( Cenderawasih Pos, Rabu 07 Febuari 2007 )
Terungkapnya kasus pengunaan bahan kimia sebagai bahan pemutih maupun pengharum beras di daerah Jawa yang dilansir oleh media elektronik baru-baru ini, ternyata berdampak timbulnya kekuatiran di kalangan ibu-ibu rumah tangga, khususnya yang ada di Kabupaten Jayapura. Bagaimana tanggapan mereka terkait dengan pengunaan bahan kimia pada beras tersebut?
Campuran pemutih dan pengharum yang terdapat dalam beras bermerek yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu di daerah Jawa, yang tidak tertutup kemungkinan akan disuplay ke luar daerah seperti Papua, pastinya akan menimbulkan rasa was-was bagi masyarakat khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga.
Campuran pemutih yang mengandung zat kimia ini dianggap akan mengganggu kesehatan dan jika dikonsumsi secara terus-menerus memang sangat membahayakan, karena akan merusak organ-organ dalam tubuh. Seperti Ny. Murni misalnya mengaku sangat kuatir dengan penemuan tersebut. Pasalnya, dia yang guru di SMA Negeri I Sentani ini, sangat doyan membeli beras-beras bermerek yang dijual di pasaran. Diakui, jika dilihat secara langsung beras bermerk ini jauh lebih baik kualitasnya dari beras jatah yang diterimanya sebagai pegawai negeri sipil setiap bulannya.
Tapi siapa yang bisa mengetahui kalau beras yang dibelinya tersebut bebas dari bahan kimia untuk pengharum maupun pemutih beras. "Maunya kita ingin beli beras yang enak, tapi kalau dicampur dengan bahan kimia seperti itu, kita jadi kuatir juga,"ungkap Murni. Meski sudah mendengar informasi tentang campuran bahan kimia dalam beras ini, namun diakui bahwa secara pasti belum bisa mengetahui cara membedakan beras asli atau sudah dicampur dengan bahan kimia.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pihak dinas/instansi terkait turun ke lapangan untuk memeriksa beras yang beredar di pasaran ini. "Kita harap Balai POM bisa turun dan memeriksa beras yang ada di pasaran, supaya kita tidak khawatir lagi untuk membeli beras bermerk ini,"tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ny. Wasliyah, Sekretaris di Badan Kesbang Linmas Kabuapten Jayapura, meski sudah ada beras jatah, namun untuk memberikan rasa yang lebih enak, sering kali dirinya membeli beras bermerk sebagai campuran beras jatah pegawai. Terkait dengan beras yang dicampur dengan pengharum dan pemutih beras ini, menurut Wasliyah memang harus diberikan penjelasan yang baik kepada masyarakat untuk membedakannya.
"Selama ini kita juga sering beli beras yang putih. Jangan-jangan selama ini, beras yang dicampur dengan bahan kimia ini sudah kita makan,"ujar Wasliyah yang mengaku mendapat informasi tersebut dari menonton televisi. Kekuatiran serupa juga disampaikan oleh Ny.Maryam Suebu, yang mengaku juga sering membeli beras yang bermerek yang dijual bebas di pasar, kios maupun toko.
Namun begitu, meski sudah mengkomsumsi beras bermerek tersebut, namun dirinya tetap berharap bahwa beras yang beredar di pasaran dan telah dikomsumsi itu benar-benar beras asli tanpa campuran pengharum maupun pemutih beras. Lepas dari ada atau tidaknya beras yang beredar di pasaran di Kabupaten Jayapura yang dicampur dengan bahan kimia pemutih dan pengharum beras.
Nampaknya, harapan ibu-ibu rumah tangga yang sering berbelanja beras ini, agar dinas/intansi terkait dalam peredaran bahan makanan ini untuk turun ke lapangan perlu untuk menjadi perhatian serius. "Yang penting ada kejelasan dari dinas/intansi terkait yang turun memeriksa di lapangan, supaya kita tidak lagi kuatir,"tegas ibu Murni. (*)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP