mengira bahwa spesies ini adalah spesies air laut sebagaimana yang pernah saya posting disini. Belakangan saya baru sadar, setelah membaca kembali jurnal ilmiah-nya, bahwa spesies ini adalah spesies air tawar. Terkenal dengan istilah crayfish, orang awam menyamakannya dengan udang. Tidak salah, karena memang masih berkerabat, sama-sama masuk dalam Kelas Crustacea. Spesies ini memiliki dua variasi warna, biru dan oranye.

Spesies ini ditetapkan sebagai spesies baru pada tahun 2006 dengan nama lengkap Cherax (Cherax) holthuisi Lukhaup & Pekny, 2006. Cherax adalah nama marga, kemudian Cherax dalam tanda kurung menunjukkan nama sub-marga, dan holthuisi adalah penunjuk nama spesies, jadi nama spesies ini adalah Cherax (Cherax) holthuisi. Nama lengkap (mengikutsertakan nama author) biasa digunakan dalam publikasi ilmiah, namun dalam publikasi non ilmiah dan populer bisa diabaikan. Pada spesies ini, Lukhaup & Pekny disebut sebagai ‘author of species name’, kemudian tahun ‘2006′ adalah tahun dimana nama spesies tersebut pertama kali dikenalkan kepada komunitas sains melalui publikasi ilmiah internasional. Lebih lanjut, disebut ‘author of species name‘ atau kemudian disingkat ‘author‘ saja karena yang bersangkutan-lah, yang namanya tertulis di belakan nama spesies adalah orang yang mempublikasikan penetapan spesies baru tersebut.

Nah, kembali ke spesies kita ini. Sebagaimana tertulis dalam nama lengkapnya, spesies ini ditetapkan sebagai spesies baru oleh Lukhaup dan Pekny di tahun 2006. Lalu, mengapa baru ditetapkan di tahun 2006? apakah ini penemuan spesies baru?. Untuk menjawab ini, saya ceritakan kronologis singkatnya.

Dr. Holthuis pada tahun 1949, 1956, 1968, 1982, 1986, dan 1996, berdasarkan material spesimen dari berbagai penjuru dunia, telah mempublikasikan (dalam berbagai Jurnal). Beberapa spesimen berasal dari Irian Jaya (Papua). Spesimen-spesimen yang diteliti disimpan di Nationaal Natuurhistorisch Museum, Leiden, Belanda. Dari keseluruhan material spesimen, terdapat 9 spesimen yang belum terdeskripsi. Sembilan spesimen ini diperoleh dari tempat yang sama yaitu di bibir danau Aitinjo,sekitar 25 km arah tenggara Ajamaroe, Kais River Drainage, Irian Jaya bagian barat, Indonesia. Spesimen tersebut dikoleksi oleh Dr. M. Boeseman pada Juni 1952. Sampai lebih dari 50 tahun kemudian, spesimen-spesimen tersebut tetap tak terdeskripsi, melainkan masih dimasukkan pada spesies lain.

Dr. Lukhaup dan Dr. Pekny (masing-masing orang Jerman dan Austria) setelah mengamati beberapa spesimen crayfish yang digunakan sebagai peliharaan, menemukan adanya kecocokan dengan sembilan spesimen di museum di Leiden tersebut. Setelah melakukan penelitian dan pengamatan seksama, keduanya menemukan bahwa keberadaan spesimen tersebut adalah sesuatu yang baru bagi sains. Spesimen tersebut berbeda dari spesies yang pernah ditemukan, dan kemudian ditetapkan sebagai spesies baru di tahun 2006.

Kembali ke pertanyaan. Kenapa baru tahun 2006? Yah,sains adalah bagian dari rahasia alam (sunnatullah). Apa yang dilakukan manusia untuk menguak tabir alam, sampai saat ini hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan sunatullah yang terbentang dalam ayat kauniyahNya. Jadi, wajar bila ada yang terlewat. Spesimennya ditemukan (diambil) ‘pertama kali’ (oleh komunitas sains) di tahun 1952. Karena barangkali ciri dan sifatnya mirip dengan spesies yang sudah pernah ditemukan, kemudian dianggaplah spesies yang sama.

Lalu, apakah ini penemuan spesies baru ? di tahun 1952 atau 2006? Jawabnya iya, ini penemuan spesies baru. Kata ‘penemuan spesies’, bukanlah didasarkan pada kapan pertama kali spesimen (baik hewan maupun tumbuhan) ditemukan, melainkan kapan spesimen tersebut dideskripsikan dan kemudian ditetapkan sebagai spesies baru melalui jurnal ilmiah. Jadi ini adalah spesies baru yang ditemukan (lebih tepatnya ‘ditetapkan’) pada tahun 2006. Spesies asli Indonesia, yang ditemukan oleh orang Jerman dan Austria.

Catatan:
1. Spesimen adalah kata yang mnunjukkan ‘benda’ atau ‘material’-nya, sementara spesies adalah sekelompok individu yang memiliki ciri dan sifat yang sama, jadi jangan salah paham ya antara spesimen dan spesies :D .

2. Nama Dr. Holthuis dinisbatkan dalam penunjuk nama spesies Cherax (Cherax) holthuisi sebagai penghargaan atas sumbangsih-nya dalam sains terutama terkait dengan Marga Cherax.

3. Penggunaan frase ‘penemuan spesies baru’ sangat berbeda dengan frase misalnya ‘penemuan mesin waktu’. Sama sama ‘penemuan’ tapi berbeda konteks dan makna. Penemuan yang pertama lebih mirip dengan ‘finding’ dalam bahasa Inggris, sementara yang kedua sama dengan ‘invention’. Tentunya berbeda lagi dengan kata ‘discovery’. Nah, dalam taksonomi, atau sains pada umumnya, istilah ‘penemuan spesies baru’, tidak lantas menunjukkan bahwa spesies tersebut baru ‘ada’, baru saja ‘eksis’ atau baru saja ‘diciptakan’. Bisa saja spesies tersebut baru saja ‘ada’, baru saja ‘diciptakan’, tapi kebanyakan mereka ’sudah ada’ sebelumnya, hanya kita belum pernah bertemu dan berkenalan dengan mereka.

Sumber: Lukhaup, C. and R. Pekny. 2006. Cherax (Cherax) holthuisi, a new species of crayfish (Crustacea: Decapoda: Parastacidae) from the centre of the Vogelkop Peninsula in Irian Jaya (West New Guinea), Indonesia. Zool. Med. Leiden 80: 101-107.

14 April 2010

Nasional : Kawasan Konservasi Laut Indonesia 13,52 Juta Hektare

(www.antaranews.com, 13-04-2010)
Padang (ANTARA News) - Luas kawasan konservasi perairan laut Indonesia sampai dengan akhir tahun 2009 mencapai 13,52 juta hektare.

"Dari luas total kawasan konservasi laut Indonesia tersebut seluas 8,8 juta hektare diantaranya merupakan hasil inisiasi KKP bersama pemerintah propinsi, kabupaten dan kota," kata Direktur Konservasi dan Taman Nasional Laut KKP (Kelautan dan Perikanan), Agus Dermawan, dihubungi dari Padang, Senin.

Ia menyebutkan, kawasan hasil inisiasi KKP bersama pemerintah daerah yang berada pada 44 kawasan itu terdiri atas taman nasional perairan, suaka alam perairan, taman wisata perairan dan kawasan konservasi perairan daerah.

Sedangkan berdasarkan inisiasi kementrian kehutanan ditemukan pada 32 kawasan atau seluas 4,69 juta hektare lebih.

"Kawasan itu terdiri atas taman nasional laut, taman wisata alam laut, suaka margasatwa dan cagar alam laut," katanya

Penetapan Kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya konservasi ekosistem yang dilakukan terhadap semua tipe ekosistem, tidak terkecuali ekosistem pesisir.

Penetapan kawasan konservasi melalui pengaturan zonasi merupakan upaya dalam memenuhi hak masyarakat, khususnya nelayan.

Adanya kekhawatiran sebagian pihak bahwa konservasi akan mengurangi akses nelayan seharusnya tidak boleh terjadi, karena dalam pengelolaan kawasan konservasi hak tradisional masyarakat sangat diakui.

Agus Dermawan menjelaskan bahwa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan (SDI), pengelolaan kawasan konservasi perairan berpijak pada 2 paradigma baru. Pertama, pengelolaan kawasan konservasi perairan diatur dengan sistem zonasi.

Kedua, perubahan kewenangan dalam pengelolaan kawasan konservasi, dari selama ini merupakan kewenangan pemerintah pusat menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan kawasan konservasi yang berada di wilayahnya.

"Hasilnya, hingga akhir tahun 2009, kawasan konservasi perairan laut Indonesia telah mencapai lebih dari 13,5 juta hektar itu," katanya dalam mengelola kawasan konservasi secara efektif, selama ini KKP telah melakukan berbagai program konservasi, misalnya melalui program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP II), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).

Dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan, katanya, KKP lebih mengutamakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi, mengingat masyarakat-lah yang sebenarnya sehari-hari berada pada kawasan konservasi perairan, tidak sedikit yang bergantung terhadap sumberdaya di kawasan tersebut.

Karena itu, kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan ke Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara baru baru ini, dilaksanakan dalam rangka monitoring, koordinasi, evaluasi dan pembinaan pengelolaan kawasan konservasi perairan serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap manfaat kawasan konservasi perairan untuk perikanan berkelanjutan dan pengembangan pariwisata bahari.

Pelaksana harian Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP, Eddy Sudartanto, mengutip penjelasan Menteri KKP

Fadel Muhammad, konservasi bukan hanya menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi dalam upaya untuk mewujudkan harmonisasi hubungan antara kepentingan ekonomi masyarakat dan upaya dalam melestarikan sumberdaya untuk kelangsungan hidup manusia.

Pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan bentuk pengelolaan kolaboratif-integratif dengan sistem zonasi.

Dalam pendekatan ini, perairan dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, aktivitas perikanan budidaya dan tangkap yang ramah lingkungan, ekotourisme dan kegiatan lainnya yang mendukung pengembangan ekonomi lokal berbasis konservasi tegas Fadel.

"Artinya, konservasi merupakan satu mata rantai yang penting dalam sistem tata kelola kelautan dan perikanan yang mendukung upaya pencapaian visi dan misi KKP," katanya.
(T.F011/A033/P003)

Nasional : Polisi Kembali Tahan Penyelundup Trenggiling

(www.antaranews.com, 13-04-2010)
Pekanbaru (ANTARA News) - Kepolisian Kota Besar Pekanbaru kembali menahan tersangka penyelundup trenggiling, Rudi Sastra (29), warga Arengka, Pekanbaru, Minggu (11/4).

Sebelumnya pihak kepolisian terlebih dahulu menahan Tengku Rudianto atau Alam, pada saat razia lalu lintas di Jalan Arifin Achmad, Jumat (9/4) malam lalu.

Polisi menggagalkan penyelundupan satwa liar dilindungi itu pada Jumat (9/4) malam, ketika melakukan razia lalu lintas di Jalan Arifin Achmad.

Rudi Sastra mengatakan, ia hanya berprofesi sebagai pencari trenggiling tersebut di daerah Tapung, Kampar. Dan kemudian menjualnya ke Alam.

Ia mengaku baru bekerja selama dua bulan. Dalam setiap kilogram trenggiling yang tertangkap, ia mendapatkan upah Rp20ribu. Selama bekerja, ia mengaku baru mengumpulkan uang sebesar Rp100 ribu.

"Sebelumnya saya tidak tahu,kalau trenggiling tersebut dilindungi.Baru tahu, setelah ditangkap,"ungkap Rudi yang mempunyai dua anak ini.

Kepala Kesatuan Reskrim Poltabes Pekanbaru AKP Jhon Wesly, mengatakan pihaknya masih memburu Syafii, pemilik 30 trenggiling yang disita polisi. Rencananya, trenggiling tersebut akan diselundupkan ke Singapura. (ANT/S026)

Manca Negara : Australia : 40 Aktivis Berusaha Selamatkan Koala

(www.kompas.com, 13-04-2010)
SYDNEY, KOMPAS.com - Sekitar 40 aktivis berkumpul, Senin (12/4/2010) dalam usaha untuk menghentikan penebangan pohon di Hutan Negara Bagian Mumbulla untuk melindungi habitat koala di pesisir selatan Australia.

Sersan Polisi Garry Nowlan mengatakan pengunjuk rasa awalnya berada di areal hutan terlarang, dekat kegiatan penebangan.

Delapan dari 40 aktivis, dalam empat kendaraan, bergerak memasuki kedalam kawasan taman nasional.

Untuk keluar dari tempat tersebut, mereka harus melewati daerah terlarang, tempat yang dapat mendapatkan peringatan.

Nowlan mengatakan pihak kepolisian telah menawarkan untuk dikawal untuk menghindari denda. "Tetapi kali ini mereka memilih untuk tetap tinggal di sana," katanya.

Anggota parlemen dari Partai Hijau di New South Wales Lee Rhiannon menyerukan Menteri Lingkungan Hidup Frank Sartor untuk mencari solusi.

"Tentunya, menteri lingkungan hidup tidak mau dikenang sebagai menteri yang merusak habitat koala," kata Rhiannon.

Hutan di Sarmi: Demi Untung, Lingkungan Dirusak

(www.tabloidjubi.com, 13-04-2010)
JUBI — Masyarakat Sarmi seharusnya beruntung dengan adanya perusahaan kayu, sebagian besar perusahaan itu membuka keterisolasian masyarakat dengan membuat jalan, ujar CK Sorodanya, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi.

Debu sesekali membumbung dari jalan berlapis karang Jayapura-Sarmi, di Distrik Pantai Timur Barat, Sarmi, manakala truk pengangkut loging lewat. Empat kayu jenis merbau dengan diameter tiga pelukan orang dewasa dan panjang lebih dari 10 m membuat mesin truk meraung saking beratnya mengangkut kayu gelondongan itu. Tanah bergetar dan jalanan memekat.

“Awas gajah lewat, minggir,” teriak salah satu warga di dekat Pos 756 TNI-AD Nengke, Distrik Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi, memperingatkan anak-anak yang bermain di pinggir jalan. Gajah mereka asosiasikan truk loging. Gajah itu melewati pertigaan tepat di depan Pos Nengke dan masuk terus menuju pantai. Di situlah kayu bulat dikumpulkan dan siap dikapalkan. Sebagian dari kayu itu masuk ke perusahaan pengolahan kayu gergajian dengan bendera PT Mondialindo Setya Pratama Industries (PT MSP).

Di dokumen yang dikeluarkan pihak Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi menyebutkan, PT MSP menguasai areal konsesi hutan seluas 94.800 hektar. Sebagian besar berlokasi di Nengke, Dabe, hingga ke Tor di Distrik Pantai Timur Barat, Sarmi. Sedangkan, unit penggergajiannya, berada dalam satu areal penimbunan kayu bulat di dekat Pos 756 TNI AD Nengke, pertahun memproduksi 6000 meter kubik kayu. Bagi sebagian penduduk sekitar Nengke, kehadiran perusahaan itu membantu mereka. Sebagian besar pemuda-setempat terserap menjadi buruh di PT MSP. Kebanyakan buruh kasar.
Kepala Kampung Takar, Beneditus Tonjau mengatakan, kontribusi PT MSP dalam menyerap tenaga kerja lokal di kampung memang besar, namun kontribusi berupa pembangunan kampung hampir tidak ada. “Semua langsung kepada pemilik hak ulayat perorangan yang kena konsesi hutan. Jadi, semua persoalan tentang hutan, termasuk pembayaran royalti, hanya antara pemilik ulayat dengan perusahaan. Kami tidak dilibatkan dan tidak mendapatkan apapun dari kayu-kayu itu,” ungkap Benny, panggilan akrab kepala kampung ditemui JUBI di Balai Kampung Takar, Distrik Pantai Timur Barat, pekan lalu.

Tidak dilibatkannya kepala kampung membuat Benny sebagai kepala kampung tidak terlalu pusing dengan persoalan kayu-kayu tebangan PT MSP. Begitu juga dampak ekologisnya. Faktor ini terjadi karena informasi mengenai kehutanan berikut dampak kerusakan hutan masih sedikit diketahui masyarakat. Terlebih pengkotakan wilayah yang kaku dan kepemilikan tanah berdasarkan fam (marga), membuat masyarakat hanya peduli pada wilayah dan tanahnya saja.

Padahal, ancaman kerusakan lingkungan selalu berdampak sistemik. Jika hutan ditebang seluas satu hektare diperkirakan akan menguapkan 40 ribu liter air per hari ke udara. Bayangkan luas areal tebangan PT MSP hampir 100 ribu hektar, jika seluruh areal ditebangi penguapan mencapai 4 miliar liter air perhari. Seketika saja, Sarmi bakal jadi padang pasir tandus.
Mengenai kurangnya partisipasi pengawasan oleh masyarakat Takar, Benny menjelaskan, “Walau perusahaan itu berada di wilayah kami, tapi kayu perusahaan diambil dari Dabe, jauh dari kampung ini ke pedalaman. Jadi bukan wilayah kami, jadi perusahaan langsung berhubungan dengan pemilik ulayat hutan itu,” kata Benny. Sehingga, lanjutnya, jika ada persoalan pemilik ulayat dengan PT MSP. “Hanya jadi urusan pemilik ulayat, kampung tidak ikut-ikut,” tandasnya.

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi, CK Sorodanya mengungkapkan, sejauh ini semua HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang beroperasi di Sarmi menjalankan ketentuan yang digariskan, “Ada 4 HPH di Sarmi, semua tidak ada masalah. Kalaupun ada pelanggaran, masih berupa dugaan,” kata Sorodanya. Didesak untuk mengungkapkan jenis pelanggaran dan perusahaan mana saja, Sorodanya berkelit. “Kami tidak berani ungkap jika belum ada data,” katanya ditemui JUBI di ruang kerjanya, Kantor Otonom, di Petam, Sarmi, Kamis (18/2).

Selain PT MSP, ada tiga pemilik Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di Sarmi, yaitu PT Bina Balantak Utama di Distrik Pantai Barat dengan luas 325.300 hektar, PT Salaki Mandiri Sejahtera di Distrik Bonggo seluas 79.130 hektar, dan PT Wapoga Mutiara Timber Unit II di Bonggo. Pendapatan untuk kas negara dari keempat perusahaan yang berasal dari 130 ribu meter kubik kayu gelondongan yang mereka tebang tahun 2009 sebesar Rp 31 miliar. Setelah dibagi dengan pemerintah pusat, dana yang masuk ke kas Pemerintah Kabupaten Sarmi sebesar Rp 10 miliar.
Keuntungan itu menurut Sorodanya dikembalikan dalam mekanisme prinsip hutan lestari. “Kayu masih menjadi pendapatan daerah terbesar di Sarmi. Prospek ekonomisnya potensial. Ke depan kami akan terus memaksimalkan pendapatan dari kayu sekaligus menekan ilegal loging dengan membangun pos-pos pengawasan lebih banyak,” paparnya. Hal ini masuk juga dalam program yang dikeluarkan Dinas Kehutanan kabupaten Sarmi 2010.

Dalam risalah program, disebutkan ada pelanggaran berbentuk ilegal loging, namun Sorodanya lagi-lagi tidak mau mengungkap seberapa besar pelanggaran dan perusahaan mana yang melakukan. “Nanti saja, angka dan siapanya masih didata karena banyak juga masyarakat yang melakukannya” tukasnya.

Hal senada diungkapkan salah satu staf di Dinas Kehutanan Haerul Arifin, ia mengungkapkan pemerintah melalui dinas kehutanan memang sedang memfokuskan hasil ekonomis dari hutan. Termasuk pembangunan jalan-jalan menuju pedalaman,” Di satu sisi membantu terbukanya keisoliran masyarakat. Namun di lain sisi potensi dampak ekologisnya semakin besar tapi kami fokus untuk menciptakan iklim yang kondusif sekaligus memberi pengawasan yang ketat,” ungkap Arifin.

Ditanya soal sejauh mana dampak ekologis terkait pelanggaran pemegang HPH, Arifin menjelaskan, jenis pelanggaran terbanyak dari beberapa pemegang HPH adalah menyalahi batas areal tebangan. “Biasanya mereka merambah areal yang bukan miliknya karena terbatasnya pos-pos pengawasan kami,” kata Arifin.
Pemandangan berbeda justru nampak di sepanjang jalur Jayapura-Sarmi, terutama antara batas Kabupaten Sarmi di Bonggo hingga Holmafen. Balok-balok kayu jenis merbau tergeletak di pinggir jalan seperti tanpa pemilik, walau hanya beberapa kubik saja, namun jumlah titiknya tidak bisa dikatakan sedikit. Kebanyakan dari pemilik kayu ini tidak berijin.

