Salah satu metode dalam kegiatan Multidisciplinary Landscape Assessment atau MLA
(CII Papua Program, 05 Oktober 2005)
Penulis, Yoseph Watopa, Mamberamo Field Coordinator CII Papua Program
Pengertian
Pemetaan partisipatif atau pemetaan berbasis masyarakat pada intinya adalah sama. Masyarakat kampung membuat peta untuk menggambarkan tempat dimana mereka hidup. Orang-orang yang hidup dan bekerja ditempat tersebutlah yang memiliki pengetahun mendalam mengenai wilayahnya. Merekalah yang mampu membuat peta secara detail dan akurat mengenai sejarah, tata guna lahan, pandangan hidup atau harapan untuk masa depan. Dengan kata lain pemetaan masyarakat merupakan cara yang praktis untuk mengumpulkan informasi tentang persepsi masyarakat local terhadap sumberdaya alam dan tempat-tempat khusus yang terdapat di sekitar wilayah desa dalam suatu model geografis.
Dengan demikian pemetaan berbasis masyarakat memberikan suatu penjelasan mengenai tata ruang secara tradisional yang dimiliki oleh komunitas masyarakat adat diwilayah tertentu.
Pemetaan dalam kegiatan MLA
MLA merupakan metode penelitian multidisiplin yang dikembangkan oleh CIFOR (Center for International Forestry Research) untuk melakukan survei persepsi masyarakat lokal tentang bentang alam (lansekap) hutan dan keaneka ragaman hayati yang terdapat di dalamnya dan hubungannya dengan kebutuhan, pemilihan dan sistem nilai masyarakat. Kegiatan tersebut merupakan penelitian multidisiplin karena melibatkan ahli sosial ekonomi, anthropologi, biologi hutan, botani, tanah dan etnobiologi dalam satu tim peneliti dengan melibatkan masyarakat secara aktif pada proses penyusunan metodologi dan pelaksanaan penelitian. Langkah awal yang dilakukan dalam MLA adalah menggambar bersama dengan penduduk desa, suatu peta lanskap dengan mencantumkan nama lokal dari sungai-sungai dan tempat-tempat, serta lokasi di mana sumber-sumber utama ditemukan menurut masyarakat setempat. Tujuan pembuatan peta ini adalah untuk membangun suatu pemahaman bersama tentang wilayah yang akan diteliti, dan digunakan sebagai pendukung bagi semua aktivitas lain dari MLA. Ini sebabnya mengapa peta digambar pada hari-hari pertama. Peta tersebut akan menjadi penunjuk kepada lokasi-lokasi berdasarkan tipe lahan seperti sungai, gunung, rawa, telaga, sungai kecil, kebun, bekas kebun, bekas kampung dan hutan untuk melakukan survey petak. Seperti dijelaskan diatas peta tersebut berisi sebaran sumber daya alam (seperti tempat kasuari bermain pada musim tertentu, dammar, rawa sagu, sagu tanam dll), daerah sacral, lokasi berburu atau dearah mencari, Manfaat lain yang diperoleh dari kegiatan pemetaan ini adalah sebagai alat komunikasi diantara masyarakat yang terlibat untuk mengingat lokasi-lokasi tertentu yang menjadi milik mereka dan alat komunikasi kepada pihak luar serta menjadi bukti yang dapat berbicara tentang sebaran sumber daya alam yang mereka miliki.
Proses Pemetaan
Pemetaan dilakukan oleh masyarakat di atas sebuah peta dasar hasil foto citra satelit. Peta dasar tersebut berisi sungai besar Mamberamo, beberapa sungai yang bermuara ke sungai Mamberamo, dan beberapa telaga besar. Peta dasar tersebut dibuatkan copian ke dalam kertas kalkir menjadi beberapa lembar peta yang akan diberikan kepada masyarakat. Penggambaran peta diawali dengan menentukan orientasi peta oleh masyarakat dan dilanjutkan dengan pemberian nama sungai-sungai besar dan arah aliran sungai. Kemudian dilanjutkan dengan sungai-sungai kecil yang berair dan telaga-telaga disekitar sungai. Kegiatan ini memerlukan waktu yang lama karena masyarakat akan mengenali sungi-sungai tersebut satu demi satu. Selanjutnya mereka diminta untuk menggambarkan lokasi-lokasi khusus (seperti lokasi bekas kampung, bekas kebun, dll).
Setelah semua digambarkan kegiatan pemetaan dilanjutkan dengan menggambarkan lokasi-lokasi sumberdaya tertentu atau lokasi-lokasi yang menjadi tempat masyarakat melakukan kegiatannya sehari-hari (berkebun, berladang, berburu, mencari gaharu atau dammar dll). Selain itu tempat-tempat tertentu yang bersifat khusus atau sacral juga digambarkan didalam peta dtersebut. Keseluruhan proses pembuatan peta tersebut tidak diselesaikan dalam satu kali pertemuan namun beberapa kali pertemuan, kemudian peta tersebut akan digabungkan terlebih dahulu menjadi satu peta dan kemudian ditempelkan di tempat-tempat terbuka sehingga mudah untuk dilihat oleh masyarakat dan mendapat masukan untuk perbaikan oleh anggota masyarakat lainnya.
Penggambaran obyek di peta dilakukan dengan memberikan tanda atau warna tertentu untuk masing-masing obyek atau legenda yang digambarkan.
Keterlibatan masyarakat
Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang bentangan alam atau landscape (Ijdoprelaurli dalam bahasa Papasena) yang mereka tempati sehingga mereka sangat antusias dan berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan peta. Pemetaan sumber daya alam wilayah desa dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan berpatokan pada copian peta dasar hasil pemotretan citra satelit dan mereka mengisi bagian yang kosong pada peta dasar. Ada empat kelompok yang dibentuk untuk membuat peta tersebut yaitu kelompok laki-laki tua, laki-laki muda, perempuan tua dan perempuan muda. Masing-masing kelompok mengeluarkan peta yang hampir sama.
Keempat peta awal tersebut kemudian digabungkan menjadi satu. Kegiatan ini merupakan suatu proses yang rumit karena peta-peta dasar hanya memiliki sedikit titik-titik referensi (sungai Mamberamo, sungai Tariku dan sungai Taritatu; serta beberapa danau/ telaga), sedangkan setiap kelompok kemudian menambahkan sungai-sungai kecil yang berlainan di wilayah mereka bersama dengan tempat-tempat dan sumber-sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Proses penggabungan semua informasi tersebut melibatkan banyak anggota masyarakat untuk beberapa hari dan kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan pengecekan silang dan memperbaiki informasi. Kegiatan ini telah menunjukkan pengetahuan mereka yang mendalam tentang wilayah mereka.
Selanjutnya, beberapa pemuda desa menawarkan diri untuk menyempurnakan gambar peta terakhir. Hal ini merupakan aspek baru dari proses pemetaan. Peta tersebut memuat banyak simbol berwarna-warni yang mewakili berbagai sumber daya alam yang ada, dari dataran rendah berawa dekat desa hingga ke puncak gunung yang membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencapainya. Masyarakat sangat bangga dengan produk tersebut, dan dipertimbangkan sebagai hasil yang penting dan berguna.
Peta hasil kerja masyarakat ini oleh mereka akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menilai kebijakan pembangunan yang akan berdampak bagi lokasi-lokasi sumber daya alam mereka. Karena selain memuat sumber daya alam dan lokasi pencaharian mereka sehari-hari, peta ini juga memuat daerah-daerah yang menurut mereka adalah sacral dan khusus bagi kehidupan religius dan masa depan generasi mereka.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP