JAYAPURA (PAPOS)-Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua Ir Melkias Monim mengatakan ada sebanyak 4 kabupaten di Papua yang saat ini sedang di programkan untuk mengikuti program pusat Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk program kakao Nasional. Empat kabupaten tersebut diantaranya Jayapura, kepulauan Yapen, Keroom dan Sarmi.
Pasalnya potensi produksi dan potensi pemasaran Kakao di Papua sangat besar sehingga mendorong pemerintah pusat untuk menindaklanjuti lebih jauh salah satunya yakni dengan mengikut sertakan beberapa kabupaten yang dianggap titik potensial Kakao untuk berperan dalam program berskala nasional tersebut .
“Program ini adalah program khusus yang di kembangkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, program ini berlaku selama 3 tahun dengan total areal 10.000 hektar, program kakao nasional mulai dari Sulawesi Selatan sampai Papua. Pemerintah pusat juga akan menfasilitasi program ini dengan dana APBN,” ujarnya.
Lebih lanjut di sampaikan, luas areal untuk program tersebut yakni sebanyak 1.400 hektar, masing-masing kabupaten tersebut secara rinci Jayapura 500 hektar, kepulauan Yapen 500 hektar, Keroom 200 hektar dan Sarmi 200 hektar. Semua fasilitas di lengkapi pemerintah pusat mulai dari mobil penyuluhan, pembangunan fasilitas laboratorium untuk hama penyakit dan lain sebagainya. “Di Papua Kakao berorientasi pada perkebunan rakyat. Saya melihat pemasaran Kakao sangat terbuka dan potensial sekalipun fluktuasi harga terjadi”. tandasnya
Dikatakannya terkait hal tersebut pihaknya telah merekrut tenaga sarjana sebanyak 4 orang dan 4 orang dari lulusan SMA yang saat ini sedang belajar di Lembaga Pendidikan Perkebunan di Jogja selama 23 hari. “Mereka ini akan mendampingi dalam program Kakao nasional untuk 4 kabupaten itu, mereka akan di sediakan fasilitas kendaraan sepeda motor dan itu untuk 1 tenaga 1000 hektar,” imbuhnya.
Dia menambahkan pihaknya mempunyai program teknologi dari Direktorat Jenderal Perkebunan dimana pada program tersebut satu tahun diperuntuhkan 120 juta bibit Kakao yang akan dikembangkan di sebanyak 40 kabupaten di 9 Provinsi wilayah Indonesia Timur termasuk Papua. (cr-47)