Para pelintas yang setiap hari melewati daerah itu mengungkapkan, aktifitas pengangkutan kayu-kayu itu dilakukan saat malam. “Setahu saya, mereka menggergaji di sekitar jalan agak jauh ke hutan. Pernah saya melihat mereka angkuti kayu-kayu itu ke truk saat tengah malam,” ujar Daud, supir taksi Bonggo-Sarmi. Soal harga, lanjut Daud, “Lebih murah dibanding di Sarmi, perkubik bisa Rp 500 ribu bedanya.”

Harga satu kubik kayu jenis merbau memang menggiurkan. Satu kubik biasanya berupa potongan balok berukuran 4 meter berjumlah sampai 50 buah dihargai Rp 1.8 juta. Jika membeli langsung di pinggir jalan harga bisa lebih murah, tidak lebih dari Rp 1.5 juta. Maka tak heran, aksi pembalakan memburu merbau oleh masyarakat sekitar hutan sulit diberantas. Harga lebih menggila lagi jika ukuran itu besar. Beberapa industri galangan kapal di Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan Batang, Jawa Tengah, sangat membutuhkan ukuran besar untuk lanus bawah kapal, harga bisa mencapai Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta perkubik tergantung ukuran.

Menurut Sorodanya, salah satu upaya untuk menekan ilegal loging pihaknya sedang menyiapkan program hutan rakyat. Gambarannya, kawasan hutan hasil konversi dengan pemilik HPH akan ditanami dengan pohon yang asli daerah dengan pengelolaan oleh dinas dan masyarakat sekitar hutan. “Memang masih perencanaan tapi kami yakin program ini akan bisa mengurangi aksi ilegal loging,” ujarnya.

Kabupaten Sarmi adalah satu-satunya kabupaten di Papua yang memiliki empat HPH sekaligus. Pernyataan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi barangkali benar dalam sisi ekonomis, bahwa kehadiran perusahaan kayu yang mengeksplorasi hutan hingga pedalaman, membuka keterisolasian penduduk pedalaman. Namun, seperti dua sisi mata pisau, potensi kerusakannya pun bisa sama dasyatnya. “Selama pengawasan dan ketentuan dipatuhi, kerusakan bisa diminimalisir,” kata Sorodanya optimis. (JUBI/Harseno)

13 April 2010

Jayapura : Naif " Alam Papua Eksotik "

(www.papuapos.com, 12-04-2010)
TIBA di Bumi Cenderawasih, Jumat (9/4) lalu untuk mengisi sebuah acara As You Like It yang digelar PT HM. Sampoerna tbk di Hotel Aston Jayapura, Sabtu (10/4) kemarin malam merupakan hal yang tak dapat dilupakan anak-anak Band Naif.

Dengan panorama alam yang sangat indah, bagus dan eksotik, menjadi kesan tersendiri bagi David, Emil dan Jarwo ketika menginjakkan kakinya pertama kali di Tanah Papua.

“Dari dulu pokoknya kalau udah nyampe Papua wah udah lengkap rasanya, tinggal Sabang doang di Aceh. Gue mikirkannya Papua itu indah doang, gak kebayang sering terjadi sesuatu disini,” ujar vocalis Naif, David kepada pers usai acara.

Ketika menggelar konser mininya di Hotel Aston Jayapura, David menilai antusias masyarakat Kota Jayapura terhadap Naif sangat besar. Padahal, sebelumnya David, Emil dan Jarwo belum bisa membayangkan untuk manggung di Papua akan seperti apa penontonnya. “Penonton di Jayapura lebih dari harapan dan pikiran kita, ternyata mereka juga gokil-gokil dan menyenangkan,” ungkap Emil basisst Naif.

Naif yang tampil kemarin tanpa drummer Pepeng yang harus pulang terlebih dahulu ke Jakarta akibat ibunya sakit, tampil memukau dan mampu menghibur masyarakat Kota Jayapura yang hadir dalam As You Like It tersebut.

Emil menambahkan, seumur-umur selama tour ke daerah-daerah di Indonesia pemandangan yang paling gila dan menarik dari semua tempat yang pernah didatangi paling asyik di Papua. “Hamparan gunungnya kayak karpet gitu, lembah-lembahnya juga,” ungkap Emil.

Mengakhiri wawancara, Naif ada niatan untuk menciptakan lagu khas Papua. “Bisa jadi pulang dari Papua bisa bikin, dan kalau inspirasinya pas way not,” tandas David.[anyong]

Nasional : Ulin Makin Langka di Hutan Kalimantan

(www.kompas.com, 12-04-2010)
BANJARBARU, KOMPAS.com - Pohon ulin—sebagai salah satu vegetasi asli yang dikenal sebagai kayu besi Kalimantan, saat ini semakin langka. Di Kalimantan Selatan misalnya, diperkirakan populasi ulin yang bertahan tinggal 20 persen.

Tumbuhan yang bisa mencapai tinggi 35 meter itu semakin sulit didapatkan di hutan. Pohon ulin adalah bahan baku utama untuk membuat rumah bagi warga Kalimantan yang bermukim di daerah rawa dan perairan.

Sudin Panjaitan, peneliti Bidang Silvikultur Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengatakan, populasi ulin (Eusideroxylon zwageri) di Kalimantan, terutama Kalsel, diperkirakan tinggal 20 persen dibandingkan dengan kondisi 40 tahun lalu.

”Penebangan kayu ulin secara tak terkendali mempercepat kepunahan. Sekarang untuk mencari pohon ulin berdiameter 20 sentimeter sulit sekali. Saat pohon berdiameter 10 cm sudah ditebang orang,” ujarnya, Jumat (9/4) di Banjarbaru, Kalsel.

Menurut Sudin, populasi ulin secara keseluruhan sulit dihitung karena pohon ini tumbuh bersama pohon jenis lain sebagai pendamping, seperti meranti. Ulin termasuk pohon yang sulit berkembang di tempat terbuka.

Di Kalsel, ulin masih bisa dijumpai di beberapa tempat, antara lain di daerah Asam-asam, Kabupaten Tanahlaut, Daerah Aliran Sungai Riamkanan di Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, dan sepanjang Pegunungan Meratus. Di satu hektar lahan biasanya hanya ditemukan belasan pohon ulin.

Ulin, menurut Sudin, adalah vegetasi yang berkembang lambat. Dalam satu tahun, diameter pohon kurang dari 1 cm. Ini berbeda dengan meranti yang bisa mencapai 1,5-2 cm. Pada usia 40 tahun diameter ulin mencapai 36 cm. Baru pada usia 100 tahun diameter ulin bisa 50 cm.

”Karena perkembangannya lambat, jarang ada masyarakat yang mengembangkan. Apalagi pemegang HPH (hak pengelolaan hutan). Mereka jarang yang mau membudidayakan, karena untuk bisa dimanfaatkan perlu waktu lama,” kata Sudin.

Balitbang Kehutanan Banjarbaru saat ini memiliki lahan penelitian 1.000 hektar di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di daerah Kintab, Kabupaten Tanahlaut. Di tempat itu terdapat ulin, meranti, dan sejumlah pohon lain.

Pada kesempatan terpisah di Banjarmasin, Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Suhardi Atmoredjo mengatakan, pihaknya akan menggalakkan operasi terhadap penebangan liar di kawasan Bukit Tagah di perbatasan Banjar dan Tanahlaut. Diduga para penebang mengarah ke daerah itu karena masih cukup banyak ulin. (WER)

Merauke : Lahan Pertanian Merauke Telah Mendunia

(www.papuapos.com, 12-04-2010)
MERAUKE (PAPOS)-Bupati Merauke, Drs. Johanes Gluba Gebze mengungkapkan, Kabupaten Merauke tidak hanya dikenal di seantere Indonesia tetapi sudah mendunia seperti Amerika Serikat, Arab Saudi dan beberapa negara lain. Karena memiliki potensi lahan yang sangat luas untuk bisa dikembangkan pertanian.

Hal itu disampaikan Bupati Gebze dalam tatap muka bersama dengan staf di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Merauke beberapa waktu lalu. “Saya mempunyai salah seorang teman di Jakarta dan kebetulan anaknyaa sedang kuliah di salah sau universitas di luar negeri. Ketika anaknya membuka internet, disitu situ Kabupaten Merauke muncul dengan mempromosikan lahan yang begitu luas untuk bisa dikembangkan tanaman jenis apa saja,” kata Bupati Gebze.

Dijelaskannya, dengan gencarnya dilakukan promosi secara kontinyu, maka investor dari luar negeri akan tertarik untuk datang berinvestasi di daerah ini. “Olehnya, saya mengajak kepada kita semua agar secara kontinyu mempromosikan Merauke ke luar daerah. Apalagi daerah ini akan menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Kita adalah orang pertama yang harus bisa mempromosikan daerah ini. Tidak bisa mengharapkan orang lain,” pintanya.

Bupati Gebze menambahkan, menjadi tugas dan tanggungjawab berat buat semua staf di lingkungan kantor ini untuk getol melakukan promosi ke daeraah mana saja. Karena dengan promosi secara terus menerus, orang akan semakin tertarik untuk datang ke Merauke menanamkan investasi untuk membangun daerah tercinta ini. “Sekali lagi saya mengajak kita semua untuk tetap bekerja keras dengan menginformasikan tentang pertanian di Merauke,” tandasnya.[frans]

12 April 2010

Nasional : Istana Cipanas dan Taman Herbalia

(www.antaranews.com, 12-04-2010)
Cipanas (ANTARA News) - Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di Cipanas Cianjur menambah satu lagi fasilitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat bila berkunjung ke Istana yang mulai dibangun pada 1740 tersebut.

Taman yang diberi nama Taman Herbalia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu selain merupakan fasilitas terbaru dan menarik bagi kunjungan wisata juga merupakan sarana penelitian dan budidaya tanaman-tanaman yang memiliki khasiat sebagai pengobatan.

"Penanaman herbalia di sini sesuai dengan keinginan Presiden pada 2008 yaitu jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Juga sebagai upaya melestarikan kekayaan natural dan sebagai wisata herbal," kata Anggota tim dokter Kepresidenan dr Hardhi Pranata Sps.

Hardhi, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Indonesia menyatakan langkah mengembangkan taman herbal juga berangkat dari anjuran Menteri Kesehatan pada 6 Januari yang mendorong para dokter mau memakai jamu dalam pengobatannya.

Taman Herbalia seluas 2.600 meter persegi yang berada di sisi timur istana tersebut memiliki 207 jenis tanaman herbal yang merupakan percontohan bagi pengembangan tanaman tersebut di dalam negeri.

Nama Herbalia sendiri, menurut Ibu Negara Ani Yudhoyono merupakan nama yang dipilih oleh Presiden Yudhoyono bagi taman baru di Istana tersebut. Herbalia, kata Ani berasal dari kata Herbal atau tanaman yang memiliki khasiat pengobatan.

Pemberian nama itu, menurut Ibu Negara dilakukan oleh Presiden saat berada di dalam pesawat yang membawa rombongan kepresidenan pulang dari kunjungan kerja di Jawa Timur awal April menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

"Saat ditanyakan nama yang tepat, Bapak Presiden kemudian memikirkan beberapa saat dan menamakan Taman Herbalia," kata Ani di depan istri anggota kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Cipanas.

Data dari situs resmi Sekretariat Negara menjelaskan Istana Kepresidenan Cipanas terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, kaki Gunung Gede, Jawa Barat.

Dibangun oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Van Heots, pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut, di atas areal lebih kurang 26 hektar dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi.

Pada tahun 1916, masa pemerintahan Hindia Belanda di bangun tiga bangunan dengan nama Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Pada tahun 1954, di masa Presiden I Republik Indonesia Ir. Soekarno, didirikan sebuah gedung berhiasan batu bertentuk bentol.

Dalam areal hutan istana, hingga tahun 2001, menurut Katalog yang disusun secara alfabetis terbitan Istana Kepresidenan berkerja sama LIPI tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga, serta 61 suku. Selain dengan lingkungan yang asri istana ini juga dialiri air panas. sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, para kepala negara tetangga yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 1971, Ratu Yuliana meluangkan waktunya untuk singgah.

Presiden Yudhoyono sendiri, seperti Presiden Republik Indonesia yang lainnya tentu meninggalkan kenang-kenangan semasa masa jabatannya. Bila Bung Karno meninggalkan kenang-kenangan berupa gedung bentol, Presiden Soeharto meninggalkan kenangan berupa beberapa benda yang erat dengan cerita pewayangan dan wayang kulit maka Presiden Yudhoyono mewariskan kenangan Taman Herbalia yang kelak akan dikenang oleh penerusnya.

Tak sekadar kenangan
Meski akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Istana Cipanas, namun Taman Herbalia tak sekadar akan menjadi kenang-kenangan semasa pemerintahan Presiden Yudhoyono. Taman yang memiliki koleksi 207 tanaman berkhasiat untuk obat itu akan terus dikembangkan dan menambah koleksi setidaknya menjadi 400 jenis pada 2010 ini.

Menurut Kepala Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor DR Latifah K Darusman, Taman Herbalia Istana Cipanas akan dikembangkan menjadi pusat percontohan pengembangan tanaman untuk obat, salah satunya meningkatkan koleksi dari 207 jenis menjadi 470 jenis.

Hardhi maupun Latifah sepakat bahwa di masa mendatang perlu keterlibatan produsen obat-obatan untuk memproduksi obat berbahan tumbuhan yang relatif tidak memiliki efek samping terutama bila dikonsumsi dalam waktu panjang.

"Kami kira nanti trendnya demikian, herbal ini `multi compound` dan bisa saling melengkapi untuk pengobatan baik penyakit regenaratif seperti kanker dan juga untuk menjaga kesehatan. Ini bisa untuk promotif meningkatkan kesehatan, preventif juga ada, serta kuratif tentunya," tegas Hardhi.

Ia menjelaskan di Eropa maupun di Amerika Serikat tren penggunaan tanaman sebagai bahan racikan obat terus meningkat, bahkan ada obat untuk kanker produksi luar negeri yang menggunakan bahan temulawak asal Indonesia, meski demikian masih banyak kalangan dalam negeri yang tidak mengetahui hal itu.

Peningkatan penggunaan tanaman berpotensi sebagai bahan obat di Indonesia, katanya, memerlukan kerjasama dan pemahaman semua pihak atas potensi yang dimiliki di dalam negeri.

"Kami mengajak dunia farmasi untuk mulai gunakan herbal, karena herbal yang terstandar ini potensinya besar," katanya.

Hardhi menambahkan pengembangan tanaman untuk obat-obatan di Indonesia memiliki potensi yang besar mengingat setidaknya ada sekitar 4.000 jenis tanaman yang dianggap memiliki khasiat untuk pengobatan.

"Secara empiris , jamu ratusan tahun dipakai oleh masyarakat, saat ini sudah 18 herbal yang lulus standar uji klinis, lima jenis masih proses. Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono, red) ingin ada percepatan. Ini memerlukan sinergi antara Kementerian Kesehatan, Badan POM, Kementerian Pertanian dan pihak lainnya," katanya.

Ia menambahkan dalam waktu dekat untuk meningkatkan kompetensi dokter dalam penggunaan obat-obatan berbahan herbal, akan diresmikan program studi magister pengobatan herbal di Universitas Indonesia.

Menurut Hardhi, langkah mengembangkan taman herbal, berangkat juga dari anjuran Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada 6 Januari 2010 yang mendorong para dokter mau memakai jamu dalam pengobatannya.

Kembangkan dan patenkan

Ibu Negara Ani Yudhoyono meminta agar penggunaan tanaman yang memiliki khasiat pengobatan terus dipelihara sebagai bagian dari penghormatan kearifan lokal yang berguna bagi peningkatan kualitas keluarga Indonesia.

"Kebijakan ini hampir kita tinggalkan, sekarang kita cari praktisnya saja, padahal kita punya lokal wisdom, dan bila dikembangkan dengan baik bisa ada nilai ekonomis," kata Ani Yudhoyono.

Ia menambahkan,"dulu ibu saya mengajarkan minum jamu galian singset, kunyit asam, ada rasa manisnya, ada pula brotowali. Ini semua adalah kekayaan alam kita. Indonesia dikenal sebagai mega biodiversity."

Ibu Negara meminta agar pengembangan ini betul-betul dilakukan sehingga tidak menutup kemungkinan temuan-temuan obat dari tumbuhan ini bisa dipatenkan atas nama Indonesia.

Ani mengatakan hingga saat ini ia masih menggunakan lidah buaya untuk perawatan rambutnya dan hasilnya cukup memuaskan.

Bahkan puteri dari Jenderal Sarwo Edhi Wibowo itu mengatakan memiliki pengalaman menarik saat menggunakan tanaman herbal sebaga obat di lingkungan keluarganya.

"Dulu ketika masih kecil anak pertama kami suka menghisap bibir. Kami mencari bagaimana agar kebiasaan hilang, ternyata jawabannya menggunakan Brotowali dioleskan ke bibir dan karena pahit maka tidak menghisap bibir lagi," katanya yang kemudian diikuti tawa para peserta yang hadir.

Tak hanya memanfaatkan khasiat tanaman yang bisa menjadi obat, bahkan hingga saat ini Ani mengaku masih menggunakan lidah buaya untuk merawat rambutnya.

"Sampai saat ini saya masih menggunakan kearifan lokal itu. Misalkan untuk perawatan rambut. Sampai sekarang lidah buaya masih saya pakai sepanjang rajin dan sabar, Alhamdulillah anak rambut tumbuh kembali," katanya.
(T.P008/P003)

10 April 2010

Manca Negara : Philipina : Wow... Kadal Raksasa Itu Spesies Baru

(www.kompas.com, 09-04-2010)
MANILA, KOMPAS.com — Reptil yang masuk dalam keluarga besar kadal dengan panjang badan sekitar 2 meter ditemukan di Filipina. BBC News, Rabu (7/4/2010), menyebutkan, reptil raksasa dengan kulit berwarna kuning, biru, dan hijau terang itu ditemukan di kawasan hutan pegunungan Sierra Madre, Filipina. Dari hasil pengamatan, reptil raksasa yang kemudian diberi nama Varanus bitatawa itu hanya memakan buah-buahan.

"Binatang ini luar biasa. Sayangnya, sekarang ia lepas dari pantauan kami," kata Rafe Brown, salah seorang ilmuwan yang mendeskripsikan reptil raksasa spesies baru itu di jurnal Biology Letters. Penemuan reptil raksasa ini sama pentingnya dengan penemuan dua spesies raksasa yang disebut "megafauna" beberapa tahun lalu, yakni Rungwecebus kipunji (jenis monyet baru yang ditemukan di Afrika) dan Saola (Pseudoryx nghetinhensis) dari Vietnam.

Kadal raksasa itu sebenarnya sudah dikenal lama oleh warga suku Agta dan Ilongot yang tinggal di pedalaman hutan sebelah utara Pulau Luzon. Bahkan, biasanya masyarakat kedua suku itu memburu kadal raksasa itu untuk diambil dagingnya, sumber protein yang utama. Keberadaan kadal raksasa itu kemudian diketahui tim ilmuwan pimpinan Brown yang terdiri atas para ilmuwan dari Amerika Serikat, Filipina, dan Belanda.

Sebelumnya, tim ini sudah menganalisis sejumlah spesies kadal raksasa yang disimpan di museum AS dan Filipina. Panjang tubuh kadal raksasa itu diperkirakan mencapai 2 meter, ekornya saja sepanjang 1 meter. Warna kakinya didominasi kuning serta ekornya garis-garis hitam dan kuning.

Karena hanya memakan buah-buahan, berarti kadal raksasa spesies baru itu termasuk satu dari tiga spesies kadal pemakan buah yang ada di dunia. Sampai saat ini kadal raksasa spesies baru ini menghilang dan belum ditemukan lagi. Para peneliti menduga, barangkali kadal raksasa spesies baru ini kerap bersembunyi di bagian paling dalam hutan. Namun, satu hal yang pasti, kadal raksasa ini tidak pernah meninggalkan hutan ataupun berpindah ke daerah terbuka.

Sejauh ini para ilmuwan biologi memperkirakan, kadal raksasa spesies baru itu paling tidak tinggal sekitar 150 kilometer dari "saudara terdekatnya", yakni kadal yang dikenal dengan Varanus olivaceus, yang juga hidup di hutan dan hanya memakan buah-buahan. (BBC/LUK)

09 April 2010

Nasional : Hutan Konservasi di Sambas Dijarah

(www.kompas.com, 07-04-2010)
SAMBAS, KOMPAS.com — Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat atau SPORC Kalimantan Barat menemukan sedikitnya 150 batang kayu berbagai jenis yang ditebang di hutan konservasi Taman Wisata Alam Melintang, Kabupaten Sambas, dalam operasi yang berakhir hari Senin (5/4/2010). Ketika petugas datang ke lokasi, pelaku sudah melarikan diri.

Komandan Brigade SPORC Kalimantan Barat David Muhammad mengatakan, dari operasi yang dimulai 1 April itu diperoleh informasi, kemungkinan besar pembalakan liar juga terjadi di lokasi lain. ”Sayangnya, informasi dari warga terlambat sehingga kami tidak bisa menangkap pelaku,” katanya.

Pembalakan liar di hutan konservasi tersebut terjadi di wilayah administratif Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Jarak lokasi pembalakan sekitar 20 kilometer dari kantor Kecamatan Paloh. Dari tunggul atau pangkal pohon diketahui, pohon yang dijarah berdiameter 40-60 sentimeter. Jenis kayunya antara lain resak, mabang, nyatok, dan meranti.

Di lokasi, anggota SPORC yang dipimpin Duwanto menemukan kayu-kayu yang sudah diolah dengan panjang 4 meter. Petugas langsung memusnahkan kayu-kayu yang ada di lokasi. Selain itu, sembilan jembatan berbagai ukuran yang melintasi sejumlah sungai untuk mengangkut kayu juga dihancurkan.

Masih soal konservasi, dari Bandar Lampung dilaporkan, sembilan perusahaan besar pemegang hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) dituding ikut merusak kawasan hutan register di Lampung. Untuk itu, aktivitas mereka akan segera ditertibkan.

DPRD Lampung telah membentuk Panitia Khusus Penggunaan dan Penyalahgunaan Hutan Register sebagai tindak lanjut temuan awal yang didapat dari masyarakat dan Dinas Kehutanan Lampung mengenai aktivitas kesembilan perusahaan itu.

”Berdasarkan laporan masyarakat, mereka bertahun-tahun menanami lahan register dengan singkong. Ini hampir terjadi di hampir semua register. Katanya, kegiatan mereka bukan lagi tumpang sari, melainkan sudah permanen,” ungkap Misri Jaya Latief, anggota Pansus Penggunaan dan Penyalahgunaan Hutan Register, di DPRD Lampung, kemarin.

Kesembilan perusahaan dimaksud adalah PT BLS, PT SIL, PT IV, PT DHL, PT CBL, PT BAP, PT BSA, PT AAA, dan PT S. Perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi di sejumlah wilayah di Lampung dengan luas izin pengelolaan lahan 212.719 hektar.

”Akan kami cek. Investigasi ke lapangan. Jika mereka benar melanggar, harus ada keberanian merekomendasikan pencabutan izin operasi mereka,” kata Misri, seraya menambahkan, izin prinsip kesembilan perusahaan itu dikeluarkan pada masa Orde Baru. (AHA/JON)

Intan Jaya : Kehadiran Wisata Cartenz Berdampak Positif

(www.tablodijubi.com, 08-04-2010)
JUBI --- Kabupaten Intan Jaya memilki potensi wisata yang begitu besar. Hanya saja dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah daerah serta pihak pengelola.

Hal ini dikemukakan Kabid Pariwisata Kabupaten Intan Jaya, Januarius Maisini, ketika ditemui JUBI kemarin. Menurut Maisini, kehadiran Wisata Cartenz merupakan keinginan lama masyarakat Intan Jaya. Sayangnya, Wisata Cartenz belum memberikan kesejahteraan bagi mereka.

Keberadaan Puncak Cartenz sendiri telah lama diketahui oleh para peneliti. Penemuannya hampir bersamaan dengan ekplorasi PT Freeport di tahun 1960-an.

“Dalam waktu dekat kami akan menggelar peletakan batu pertama rumah nginap (Home Stay) di sekitar areal Puncak Cartenz. Ini permintaan masyarakat setempat,” tegasnya.

Lebih lanjut kata Maisini, wisata Puncak Cartenz tak boleh dianggap remeh. “Oleh sebab itu perlu dukungan yang serius, terutama dari Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya,” ujarnya.

Terkait tapal batas wilayah Puncak Cartenz, Maisini menjelaskan bahwa hingga saat ini memang ada beberapa Kabupaten yang berbatasan langsung. Namun Kabupaten Intan Jaya yang memiliki hak penuh atas wisata itu.

“Selain itu, masyarakat sekitar areal Cartenz pada umumnya adalah warga Intan Jaya juga,” pungkasnya. (Oktovianus Pogau)

Nasional : Tolong Selamatkan, Kawasan Dieng Rusak Parah

(www.kompas.com, 08-04-2010)
WONOSOBO, KOMPAS.com - Gubernur Jateng Bibit Waluyo menilai, kerusakan lingkungan kawasan Dieng di Kabupaten Wonosobo sangat memprihatinkan sehingga harus segera dilakukan tindakan penyelamatan.

"Masyarakat boleh menanam kentang, namun harus tetap menjaga lingkungan," katanya pada sarasehan dan temu wicara dengan masyarakat di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Selasa (6/4/2010) malam.

"Kami tidak melarang masyarakat menanam kentang karena budidaya kentang menjadi penghidupan masyarakat di kawasan Dieng," katanya.

Akibat budidaya tanaman kentang tanpa menggunakan aturan, maka lahan menjadi kritis dan rawan terhadap bencana longsor.

Agar masyarakat tetap bisa menanam kentang dan lingkungan tidak semakin rusak, harus melakukan konservasi lahan dengan menanam tanaman keras di lahan yang kurang produktif.

"Masyarakat bisa menanam tanaman kopi, durian, aren dan lainnya di sela-sela tanaman kentang, misalnya di pematang terasering sehingga bisa menahan tanah," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat bisa mencontoh petani di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Temanggung, yakni dengan model tumpangsari.

"Kawasan Gunung Sindoro dan Sumbing juga rusak akibat budidaya tanaman tembakau, tetapi petani Tlahap tidak hanya menanam satu jenis tanaman sehingga justru memperoleh penghasilan tambahan di luar tanaman tembakau," katanya.

Ia mengatakan, dengan pola tumpangsari tersebut lingkungan akan lebih terpelihara dan secara ekonomi masyarakat bisa memperoleh tambahan penghasilan.

Usai acara sarasehan dan temu wicara tersebut Gubernur Bibit Waluyo bersama rombongan bermalam di tenda yang telah disediakan di lapangan Desa.

07 April 2010

Nasional : Suaka Margasatwa Balai Raja Lenyap

(www.kompas.com, 06-04-2010)
SEBANGA, KOMPAS.com — Suaka Margasatwa Balai Raja di Desa Sebanga, Duri, Riau, lenyap. Kawasan hutan seluas 16.000 hektar yang pada awal 1990-an ditetapkan sebagai areal konservasi gajah itu kini hampir tidak ada lagi karena sudah menjadi perkebunan kelapa sawit.

Saat Kompas berkunjung ke Pusat Latihan Gajah (PLG) di Sebanga, Duri, yang berjarak 125 kilometer dari Pekanbaru, Sabtu (3/4/2010), kawasan yang masuk dalam Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja itu hanya tersisa sekitar 50 hektar. Lahan itu pun sudah diklaim sebagai kepunyaan warga.

PLG Sebanga pada Juni 1992 disahkan Gubernur Riau sebagai kawasan konservasi gajah seluas 5.873 hektar. PLG merupakan satu kesatuan kawasan dengan SM Balai Raja. PLG dibuat untuk tempat melatih gajah, sementara SM Balai Raja lebih diperuntukkan sebagai lahan relokasi gajah yang saat itu mulai memasuki permukiman penduduk, seperti di Desa Petani, Desa Balai Makam, dan Pangkalan Pudu, yang tidak jauh dari Sebanga.

Saat ini seluruh SM Balai Raja sudah hilang, sementara kawanan gajah tidak jadi direlokasi dan masih sering masuk permukiman penduduk.

Kawanan gajah liar saat ini kerap berkeliaran di Desa Petani, Desa Balai Makam, dan Pangkalan Pudu. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau tak mampu merelokasi gajah-gajah itu karena lokasi relokasi tidak ada lagi.

Menurut Herman Aruan, mantan pawang gajah yang masih bermukim di PLG Sebanga, sisa hutan yang 50 hektar pun tidak layak disebut hutan. Lahan itu berupa semak belukar dari rawa-rawa yang ada di sekeliling kawasan PLG. ”Kalau saja rawa-rawa itu berupa tanah keras, niscaya kawasan itu sudah lenyap seluruhnya,” katanya.

Kawasan perumahan pegawai PLG pun kini sudah ditanami kelapa sawit. Di lapangan, lahan yang tersisa hanyalah tempat bermain gajah seluas sekitar 2 hektar. ”Kami tidak berani mengungkit kepemilikan kelapa sawit di kawasan ini. Kami hanya bekerja sebagai pawang gajah. Lebih baik kami bekerja mengurus gajah daripada berkelahi dengan pemilik kelapa sawit,” ujar Irwansyah, pawang gajah senior.

Irwansyah menyebutkan, gajah di PLG Sebanga saat ini tinggal tujuh ekor.

Lintasan gajah
Syafriwan, Ketua RT 06 RW 10, Desa Petani, mengungkapkan, desanya adalah daerah lintasan gajah sepanjang tahun. Jumlah gajah itu diperkirakan 40 ekor sampai 45 ekor.

Gajah-gajah itu memiliki rute lintasan perjalanan tetap sepanjang tahun. Perjalanan gerombolan hewan bertubuh tambun tersebut biasanya dimulai dari Pelapit Aman di Pangkalan Pudu menuju Tegar. Setelah itu, kawanan tersebut akan kembali lagi ke Pelapit Aman. Perjalanan seperti itu terus berulang setiap tahun.

”Kami sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mengusir gajah-gajah itu. Jika hewan-hewan itu masuk desa kami, kebun dan rumah pasti dirusak. Kami tidak mampu melawan, sementara pemerintah hanya diam. Kalau kami membunuh gajah itu, kami juga dikejar-kejar polisi,” ucap Syafriwan.

”Mengapa kalau gajah-gajah itu yang menyerang kami sehingga kehilangan harta dan nyawa, pemerintah hanya diam?” tanya Syafriwan. (SAH)

04 April 2010

Jayapura : Kawasan Konservasi di Jayapura Banyak Jadi Pemukiman

(www.antara.co.id, 04-04-2010)
Jayapura (ANTARA News) - Sebagian lahan di kawasan konservasi yang menjadi penyangga dan sumber air telah banyak yang berubah menjadi permukiman penduduk, sehingga dikhawatirkan menjadi ancaman menurunnya kualitas air bersih, bencana alam banjir dan tanah longsor.

Demikian dikemukakan Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, Ir. Gading Butar-Butar kepada ANTARA Jayapura, Sabtu.

Ia mengatakan, kawasan cagar alam pegunungan Cyclop yang menjadi sumber mata air bagi masyarakat kota Jayapura dan sekitarnya telah rusak karena berubah fungsi menjadi permukiman warga.

"Apalagi warga yang bermukim disana telah mengubah lahan itu menjadi lahan pertanian tradisional dengan sistem pindah-pindah tempat," jelasnya.

Pantauan ANTARA Jayapura, Sabtu, terlihat sebagian areal dalam kawasan konservasi telah berubah menjadi kawasan permukiman penduduk dan pembukaan areal pertanian tradisional.

Direktur PDAM Jayapura, Gading Butar-Butar menambahkan, kondisi ini sangat memprihatinkan.

Ia mengatakan, masyarakat mendirikan rumah dan membuka lahan pertanian di dalam kawasan konservasi di KCA Pegunungan Cycloops, Taman Wisata Teluk Yotefa dan Hutan Lindung Abepura.

Padahal ketiga kawasan itu menjadi sumber air bersih bagi penduduk di Kota Jayapura dan sebagian distrik di Kabupaten Jayapura.

Ia mengimbau Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura agar mengambil langkah-langkah menertibkan penduduk yang bermukim di ketiga kawasan tersebut guna menghindari kemungkinan bencana alam yang terjadi seperti banjir dan tanah longsor.

Gading Butar-Butar juga mengharapkan dinas terkait untuk lebih banyak menempatkan tenaga pengamanan yang bertugas menjaga di dalam areal taman konservasi itu.
(KR-MBK/R009)

01 April 2010

Nasional : Indonesia Salah Satu Penasihat Pembiayaan Perubahan Iklim

(www.kompas.com, 31-03-2010)
JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia terpilih menjadi salah satu dari 19 negara yang ikut ambil bagian dalam Kelompok Penasihat Senior Tingkat Tinggi untuk Pembiayaan Perubahan Iklim yang didorong oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB). Pertemuan pertama di tingkat pejabat senior (setingkat menteri keuangan) akan dilaksanakan pada 31 Maret 2010 di kediaman resmi Perdana Menteri Inggris, Downing Street Nomor 10, London.

"Acara pertemuan pertama akan digelar di Kediaman Resmi Perdana Menteri Gordon Brown pada 31 Maret sore. Jadi saya akan meninggalkan Indonesia sebentar. Namun proses penyelesaian pajak terus berlanjut," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (30/3/2010) beberapa saat sebelum bertolak ke London dan mengakhiri Konferensi Pers terkait dengan perkembangan langkah pemerintah dalam memberantas makelar pajak.

Kelompok ini diketuai Perdana Menteri Etiopia, Meles Zenawi dan wakilnya adalah Gordon Brown, Perdana Menteri Inggris. Kelompok ini akan mencari sumber-sumber pendapatan untuk membiayai aktivitas mitigasi dan adaptasi terhadap pemburukan perubahan iklim. Pertemuan ini diharapkan akan menghasilkan isu-isu kunci pada tahun 2010.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon membentuk kelompok ini pada 12 Februari 2010. Pada pertemuan pertama di London itu, PBB berharap akan mendapatkan hasil awal sebelum Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim yang akan digelar 31 Mei hingga 11 Juni 2010. Laporan final akan dipublikasikan Sekretariat Jenderal PBB p ada November 2010.

Pada pertemuan di London nanti beberapa pemimpin negara yang akan hadir antara lain, Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown; Perdana Menteri Etiopia, Meles Zenawi; Presiden Guyana, Bharrat Jagdeo; dan Jens Stoltenberg, Perdana Menteri Norwegia.